+ All Categories
Home > Documents > Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum...

Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum...

Date post: 30-Oct-2020
Category:
Upload: others
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 2 Jan - Mar 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Latih 2.564 Fasilitator Praktik yang Baik Pembelajaran dan Manajemen Sekolah Solo-Medan. Penyebarluasan praktik yang baik dalam pendidikan melalui kegiatan pelatihan telah dimulai. USAID PRIORITAS melatih 274 fasilitator provinsi yang berasal dari guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen terpilih yang siap melatih lagi fasilitator daerah dan mendampingi sekolah untuk menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. Pelatihan dibagi menjadi dua kelompok, untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) diselenggarakan di Solo, pada14-20 Januari 2013, sedangkan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) kegiatannya dipusatkan di Medan, pada 30 Januari-5 Februari 2013. Mereka dipersiapkan untuk melatih 2.290 fasilitator daerah yang tersebar di tujuh provinsi mitra. Secara keseluruhan ada 2.564 fasilitator yang siap untuk melatih dan mendampingi sekolah di tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS. Didik Prangbakat, M.Pd mewakili Direktur Pembinaan SD yang hadir pada kegiatan di Solo, melihat potensi yang luar biasa dari para fasilitator. Menurutnya, pelatihan tersebut menjadi kesempatan bagi mereka untuk menjadi guru terbaik yang patut untuk dicontoh guru lainnya. Dr. Juandanilsyah, mewakili Direktur Pembinaan SMP pada kegiatan pelatihan di Medan menyampaikan bahwa ke depan akan banyak tantangan yang dihadapi guru. Dia berharap para fasilitator yang dilatih dapat menjadi motivator untuk mengajak guru-guru lainnya menjadi lebih baik dalam praktik mengajar. Baca berita lengkapnya di halaman 3. (Anw) Jakarta. Penerapan Kurikulum 2013 perlu melibatkan berbagai potensi pendidikan. Program seperti USAID PRIORITAS merupakan mitra penting untuk dapat mensinkronkan programnya dengan implementasi kurikulum 2013. Demikian pesan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, M.S pada pertemuan dengan tim USAID PRIORITAS yang membahas rencana implementasi kurikulum baru itu. Pesan Wamendikbud ditindaklanjuti USAID PRIORITAS dengan mengenalkan dan mempraktikkan aspek-aspek penting dalam Kurikulum 2013 pada pelatihan yang dilaksanakan di tujuh provinsi mitra.” Awal tahun ini, kita telah memulai pelatihan praktik yang baik untuk SD/MI dan SMP/MTs, sementara kurikulum 2013 masih dalam proses finalisasi. Untuk itu, kita akan mulai dengan memfasilitasi peserta pelatihan menggunakan standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di kurikulum 2013 sebagai bagian penting yang harus dimasukkan dalam praktik mengajar di kelas,” kata Lynne Hill Adviser Pengajaran dan Pembelajaran USAID PRIORITAS. Harapannya, menurut adviser asal Australia itu, peserta dapat memiliki pengalaman dalam memfasilitasi pembelajaran yang berorientasi pada kurikulum 2013. ”Kita memberikan keyakinan kepada peserta bahwa kurikulum ini dapat di implementasikan secara efektif di sekolah dengan cara mengajar yang memfasilitasi siswa untuk belajar aktif,” tukasnya. Wamendikbud: Sinkron dengan Kurikulum 2013 Pertemuan di ruang Wamendikbud membahas sinergi dalam implementasi kurikulum 2013. Kembangkan Program Berbasis Riset EGRA 2.564 fasilitator siap untuk melatih dan mendampingi sekolah di tujuh provinsi mitra. Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org ASESMEN kemampuan membaca siswa kelas awal (EGRA) yang dilaksanakan pada Bulan November - Desember 2012, memberikan data tentang kemampuan membaca siswa di SD/MI daerah mitra USAID PRIORITAS. Berdasarkan hasil EGRA, USAID PRIORITAS akan mengembangkan program yang dapat membantu anak-anak meningkatkan kemampuan membacanya. Berita lengkapnya di halaman 2. (Anw) EGRA di MI Nurul Ulum 2 Pamekasan, Jawa Timur.
Transcript
Page 1: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 2Jan - Mar

2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Latih 2.564 Fasilitator Praktik yang Baik Pembelajaran dan Manajemen Sekolah

Solo-Medan. Penyebarluasan praktik yang baik dalam pendidikan melalui kegiatan pelatihan telah dimulai. USAID PRIORITAS melatih 274 fasilitator provinsi yang berasal dari guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen terpilih yang siap melatih lagi fasilitator daerah dan mendampingi sekolah untuk menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. Pelatihan dibagi menjadi dua kelompok, untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) diselenggarakan di Solo, pada14-20 Januari 2013, sedangkan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) kegiatannya dipusatkan di Medan, pada 30 Januari-5 Februari 2013. Mereka dipersiapkan untuk melatih 2.290 fasilitator daerah yang tersebar di tujuh provinsi mitra. Secara keseluruhan ada 2.564 fasilitator yang siap untuk melatih dan mendampingi sekolah di tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS.

Didik Prangbakat, M.Pd mewakili Direktur Pembinaan SD yang hadir pada kegiatan di Solo, melihat potensi yang luar biasa dari para fasilitator. Menurutnya, pelatihan tersebut menjadi kesempatan bagi mereka untuk menjadi guru terbaik yang patut untuk dicontoh guru lainnya. Dr. Juandanilsyah, mewakili Direktur Pembinaan SMP pada kegiatan pelatihan di Medan menyampaikan bahwa ke depan akan banyak tantangan yang dihadapi guru. Dia berharap para fasilitator yang dilatih dapat menjadi motivator untuk mengajak guru-guru lainnya menjadi lebih baik dalam praktik mengajar. Baca berita lengkapnya di halaman 3. (Anw)

Jakarta. Penerapan Kurikulum 2013 perlu melibatkan berbagai potensi pendidikan. Program seperti USAID PRIORITAS merupakan mitra penting untuk dapat mensinkronkan programnya dengan implementasi kurikulum 2013. Demikian pesan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, M.S pada pertemuan dengan tim USAID PRIORITAS yang membahas rencana implementasi kurikulum baru itu.

Pesan Wamendikbud ditindaklanjuti USAID PRIORITAS dengan mengenalkan dan mempraktikkan aspek-aspek penting dalam Kurikulum 2013 pada pelatihan yang dilaksanakan di tujuh provinsi mitra.” Awal tahun ini, kita telah memulai pelatihan praktik yang baik untuk SD/MI dan SMP/MTs, sementara kurikulum 2013 masih dalam proses finalisasi. Untuk itu, kita akan mulai dengan memfasilitasi peserta pelatihan menggunakan standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di kurikulum 2013 sebagai bagian penting yang harus dimasukkan dalam praktik mengajar di kelas,” kata Lynne Hill Adviser Pengajaran dan Pembelajaran USAID PRIORITAS.

