+ All Categories
Home > Documents > MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Date post: 05-Apr-2022
Category:
Upload: others
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
9
Electro National Conference 24 MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS EMISSION MONITORING SYSTEM (CEMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL (PLC) PADA OPERASIONAL PRODUKSI TERAK DI PT SEMEN BATURAJA PABRIK II Destrika Sutami 1 , Masayu Anisah 2 , Iskandar Luthfi 3 Program Studi Sarjana Terapan Tenik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang [email protected] ABSTRACK The burning of raw materials resulting from grinding limestone, clay, iron sand, and silica sand in the cement industry, as well as the use of coal as a fuel and grinding, would result in numerous exhaust emissions as air pollutants, including SO x , NO x , CO, and particulates. The results were obtained using the Continuous Emission Monitoring System (CEMS), which is incorporated into the WorkStation Operator and is based on Programmable Logic Controllers (PLC). The average SO 2 gas emission load generated is 357.82 mg/m 3 , while the SO 2 emission value is 566 mg/m 3 . Rawmill activities were disrupted as a result of this. However, the value did not meet the quality requirements established by environmental and forestry rules number p.19 / menlhk / setjen / kum.1 / 2 / 2017. Exhaust gas emissions from PT Semen Baturaja's production processes are safe for the environment and humans. Keywords: CEMS, Emissions from cement manufacturing, standards for emission efficiency ABSTRAK Proses operasional produksi terak pada industri semen berupa pembakaran material tepung baku yang berasal dari penggilingan material batukapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silika, penggunaan batubara sebagai bahan bakar dan penggilingan material akan menimbulkan berbagai emisi gas buang sebagai pencemar udara, diataranya SO x , NO x , CO dan Partikulat. hasil pemantauan yang dilakukan menggunakan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) yang terintegrasi pada Operator Work Station berbasis Programmable Logic Controllers (PLC), rata-rata beban emisi gas SO 2 yang ditimbulkan sebesar 357.82 mg/m 3 , nilai emisi SO 2 tertinggi sebesar 566 mg/m 3 hal ini dikarenakan terjadinya gangguan pada operasional Rawmill, namun nilai tersebut tidak melewati baku mutu emisi yang ditetapkan sesuai dengan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan nomor p.19/menlhk/setjen/kum.1/2/ tahun 2017. Sehingga emisi gas buang dalam operasional produksi di PT Semen Baturaja aman bagi lingkungan dan manusia. Kata Kunci: CEMS, PLC, Emisi industri semen, baku mutu emisi.
Transcript
Page 1: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

24

MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS EMISSION MONITORING SYSTEM (CEMS) BERBASIS PROGRAMMABLE LOGIC

CONTROL (PLC) PADA OPERASIONAL PRODUKSI TERAK DI PT SEMEN

BATURAJA PABRIK II

Destrika Sutami1, Masayu Anisah2, Iskandar Luthfi3

Program Studi Sarjana Terapan Tenik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

[email protected]

ABSTRACK

The burning of raw materials resulting from grinding limestone, clay, iron sand, and silica sand in the cement industry, as well as the use of coal as a fuel and grinding,

would result in numerous exhaust emissions as air pollutants, including SOx, NOx, CO, and particulates. The results were obtained using the Continuous Emission Monitoring System (CEMS), which is incorporated into the WorkStation Operator and is based on Programmable Logic Controllers (PLC). The average SO2 gas emission load generated is 357.82 mg/m3, while the SO2 emission value is 566 mg/m3. Rawmill activities were disrupted as a result of this. However, the value did not meet the quality requirements established by environmental and forestry rules number p.19 / menlhk / setjen / kum.1 / 2 / 2017. Exhaust gas emissions from PT Semen Baturaja's production processes are safe for the environment and humans.

