+ All Categories
Home > Documents > BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar...

BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar...

Date post: 07-Mar-2021
Category:
Upload: others
View: 2 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
40
8 BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan (dalam hal ini adalah silabus perkuliahan, silabus mata pelajaran, dan/atau silabus mata diklat tergantung pada jenis pendidikan yang diselenggarakan) dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan (Lestari. 2013: 2). Bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Purnomo, 2011: 1). Sedangkan menurut Saputra & Faizah (2017: 66) bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar menurut Widodo & Jasmadi dalam Lestari (2013: 2) adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang di desain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Pengertian ini menggambarkan bahwa suatu bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis dengan kaidah
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

8

BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada

kurikulum yang digunakan (dalam hal ini adalah silabus perkuliahan, silabus mata

pelajaran, dan/atau silabus mata diklat tergantung pada jenis pendidikan yang

diselenggarakan) dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang telah ditentukan (Lestari. 2013: 2).

Bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari

peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta,

konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Purnomo, 2011: 1).

Sedangkan menurut Saputra & Faizah (2017: 66) bahan ajar merupakan segala

bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang

menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan

digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran.

Bahan ajar menurut Widodo & Jasmadi dalam Lestari (2013: 2) adalah

seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran,

metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang di desain secara sistematis

dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu kompetensi atau

subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. Pengertian ini menggambarkan

bahwa suatu bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis dengan kaidah

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

9

instruksional karena digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan

ajar adalah seperangkat atau alat pembelajaran yang dibuat oleh guru dengan

terdapat materi pembelajaran didalamnya berdasarkan kurikulum yang ada untuk

membantu peserta didik dalam mencapai kompetensi yang diinginkan.

Bahan ajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar

kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi

pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),

keterampilan, dan sikap atau nilai yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka

mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. bahan ajar adalah segala

bentuk bahan yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

(Primadi, dkk, 2018: 3).

Sebelum melakukan penulisan bahan ajar maka ada beberapa konsep dasar

menurut Prastowo dalam Ismayani (2019: 170) yang harus dilihat terlebih dahulu,

konsep tersebut meliputi: (1) Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik; (2)

Merumuskan SK, KD, Indikator, butir-butir bahan pendukung indikator; (3)

Mengembangkan alat ukur keberhasilan; (4) Menulis bahan ajar; dan (5)

Melakukan evaluasi dan revisi.

Bahan ajar yang mampu membuat peserta didik untuk belajar mandiri dan

memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran karena (1) memberikan contoh-

contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi

pembelajaran; (2) memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk memberikan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

10

umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan

memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisny; (3) kontekstual, yaitu materi

yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan: dan (4)

bahasa yang digunakan cukup sederhana karena peserta didik hanya berhadapan

dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.

Bahan ajar yang baik menurut Lestari (2013: 3) harus mencakup: pertama,

petunjuk belajar (petunjuk guru dan peserta didik), kedua, kompetensi yang akan

dicapai, tiga, informasi pendukung, empat, latihan-latihan, lima petunjuk kerja,

dapat berupa lembar kerja (LK), dan enam, evaluasi.

Pengembangan bahan ajar memiliki dua sifat yakni informatif dan

noninformatif. Bahan ajar yang bersifat informatif disajikan secara langsung tanpa

melalui pengolahan dalam aktivitas pembelajaran. Bahan ajar yang tidak bersifat

informatif dikemas dalam bentuk sajian masalah yang memuat tuntutan untuk

berfikir dan beraktivitas sehingga mengarah pada pengembangan kompetensi serta

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik (Ramdani, 2012: 51).

Dalam Depdiknas (2008: 11) bahan ajar dikelompokkan menjadi empat

kategori, diantaranya sebagai berikut:

1. Bahan ajar cetak (printed) seperti, modul, buku, handout, lembar kerja

peerta didik, wallchart, brosur, leaflet, bahan ajar dengar seperti kaset,

radio, compact disk audio, dan piringan hitam.

2. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

11

3. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti

compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, CAI (Computer

Assisted Instruction).

4. Bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Bahan ajar menurut Prastowo dalam Ismayani, dkk. (2019: 170) memiliki

beragam jenis, ada yang cetak maupun noncetak. Bahan ajar cetak yang sering

dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul, brosur, leaflet, lembar kerja

peserta didik, wallchart, dan foto/gambar, sedangkan yang noncetak berupa CD,

audio, dll. Sedangkan yang termasuk bahan ajar noncetak terdiri dari bahan ajar

dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disc audio. Bahan

ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disc dan film. Bahan ajar

multimedia interaktif seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disc

multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based

learning materials) (Khulsum, dkk., 2018: 3-4).

Jenis-jenis bahan ajar menurut Tocharman dalam Supartono dkk. (2013: 28)

antara lain (1) ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara

lain handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket; (2) Bahan ajar

dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio; (3)

Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti videocompact disk, film; (4)

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

12

Tujuan bahan ajar menurut Nurjaya (2012: 104) adalah memberikan peluang

kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar. Sedangkan fungsi

bahan ajar menurut Nurdiasnyah & Muta’aliah (2018: 5-6) adalah sebagai alat yang

dipersipakan oleh guru untuk membantu memberikan motivasi kepada peserta didik

pada proses kegiatan belajar mengajar dengan materi pembelajaran yang

kontekstual agar peserta didik dapat melaksanakan tugas belajar secara optimal.

Bahan ajar berfungsi sebagai (1) Pedoman Guru dalam mengarahkan aktivitasnya

dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada peserta didiknya; (2) Pedoman bagi peserta

didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,

sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya;

(3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran; (4) Membantu guru

dalam kegiatan belajar mengajar; (5) Membantu peserta didik dalam proses belajar;

(6) Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran; dan (7)

Untuk menciptakan lingkungan/suasana balajar yang kondusif.

Manfaat bahan ajar bagi guru menurut Indri (2018: 29) adalah (1)

mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan belajar

peserta didik; (2) mengurangi ketergantungan kepada buku teks; (3) memperkaya

materi karena disusun dari berbagai referensi (4) menambah pengetahuan dan

pengalaman guru dalam membuat bahan ajar (5) membangun komunikasi

pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena kepercayaan

peserta didik kepada gurunya.

Sedangkan manfaat bagi peserta didik antara lain sebagai berikut: (1)

Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; (2) Kesempatan untuk belajar secara

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

13

mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru; dan (3)

Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus

dikuasainya. Sedangkan menurut Lestari (2018: 29) tujuan dan manfaat bahan ajar

adalah (1) menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan

karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik; 2) manfaat bahan ajar

bagi guru yaitu diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta didik, tidak lagi tergantung kepada buku teks

yang terkadang sulit diperoleh, memperkaya karena dikembangkan dengan

menggunakan berbagai referensi, menambah khasanah pengetahuan dan

pengalaman guru dalam menuli bahan ajar, membangun komunikasi pembelajaran

yang efektif antara guru dengan guru karena peserta didik akan merasa lebih

percaya kepada gurunya, menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku

dan diterbitkan; dan (3) manfaatnya bagi peserta didik yaitu kegiatan pembelajaran

menjadi lebih menarik, kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi

ketergantungan terhadap kehadiran guru, mendapatkan kemudahan dalam

mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Pada penelitian ini, pengembangan bahan ajar yang dilakukan adalah bahan

ajar yang berbentuk elektronik. Menurut Abdillah dalam Riwu (2018: 54) bahwa

bahan ajar elektronik adalah seperangkat materi atau substansi pelajaran yang

disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi

yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam

interaktif multimedia. Sedangkan menurut Muslim (2019: 169) Pembelajaran

multimedia merupakan pembelajaran yang menggunakan indera penglihatan dan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

14

pendengaran melalui visual diam, media teks, visual gerak, dan audio serta media

interaktif berbasis komputer dan teknologi informasi, sehingga bisa dikoneksikan

melalui media internet.