Harapannya, menurut adviser asal Australia itu, peserta dapat memiliki pengalaman dalam memfasilitasi pembelajaran yang berorientasi pada kurikulum 2013. ”Kita memberikan keyakinan kepada peserta bahwa kurikulum ini dapat di implementasikan secara efektif di sekolah dengan cara mengajar yang memfasilitasi siswa untuk belajar aktif,” tukasnya.

Wamendikbud: Sinkron dengan Kurikulum 2013

Pertemuan di ruang Wamendikbud membahas sinergi dalam implementasi kurikulum 2013.

Kembangkan Program Berbasis Riset EGRA

2.564 fasilitator siap untuk melatih dan mendampingi sekolah di tujuh provinsi mitra.

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org

ASESMEN kemampuan membaca siswa kelas awal (EGRA) yang dilaksanakan pada Bulan November - Desember 2012, memberikan data tentang kemampuan membaca siswa di SD/MI daerah mitra USAID PRIORITAS. Berdasarkan hasil EGRA, USAID PRIORITAS akan mengembangkan program yang dapat membantu anak-anak meningkatkan kemampuan membacanya. Berita lengkapnya di halaman 2. (Anw)

EGRA di MI Nurul Ulum 2 Pamekasan, Jawa Timur.

Page 2: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 3

Hasil Asesmen Kemampuan Membaca Siswa Kelas Awal di Tujuh Provinsi:

Lancar Baca Huruf tapi Sulit Menyimak

Jakarta – Hasil Asesmen Membaca Siswa Kelas Awal (Early Grade Reading Assessment - EGRA) yang dilakukan pada 4.232 siswa kelas tiga di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di 23 kabupaten di tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS, menunjukkan siswa kelas tiga fasih dalam membaca huruf dan membaca kata-kata tetapi memiliki kesulitan dalam membaca teks dan memahami isinya.

Lorna Power, Deputi Direktur Program USAID PRIORITAS yang memimpin pelaksanaan program EGRA mengatakan bahwa secara keseluruhan temuan ini menunjukkan keterampilan membaca siswa kelas 3 di daerah mitra USAID PRIORITAS sudah cukup baik pada tingkat dasar. "Mereka bisa membaca

kata-kata dalam bahasa Indonesia, tetapi mereka belum tentu selalu mengerti apa yang mereka baca," kata deputi direktur dari Inggris. "Dan mereka sering tidak tahu makna apa yang mereka baca," tambahnya.

Anak-anak pada sampel asesmen bisa mengidentifikasi rata-rata 85,69 huruf dalam satu menit, dan membaca kata-kata bermakna sebanyak

70,42 per menit tetapi anak-anak yang bisa membaca dengan 80% pemahaman kurang dari setengahnya (47,2%). Detailnya lihat tabel di bawah.

EGRA adalah asesmen yang diakui secara internasional dan yang telah divalidasi digunakan di banyak negara di seluruh dunia. Hasilnya digunakan untuk mengetahui kemampuan yang dibutuhkan anak untuk mengetahui komponen

kemampuan dari membaca yang masih perlu dikembangkan. EGRA versi Indonesia berisi enam tugas untuk mengukur kemampuan membaca siswa kelas awal (dari kelas 1 hingga kelas 3), yaitu (1) membaca huruf, (2) membedakan bunyi awal, (3) membaca kata bermakna, (4) membaca kata tidak bermakna, (5) kelancaran membaca kalimat, dan membaca pemahaman berdasarkan teks yang dibacakan, serta (6) menyimak. Asesmen setiap siswa membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Berdasarkan hasil EGRA, diketahui kebanyakan siswa di kelas tiga hanya mengerti 50% dari apa yang mereka dengar, dan hanya separuh dari anak-anak mengerti apa yang mereka baca. ”Meningkatkan kemampuan membaca anak akan membantu meningkatkan kemampuannya untuk belajar di semua mata pelajaran dalam kurikulum. Hal ini adalah tantangan riil untuk kita semua," katanya lagi.

(Anw)

Sebarluaskan Praktik yang Baik melalui Pelatihan

USAID PRIORITAS mengusung pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah pada kegiatan yang digelar di tujuh provinsi mitra. Pelatihan yang berlangsung mulai Januari s.d Agustus 2013 itu, mengembangkan materi pelatihan yang selama ini terbukti efektif dalam mewujudkan perubahan di sekolah.

Untuk memberikan contoh riil perubahan, pada beberapa materi pelatihan ditayangkan video keberhasilan yang terjadi di sekolah. Misalnya implementasi pembelajaran aktif kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), pembelajaran kontekstual, strategi sekolah dalam mendorong peranserta masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah, dan beberapa video untuk memberikan inspirasi kepada peserta.

Untuk menguatkan pemahaman dan

keyakinan peserta tentang aktivitas program ini, para pelaku praktik yang baik juga diundang sebagai narasumber. Mereka memaparkan pengalaman keberhasilannya dalam memfasilitasi pembelajaran aktif dan menerapkan manajemen berbasis sekolah. Peserta juga diberi kesempatan untuk berdialog dan mencatat hal-hal penting yang dapat diadaptasi di sekolahnya.

Setelah mendapatkan materi pelatihan tentang pembelajaran, seluruh peserta diminta mengembangkan RPP untuk diimplementasikan pada praktik mengajar di sekolah. Semua peserta diwajibkan mengajar dan memastikan semua aspek yang dilatihkan, diimplementasikan dalam praktik mengajar.

Prof. Dr. H. Patta Bundu, M.Ed, Dosen PGSD Universitas Negeri Makassar menilai pelatihan yang diikutinya sangat menarik dan inspiratif. ”Pelatihan ini dapat

mendorong percepatan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah,” kata dosen yang aktif mengikuti pelatihan untuk SD/MI di Solo pada Januari lalu. (Anw)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

HASIL asesmen EGRA, akan digunakan USAID PRIORITAS untuk merancang program yang komprehensif untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak. "Ini akan membantu USAID untuk mencapai target global membantu meningkatkan keterampilan membaca 100 juta anak-anak di seluruh dunia. EGRA merupakan faktor kunci dalam membantu kita mencapai target ini," jelas Jalu Cahyanto, Program Manager USAID Indonesia.