Keywords: CEMS, Emissions from cement manufacturing, standards for emission efficiency

ABSTRAK

Proses operasional produksi terak pada industri semen berupa pembakaran material tepung baku yang berasal dari penggilingan material batukapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silika, penggunaan batubara sebagai bahan bakar dan penggilingan material akan menimbulkan berbagai emisi gas buang sebagai pencemar udara, diataranya SOx, NOx, CO dan Partikulat. hasil pemantauan yang dilakukan menggunakan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) yang terintegrasi pada Operator Work Station berbasis Programmable Logic Controllers (PLC), rata-rata beban emisi gas SO2 yang ditimbulkan sebesar 357.82 mg/m3, nilai emisi SO2 tertinggi sebesar 566 mg/m3 hal ini dikarenakan terjadinya gangguan pada operasional Rawmill, namun nilai tersebut tidak melewati baku mutu emisi yang ditetapkan sesuai dengan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan nomor p.19/menlhk/setjen/kum.1/2/ tahun 2017. Sehingga emisi

gas buang dalam operasional produksi di PT Semen Baturaja aman bagi lingkungan dan manusia.

Kata Kunci: CEMS, PLC, Emisi industri semen, baku mutu emisi.

Page 2: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

25

PENDAHULUAN Proses operasional produksi terak

dalam Industri semen berupa proses pembakaran material (Pyroprocessing) tepung baku (Rawmeal) di kalsiner dan Kiln dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. tepung baku merupakan produk bahan setengah jadi yang dihasilkan di Rawmill melalui proses penggilingan material batu kapur,

tanah liat, serta bahan Addictive lainnya berupa pasir silika dan pasir besi.

Industri semen merupakan salah

satu penyumbang polusi udara terbesar di dunia karena penggunaan batubara sebagai bahan bakar yang tinggi serta

penggilingan berupa pengecilan material, Adapun potensi emisi gas buang pada industri semen adalah SO2, NOx, CO dan Partikel debu. Dalam penelitian ini akan ditekan kepada emisi gas buang SO2.

Gas SO2 (sulfur dioksida) merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Disamping SO2, pembakaran ini juga menghasilkan gas SO3, yang secara

bersama-sama dengan gas SO2 lebih dikenal sebagai gas SOx atau sulfur oksida [1].

Paparan dari gas ini tentu saja

dapat berisiko buruk pada kesehatan. Salah satunya, dapat mengganggu

sistem pernapasan. Untuk penyakit yang lebih spesifik, sulfur dioksida dapat menyebabkan iritasi mata, radang saluran pernapasan, sekresi lendir, asma, bronkitis kronis, hingga membuat seseorang lebih rentan terkena infeksi saluran pernapasan [2].

Pencemaran udara adalah

masuknya atau dimasukannya zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara ambein oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambein turun

sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambein tidak dapat memenuhi fungsinya [3].

Pemerintahan Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah meresmikan penggunaan ruang sistem informasi pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui program Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK), Dimana sistem ini akan menerima dan mengelola data hasil pemantauan emisi pada cerobong industri yang dilakukan secara

terus menerus atau Continuous Emissions Monitoring System (CEMS) [3].

Continuous Emissions Monitoring

System atau disingkat CEMS adalah suatu alat yang bertujuan dipergunakan

untuk mengukur kuantitas kadar suatu parameter emisi pada proporsi dan komposisi gas buang dan laju aliran emisi melalui pengukuran secara terus menerus [3].

Komponen Cems

Heated Sample Probe

Heated Sample Probe merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk mengektraksi sampel emisi yang mengandung debu dan aerosol hasil pembakaran kemudian hasil ektraksi

sampel tersebut dipanaskan untuk menghilangkan kandungan airnya menggunakan elemen pemanas selanjutnya sampel gas emisi akan dievaluasi dalam perangkat kendali Analyzer.

Gambar 1 Sampel Probe

Modul Kontroler Servomex 4900

Servomex 4900A1 merupakan sebuah perangkat kendali Analyser yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi dan komposisi emisi yang terkandung dalam gas buang yang ditimbulkan dari hasil pembakaran suatu bahan bakar di dalam mesin pembakaran yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan.