Bahan ajar elektronik Sriwahyuni (2019: 146) adalah seperangkat materi

yang disusun secara runut dan sistematis serta menampilkan kebutuhan dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam proses pembelajaran yang

diramu dalam interaktif multimedia. Beberapa bahan ajar yang termasuk ke dalam

bahan ajar elektronik adalah meliputi buku seperti e-book, majalah elektronik atau

disebut sebagai e-magazine, CD/DVD multimedia interaktif, model flash atau slide

interaktif, e-learning, dan lain-lain. Sedangkan menurut Jazuli dalam Laili (2018:

256) bahan ajar elektronik merupakan bahan ajar yang dilihat dari segi bentuknya

termasuk dalam kategori bahan ajar interaktif karena menggabungkan teks, gambar,

animasi, dan memerlukan kendali pengguna.

Bahan ajar elektronik adalah bahan ajar yang dibuat dengan memanfaatkan

teknologi dalam pengaplikasiannya. Kelebihan bahan ajar ini ialah tampilan yang

dapat dibuat kreatif dan lebih mampu menarik perhatian peserta didik hingga dapat

menumbuhkan motivasinya dalam proses belajar mengajar. Selain itu bahan ajar

berberbasis elektronik juga dapat diakses kapan saja dengan mudah dan dapat

dimiliki oleh semua peserta didik (Simamora & Rosmaini: 317).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

elektronik adalah seperangkat materi yang disusun dengan memanfaatkan teknologi

saat ini yang menggabungkan teks, gambar, animasi dan video di dalamnya menjadi

sebuah bahan ajar yang dapat digunakan peserta dalam proses pembelajaran

maupun diluar proses pembelajaran.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

15

2.2. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik

2.2.1 Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik sering disebut dengan LKPD. LKPD menurut

Sari dan Lepiyanto (2016: 42) LKPD pada dasarnya sama dengan LKS (Lembar

Kegiatan Peserta didik) tetapi saat ini penggunaan istilah bahan ajar LKS berubah

menjadi LKPD. Trianto (2011) menyatakan LKS adalah panduan yang digunakan

oleh peserta didik untuk melakukan penyelidikan ataupun mengembangkan

kemampuan baik dari aspek kognitif atau yang lainnya. LKS memuat sekumpulan

kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan

kemampuannya sesuai indikator yang sudah ditetapkan.

Lembar Kerja Peserta Didik (student worksheet) adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Pada kegiatan yang disusun

di dalam LKPD biasanya terdapat petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan

suatu tugas. Pengerjaan tugas yang diperintahkan di dalam LKPD harus jelas

kompetensi dasara yang ingin dicapai. (Depdiknas. 2008: 12).

LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang

berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran

yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar

yang harus dicapai (Prastowo, 2013: 204).

LKPD merupakan kumpulan lembaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan peserta didik dalam pembelajaran. Kegiatan yang akan dialami

peserta didik sangat bermacam-macam mulai dari kegiatan menemukan masalah,

merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menyusun dasar teori,

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

16

melaksanakan eksperimen, mengambil data, menganalisis data, melakukan

pembehasan, serta menyimpulkan (Santoso dalam Susanti, 2017).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

LKPD adalah bahan ajar cetak yang berisi materi, ringkasan serta petunjuk

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan untuk

memaksimalkan kemampuan peserta didik sesuai dengan indicator yang sudah ada.

LKPD yang dibuat peneliti adalah LKPD yang dikemas dalam bentuk elektronik

yang disebut dengan e-LKPD dengan fungsi dan kegunaannya sama.

LKPD menurut Prastowo (2013: 205-206) memiliki empat fungsi dalam

proses pembelajaran, yaitu (1) untuk meningkatkan interaksi aktif antara peserta

didik dengan pendidik; (2) untuk memudahkan peserta didik dalam memahami

materi yang diberikan; dan (3) untuk membantu peserta didik berlatih terkait materi

yang dibahas dalam pembelajaran; dan (4) Memudahkan untuk pelaksanaan

pengajaran kepada peserta didik. Sedangkan menurut Widjajanti dalam Gazali

(2016: 184) LKS atau LKPD mempunyai beberapa fungsi diantaranya: (1) untuk

membantu guru dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran atau memperkenalkan

bentuk aktivitas pembelajaran tertentu sebagai bagian dari proses belajar mengajar

dikelas; (2) untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam

penyajian materi; (3) untuk membantu peserta lebih aktif dalam proses

pembelajaran; (4) untuk meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran

dengan menyusun LKS yang rapi, menarik, mudah dipahami dan; (5) untuk

menumbuhkan kepercayaan diri dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik;

(6) untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

17

Selain itu, Afsari (2017: 33) memberikan pendapat bahwa fungsi LKPD

adalah (1) mengaktifkan peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran; (2)

membantu peserta didik mengembangkan konsep; (3) melatih peserta didik untuk

menemukan dan mengembangkan keterampilan proses: (4) sebagai pedoman guru

dan peserta didik dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran: (5)

membantu peserta didik dalam memperoleh informasi tentang konsep yang

dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis; (6) membantu

peserta didik dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan

pembelajaran.

Berkaitan dengan fungsinya LKPD juga memiliki tujuan dalam

pembelajaran yaitu (Prastowo, 2013: 206): (1) Menampilkan bahan ajar yang

memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; (2)

Menampilkan tugas-tugas yang meningkatkan pengetahuan peserta didik terhadap

materi yang diberikan; (3) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan (4)

Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

LKPD disusun dengan materi serta tugas sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan. Karena terdapat tujuan pembelajaran yang beragam sehingga

bentuk LKPD menjadi bervariasi. Sesuai dengan maksud dan tujuannya, Prastowo

(2013: 208-211) membagi bentuk LKPD menjadi lima macam yaitu (1) LKPD

membantu peserta didik menemukan suatu konsep serta memuat apa yang harus

dilakukan peserta didik meliputi melakukan, mengamati dan menganalisis. Oleh

karena itu perlu dirumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik

kemudian meminta peserta didik untuk mengamati hasil kegiatannya; (1) LKPD

membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

18

telah ditemukan. LKPD seperti ini memberikan tugas kepada peserta didik untuk

melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan

kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab; (1) LKPD yang berfungsi sebagai

penuntun belajar berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.

Fungsi utama dalam LKPD ini adalah membantu peserta didik menghafal dan

memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku; (5) LKPD yang

berfungsi sebagai penguatan diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari

topik tertentu. Materi pembelajaran di dalam LKPD ini lebih mengarah pada

pendalaman dan penerapan materi yang terdapat di dalam buku pelajaran; dan (6)

LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum di dalamnya terdapat petunjuk

praktikum yang merupakan salah satu isi (content) dari LKPD.

Dari kelima jenis LKPD tersebut jenis LKPD yang dipilih dikembangkan

oleh peneliti adalah LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan

mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Karena pembejaran

sejarah pada materi kolonialisme dan imperialisme sudah ditemukan serta ditulis

dan tugas peserta didik hanya perlu mengintegrasikan konsep yang sudah

ditemukan tersebut.

Dalam pembuatan LKPD ada beberapa komponen yang harus dipenuhi agar

menjadi bahan ajar yang baik sehingga dapat melahirkan proses pembelajaran yang

baik juga demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, komponen tersebut

adalah sebagai berikut (Majid, 2016: 176):

1. Nomor LKPD, hal ini bertujuan untuk mempermudah pendidik mengenal

dan menggunakan nya

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

19

2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan yang akan dilakukan dalam

pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.

3. Tujuan, yaitu tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.

4. Alat dan bahan jika dalam pembelajaran memerlukan alat dan bahan.

5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kegiatan yang akan dilakukan peserta didik

berfungsi mempermudah peserta didik melakukan kegiatan belajar.