Dr. Unifah Rosyidi, Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik BP SDM PMP Kemdikbud, pada kegiatan pemaparan hasil asesmen EGRA di Jakarta pada Pebruari lalu, menyambut baik pelaksanaan EGRA di Indonesia. Menurutnya, program ini sangat relevan untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk anak-anak di Indonesia. “Banyak penelitian yang hanya menyentuh di permukaan, tetapi EGRA ini menyentuh langsung pada persoalan di lapangan. Kami mendukung kolaborasi Kemdikbud dengan USAID untuk memperluas cakupan pelaksanaan EGRA di Indonesia,” tegasnya. Ibu Unifa juga berharap, selain mengases kemampuan membaca anak, guru juga perlu diases kemampuan mengajarnya sehingga diketahui relevansinya dengan kemampuan anak. (Anw)

KALANGAN profesional pendidikan melihat potensi besar dalam aplikasi EGRA. Seperti yang diutarakan Prof. Dr. Asfah Rahman, dosen Universitas Negeri Makassar (UNM). Menurutnya EGRA sangat penting sebagai input untuk meningkatkan kualitas pelatihan guru di tingkat universitas. "Berdasarkan EGRA kita dapat mengembangkan materi yang relevan dengan permasalahan guru dalam mengajar keterampilan membaca. Bahan pelatihan tersebut dapat digunakan untuk perkuliahan atau pendidikan profesi guru," kata dosen UNM itu.

Hal senada juga disampaikan Ririk Ratnasari staf di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bahasa, Kemdikbud. "Hasil EGRA dapat membantu kita untuk merancang program pelatihan guru untuk guru kelas awal, sehingga kita bisa melatih guru untuk mengajar yang lebih baik," katanya yakin.

Relevan dengan LPTK

PADA pelatihan yang melibatkan 2.564 fasilitator itu, USAID PRIORITAS juga memfasilitasi peserta tentang konteks Kurikulum 2013. Peserta didampingi untuk implementasikan standar kompetensi lulusan (SKL) Kurikulum 2013 dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) praktik mengajar.

”Kita mendampingi peserta untuk memastikan aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada pada SKL Kurikulum 2013 sudah menjadi bagian dalam RPP dan diterapkan pada praktik mengajar di kelas. Peserta menggunakan standar isi dari kurikulum yang berlaku yang diintegrasikan dengan SKL Kurikulum 2013,” kata Ujang Sukandi Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS.

Pola ini akan diteruskan sampai pada pelatihan di tingkat sekolah. Peserta akan menjadi fasilitator yang juga dapat menyampaikan konteks kurikulum 2013. ”Pada saat implementasi Kurikulum 2013 sudah diberlakukan, maka kita harapkan para guru di sekolah mitra sudah familier dengan proses pembelajaran yang berorientasi Kurikulum 2013 yaitu tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (Anw)

Implementasikan SKL Kurikulum 2013 Apa yang Dilatihkan?

Pelatihan ini mengusung dua aspek penting

perubahan di sekolah, yaitu Pembelajaran dan

Manajemen Sekolah. Berikut adalah gambaran

materi pelatihannya,

Pembelajaran SD/MI: Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif

Persiapan dan Praktik Mengajar

Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG)

Menyusun Rencana

Tindaklanjut Penerapan

PAKEM

Pembelajaran SMP/MTs: Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kooperatif Merumuskan Pertanyaan

yang Mendorong Siswa Berpikir Tingkat Tinggi

Menciptakan Lingkungan Kelas yang Mendorong Siswa Belajar

Menulis Jurnal Reflektif, Persiapan dan Praktik

Mengajar Mengoptimalkan Kinerja

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Menyusun Rencana Tindak Lanjut Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Manajemen Sekolah: Manajemen Sekolah

(Pemberdayaan Berbagai Pihak untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Transparansi dan Akuntabilitas)

Peranserta Masyarakat (Manfaat, Jenis, dan Cara Mendorong)

Perencanaan dan Penganggaran Sekolah

Menyusun Rencana Tindak Lanjut Penerapan Manajemen Sekolah

Materi dan video pelatihan dapat diunduh di www.prioritaspendidikan.org.

Membaca

Huruf

Per Menit

Bunyi

Awal

Kata

Bermakna

Per Menit

Kata Tidak

Bermakna

Per Menit

Membaca

Lancar

Per Menit

Memahami

Bacaan

Menyimak

Skor Rata-rata

di kelas tiga

85,69

Tidak ada

Skor Max

4,72

Skor

Max 10

70,42

Tidak ada Skor

Max

35,57

Tidak ada Skor

Max

68,09

Tidak ada Skor

Max

3,25

Skor

Max 5

1,52

Skor

Max 5

% siswa dgn

skor zero

0,50% 8,01% 1,85% 3,69% 1,34% 3,31% 16,77%

Asfah RahmanEGRA menjadi pintu masuk untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.

EGRA perlu waktu sekitar 15 menit untuk mengases siswa.

USAID Bantu 100 Juta Anak Terampil Membaca

Melisa, siswi MTsN Lubuk Pakam dan teman sekelompoknya mencari informasi hubungan asosiatif dan disosiatif yang terjadi di sekolahnya. Mereka mewancarai petugas kebersihan sekolah. Proses pembelajaran aktif ini merupakan bagian dari praktik mengajar peserta pelatihan USAID PRIORITAS.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) - RINGKAS

DOMAIN SD SMP SMA-SMK

SIKAP

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

PRIBADI YANG BERMAIN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI, DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF

DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, ALAM SEKITAR, SERTA DUNIA DAN PERADABANNYA

KETERAMPILAN

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta

PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG EFEKTIF DAN KREATIF DALAM RANAH ABSTRAK DAN KONKRET

PENGETAHUAN

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi

PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, BUDAYA DAN BERWAWASAN KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN,

KENEGARAAN DAN PERADABAN

Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan; 1. Perkembangan psikologis anak 2. Lingkup dan kedalaman materi 3. Kesinambungan 4. Fungsi satuan pendidikan 5. Lingkungan

Page 3: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 3

Hasil Asesmen Kemampuan Membaca Siswa Kelas Awal di Tujuh Provinsi:

Lancar Baca Huruf tapi Sulit Menyimak

Jakarta – Hasil Asesmen Membaca Siswa Kelas Awal (Early Grade Reading Assessment - EGRA) yang dilakukan pada 4.232 siswa kelas tiga di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di 23 kabupaten di tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS, menunjukkan siswa kelas tiga fasih dalam membaca huruf dan membaca kata-kata tetapi memiliki kesulitan dalam membaca teks dan memahami isinya.

Lorna Power, Deputi Direktur Program USAID PRIORITAS yang memimpin pelaksanaan program EGRA mengatakan bahwa secara keseluruhan temuan ini menunjukkan keterampilan membaca siswa kelas 3 di daerah mitra USAID PRIORITAS sudah cukup baik pada tingkat dasar. "Mereka bisa membaca

kata-kata dalam bahasa Indonesia, tetapi mereka belum tentu selalu mengerti apa yang mereka baca," kata deputi direktur dari Inggris. "Dan mereka sering tidak tahu makna apa yang mereka baca," tambahnya.