Page 3: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

26

Besarnya kadar emisi yang terukur akan dikonversikan menjadi sebuah bilangan dan akan ditampilkan pada layar monitor diruang kendali operasi.

Gambar 2 Module Controller Servomex 4900A1

Gas Filter Correlation (GFC)

Peningkatan kinerja pada GFC telah memungkinkan Fotometri Inframerah IR menggantikan teknologi pengukuran senyawa yang lebih kompleks, Teknik Gas Filter Correlation telah dikembangkan untuk pengukuran rentang proporsi gas pada emisi (NO, CO, CO2, SO2, N2O, dan CH4).

Gas Filter Correlation merupakan suatu filter yang digunakan untuk mengukur kandungan gas (NO, CO dan SO) dengan memanfaatkan penyerapan intensitas radiasi sinar infra merah pada panjang gelombang tertentu atau Absorpsi dari sumber elemen pemancar yang melewati masing masing filter gas pada Chopper Wheel.

Gambar 3 Schematic Gas Filter Correlation Transducer

Gambar 4 Gas Filter Correlation Infrared

Programmable Logic Controllers (PLC)

Programmable Logic Controller atau PLC merupakan suatu pengontrolan berbasis mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram dan menjalankan instruksi -

instruksi untuk mengimplementasikan fungsi logika seperti Sequencing, pewaktu (Timing), pencacah (Counting), Dan aritmatika guna mengendalikan dan memantau status mesin-mesin proses operasional industri secara terus menerus (William Bolton). PLC yang digunakan di PT Semen Baturaja adalah PLC merk Siemens Type S7 400.

Gambar 5 Module PLC

Bagian bagian PLC

Berdasarkan konsepnya, kerja

sebuah Programmable Logic Controller (PLC) merupakan bagian sistem pengendali yang menerima sinyal masukan (Input) seperti Switch, Solenoid, dan sensor lainnya yang dapat diprogram, dikendalikan dan disimpan dalam memori (Proses) untuk

menghasilkan perintah keluaran (Output).

gambar 6 bagian bagian plc

Berdasarkan gambar 6, bagian bagian plc terdiri dari:

1. Input Merupakan peralatan yang

digunakan untuk menerima Sinyal masukan atau informasi dari peralatan luar yang akan diteruskan ke Central Processing Unit untuk dilakukan pemrosesan instruksi kerja sesuai

dengan program yang diinginkan, yang terdiri dari Digital Input maupun Analog Input.

Page 4: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

27

2. Proses Merupakan suatu perangkat yang

digunakan untuk melakukan porses pemrograman informasi sinyal masukan baik digital maupun analog dan mengatur seluruh system plc, menjalankan instruksi instruksi logika aritmatika, memanipulasi data, membaca informasi sinyal masukan, menyimpan dan mengambil data dari memori.

3. Output

Merupakan sinyal keluaran hasil dari eksekusi suatu program dan kendali yang dapat berupa tegangan ataupun arus yang terhubung dengan peralatan lain seperti relay, lampu indikator

kontrol motor dan lain-lainnya. Output Interface terbagi menjadi dua Digital Output dan Analog Output.

Sistem Akuisisi Data PLC CEMS Dengan PLC DCS S7 400

Sistem akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu sistem komunikasi PLC yang berfungsi untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data, serta mengkomunikasikan PLC dengan perangkat lain dengan menggunakan

berbagai protokol komunikasi hingga memprosesnya untuk menghasilkan data yang dapat ditampilkan pada layar monitor.

Akuisisi data PLC CEMS

dihubungkan dengan PLC DCS

menggunakan protokol Profibus-DP Master Follower type EM 277 (Expansion Module). Profibus-DP adalah "Process Field BUS" dan DP adalah Distributed Peripheral merupakan teknologi koomunikasi berbasis RS485 yang memiliki sistem modular yang dapat digunakan untuk menghubungkan satu PLC dengan perangkat PLC lainnya. Konfigurasi Hardware

Tujuan dilakukan konfigurasi

Hardware PLC S7 1200 dan S7 400 ini adalah untuk menghubungkan kedua PLC agar dapat saling mengirim dan menerima sinyal sebagai data

pembacaan kandungan nilai emisi secara Real Time.