6. Tabel Data, yaitu tabel untuk menulis hasil pengamatan atau pengukuran.

Jika tidak menggunakan data dapat diganti dengan kotak kosong atau

ruang untuk peserta didik menulis hasil pengamatan

7. Bahan diskusi, yaitu pertanyaan-pertanyaan menuntun peserta didik untuk

melakukan melakukan konseptualisasi dan analisis data. Untuk beberapa

mata pelajaran, seperti bahasa dan sosial bahan diskusi bisa berupa

pertanyaan- pertanyaan yang bersifat refleksi.

LKPD menurut Prastowo (2013: 208) secara struktur lebih sederhana dari

pada modul, namun lebih kompleks dari pada buku. LKPD terdiri atas enam

komponen utama yang meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan

dicapai, informasi pendukung, langkah-langkah kerja, dan penilaian. Pada

penelitian ini LKPD yang dibuat adalah LKPD yang berbentuk elektronik sehingga

disebut dengan E-LKPD atau LKPD elektronik.

LKPD elektronik menurut Sari (2019: 30) merupakan suatu bahan ajar yang

disajikan dengan penyusunan secara sistematis ke dalam unit pembelajaran tertentu

dalam format elektronik yang terdapat gambar, video, animasi, navigasi, dan

lainnya yang membuat pengguna lebih interaktif dengan program.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

20

Keunggulan E-LKPD menurut Julian (2019: 242) yaitu: (1) peserta didik

dapat melihat materi dan soal-soal dari mana saja atau interaksi multiarah; (2)

Peserta didik dapat menggunakan gawai mereka dalam pembelajaran, bukan

sekedar bermain game atau media social; (3) peserta didik dapat mengenal metode

pembelajaran yang baru dan menarik; (4) penyajian materi dan soal-soal pada E-

LKPD lebih menarik yang dapat meningkatkan minat belajar pesrta didik.

Elektronik lembar kegiatan peserta didik ini akan dirancang dengan tujuan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan

masalah matematika dan digabungkan dengan menggunakan model pembelajaran

inkuiri.

2.3 Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker

Aplikasi kvisoft flipbook maker menurut Susanti dalam Wibowo (2018: 3)

adalah salah satu aplikasi yang dapat membantu pembuatan media pembelajaran

untuk digunakan pada proses pembelajaran. Aplikasi ini sangat menarik karena

tidak terpaku hanya pada tulisan-tulisan saja tetapi juga dapat menambahkan

sebuah animasi, visual, dan audio yang bisa menjadikan sebuah media

pembelajaran yang interaktif dan menarik sehingga pembelajaran menjadi tidak

monoton.

Kvisoft Flipbook Maker adalah perangkat lunak yang dirancang untuk

mengubah file PDF ke bentuk halaman balik publikasi digital atau digital book.

Perangkat lunak ini dapat mengubah tampilan file PDF menjadi lebih menarik

seperti layaknya sebuah buku. Selain itu Kvisoft Flipbook Maker juga dapat

membuat file PDF menjadi seperti sebuah majalah, majalah digital, flipbook,

katalog perusahaan, katalog digital dan lain-lain (Mulyaningsiih, 2017: 26).

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

21

Sedangkan menurut Hidayatullah (2016: 82) Kvisoft Flipbook Maker adalah

aplikasi yang digunakan untuk membuat media atau bahan ajar yang berbentuk

elektronik sepeerti e-book, e-modul, e-paper dan e-magazine. Tidak hanya berupa

teks, dengan flip book maker dapat dapat menyisipkan gambar, grafik, suara, link

dan video pada lembar kerja.

Kvisoft flipbook maker menurut Suyasa (2018: 226) menyediakan fitur-fitur

yang dapat memudahkan para penggunanya untuk berinovasi dalam membuat buku

digital yang menarik dan interaktif, sebab perangkat ini memiliki fasilitas fitur yang

memudahkan kita untuk melakukan penyisipan gambar, audio, animasi dan lainnya

sehingga kemasan buku digital dapat meningkatkan semangat peserta didik dalam

membaca buku kapanpun dan dimanapun mereka berada. Sedangkan menurut Rusli

dan Antunius (2019: 60) Kvisoft Flipbook Maker adalah software profesional yang

mampu mengubah file berbentuk pdf menjadi buku flash bolak-balik selama

beberapa tahun. Perangkat lunak ini biasa membuat buku bolak-balik HTML dan

flash dari semua jenis file seperti pdf, Word, PowerPoint, gambar, Excel, dan lain-

lain. Aplikasi ini dapat membuat buku digital, brosur, katalog, majalah, dan lain-

lain menggunakan animasi bolak-balik halaman flash yang menarik. Kvisoft

Flipbook Maker mempunyai fitur pengeditan yang dapat digunakan untuk

menambahkan video, gambar, audio, hyperlink, dan objek multimedia. Dengan

software untuk membuat buku yang berbentuk multimedia menjadi lebih mudah.

Kvisoft Flipbook Maker menyediakan sebuah cara profesional untuk menyatukan

hyperlink, video, gambar, suara, dan multimedia clipcart objek untuk buku keluaran

yang bisa membolak-balikan halaman.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

22

Flip Book Maker ialah aplikasi yang digunakan untuk membuat majalah

elektronik dengan tampilan yang menarik dan menyediakan fitur audio serta visual

yang dapat dimanfaatkan guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih

menyenangkan. Selain itu aplikasi ini digunakan banyak orang untuk membuat

majalah ataupun buku elektronik karena penggunaannya yang tidak sulit dan dapat

digunakan secara luring atau offline tanpa memerlukan jaringan internet (Simamora

& Rosmaini, 2019: 318).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Kvisoft flipbook

maker adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membuat media pembelajaran

menjadi lebih menarik dan tidak monoton dengan membuat tampilan menarik

seperti gambar, animasi serta dapat memasukkan audio dan visual yang dapat

menarik perhatian peserta didik untuk belajar.

Keunggulan kvisoft flipbook maker ini menurut Rohmah (2016: 33) yaitu

lebih praktis karena tampilannya dalam bentuk e-book, dan software ini dapat

digunakan secara langsung pada PC atau android. Agar tampilan software lebih

terlihat menarik dapat juga ditambahkan aplikasi lain di dalamya misalnya dengan

menambahkan video fenomena sehari-hari yang berkaitan dengan elastisitas. Hal

tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta pendidik. Sedangkan

menurut Anandari, dkk., ( 2019: 426) keunggulan dari aplikasi ini yaitu (1) mampu

memberikan modul efek flip atau halaman dapat dibolak-balik; (2) pembuatan

modul dengan aplikasi ini sangat mudah; (3) tampilan modul tidak hanya berupa

teks dan gambar saja, bentuk audio dan video dapat dikombinasikan dalam

menyajikan materi; (4) produk yang dihasilkan dapat dipublikasikan dalam format

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

23

SWF (Shock Wave Flash), HTML (Hyper Text Markup Language) apabila hendak

dipublikasikan melalui website.

2.4 Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasais

kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan

acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai

ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam seluruh jenjang dan

jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa: 2015: 66).

Sedangkan menurut Islam (2017: 99-100) Kurikulum 2013 merupakan hasil review

dari kurikulum sebelumnya, bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bertujuan untuk mengurangi

verbalisme dalam upaya pembelajaran yang selama ini peserta didik lebih banyak

diberi tahu atau diceramahi, maka kurikulum 2013 ini peserta didik harus lebih

banyak dirangsang, dikondisikan dan ditantang untuk lebih banyak mencari tahu

(Anas & Supriyatna, 2014: 135). Sedangkan menurut Mulyasa (2014: 53)

kurikulum 2013 adalah kurikulum yang memberikan peran kepada guru sebagai

fasilitator, dengan memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, agar dapat

mengembangkan potensinya secara optimal.