Anak-anak pada sampel asesmen bisa mengidentifikasi rata-rata 85,69 huruf dalam satu menit, dan membaca kata-kata bermakna sebanyak

70,42 per menit tetapi anak-anak yang bisa membaca dengan 80% pemahaman kurang dari setengahnya (47,2%). Detailnya lihat tabel di bawah.

EGRA adalah asesmen yang diakui secara internasional dan yang telah divalidasi digunakan di banyak negara di seluruh dunia. Hasilnya digunakan untuk mengetahui kemampuan yang dibutuhkan anak untuk mengetahui komponen

kemampuan dari membaca yang masih perlu dikembangkan. EGRA versi Indonesia berisi enam tugas untuk mengukur kemampuan membaca siswa kelas awal (dari kelas 1 hingga kelas 3), yaitu (1) membaca huruf, (2) membedakan bunyi awal, (3) membaca kata bermakna, (4) membaca kata tidak bermakna, (5) kelancaran membaca kalimat, dan membaca pemahaman berdasarkan teks yang dibacakan, serta (6) menyimak. Asesmen setiap siswa membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Berdasarkan hasil EGRA, diketahui kebanyakan siswa di kelas tiga hanya mengerti 50% dari apa yang mereka dengar, dan hanya separuh dari anak-anak mengerti apa yang mereka baca. ”Meningkatkan kemampuan membaca anak akan membantu meningkatkan kemampuannya untuk belajar di semua mata pelajaran dalam kurikulum. Hal ini adalah tantangan riil untuk kita semua," katanya lagi.

(Anw)

Sebarluaskan Praktik yang Baik melalui Pelatihan

USAID PRIORITAS mengusung pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah pada kegiatan yang digelar di tujuh provinsi mitra. Pelatihan yang berlangsung mulai Januari s.d Agustus 2013 itu, mengembangkan materi pelatihan yang selama ini terbukti efektif dalam mewujudkan perubahan di sekolah.

Untuk memberikan contoh riil perubahan, pada beberapa materi pelatihan ditayangkan video keberhasilan yang terjadi di sekolah. Misalnya implementasi pembelajaran aktif kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), pembelajaran kontekstual, strategi sekolah dalam mendorong peranserta masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah, dan beberapa video untuk memberikan inspirasi kepada peserta.

Untuk menguatkan pemahaman dan

keyakinan peserta tentang aktivitas program ini, para pelaku praktik yang baik juga diundang sebagai narasumber. Mereka memaparkan pengalaman keberhasilannya dalam memfasilitasi pembelajaran aktif dan menerapkan manajemen berbasis sekolah. Peserta juga diberi kesempatan untuk berdialog dan mencatat hal-hal penting yang dapat diadaptasi di sekolahnya.

Setelah mendapatkan materi pelatihan tentang pembelajaran, seluruh peserta diminta mengembangkan RPP untuk diimplementasikan pada praktik mengajar di sekolah. Semua peserta diwajibkan mengajar dan memastikan semua aspek yang dilatihkan, diimplementasikan dalam praktik mengajar.

Prof. Dr. H. Patta Bundu, M.Ed, Dosen PGSD Universitas Negeri Makassar menilai pelatihan yang diikutinya sangat menarik dan inspiratif. ”Pelatihan ini dapat

mendorong percepatan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah,” kata dosen yang aktif mengikuti pelatihan untuk SD/MI di Solo pada Januari lalu. (Anw)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

HASIL asesmen EGRA, akan digunakan USAID PRIORITAS untuk merancang program yang komprehensif untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak. "Ini akan membantu USAID untuk mencapai target global membantu meningkatkan keterampilan membaca 100 juta anak-anak di seluruh dunia. EGRA merupakan faktor kunci dalam membantu kita mencapai target ini," jelas Jalu Cahyanto, Program Manager USAID Indonesia.

Dr. Unifah Rosyidi, Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik BP SDM PMP Kemdikbud, pada kegiatan pemaparan hasil asesmen EGRA di Jakarta pada Pebruari lalu, menyambut baik pelaksanaan EGRA di Indonesia. Menurutnya, program ini sangat relevan untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk anak-anak di Indonesia. “Banyak penelitian yang hanya menyentuh di permukaan, tetapi EGRA ini menyentuh langsung pada persoalan di lapangan. Kami mendukung kolaborasi Kemdikbud dengan USAID untuk memperluas cakupan pelaksanaan EGRA di Indonesia,” tegasnya. Ibu Unifa juga berharap, selain mengases kemampuan membaca anak, guru juga perlu diases kemampuan mengajarnya sehingga diketahui relevansinya dengan kemampuan anak. (Anw)

KALANGAN profesional pendidikan melihat potensi besar dalam aplikasi EGRA. Seperti yang diutarakan Prof. Dr. Asfah Rahman, dosen Universitas Negeri Makassar (UNM). Menurutnya EGRA sangat penting sebagai input untuk meningkatkan kualitas pelatihan guru di tingkat universitas. "Berdasarkan EGRA kita dapat mengembangkan materi yang relevan dengan permasalahan guru dalam mengajar keterampilan membaca. Bahan pelatihan tersebut dapat digunakan untuk perkuliahan atau pendidikan profesi guru," kata dosen UNM itu.

Hal senada juga disampaikan Ririk Ratnasari staf di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Bahasa, Kemdikbud. "Hasil EGRA dapat membantu kita untuk merancang program pelatihan guru untuk guru kelas awal, sehingga kita bisa melatih guru untuk mengajar yang lebih baik," katanya yakin.

Relevan dengan LPTK

PADA pelatihan yang melibatkan 2.564 fasilitator itu, USAID PRIORITAS juga memfasilitasi peserta tentang konteks Kurikulum 2013. Peserta didampingi untuk implementasikan standar kompetensi lulusan (SKL) Kurikulum 2013 dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) praktik mengajar.

”Kita mendampingi peserta untuk memastikan aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada pada SKL Kurikulum 2013 sudah menjadi bagian dalam RPP dan diterapkan pada praktik mengajar di kelas. Peserta menggunakan standar isi dari kurikulum yang berlaku yang diintegrasikan dengan SKL Kurikulum 2013,” kata Ujang Sukandi Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS.

Pola ini akan diteruskan sampai pada pelatihan di tingkat sekolah. Peserta akan menjadi fasilitator yang juga dapat menyampaikan konteks kurikulum 2013. ”Pada saat implementasi Kurikulum 2013 sudah diberlakukan, maka kita harapkan para guru di sekolah mitra sudah familier dengan proses pembelajaran yang berorientasi Kurikulum 2013 yaitu tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (Anw)

Implementasikan SKL Kurikulum 2013 Apa yang Dilatihkan?