Konfigurasi Hardware antar PLC

menggunakan Simatic Manager Step 7.

gambar 7 Konfigurasi Hardware

Pembuatan Continuous Function Charts (CFC)

Gambar 8 Pembuatan Program CFC

Program diatas adalah program untuk mengkonversi pembacaan sensor yang dihubungkan ke Analog input Module PLC, PLC akan membaca sinyal 4-20 mA menjadi data 0-27648, sedangkan program CFC diatas merubahnya menjadi tampilan nilai

emisi yang akan tampil pada layar Monitor Operator.

Perancangan Operator WorkStation (OWS)

Gambar 9 Tampilan Nilai Emisi Pada OWS

OWS sering juga disebut Human Machine Interface (HMI) merupakan komputer yang digunakan Operator untuk memonitor seluruh operasional Produksi. Block Diagram System

Block Diagram Sistem Pemantau Emisi Produksi Terak Berbasis Programmable Logic Controller (PLC)

Page 5: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

28

dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 10 Diagram Blok Sistem

Dari blok diagram diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

Analyzer Servomex 4900A1

merupakan seperangkat instrumentasi yang digunakan untuk mengkonversikan pembacaan kandungan gas pada proporsi dan komposisi emisi, konversi ini dalam bentuk arus listrik dengan pembacaan 4-20 mA, pembacaan arus tersebut dihubungkan dengan Analog

input PLC CEMS yang ada dilapangan, dari PLC lapangan inilah akan diintegrasikan ke PLC Central menggunakan protokol Profibus DP. Yang selanjutnya pembacaan kandungan emisi akan ditampilkan pada OWS (Operator Workstation) yang

digunakan operator untuk melakukan tindakan dan langkah yang akan diambil dalam mengendalikan operasional produksi agar emisi yang ditimbulkan tidak melebihi baku mutu emisi industri yang diizinkan.

PT. Semen Baturaja adalah industri penghasil semen sebagai produk utamanya dan beberapa produk turunan lainnya merupakan industri semen terbesar di provinsi sumatera selatan, dengan kapasitas produksi terpasang 1.8 juta Ton terak pertahun,

dan 3.6 juta Ton Semen Pertahun, selalu berusaha untuk menjaga kelestarian lingkungan dan ikut dalam program pemerintahan Indonesia melalui program sispek yaitu dengan melakukan pemantauan emisi dan polutan secara berkelanjutan dan terus

menerus menggunakan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) untuk mengetahui tingkat emisi dan jenis-jenis pencemar yang ditimbulkan selama operasional produksinya.

METODOLOGI

Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini secara berurutan adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Pengumpulan informasi literatur yang relevan dengan topik masalah dan dibutuhkan selama penelitian, yang diperoleh dari jurnal, buku, internet

serta memanfaatkan informasi tentang penelitian yang diangkat. 2. Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data emisi gas buang dan kapasitas produksi terak

yang diperoleh melalui pengambilan data secara langsung di pusat ruang kendali yang telah terintegrasi dengan CEMS di PT. Semen Baturaja Pabrik II.

3. Variabel yang diamati

Variabel yang akan diamati dalam

penelitian ini bertujuan untuk melakukan Analisa faktor yang menjadi pengaruh terhadap besarnya nilai polutan yang terbaca pada CEMS.