Kurikulum 2013 menurut Budiani dkk. (2017: 47) merupakan kurikulum

menitikberatkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran serta penilaian

yang autentik dan tematik integratif. Kurikulum ini merupakan harapan untuk

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

24

melahirkan generasi Indonesia yang kritis dan kreatif sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman. Sedangkan pendapat Alfian, dkk (2015: 39) Kurikulum 2013

merupakan langkah lanjutan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis

pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,

dan keterampilan secara terpadu. Karakteristik Kurikulum 2013 menitikberatkan

pada pembelajaran yang terfokus ke peserta didik, pembelajaran kontekstual,

pemberian waktu yang cukup untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Berdasarkan karakteristik Kurikulum 2013 tersebut, peserta

didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari,

mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru diterapkan mulai

2013/2014. Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang

tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh

dari peserta didik melalui pengetahuan di bangku sekolah. Dengan kata lain, antara

soft skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan, dan

mampu diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari (Gita, 2017: 67).

Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013

adalah kurikulum tindak lanjut dari kurikulum KBK dan KTSP yang berupaya

memperbaiki sistem pendidikan Indonesia untuk menjadikan pribadi yang dapat

menunjukkan potensi yan ada di dalam peserta didik secara optimal dengan tujuan

dapat berkontribusi untuk masyarakat dan negara. Adapun yang membedakan

kurikulum 2013 dengan kurikulum 2006 adalah adanya kompetensi inti (KI),

dikurikulum 2006 disebut dengan standar kompetensi (SK). SK masing-masing

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

25

mata pelajaran sejarah berbeda, namun di kurikulum 2013 KI-nya sama untuk

semua mata pelajaran Anas & Supriyatna (2014).

Kurikulum 2013 menurut Oviana (2015: 1) memiliki karakteristik yaitu

mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,

rasa ingin tahu, kreatif, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan

psikomotorik. Selain itu kurikulum 2013 menurut kemdikbud dalam As’ari (2014:

444) juga memiliki ciri khas yaitu menggunakan pendekatan saintifik dalam proses

pembelajaran yang dikembangkan melalui (1) mengamati (membaca,

mendengarkan, menyimak, dan melihat); (2) menanya (mengajukan pertanyaan

tetang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tetang apa yang diamati); (3) mengumpulkan

data (melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati

objek/kajian); (4) mengasosiasi (mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan mengumpulkan data); dan (5) mengomunikasikan

(menyampaikan hasil pengamatan kesimpulan berdasakan hasil anlisa secara

lisan, tertulis, atau media lain.

Tujuan kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan pelajar Indonesia

sebagai generasi penerus bangsa yang mampu menjalankan kehidupan sebagai

pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan

berperadaban dunia.

Pada penerapannya kurikulum 2013 ini menuntut peserta didik untuk lebih

aktif dalam belajar untuk menambah wawasan pengetahuan salah satu caranya

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

26

adalah dengan banyak membaca sehingga bahan ajar yang digunakan memegang

peran penting dalam proses belajar mengajar. Sehingga bahan ajar sangat

diperlukan oleh guru dalam mengajar serta diperlukan pesera didik untuk

menunjang proses belajarnya (Mahdi dalam Ayu & Pahlevi, 2019: 28). Selain itu

menurut Permendikbud dalam Kristiatari (2014: 461) kurikulum 2013 juga

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) yang

dalam pembelajarannya lebih menitikberatkan pada kegiatan mengamati, menanya,

menalar, mencoba, membentuk jejaring. Proses pembelajaran menyentuh tiga

ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Proses penilaian terhadap hasil

belajar menggunakan Penilaian autentik (Authentic Assessment) yakni penilaian

yang dilakukan berlandaskan pada hasil pengukuran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Kurikulum 2013 ini menurut Pujiono (2014: 252) memberi peluang bagi guru

untuk melakukan inovasi dan improvisasi disekolah mirip dengan KTSP, berkaitan

dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang

tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Guru

diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran yang efektif, dapat mencapai

tujuan yang diharapkan, materi yang diajarkan relevan dengan kebutuhan

masyarakat, berorientasi pada hasil (output), dan dampak (outcome), serta

melakukan penilaian, pengawasan, dan pemantauan secara terus menerus. Untuk

itu, aspek kesiapan guru sebelum menerapkan kurikulum 2013 menjadi bahan

kajian yang menarik untuk ditelaah secara lebih mendalam, sehingga dalam proses

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

27

pembelajaran yang merupakan realisasi dari penerapan kurikulum akan berjalan

dengan baik.

Dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, menurut Adolfien (2014: 25)

ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebagai strategi untuk menguatkan

implementasi Kurikulum 2013 di setiap sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.

Beberapa strategi tersebut adalah langkah-langkah penguatan perencanaan

implementasi, sumber daya utama dan pendukung, proses pembelajaran di sekolah,

dan kegiatan monitoring dan evaluasi. Guru, kepala sekolah, sarana dan prasarana,

serta iklim atau budaya sekolah dan partisipasi semua pihak terkait sangat berperan

dalam pencapaian keberhasilan implementasi kurikulum baru.

2.5 Pembelajaran sejarah

Slameto dalam Hamdi dan Agustina (2011: 82) mengemukakan bahwa

belajar adalah serangkaian aktivitas yang melibatkan jiwa dan raga untuk menuju

suatu perubahan tingkah laku yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dalam belajar, peserta didik mengalami sendiri proses dari tidak tahu

menjadi tahu. Sedangkan menurtu Pane & Dasopang (2017: 335) belajar adalah

kegiatan yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari

atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan

aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan

demikian, dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan baik apabila

intensitas keaktifan jasmani maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya

meskipun seseorang dikatakan belajar, namun jika keaktifan jasmaniah dan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

28

mentalnya rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak secara nyata memahami

bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar.

Solichin (2006: 141-143) mengemukakan bahwa terdapat prinsip-prinsip

yang harus di tanamkan di dalam diri seseorang dalam proses belajar, yaitu:

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian memegang peranan penting dalam proses belajar. Tanpa

perhatian maka tidak akan ada kegiatan belajar. Anak akan memberikan

perhatian, ketika mata pelajarannya sesuai dengan kebutuhannya. Apabila mata

pelajaran itu sesuai dengan sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar

lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan

motivasi untuk mempelajarinya. Jika peserta didik tidak mempunyai perhatian

alami, maka ia perlu dibangkitkan perhatiannya. Disamping itu, motivasi

mempunyai perhatian besar dalam belajar. Motivasi adalah mesin penggerak

yang mendorong peserta didik melakukan aktivitas belajarnya. Motivasi dapat

menjadi alat dan tujuan pembelajaran.

2. Keaktifan

Kecenderungan pada masa sekarang, inisiatif anak untuk belajar muncul

dalam dirinya sendiri. Artinya keberhasilan belajar lebih dapat terwujud jika

anak mempunyai inisiatif untuk melakukan aktivitas belajar, dan guru berfungsi

sebagai pengarah dan pembimbing.

3. Keterlibatan langsung dan pengalaman

Belajar yang paling baik adalah belajar dengan mengalami langsung tanpa

diwakilkan kepada orang lain. Dalam belajar dengan mengalami langsung

peserta didik dapat menghayati, melibatkan langsung dalam perbuatan, dan

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

29

memiliki tanggung jawab atas keberhasilan belajar itu. Keterlibatan peserta didik

dalam belajar bukan hanya diartikan sebagai keterlibatan fisik semata, tapi juga

yang diperlukan keterlibatan emosional, kegiatan berpikir, penghayatan dan

internalisasi.

4. Pengulangan.

Pengulangan sangat diperlukan dalam belajar. Ini berkaitan dengan teori

psikologi daya, yang menyatakan bahwa belajar adalah memilih daya-daya yang

ada pada diri manusia, yaitu daya mengingat, mengamati, menanggapi,

mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan cara pengulangan-

pengulangan itu maka daya-daya tersebut akan berkembang dengan baik.

5. Tantangan

Dalam situasi belajar, peserta didik berada dalam tujuan yang ingin

dicapai, tetapi selalu mendapatkan tantangan dan hambatan dalam mempelajari

bahan pelajaran. Dengan hambatan dan tantangan itu timbullah motif untuk

mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila

hambatan itu dapat teratasi maka ia akan memasuki medan baru.