Pelatihan ini mengusung dua aspek penting

perubahan di sekolah, yaitu Pembelajaran dan

Manajemen Sekolah. Berikut adalah gambaran

materi pelatihannya,

Pembelajaran SD/MI: Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif

Persiapan dan Praktik Mengajar

Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG)

Menyusun Rencana

Tindaklanjut Penerapan

PAKEM

Pembelajaran SMP/MTs: Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kooperatif Merumuskan Pertanyaan

yang Mendorong Siswa Berpikir Tingkat Tinggi

Menciptakan Lingkungan Kelas yang Mendorong Siswa Belajar

Menulis Jurnal Reflektif, Persiapan dan Praktik

Mengajar Mengoptimalkan Kinerja

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Menyusun Rencana Tindak Lanjut Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Manajemen Sekolah: Manajemen Sekolah

(Pemberdayaan Berbagai Pihak untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Transparansi dan Akuntabilitas)

Peranserta Masyarakat (Manfaat, Jenis, dan Cara Mendorong)

Perencanaan dan Penganggaran Sekolah

Menyusun Rencana Tindak Lanjut Penerapan Manajemen Sekolah

Materi dan video pelatihan dapat diunduh di www.prioritaspendidikan.org.

Membaca

Huruf

Per Menit

Bunyi

Awal

Kata

Bermakna

Per Menit

Kata Tidak

Bermakna

Per Menit

Membaca

Lancar

Per Menit

Memahami

Bacaan

Menyimak

Skor Rata-rata

di kelas tiga

85,69

Tidak ada

Skor Max

4,72

Skor

Max 10

70,42

Tidak ada Skor

Max

35,57

Tidak ada Skor

Max

68,09

Tidak ada Skor

Max

3,25

Skor

Max 5

1,52

Skor

Max 5

% siswa dgn

skor zero

0,50% 8,01% 1,85% 3,69% 1,34% 3,31% 16,77%

Asfah RahmanEGRA menjadi pintu masuk untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.

EGRA perlu waktu sekitar 15 menit untuk mengases siswa.

USAID Bantu 100 Juta Anak Terampil Membaca

Melisa, siswi MTsN Lubuk Pakam dan teman sekelompoknya mencari informasi hubungan asosiatif dan disosiatif yang terjadi di sekolahnya. Mereka mewancarai petugas kebersihan sekolah. Proses pembelajaran aktif ini merupakan bagian dari praktik mengajar peserta pelatihan USAID PRIORITAS.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) - RINGKAS

DOMAIN SD SMP SMA-SMK

SIKAP

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

PRIBADI YANG BERMAIN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI, DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF

DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, ALAM SEKITAR, SERTA DUNIA DAN PERADABANNYA

KETERAMPILAN

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta

PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG EFEKTIF DAN KREATIF DALAM RANAH ABSTRAK DAN KONKRET

PENGETAHUAN

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi

PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, BUDAYA DAN BERWAWASAN KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN,

KENEGARAAN DAN PERADABAN

Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan; 1. Perkembangan psikologis anak 2. Lingkup dan kedalaman materi 3. Kesinambungan 4. Fungsi satuan pendidikan 5. Lingkungan

Page 4: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 5

PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

Membangun Peta Kemitraan Strategis dengan LPTK STRATEGI utama program USAID

PRIORITAS dalam menjalankan programnya adalah bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK). Kegiatan LPTK Introductory Meeting yang diselenggarakan di tujuh provinsi mitra pada Bulan Februari-Maret lalu, menegasi kemitraan USAID PRIORITAS dan LPTK untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan.

Di Medan, Dua LPTK terbesar di Sumatera Utara (Sumut), Universitas Negeri Medan (Unimed) dan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU) menyatakan kemitraan ini akan membantu peningkatan layanan pendidikan di Provinsi Sumut menjadi layanan pendidikan kelas dunia. Hal itu disampaikan dalam kegiatan TTI Introductory Meeting di Grand Angkasa International Hotel, Medan (8/3).

Rektor IAIN SU Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA sangat mendukung program kemitraan ini. USAID PRIORITAS sebagai kelanjutan program USAID DBE (Decentralized Basic Education), dipercaya mampu meningkatkan mutu pendidikan dasar. ”Saya telah ikut bekerjasama dengan program DBE yang banyak membawa perubahan dan manfaat,” kata Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA.

Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA yang juga Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sumatera Utara mengatakan bahwa pelatihan dan pendampingan yang dikerjakan USAID DBE adalah jawaban atas kebutuhan guru. Guru-guru dan sekolah yang dilatih USAID DBE menjadi

kreatif dan inovatif. “Guru yang tidak ikut dilatih oleh USAID DBE menjadi cemburu. Karena itu diseminasi program ini harus dilakukan lebih luas agar hasil baiknya bisa menular,” pungkas lulusan University of California, Los Angeles (UCLA) AS.

Rektor Unimed, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, MS menyebut kerjasama dengan USAID PRIORITAS merupakan kemitraan yang strategis. Melalui kemitraan ini, dosen-dosen Unimed akan mengambil manfaat dan meningkatkan keterampilan sebagai tenaga pengajar profesional. Beliau optimis program USAID PRIORITAS mampu mengubah budaya teacher-

centered menjadi student-centered.

Diresmikan Konsul ASKonsul Amerika Serikat (AS) untuk

Pulau Sumatera, Kathryn A. Crockart mendukung penuh usaha USAID PRIORITAS bekerjasama dengan LPTK. Kathryn mengatakan bahwa pemerintah AS berkomitmen membantu pemerintah Indonesia meningkatan akses layanan pendidikan dasar berkualitas. ”Komitmen ini merupakan bagian dari kemitraan konprehensif yang ditanda-tangani oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” jelasnya.

(Eh/Anw)

Adviser Pengajaran dan Pembelajaran USAID PRIORITAS, Lynn Hill menyerahkan Kerangka Acuan Kerjasama (KAK) kepada Rektor Unimed, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, MS dan Rektor IAIN SU Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA disaksikan Konsul AS untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockrat dan Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut, Agus Marwan.

TUJUAN utama kemitraan USAID PRIORITAS dengan LPTK adalah untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah melalui program pendidikan guru pra dan dalam jabatan. LPTK akan terlibat dalam

peningkatan kualitas perkuliahan dan praktikum untuk mahasiswa. Mereka juga akan terlibat dalam pelatihan dan pendampingan guru di daerah mitra dalam hal pembelajaran dan

manajemen sekolah. Selain itu, kemitraan dengan LPTK juga untuk membantu kabupaten/kota dalam meningkatkan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan. Semua itu menjadi sistem yang dibangun untuk memperkuat dampak di sekolah.