Adapun variable yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Polutan yang terpantau 2. Kapasitas Feeding Rawmill 3. Kapasitas Feeding Kiln

Gambar 11 Polutan Terpantau pada CEMS

1. Pengolahan Data Data emisi dan polutan yang

didapatkan dari hasil pengamatan kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel untuk dibuatkan grafik yang nantinya akan digunakan untuk penganalisaan data. 2. Analisa Data

Setelah data diolah menggunakan Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk grafik, kemudian menganalisa

Input Sample Probe

Gas Distribution System

Analyzer Servomex

4900A1 PLC S7 1200

OWS PLC S7 400

Central

HMI

Page 6: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

29

hal apa saja yang mempengaruhi kenaikan emisi dan polutan pada proses produksi terak, menghitung beban emisi selama penelitian berlangsung, serta menganalisa grafik tersebut dengan melihat baku mutu emisi yang berlaku untuk mengetahui apakah emisi dan polutan yang ditimbulkan dari proses produksi terak masih memenuhi standar baku mutu emisi serta aman bagi manusia dan lingkungan.

Adapun parameter utama pada

beban emisi nilai baku mutu emisi industri semen sebagaimana ditampilkan pada tabel dibawah ini [3].

Tabel 1 Parameter Beban Emisi

No Parameter Emisi

1 SO2

2 NOx

3 CO

4 Partikulat

Nilai beban emisi dihitung dengan

pendekatan rumus sebagai berikut [3] :

Keterangan:

E : Laju emisi pencemar (kg/hari) Cav : Konsentrasi diukur rata-rata harian (mg/Nm3) Q : Laju alir emisi Volumetrik (m3/s) 0.0036 : Faktor konversi dari mg/s ke kg/jam

Op hours: jam operasi selama 1 hari Vav : laju alir rata-rata harian (m/s) A : luas penampang cerobong (m2)

Batas standar baku mutu emisi

industri semen Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

kehutanan No P. 19/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/tahun 2017.

Tabel 2 standar baku mutu emisi industri semen

Catatan: - Nilai baku mutu emisi:

A) Bagi industri semen beroperasi sebelum 31 Desember 1990

B) Bagi industri semen beroperasi 1 Januari 1990 sampai dengan 31 Desember 2013

C) Bagi industri semen mulai beroperasi 1 januari 2014 – Volume gas diukur dalam

keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)

– Kadar maksimum baku mutu di atas dikoreksi terhadap 7% Oksigen (O2) pada kondisi 25oC, 760 mmHg.

– Pengukuran emisi dilakukan pada kondisi kering.

(*) Diambil masing-masing satu contoh uji emisi untuk unit:Crusher, Raw Mill, Kiln, dan Cement Grinding pada masing-masing plant. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rawmill

Department Clinker PT Semen Baturaja pabrik II yang berlokasi di Baturaja, Sumatera Selatan.

Beberapa pertimbangan dalam

pemilihan lokasi penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Cerobong Rawmill pada

Department Clinker merupakan cerobong asap terakhir dimana seluruh polusi yang ditimbulkan dalam proses produksi Rawmeal

Page 7: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

30

dan Clinker akan dibuang melalui cerobong tersebut.

2. Polutan yang paling besar pada proses produksi industri semen ada pada proses produksi Rawmeal dan proses produksi Clinker.

Adapun Waktu pengambilan data

pada penelitian ini dilakukan pada 06 April 2021 sampai dengan 16 April 2021.

HASIL DAN ANALISA Hasil

Pada tabel 3 memperlihatkan hasil pengamatan nilai parameter emisi yang terbaca pada Continuos Emission Monitoring system (CEMS) di PT Semen

Baturaja.

Tabel 3. Data Parameter rata rata emisi dan total produksi terak yang terpantau di PT Semen Baturaja Pabrik II

Keterangan: Feeding Whiteclay

34

0

34

0

33

5

34

5

30

0

33

5

33

0

34

8

34

0

34

0

34

542

0

15

0

40

5

42

0

24

0

40

0

15

0

36

3

40

5

40

0

28

2[]

[] []

[]

[]

[]

[]

[]

[]

[]