6. Penguatan

Penguatan dapat berarti hasil belajar yang menyenangkan (positif) dan

dapat pula berupa hasil belajar yang tidak menyenangkan (negatif). Anak yang

nilai belajarnya baik akan meningkatkan gairah belajar, sedangkan anak yang

mendapatkan nilai jelek akan takut tidak lulus dan berupaya meningkatkan

aktivitas belajarnya.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

30

7. Perbedaan Individual

Dalam proses belajar guru harus memperhatikan perbedaan indivual

peserta didik agar dapat menyesuaikan materi, metode, irama, dan tempo

penyampaian. Bagi peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah, guru

harus memberikan perhatian lebih dengan latihan-latihan atau pelajaran-

pelajaran ekstra. Sedangkan bagi yang kemampuannya menonjol, guru

memberikan penugasan yang lebih intensif dari pada anak yang lain.

Belajar sejarah menurut Sayono (2013: 12) merupakan pintu untuk

mempelajari dan menemukan hikmah terhadap apa yang sudah terjadi. Belajar

sejarah adalah belajar tentang kemanusiaan dalam segala aspeknya. Sedangkan

menurut Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan sikap, dan

nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia

dan dunia dari masa lampau hingga kini (afsari, 2013: 55).

Suyitno dalam Safriandono & Charis (2014: 25) pembelajaran adalah upaya

untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat,

bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal

antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.

Sedangkan menurut Oemar dalam Surani (2018: 9) pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan

pembelajaran.

Pembelajaran sejarah adalah upaya pembentukan karakter melalui upaya

pemahaman dan peneguhan kembali nilai-nilai unggul perjalanan sebuah bangsa

(Susanto, 2014: 29). Sedangkan menurut Hamid (2014: 160) bahwa pembelajaran

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

31

sejarah adalah pembelajaran yang tidak hanya transfer of knowledge kejadian masa

silam, yang kadang membuat peserta didik bosan dan mempertanyakan manfaat

dari setiap kisah, tetapi juga upaya membentuk karakter mereka agar lebih

mengenal diri dan lingkungannya.

Tujuan pendidikan sejarah menurut Hasan dalam Sinaryatin (2017: 314)

harus mengandung materi berupa pengetahuan, kemampuan kognitif, kemampuan

psikomotorik dan nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah dapat

bermakna sehingga dapat mengembangkan jati diri bangsa untuk menghadapi

tantangan di masa yang akan datang. Pembelajaran sejarah memiliki makna yang

mendasar berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai kesejarahan kepada peserta

didik agar peserta didik dapat memahami dengan baik identitas bangsanya dan

dapat mengadapi tantangan di masa yang akan datang (Ariska, 2017: 314).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang membahasa tentang masa lalu

tentang perjalanan suatu bangsa untuk dijadikan hikmah dan pelajaran dimasa yang

akan datang dalam upaya membentuk karakter yang lebih mengenal diri sendiri dan

linkungan sekitar.

Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu

menumbuhkan kemampuan peserta didik melakukan konstruksi kondisi masa

sekarang dengan mengkaitkan atau melihat masa masa lalu yang menjadi basis

topik pembelajaran sejarah. Kemampuan melakukan konstruksi ini harus

dikemukakan secara kuat agar pembelajaran tidak terjerumus dalam pembelajaran

yang bersifat konservatif. Kontekstualitas sejarah harus kuat mengemuka dan

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

32

berbasis pada pengalaman pribadi para peserta didik. Apalagi sejarah tidak akan

terlepas dari konsep waktu, kontinyuitas dan perubahan (Subakti, 2010).

Pembelajaran sejarah memiliki tujuan yang harus dicapai, menurut Agung

(2013: 56) tujuan pembelajaran sejarah adalah (a) mendorong peserta didik berfikir

kritis analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk

memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan dating; (b) memahami bahwa

sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari; dan (c) mengembangkan

kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan

keberlanjutan. Sedangkan menurut Moh. Ali dalam (2014: 57) pembelajaran

sejarah nasional mempunyai tujuan: (a) Membangkitkan, mengembangkan serta

memelihara semangat kebangsaan; (b) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-

cita kebangsaan dalam segala lapangan; (c) Membangkitkan hasrat-mempelajari

sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia; (d)

Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang

Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang

masa.

Pendapat lain dari Kochar dalam Zahro, dkk. (2017: 5-6) tujuan

pembelajaran sejarah adalah (a) mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri;

(b) memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat;

(c) membuat peserta didik mampu mengevaluasi nilai dan hasil yang dicapai

generasinya; (d) mengajarkan toleransi; (e) memperluas cakrwala; (f) mengajarkan

prinsip-prinsip moral; (g) menanamkan orientasi ke masa depan; (h) melatih peserta

didik menangani isu-isu kontraversional; (i) membantu memberikan jalan keluar

bagi berbagai masalah social dan perorangan; (j) memperkokoh rasa nasionalisme;

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

33

(k) mengembangkan pemahaman internasional; dan (l) mengembangkan

keterampilan-keterampilan yang berguna. Sedangkan menurut Dennis Gunning

dalam Nurhayati (2018: 22), secara umum pembelajaran sejarah bertujuan untuk

membentuk warga negara yang baik dan menyadarkan peserta didik untuk

mengenal diri dan lingkungannya. Sedangkan secara spesifik, tujuan pembelajaran

sejarah yaitu mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan intelektual, dan

memberikan informasi kepada peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran

sejarah bertujuan menjadikan peserta didik mampu mengaktualisasikan diri sesuai

dengan potensi dirinya dan menyadari keberadaannya untuk ikut serta dalam

menentukan masa depan.

Selain ini Pusat Pengembangan Profesi Pendidikan (2014: 18-19) juga

menjelaskan bahwa tujuan dari mata pelajaran sejarah Indonesia pada jenjang SMA

yakni menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa

Indonesia yang memiliki rasa bangsa dan cinta tanah air, melahirkan empati dan

perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan

masyarakat dan bangsa, serta mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai

dan moral yang mencerminkan karakter diri, masyarakat dan bangsa.

Maka dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pembelajaran sejarah adalah menumbuhkan cara berfikir kritis dan kesadaran

peserta didik sebagai bagian dari bangsa, dengan meningkatkan semangat belajar

dan berjuang untuk meraih cita-cita dengan tujuan untuk dapat berguna dalam

menjaga dan membawa bangsa menjadi lebih baik lagi dengan rasa nasionalisme.

Materi pada pendidikan sejarah terdiri atas: Pertama, Fakta (nama pelaku,

Tahun peristiwa, tempat danjalannya peristiwa). Kedua, kausalita antara satu

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

34

kejadian dengan kejadian lainnya. Ketiga, kemampuan berpikir (kronologis, kritis,

kreatif dan aplikatif). Keempat, Kepemimpinan dan inisiatif. Kelima, nilai

(kejujuran, kebenaran, kerja keras, risk tasking, tanggung jawab). Keenam, sikap

(menghargai prestasi/kemampuan, keberanian bertindak, disiplin, cinta tanah air

dan bangsa, berani berkorban) (Hasan dalam Chairunnisa, 2017: 62-63).

2.6 Materi E-LKPD

2.6.1. Mutiara dari Timur

Laut Tengah merupakan pusat perdagangan internasional antara orang-orang

barat dan timur yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya dengan komoditi

pasarnya adalah rempah-rempah. Orang-orang Eropa bisa mendapatkan harga yang

terjangkau untuk rempah-rempah tersebut. Namun, setelah Turki Usmani berhasil

menjatuhkan konstatinopel dan mengambil alih kekuasaan, akses untuk

mendapatkan harga yang terjangkau menjadi tertutup untuk orang-orang Eropa. Hal

ini yang menyebabkan dorongan bagi orang-orang barat untuk mencari dan

menemukan wilayah penghasil rempah-rempah secara langsung.