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya: (1) Menguatkan program praktik mengajar untuk mahasiswa (pra jabatan) dan pendidikan profesi guru (dalam jabatan); (2) Melatih dosen secara langsung tentang praktik pembelajaran yang baik; (3) Melibatkan dosen dalam pelatihan di tingkat kabupaten/kota dan sekolah; (4) Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih; (5) Membantu LPTK dalam pengembangan/revisi kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan; (6) Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan; dan (7) Melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) bersama guru.

Praktik pendidikan yang baik hasil dari kemitraan ini akan didiseminasikan melalui konsorsium LPTK di daerah mitra. Program ini untuk memperkuat peningkatan kualitas membaca siswa kelas awal, Matematika dan Sains.

(Anw)

Prof. Dr. Fathur Rokhman Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS pada saat penyerahan KAK kemitraan USAID PRIORITAS dengan Unnes.

Bagaimana Kemitraaan dengan LPTK?

Cimahi Susun Renstra Berbasis Peningkatan Mutu Pembelajaran

KOTA Cimahi menjadi pilot project USAID PRIORITAS dalam program pendampingan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan. Dari pendampingan ini, kami belajar bahwa cara pandang dan ketajaman analisis isu strategis berdasarkan data dan informasi menjadi kunci utama dalam menetapkan kebijakan pendidikan melalui program dan kegiatan strategis selama Tahun 2013-2017. Ada tiga perhatian khusus dalam Renstra ini, yaitu:

1. Data dan InformasiPenentuan arah sasaran, pilihan

strategi, penetapan kebijakan mesti berbasis data dan informasi pendidikan Kota Cimahi. Hal ini untuk mengidentifikasi sasaran khusus, seperti sekolah dengan kinerja rendah, kelompok siswa berkebutuhan khusus (keterbatasan fisik, ekonomi, jarak tempuh), kelompok sekolah yang kelebihan/kekurangan siswa atau guru, dan lain-lain.

Data dan informasi yang diolah melalui sistem informasi pendidikan yang dikembangkan USAID PRIORITAS, memberikan dukungan yang signifikan dalam penentuan program pembangunan

pendidikan yang efektif dan efisien. 2. Mutu Pembelajaran

Visi Dinas Pendidikan Cimahi, terwujudnya pendidikan yang berkualitas menuju masyarakat cerdas dan berdaya saing, membawa kebijakan pembangunan lebih berfokus pada peningkatan mutu. Dalam analisis mutu, diperhatikan beberapa target, misalnya rasio siswa-rombel, rasio siswa-guru, rata-rata nilai ujian, angka mengulang kelas yang pada hakikatnya mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Semua target di atas menjadi fokus utama dalam perencanaan strategis untuk kemajuan

dan peningkatan kualitas pendidikan di Kota Cimahi. 3. Mutu dan Distribusi Guru

Guru dan pembelajaran, bagaikan mata uang yang saling menegaskan. Sebaran siswa dan sebaran guru menjadi salah satu penentu keberhasilan kualitas pembelajaran. Berdasarkan data tahun 2012 yang diolah dengan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan USAID-PRIORITAS, potret satuan pendidikan Kota Cimahi menunjukkan penumpukan satuan pendidikan dengan rasio siswa-rombel di atas 32 dan rasio Guru Kelas-Rombel di bawah 1 (kekurangan guru kelas).

Di sisi lain, masih terdapat beberapa satuan pendidikan yang memiliki jumlah siswa kecil (siswa per rombel kurang dari 32), tetapi justru jumlah guru kelas yang tersedia lebih dari yang dibutuhkan. Ketidakseimbangan distribusi guru terhadap distribusi siswa merupakan tantangan bagi kami untuk menata sistem pengelolaan pendidikan, terutama dalam memperkecil kesenjangan antar satuan pendidikan. Isu ini menjadi salah satu isu strategis Dinas Pendidikan melalui kebijakan pemerataan guru dan pembatasan penerimaan siswa baru untuk peningkatan kualitas pembelajaran siswa di kelas. Terima kasih USAID PRIORITAS. ***

Pertemuan tim USAID PRIORITAS dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi bersama tim Penyusun Renstra.

Oleh Sri Rusmiyati, Kasubag Program Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Kembangkan Program Penataan dan Pemerataan Guru

PEMERATAAN distribusi guru, saat ini menjadi permasalahan penting di Indonesia. Di beberapa daerah, ternyata banyak sekolah yang memiliki kelebihan guru sedangkan di sekolah lainnya jumlah guru tidak sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya terjadi inefisiensi pembiayaan pendidikan. Seringkali BOS lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja pegawai dibandingkan untuk kebutuhan pembelajaran. Pemerintah juga telah menerbitkan surat peraturan bersama (Perber) 5 menteri pada 3 Oktober 2011untuk

menata pemerataan distribusi guru secara nasional. Untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut, USAID

PRIORITAS mengembangkan program Pengembangan Kapasitas dalam Penataan dan Pemerataan Guru yang akan diimplementasikan di 60 daerah mitra. ”Kami akan membantu kabupaten/kota dalam melakukan analisis kecukupan dan kebutuhan guru yang hasilnya digunakan untuk membuat kebijakan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Bila distribusi guru merata dan sesuai kebutuhan maka hal itu dapat meningkatkan kualitas pendidikan dari aspek kecukupan guru. Pembiayaan dana BOS juga bisa difokuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” jelas Dr. Mark Heyward Adviser Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS.

Kabupaten Blitar menjadi ujicoba pertama dari modul penataan dan pemerataan guru yang dikembangkan USAID PRIORITAS. Beberapa unsur pemerintah akan terlibat dalam

kegiatan ini, seperti dinas pendidikan, BKD (badan kepegawaian daerah), Bappeda, Kemenag, pengawas, dan unsur sekolah. Kegiatan ini akan menghasilkan peta distribusi guru dan alternatif kebijakan penataan dan pemerataan guru tingkat satuan pendidikan dalam kabupaten/kota. ”USAID Prioritas akan fasilitasi dan dampingi daerah yang berkomitmen untuk menata pemerataan guru di daerahnya,” kata Dr. Heyward.

Program Pengembangan Kapasitas dalam Penataan dan Pemerataan Guru USAID PRIORITAS, sangat diapresiasi oleh Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar (P2TK) Dr. Sumarna Surapranata. Pada pertemuan di ruang kerjanya (27/3), dia berharap USAID PRIORITAS dapat memberikan solusi dalam penataan dan pemerataan guru di kabupaten/kota. “Tenaga ahli kami siap untuk bekerjasama dan kami juga membuka akses data pokok pendidikan (Dapodik) untuk USAID PRIORITAS,” katanya setelah mendapat penjelasan program dari USAID PRIORITAS. (Anw)

Dr. Sumarna Surapranata, Direktur P2TK Kemdikbud

Penataan distribusi guru dapat membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 5: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 5

PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

Membangun Peta Kemitraan Strategis dengan LPTK STRATEGI utama program USAID

PRIORITAS dalam menjalankan programnya adalah bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK). Kegiatan LPTK Introductory Meeting yang diselenggarakan di tujuh provinsi mitra pada Bulan Februari-Maret lalu, menegasi kemitraan USAID PRIORITAS dan LPTK untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pra dan dalam jabatan.