06-A

pr

07-A

pr

08-A

pr

09-A

pr

10-A

pr

11-A

pr

12-A

pr

13-A

pr

14-A

pr

15-A

pr

16-A

pr

Perubahan emisi so2

Terak Meal SO2

Gambar 12 produksi terak dan polutan yang terpantau

Data hasil pengamatan yang telah dilakukan, rata-rata emisi gas buang SO2 yang ditimbulkan dari proses produksi terak adalah sebesar 357,82 mg/m3, rata-rata produksi terak adalah 336 t/h dan 303 t/h Rawmeal. Nilai emisi gas buang SO2 tertinggi yang

ditimbulkan adalah pada tanggal 16 april 2021 yaitu sebesar 566 mg/m3, dan nilai terendah emisi gas buang SO2 yang ditimbulkan adalah pada tanggal 9 april yaitu sebesar 188 mg/m3.

Berdasarkan data tersebut kemudian dilakukan perhitungan nilai beban emisi Pencemar Udara. E = 357.82 x 6.90 x 0.0036 x (24 jam) E = 213,32 kg/hari,

Pengukuran contoh sampel dilakukan selama 11 hari, maka didapat nilai beban emisi sebesar:

E = 213.32 x 11

E = 2346.52 Kg

Dengan total kapasitas produksi adalah sebesar: 1. Terak

Ton Produksi: 336 x 24 x 11 Ton Produksi: 88704 Ton Terak

2. Rawmeal Ton Produksi: 303 x 24 x 11 Ton Produksi: 79992 Ton Meal

Analisa

Dari data diatas, dapat dianalisa

adalah, kenaikan emisi gas buang SO2 yang terbaca pada peralatan CEMS di PT Semen Baturaja sangat dipengaruhi oleh besarnya kapasitas produksi terak yang berbanding terbalik terhadap produksi Rawmeal, dimana semakin tinggi kapasitas produksi Rawmeal (Top

Capacity 400 t/h) maka akan semakin sedikit emisi SO2 yang ditimbulkan.

Dimana diketahui dalam industri

semen sumber utama gas Sulfur Dioksida umumnya terjadi dalam proses Klinkerisasi, yaitu proses pembakaran

material tepung baku (Rawmeal) dalam Kiln dengan menggunakan bahan bakar yang mengandung belerang dimana dalam hal ini adalah batubara, Sulfur dalam batubara yang terbakar akan bereaksi dengan oksigen sehingga menghasilkan SO2 pada gas buangnya [4].

Merujuk pada penelitian yang telah

dilakukan oleh A. Rahman dan W. Marampa 2018, Untuk mengurangi emisi gas buang SO2 ini dapat dilakukan

dengan mengurangi kandungan sulfur setelah proses pembakaran batubara (Desulfurisasi) menggunakan batukapur (CaCO3) yang secara bersamaan

Rawmeal Terak SO2 NOX CO Partikulat

1 06-Apr 420 340 501 160 365 19 Mg/m3

2 07-Apr 150 * 340 338 239 528 20 Mg/m3

3 08-Apr 405 335 191 235 542 19 Mg/m3

4 08-Apr 420 345 188 242 260 19 Mg/m3

5 10-Apr 240 300 564 209 532 23 Mg/m3

6 11-Apr 400 335 240 172 640 20 Mg/m3

7 12-Apr 150 * 330 374 173 717 21 Mg/m3

8 13-Apr 363 348 334 114 960 21 Mg/m3

9 14-Apr 405 340 280 172 493 19 Mg/m3

10 15-Apr 400 340 360 178 401 17 Mg/m3

11 16-Apr 282 345 566 180 569 23 Mg/m3

nilai ParameterTanggalNo Satuan

Feeding

Page 8: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

31

batukapur merupakan bahan utama dalam operasional produksi Rawmeal.

Korelasi penggunaan batukapur

pada proses desulfurisasi Seperti pada tabel 4.