Untuk menemukan wilayah penghasil rempah-rempah maka dimulailah

periode petualangan, penjelajahan, dan penemuan dunia baru. Hal ini didukung dan

difasilitasi oleh pemerintah dengan bantuan para-ilmuan yang ada pada saat itu

terutama ahli navigasi. Negara yang menjadi pelopor penjelajahan, petualangan dan

pelayaran samudera tersebut adalah Portugis dan Spanyol. Portugis merupakan

bangsa barat pertama yang menemukan Kepulauan Nusantara yang kemudian

disusul oleh Spanyol, Belanda dan Inggris. Petualangan mencari rempah-rempah

ini bukan hanya bertujuan untuk keuntungan dari perdagangan rempah-rempah

tetapi terdapat tujuan yang lebih besar untuk bangsa barat capai. (Suroyo, dkk:

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

35

2010). Tujuan tersebut sering kita kenal dengan sebutan 3G (Gold, Glory dan

Gospel) :

a. Gold yaitu tujuan bangsa barat untuk mendapatkan kekayaan dan keuntungan

yang besar dengan mengumpulkan barang yang bernilai tinggi seperti emas,

perak dan bahan tambang atau barang lainnya yg bernilai tinggi di pasar

internasional.

b. Glory yaitu tujuan bangsa barat untuk menguasai daerah yang mereka datangi

sebagai negara jajahan. Bangsa barat setelah menemukan daerah yang kaya

akan sumber daya alamnya ataupun bisa mendatangkan keuntungan bagi

mereka maka bangsa barat akan saling bersaing untuk menguasai daerah

tersebut.

c. Gospel tujuan untuk menyebarkan kepercayaan kristiani ke seluruh penjuru

dunia. Pada mulanya orang-orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester

John yang mereka yakini sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur.

2.6.2 VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie )

Berita tentang penjelajahan dan pelayaran Portugis dan Spanyol yang telah

mendapatkan keuntungan yang banyak dari perdagangan rempah-rempah

menyebar luas. Sehingga hal ini menyebabkan semakin banyak negara-negara

Eropa yang ingin mencoba nasib yang sama ke Nusantara. Hal ini menyebabkan

bangsa barat saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya di

Nusantara. Bukan hanya persaingan antar negara yang terjadi tetapi persaingan

antara kelompok dagang dengan kelompok dagang yang lain dalam satu kenegaraan

juga tidak bisa dicegah. Hal ini menyebabkan perpecahan dan keributan sesame

bangsa barat itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk memperkuat posisi masing-masing

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

36

negara barat di dunia timur, mereka membentuk persekutuan dagang untuk

menyatukan pedagang dari negara mereka untuk bersaing dengan negara lain..

Dalam Suroyo (2010: 22) dijelaskan bahwa Inggris membentuk sebuah

persekutuan atau kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC) pada

tahun 1600 dengan pusat kantor berkedudukan di Kalkuta, India. Setiap dan

kebijakan di dunia timur dikendalikan oleh Inggris melalui EIC ini. Pada tahun

1811 Inggris memiliki kedudukan yang semakin kuat dan meluas hingga berhasil

menduduki sebagian wilayah Nusantara (Suroyo, 2010: 159).

Persaingan keras antar kelompok dagang juga terjadi antara pengusaha

Belanda dari penjualan rempah-rempah. Masing-masing kelompok ingin

mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari kelompok yang lain. Hal ini

menjadi perhatian khusus oleh pemerintah Belanda bersama dengan parlemennya

yang berada di Amsterdam, sebab dengan persaingan keras yang terjadi tersebut

dapat menyebabkan perpecahan pedagang-pedagang Belanda dan menyebabkan

kerugian untuk Belanda sendiri. Oleh karena itu, pada 20 Maret 1602 Belanda ikut

mendirikan persekutuan kongsi dagang Belanda di Nusantara yang diberi nama

Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) (Suroyo, 2010: 21).

Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Perserikatan Maskapai

Perdagangan Hindia Timur/Kongsi Dagang India Timur memiliki tujuan yaitu (1)

untuk mengontrol persaingan antar kongsi dagang agar tidak terjadi persaingan

yang tidak sehat; (2) memperkuat kedudukan Belanda dalam persaingan dengan

negara-negara barat lainnya (Suroyo, 2010: 21-22).

2.6.3 Pemerintah Deandels dan Raffles

a. Pemerintahan Herman Williem Daendels (1808-1811)

Page 30: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

37

Pada tahun 1808-1811 nama Nusantara dipimpin oleh Gubernur Jenderal

yang berama H. W. Deandels yang ditunjuk oleh pemerintahan Republik Bataaf.

Pada masa kekuasaannya, Deandels memiliki tugas utama untuk mempertahankan

kekuasaan Jawa atas serangan pengambilan kekuasaan oleh Inggris. Sebagai

perpanjangan tangan pemerintahan Republik Bataaf di Nusantara, Daendels harus

mampu mempertahankan Nusantara dari serangan Inggris dan memperbaiki siste

administrasi serta kehidupan sosial ekonomi di tanah Jawa (Suroyo, 2010: 139).

Daendels merupakan seorang yang sangat mengikuti ajaran Revolusi

Prancis, ia juga merupakan seorang kaum patriot dan liberal dari Belanda. Setiap

pidato yang disampaikan, Daendels selalu mengutip semboyan Revolusi Perancis.

Daendels adalah orang yang ingin menghilangkan praktik-praktik feodalisme, ia

lenih ingin menanamkan jiwa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di

lingkungan masyarakat Hindia. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih dinamis

dan produktif untuk kepentingan negeri Republik Bataaf. Langkah ini juga

bertujuan untuk mencegah kesalahan penggunaan kekuasaan dan memperkecil hak-

hak para bupati disetiap wilayah nusantara atas kekuasaan tanah dan penggunaan

tenaga rakyat (Suroyo, 2010: 153-154).

Dalam upaya memenuhi tugas dari pemerintah induk, Deandels melakukan

beberapa cara strategis yang berhubungan dengan bidang pertahanan-keamanan,

administrasi pemerintahan, dan sosial ekonomi.

b. Pemerintahan Raffles (1811-1816)

Pada tanggal 18 September 1811 Inggris mulai menancapkan kekuasaannya

di Nusantara. Raffles secara resmi diangkat oleh Gubernur Jenderal Lord Minto

sebagai penguasa ditanah jajahan dengan pusat pemerintahannya berada di Batavia.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

38

Untuk memperkuat kedudukan Inggris di Nusantara, Raffles mulai melakukan

langkah-langkah strategis. Ada tiga prinsip yang dipegang oleh Raffles dalam

menjalankan pemerintahannya di tanah jajahan. Pertama, penggantian sistem kerja

rodi dan penyerahan wajib pajak dengan penanaman bebas oleh rakyat, artinya

Raffles membebaskan rakyat untuk melakukan penanaman apa saja di tanah

mereka. Kedua, menjadikan bupati bagian dari pemerintah kolonial dan

menghilagkan peran bupati yang awalnya sebagai pemungut pajak. Ketiga,

menjadikan tanah yang digarap oleh rakyat sebagai sistem sewa dikarenkan

pandangan bahwa tanah tersebut adalah milik pemerintah. Berangkat dari tiga

prinsip itu Raffles melakukan beberapa langkah, baik yang menyangkut bidang

politik pemerintahan maupun bidang sosial ekonomi.

Raffles memiliki tiga orang penasehat yang mendampingi ia dalam

menjalankan tugas di Nusantara yaitu Gillespie, Mutinghe, dan Crassen. Kemudian

Secara geopolitik, membagikan Jawa menjadi 16 karesidenan (Suroyo, 2010: 163).