Di Medan, Dua LPTK terbesar di Sumatera Utara (Sumut), Universitas Negeri Medan (Unimed) dan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU) menyatakan kemitraan ini akan membantu peningkatan layanan pendidikan di Provinsi Sumut menjadi layanan pendidikan kelas dunia. Hal itu disampaikan dalam kegiatan TTI Introductory Meeting di Grand Angkasa International Hotel, Medan (8/3).

Rektor IAIN SU Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA sangat mendukung program kemitraan ini. USAID PRIORITAS sebagai kelanjutan program USAID DBE (Decentralized Basic Education), dipercaya mampu meningkatkan mutu pendidikan dasar. ”Saya telah ikut bekerjasama dengan program DBE yang banyak membawa perubahan dan manfaat,” kata Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA.

Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA yang juga Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sumatera Utara mengatakan bahwa pelatihan dan pendampingan yang dikerjakan USAID DBE adalah jawaban atas kebutuhan guru. Guru-guru dan sekolah yang dilatih USAID DBE menjadi

kreatif dan inovatif. “Guru yang tidak ikut dilatih oleh USAID DBE menjadi cemburu. Karena itu diseminasi program ini harus dilakukan lebih luas agar hasil baiknya bisa menular,” pungkas lulusan University of California, Los Angeles (UCLA) AS.

Rektor Unimed, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, MS menyebut kerjasama dengan USAID PRIORITAS merupakan kemitraan yang strategis. Melalui kemitraan ini, dosen-dosen Unimed akan mengambil manfaat dan meningkatkan keterampilan sebagai tenaga pengajar profesional. Beliau optimis program USAID PRIORITAS mampu mengubah budaya teacher-

centered menjadi student-centered.

Diresmikan Konsul ASKonsul Amerika Serikat (AS) untuk

Pulau Sumatera, Kathryn A. Crockart mendukung penuh usaha USAID PRIORITAS bekerjasama dengan LPTK. Kathryn mengatakan bahwa pemerintah AS berkomitmen membantu pemerintah Indonesia meningkatan akses layanan pendidikan dasar berkualitas. ”Komitmen ini merupakan bagian dari kemitraan konprehensif yang ditanda-tangani oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” jelasnya.

(Eh/Anw)

Adviser Pengajaran dan Pembelajaran USAID PRIORITAS, Lynn Hill menyerahkan Kerangka Acuan Kerjasama (KAK) kepada Rektor Unimed, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, MS dan Rektor IAIN SU Prof. Dr. Nur Fadhil Lubis, MA disaksikan Konsul AS untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockrat dan Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut, Agus Marwan.

TUJUAN utama kemitraan USAID PRIORITAS dengan LPTK adalah untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah melalui program pendidikan guru pra dan dalam jabatan. LPTK akan terlibat dalam

peningkatan kualitas perkuliahan dan praktikum untuk mahasiswa. Mereka juga akan terlibat dalam pelatihan dan pendampingan guru di daerah mitra dalam hal pembelajaran dan

manajemen sekolah. Selain itu, kemitraan dengan LPTK juga untuk membantu kabupaten/kota dalam meningkatkan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan. Semua itu menjadi sistem yang dibangun untuk memperkuat dampak di sekolah.

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya: (1) Menguatkan program praktik mengajar untuk mahasiswa (pra jabatan) dan pendidikan profesi guru (dalam jabatan); (2) Melatih dosen secara langsung tentang praktik pembelajaran yang baik; (3) Melibatkan dosen dalam pelatihan di tingkat kabupaten/kota dan sekolah; (4) Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih; (5) Membantu LPTK dalam pengembangan/revisi kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan; (6) Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan; dan (7) Melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) bersama guru.

Praktik pendidikan yang baik hasil dari kemitraan ini akan didiseminasikan melalui konsorsium LPTK di daerah mitra. Program ini untuk memperkuat peningkatan kualitas membaca siswa kelas awal, Matematika dan Sains.

(Anw)

Prof. Dr. Fathur Rokhman Pembantu Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS pada saat penyerahan KAK kemitraan USAID PRIORITAS dengan Unnes.

Bagaimana Kemitraaan dengan LPTK?

Cimahi Susun Renstra Berbasis Peningkatan Mutu Pembelajaran

KOTA Cimahi menjadi pilot project USAID PRIORITAS dalam program pendampingan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pendidikan. Dari pendampingan ini, kami belajar bahwa cara pandang dan ketajaman analisis isu strategis berdasarkan data dan informasi menjadi kunci utama dalam menetapkan kebijakan pendidikan melalui program dan kegiatan strategis selama Tahun 2013-2017. Ada tiga perhatian khusus dalam Renstra ini, yaitu:

1. Data dan InformasiPenentuan arah sasaran, pilihan

strategi, penetapan kebijakan mesti berbasis data dan informasi pendidikan Kota Cimahi. Hal ini untuk mengidentifikasi sasaran khusus, seperti sekolah dengan kinerja rendah, kelompok siswa berkebutuhan khusus (keterbatasan fisik, ekonomi, jarak tempuh), kelompok sekolah yang kelebihan/kekurangan siswa atau guru, dan lain-lain.

Data dan informasi yang diolah melalui sistem informasi pendidikan yang dikembangkan USAID PRIORITAS, memberikan dukungan yang signifikan dalam penentuan program pembangunan

pendidikan yang efektif dan efisien. 2. Mutu Pembelajaran

Visi Dinas Pendidikan Cimahi, terwujudnya pendidikan yang berkualitas menuju masyarakat cerdas dan berdaya saing, membawa kebijakan pembangunan lebih berfokus pada peningkatan mutu. Dalam analisis mutu, diperhatikan beberapa target, misalnya rasio siswa-rombel, rasio siswa-guru, rata-rata nilai ujian, angka mengulang kelas yang pada hakikatnya mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Semua target di atas menjadi fokus utama dalam perencanaan strategis untuk kemajuan

dan peningkatan kualitas pendidikan di Kota Cimahi. 3. Mutu dan Distribusi Guru

Guru dan pembelajaran, bagaikan mata uang yang saling menegaskan. Sebaran siswa dan sebaran guru menjadi salah satu penentu keberhasilan kualitas pembelajaran. Berdasarkan data tahun 2012 yang diolah dengan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan USAID-PRIORITAS, potret satuan pendidikan Kota Cimahi menunjukkan penumpukan satuan pendidikan dengan rasio siswa-rombel di atas 32 dan rasio Guru Kelas-Rombel di bawah 1 (kekurangan guru kelas).