Tabel 4, korelasi batukapur pada proses desulfurisas

37

0

0

37

0

36

0

20

6

35

5

0

30

6

33

4

34

9

21

0

[]

[] []

[]

[]

[]

[]

[]

[]

[]

06-A

pr

07-A

pr

08-A

pr

09-A

pr

10-A

pr

11-A

pr

12-A

pr

13-A

pr

14-A

pr

15-A

pr

16-A

pr

Perubahan emisi so2

Batukapur Batubara SO2

Gambar 13 kenaikan emisi SO2 dan penggunaan

batukapur serta batubara

Peningkatan emisi SO2 dipengaruhi

oleh penggunaan batukapur yang masih sedikit tepatnya 16 april 2021 produksi rawmeal 240 t/j, penggunaan batukapur hanya 206 t/j sementara penggunaan batubara telah mencapai maksimal operasi kiln yaitu berkisar di 32,80 t/j, sehingga nilai emisi gas buang SO2 yang ditimbulkan adalah sebesar 566 mg/m3.

Gambar 14 Tampilan Nilai Emisi Pada OWS

Namun emisi yang dikeluarkan

dalam operasional produksi di PT Semen Baturaja tersebut masih dibawah nilai baku mutu emisi yang di izinkan yaitu di 650 mg/m3 berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan No P .19/Menlhk/ Setjen/Kum. 1/2/ tahun 2017.

Gambar 13 pembacaan emisi SO2 terhadap NAB yang

berlaku

KESIMPULAN 1. Pengujian antarmuka dan akuisisi

data antar plc untuk memonitoring pembacaan emisi berhasil dengan baik berupa nilai yang terbaca

pada OWS. 2. Hasil pengukuran emisi SO2

tertinggi tercatat pada tanggal 16 April yaitu sebesar 566 mg/m3, namun tidak melewati baku mutu standar emisi sulfur yang berlaku yaitu sebesar 650 mg/Nm3.

3. Emisi SO2 yang ditimbulkan dapat dijadikan acuan operasional produksi di PT Semen Baturaja sangat aman untuk lingkungan sekitar area PT Semen Baturaja.

SARAN

1. Perlu dijaga kestabilan penggunaan batukapur dalam operasional produksi rawmill agar emisi SO2 dapat dikendalikan.

2. Pemantauan emisi perlu dilakukan secara kontinyu agar emisi yang ditimbulkan tidak melebihi nilai ambang batas baku mutu emisi industri yang di izinkan sehingga aman untuk lingkungan.

REFERENSI R. D. Yunita and A. A. Kiswandono,

“Kajian Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Sulfur Dioksida (SO2) Sebagai Polutan Udara Pada Tiga Lokasi Di Kota Bandar Lampung,” Anal. Anal. Environ. Chem., vol. 2, no. 01, pp. 1–11, 2017, [Online]. Available: http://jurnal.fmipa.unila.ac.id.

J. Oliver, “Bab Ii Tinjauan Pustaka

Aplikasi,” Hilos Tensados, vol. 1,

No Tanggal Kapasitas Kapur Tonase Batubara SO2

1 06-Apr 370 32,03 501

2 07-Apr 0 31,84 338

3 08-Apr 370 31,85 191

4 08-Apr 360 32,44 188

5 10-Apr 206 28,70 564

6 11-Apr 355 30,72 240

7 12-Apr 0 31,02 374

8 13-Apr 306 32,59 334

9 14-Apr 334 32,02 280

10 15-Apr 349 33,58 360

11 16-Apr 206 32,80 566

Page 9: MONITORING EMISI SO2 MENGGUNAKAN CONTINUOUS …

Electro National Conference

32

no., pp. 1–476, 2019, [Online]. Available: http://repository.potensi-utama.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2990/6/BAB II.pdf.

Ministry of Environment and Forestry of

the Republic of Indonesia, “Baku Mutu Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Semen,” Leg. Mater., pp. 1–53, 2017.

A. Rahman and W. Marampa, “Analisis

Pengaruh Batu Kapur Terhadap Penurunan Kadar Sulfur Dioksida Gas Buang Boiler Pada Pt. Pln (Persero) Unit Pltu Barru,” J. Tek. Mesin SINERGI, vol. 15, no. 1, pp.

76–83, 2018.


Recommended