Dalam upaya memperkuat kedudukan dan mempertahankan kekuasaan Inggris,

Raffles mengambil langkah untuk menjalin hubungan baik dengan para pangeran

dan penguasa yang diperkirakan membenci Belanda. Langkah ini sekaligus sebagai

upaya untuk mempercepat penguasaan Pulau Jawa yang merupakan basis kekuatan

Kepulauan Nusantara. Dalam penerapan dan hasil yang diperoleh, Raffles berhasil

membangun hubungan dengan raja-raja di Jawa dan Palembang dengan doktrinisasi

untuk mengusir Belanda dari Nusantara. Tetapi, setelah keberhasilan raja-raja di

Jawa dan Palembang mengusir Belanda dari Nusantara, Raffles mulai

menampakkan tabiat aslinya dengan tidak simpati lagi kepada tokoh-tokoh yang

sudah berjuang membantu Inggris mengusir Belanda dari Nusantara. Hal ini bisa

Page 32: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

39

kita lihat sikap Raffles yang tidak baik terhadap Raja Baharuddin di Palembang.

Padahal Raja Baharuddin adalah salah satu raja yang sangat berjasa terhadap

Raffles dalam mengusir Belanda dari Nusantara (Suroyo, 2010:159).

Beberapa bentuk kebijakan dan tindakan dilakukan Raffles adalah sebagai

berikut: (1) menerapkan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang

berakibat kepada terbentuknya dasar bagi perkembangan sistem perekonomian

uang; (2) Menghapus sistem pajak dan penyerahan wajib hasil bumi; (3) menghapus

sistem kerja paksa atau kerja rodi dan perbudakan; (4) Menghapus sistem monopoli;

(5) Menjadikan desa sebagai bagian unit administrasi penjajahan.

2.6.4. Dominasi Pemerintahan Belanda di Indonesia

Pada tahun 1814 dari hasil traktat London maka Nusantara dinyatakan

kembali ke tangan Belanda sehingga kebijakan pemerintah Belanda membentuk

badan baru yang bernama Komisaris Jenderal untuk memerintah ditanah jajahan.

Komisaris Jenderal ini dibentuk oleh Pangeran Willem VI yang terdiri atas tiga

orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout sebagai ketua serta Arnold Ardiaan

Buyskes dan Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen sebagai anggota

(Suroyo, dkk., 2010: 166).

Pada April 1816 Komisaris Jendral tiba di Batavia dengan membawa konsep

sistem liberalisme untuk menyusun tatanan pemerintahan baru setelah

dikembalikannya Nusantara kepada Belanda, mengusahakan ketentraman dan nasib

rakyat, membentuk angkatan perang dan menyusun undang-undang sebagai

pedoman pemerintahan Belanda di Nusantara. Pada tahun 1819 Undang-undang

tersebut disahkan oleh pemerintah Belanda (Sartono Kartdirjo: 1980) .

Page 33: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

40

Setelah sampai di Indonesia dan melihat kondisi yang ada, Ketiga Komisaris

Jenderal itu bimbang untuk menerapkan prinsip prinsip liberalisme dalam

mengelola tanah jajahan di Nusantara. Pada saat itu Nusantara dalam keadaan terus

merosot dan pemerintah mengalami kerugian. Kas negara di Belanda berada dalam

kondisi krisis dan berdampak kepada negeri induk. Hal ini membuat para komisaris

jenderal harus melakukan tugas secepatnya untuk dapat mengatasi persoalan-

persoalan ekonomi di Tanah Jajahan. Sementara itu di satu sisi kaum liberalis dan

konservatif masih belum selesai memperdebatkan terkait sistem pengelolaan tanah

jajahan untuk mendapatkan keuntungan yang besar bagi negara induk. Kaum liberal

berkeyakinan bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang besar maka pengelolaan

tanah jajahan harus diserahkan kepada swasta. Namun di sisi lain para kelompok

konservatif berpendapat untuk menghasil keuntungan yang besar maka tanah

jajahan harus dikelola langsung oleh pemerintah dengan pegawasan yang ketat.

Dengan mempertimbangkan amanat UU Pemerintah dengan kondisi yang

sedang dirasakan oleh para komisaris di Nusantara saat itu dan melihat perdebatan

antara kaum liberalis dan konservatif yang tidak kunjung selesai, maka para

komisari jenderal sepakat untuk menerapkan kebijakan jalan tengah. Maksudnya,

eksploitasi kekayaan di tanah jajahan langsung ditangani pemerintah Hindia

Belanda agar dapat segera mendatangkan keuntungan bagi negeri induk, di samping

mengusahakan kebebasan penduduk dan pihak swasta untuk berusaha di tanah

jajahan. Namun, kebijakan yang dijalankan ini tidak dapat merubah keadaan

ekonomi semakin membaik saat itu. Sehingga pada tanggal 22 Desember 1818

Pemerintah Belanda mengubah kebijakan dengan memberlakukan UU yang

Page 34: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

41

menegaskan bahwa penguasa tertinggi di tanah jajahan adalah gubernur jenderal

dengan mengangkat Van der Capellen pertama di Nusantara.

a. Sistem Tanam Paksa

Pemerintah Belanda terus mencari cara bagaimana untuk mengatasi problem

ekonomi. Berbagai pendapat mulai dilontarkan oleh para para pemimpin dan tokoh

masyarakat. Salah satunya pada tahun 1829 seorang tokoh bernama Johannes Van

den Bosch yang diangkat sebagai gubernur jenderal mengajukan gagasan kepada

raja Belanda untuk menyelamatkan kas negara. Gagasan Bosch sederhana, sistem

pajak tanah yang telah diintoduksikan oleh Raffles harus diubah sedemikian rupa

sehingga bukan hanya menguntungkan pemerintah kolonial tetapi juga

menguntungkan bagi para petani itu sendiri. Jika pada masa pajak tanah, petani

dituntu untuk menyerahkan 2/5 dari nilai panen kepada pemerintah sebagai pajak,

maka Bosch hanya menuntut 1/5 dari tanah petani bukan diserahkan dalam bentuk

tanah, uang, ataupu penyerahan padi, namun berupa tanaman ekspor. Namun,

rencana yang dijalankan itu tidak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya, rakyat

tetap harus membayar pajak tanah dan juga harus melaksanakan kewajibannya

untuk menanam tanaman untuk memasok pasar dunia (Suroyo, dkk., 2010: 142).

Konsep Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan Cultuurstelsel (Tanam

Paksa). Dengan cara ini diharapkan perekonomian Belanda dapat dengan cepat

pulih dan semakin meningkat. Bahkan dalam salah satu tulisan Van den Bosch

membuat suatu perkiraan bahwa dengan Tanam Paksa, hasil tanaman ekspor dapat

ditingkatkan sebanyak kurang lebih f.15. sampai f.20 juta setiap tahun. Van den

Bosch menyatakan bahwa cara paksaan seperti yang pernah dilakukan VOC adalah

cara yang terbaik untuk memperoleh tanaman ekspor untuk pasaran Eropa. Dengan

Page 35: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

42

membawa dan memperdagangkan hasil tanaman sebanyak-banyaknya ke Eropa,

maka akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar.

b. Sistem Usaha Swasta (Liberal)

Adanya penerapan sistem tanam paksa oleh pemerintah Hindia Belanda

dinilai berhasil membantu memperbaiki perekonomian Belanda. Keuntungan yang

didapatkan dari penerapan sistem tanam paksa mendorong Belanda berkembang

menjadi negara industri. Beriringan dengan hal tersebut ternyata juga memberikan

dorongan kepada kaum liberal untuk tampil dengan dukungan dari para pengusaha.

Hal ini mengakibatkan mulai muncul pertentangan dari kaum liberal tentang

pelaksanaan tanam paksa. Belanda mulai mempertimbangkan baik buruk dan

untung ruginya tanam paksa. Sehingga menimbulkan kelompok pro dan kontra

terhadap pelaksanaan sistem tanam paksa.

Pihak yang pro untuk tetap menerapkan sistem tanam paksa adalah kelompok

konservatif dan para pegawai pemerintah. Alasan yang dikeluarkan oleh kelompok

ini kenapa harus tetap mempertahankan sistem tanam paksa adalah dikarenakan

sistem ini telah mendatangkan banyak keuntungan untuk Belanda. Senada dengan

hal tersebut para pemegang saham perusahaan NHM (Nederlansche Handel

Matschappij) juga ikut mendukung tetap dilanjutkan sistem tanam paksa karena

mendapatkan hak monopoli untuk membawa hasil komoditi dari Nusantara ke

Eropa.

Satu sisi terdapat kelompok yang kontra dengan pelaksanaan tanam paksa.

Kelompok ini adalah kelompok masyarakat yang menaruh simpati terhadap

penderitaan yang dirasakan rakyat pribumi dari akibat pelaksanaan sistem tanam

paksa. Pada umumnya kelompok ini adalah orang-orang yang dipengaruhi ajaran

Page 36: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

43

agama dan mengikuti paham liberalisme. Kaum liberal berpendapat agar

pemerintah tidak adanya campur tangan dalam urusan ekonomi tetapi diserahkan

kepada pihak swasta.

Kaum liberal meminta pelaksanaan tanam taksa di Nusantara diakhiri. Hal

tersebut mendapat dorongan dengan terbitnya dua buah buku pada tahun 1860 yaitu

buku Max Havelaar yang ditulis oleh Edward Douwes Dekker dengan nama

samarannya Multatuli, dan buku yang berjudul Suiker Contractor (Kontrak-kontrak

Gula) yang ditulis oleh Frans van de Pute. Kedua buku ini memberikan kritik keras

terhadap pelaksanaan Tanam Paksa. Sedangkan kaum liberal di parlemen sudah

lantang dalam mengkritik praktik pelaksanaan tanam paksa ini. Dengan adanya

kritikan-kritikan dari parlemen dan juga tokoh yang semakin kuat akhirnya pada

tahun 1870 sistem tanam paksa dihapus dan diganti dengan undang-undang agraria

(Suroyo, dkk., 2010: 146).

2.1.6.5 Penyebaran Agama Kristen

Menurut Suroyo, dkk (2010) secara garis besar perkembangan agama Kristen

di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kristen Katolik dan Kristen

Protestan. Penyebaran agama Kristen sama dengan cara penyebaran agama ainya

seperti Hindu, Buddha dan Islam yaitu melalui aktivitas pelayaran dan

perdagangan. Pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh bangsa waktu itu

sudah menjangkau ke seluruh wilayah kepulauan Nusantara. Hal ini dapat

dibuktikan dengan melihat kenyataan bahwa agama Kristen Katolik dan Kristen

Protestan berkembang di berbagai daerah. Bahkan di daerah Indonesia bagian

Timur seperti di Papua, daerah Minahasa, Timor, Nusa Tenggara Timur, juga

daerah Tapanuli di Sumatera, agama Kristen menjadi mayoritas.

Page 37: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

44

Proses masuknya agama Kristen ke Indonesia ini dapat dikatakan dalam dua

gelombang atau dua kurun waktu. Pertama dikatakan bahwa agama Kristen masuk

di Indonesia sudah sejak zaman kuno. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam

bukunya Topographica Christiana, diceritakan bahwa pada abad ke-6 sudah ada

komunitas mi di India Selatan, di pantai Malabar, dan Sri Lanka. Dari Malabar itu

agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 650 agama Kristen sudah

mulai berkembang di Kedah (Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad ke-

9 Kedah berkembang menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur

pelayaran yang menghubungkan India-Aceh-Barus- Nias-melalui Selat Sunda-Laut

Jawa dan terus ke Cina. Jalur inilah yang disebut sebagai jalur penyebaran agama

Kristen dari India ke Nusantara (Suroyo, dkk., 2010: 174).

Pada periode berikutnya, seiring dengan kedatangan bangsa-bangsa barat ke

Nusantara pada abad ke 16, penyebaran agama Kristen menjadi lebih intensif.

Kedatangan bangsa-bangsa Barat tersebut semakin memperkuat dan mempercepat

penyebaran agama Kristen di Nusantara. Penyebaran sesuai dengan kepercayaan

negara-negara barat yang datang seperti Portugis menyebarkan agama Kristen

Katolik dan Belanda menyebarkan agama Kristen Protestan

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Hasil penelitian yang Umi Hartati dan Rizky Ahmad Refa’I dengan judul

“Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd) Sejarah Masa

Pendudukan Jepang Di Indonesia Berbasis Nilai Karakter Untuk Kelas Xi Sma

Negeri 1 Pasirsakti”. Persamaan dengan penelitian peneliti adalah sama-sama

Page 38: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

45

mengembangkan LKPD. Perbedaannya adalah penelitian ini menghasilkan

LKPD berbentuk cetak berbasis karakter sedangkan penelitian peneliti

menghasilkan LKPD berbentuk elektronik berbasis kvisoft flipbook maker,

model penelitian yang digunakan di penelitian ini adalah model Research and

Depelovment dari hasil adaptasi Sugiyono level satu sedangkan model

pengembangan yang digunakan peneliti adalah model Four D, materi yang

digunakan dalam hasil penelitian ini adalah materi masa pendudukan Jepang

sedangkan materi yang digunakan peneliti adalah Kolonialisme dan

Imperialisme.

b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yan Driya Samodra dan Dyah Komala

Sari dengan judul “Lembar Kerja Peserta didik Mata Pelajaran Sejarah

Berbasis Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Atas (SMA) Perbedaan

hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian

ini menghasilkan LKPD berbentuk cetak berbasis karakter sedangkan

penelitian peneliti menghasilkan LKPD berbentuk elektronik berbasis kvisoft

flipbook maker, model yang digunakan dalam hasil penelitian ini menggunakan

model pengembangan Borg and Gall yang Sedangkan model pengembangan

yang digunakan peneliti adalah model Four D.

c. Hasil Penelitian Eka Yuni Andriyani, M. Dwi Wiwik Ernawati, Affan Malik

dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik Berbasis

Proyek pada Materi Termokimia di Kelas XI SMA”. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian peneliti adalah sama-sama melakukan pengembangan e-

LKPD dan sama-sama menggunakan model pengembangan Four D.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

46

Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini berbasis proyek sedangkan

penelitian peneliti berbasis kvisoft flipbook maker.

2.7 Kerangka Berfikir

Bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang mampu menarik minat dan

memotivasi peserta didik serta dikaitkan dengan situasi dunia nyata peserta didik

salah satunya adalah mengaitkan bahan ajar dengan budaya lokal yaitu budaya

Jambi yang tertuang dalam e-LKPD yang akan dikembangkan penulis. E-LKPD

merupakan salah satu bahan ajar elektronik yang biasa digunakan disekolah. E-

LKPD ini disajikan dalam bentuk elektronik menggunakan kvisoft flipbook maker.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development dengan model 4-D

(four-D model). Tahapan model pengembangan 4-D meliputi tahap pendefinisian

(define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap

penyebaran (disseminate). Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini baru sampai

pada tahap pengembangan (develop). LKPD yang dikembangkan harus memenuhi

tiga kriteria yaitu validitas (validity), praktis (practice), dan efektif (efective).

Pengembangan E-LKPD pada materi Kolonialisme dan Imperialisme ini

dapat menunjang peserta didik dalam kegiatan belajar mandiri. Peserta dapat

mempelajari dan memahami materi dengan sendiri tanpa harus menunggu bantuan

materi yang diberikan oleh pendidik. Hal ini dapat membuat peserta didik

mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya secara autodidak ataupun

dengan penjelasan guru Adapun kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 40: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar II revisi pra sidang.pdfBAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang

47

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

Pengembangan e-

LKPD Berbasis

Kvisoft flipbook

maker

Modul

Bahan Ajar LKPD Materi Kolonialisme

dan Imperialisme

Buku

SMAN 11 Muaro Jambi


Recommended