Di sisi lain, masih terdapat beberapa satuan pendidikan yang memiliki jumlah siswa kecil (siswa per rombel kurang dari 32), tetapi justru jumlah guru kelas yang tersedia lebih dari yang dibutuhkan. Ketidakseimbangan distribusi guru terhadap distribusi siswa merupakan tantangan bagi kami untuk menata sistem pengelolaan pendidikan, terutama dalam memperkecil kesenjangan antar satuan pendidikan. Isu ini menjadi salah satu isu strategis Dinas Pendidikan melalui kebijakan pemerataan guru dan pembatasan penerimaan siswa baru untuk peningkatan kualitas pembelajaran siswa di kelas. Terima kasih USAID PRIORITAS. ***

Pertemuan tim USAID PRIORITAS dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi bersama tim Penyusun Renstra.

Oleh Sri Rusmiyati, Kasubag Program Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Kembangkan Program Penataan dan Pemerataan Guru

PEMERATAAN distribusi guru, saat ini menjadi permasalahan penting di Indonesia. Di beberapa daerah, ternyata banyak sekolah yang memiliki kelebihan guru sedangkan di sekolah lainnya jumlah guru tidak sesuai dengan kebutuhan. Akibatnya terjadi inefisiensi pembiayaan pendidikan. Seringkali BOS lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja pegawai dibandingkan untuk kebutuhan pembelajaran. Pemerintah juga telah menerbitkan surat peraturan bersama (Perber) 5 menteri pada 3 Oktober 2011untuk

menata pemerataan distribusi guru secara nasional. Untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut, USAID

PRIORITAS mengembangkan program Pengembangan Kapasitas dalam Penataan dan Pemerataan Guru yang akan diimplementasikan di 60 daerah mitra. ”Kami akan membantu kabupaten/kota dalam melakukan analisis kecukupan dan kebutuhan guru yang hasilnya digunakan untuk membuat kebijakan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Bila distribusi guru merata dan sesuai kebutuhan maka hal itu dapat meningkatkan kualitas pendidikan dari aspek kecukupan guru. Pembiayaan dana BOS juga bisa difokuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” jelas Dr. Mark Heyward Adviser Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS.

Kabupaten Blitar menjadi ujicoba pertama dari modul penataan dan pemerataan guru yang dikembangkan USAID PRIORITAS. Beberapa unsur pemerintah akan terlibat dalam

kegiatan ini, seperti dinas pendidikan, BKD (badan kepegawaian daerah), Bappeda, Kemenag, pengawas, dan unsur sekolah. Kegiatan ini akan menghasilkan peta distribusi guru dan alternatif kebijakan penataan dan pemerataan guru tingkat satuan pendidikan dalam kabupaten/kota. ”USAID Prioritas akan fasilitasi dan dampingi daerah yang berkomitmen untuk menata pemerataan guru di daerahnya,” kata Dr. Heyward.

Program Pengembangan Kapasitas dalam Penataan dan Pemerataan Guru USAID PRIORITAS, sangat diapresiasi oleh Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar (P2TK) Dr. Sumarna Surapranata. Pada pertemuan di ruang kerjanya (27/3), dia berharap USAID PRIORITAS dapat memberikan solusi dalam penataan dan pemerataan guru di kabupaten/kota. “Tenaga ahli kami siap untuk bekerjasama dan kami juga membuka akses data pokok pendidikan (Dapodik) untuk USAID PRIORITAS,” katanya setelah mendapat penjelasan program dari USAID PRIORITAS. (Anw)

Dr. Sumarna Surapranata, Direktur P2TK Kemdikbud

Penataan distribusi guru dapat membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 6: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Nasional

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

USAID PRIORITAS pada Bulan November s.d Desember 2012 melakukan asesmen awal kepada lebih dari 1.400 siswa SD/MI dan lebih dari 1.100 siswa SMP/MTs di tujuh provinsi mitra. Asesmen dimaksudkan untuk mendapatkan data awal tentang kinerja siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Berikut adalah laporan singkat hasil asesmen tersebut.

Pentingnya Pemecahan Masalah dan Kreativitas

Di SD/MI, tes Bahasa Indonesia dan Matematika dilakukan pada siswa Kelas IV, sedangkan tes IPA dilakukan pada siswa Kelas V. Pada tes bahasa Indonesia, ada dua tes yang diujikan yaitu tes membaca dan tes menulis. Cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan dan sulit mengkomunikasikan ide-ide yang koheren secara tertulis.

Pada tes Matematika banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengenali nilai dari kedua pecahan desimal sederhana dan operasi dengan pecahan desimal. Siswa juga mengalami kesulitan pada pertanyaan yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas dalam jawaban mereka. Pada tes IPA, siswa tampak lebih mudah

menjawab soal dengan pilihan ganda daripada soal yang mengharuskan mereka untuk membuat kesimpulan dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari.

Memperkuat Implementasi Konsep

Di SMP/MTs, semua tes dilakukan pada siswa kelas VIII. Dalam tes bahasa Indonesia, sebagian besar siswa sudah memahami isi teks dengan baik dan mampu menulis karangan secara koheren. Tetapi sekitar 20% siswa mengalami kesulitan dalam tes menulis, terutama pada aspek membuat kalimat, kualitas ide, ejaan dan tanda baca, serta tulisan tangan yang sulit dibaca.

Pada tes matematika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dengan penekanan pada pemahaman dan kemampuan untuk menerapkan konsep. Dalam tes IPA siswa relatif lemah dalam menarik simpulan dari data. Mereka juga mengalami kesulitan dalam membaca alat ukur

penggaris, membaca timbangan, serta mengukur silinder. Mereka juga kesulitan dalam menerapkan konsep untuk situasi kehidupan sehari-hari.

Pentingnya Pendidikan Pra-Sekolah

Contoh hasil tes membaca di SD dan MI dicantumkan dalam grafik di atas. Berdasarkan asesmen, di hampir semua tes, skor siswa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Skor anak SD dan MI yang pernah ikut TK jauh lebih tinggi daripada anak yang tidak pernah ikut TK. Hal ini membuktikan pentingnya pendidikan pra-sekolah. Rata-rata anak yang masuk SD lebih tinggi skornya dari pada MI, dan siswa dari sekolah negeri lebih tinggi daripada siswa sekolah swasta. (Sw/Anw)

Memperkuat Kinerja Siswa Sekolah Mitra 43.0%

41.1%

44.7% 45.6%

33.3%

44.5%

38.3%

44.3%

35.9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

L P TK Non TK SD MI Negeri Swasta

Total Jenis Kelamin Pendidikan Anak

Usia Dini

Jenis Sekolah Status Sekolah

Kelas 4 - Bahasa Indonesia - Membaca Pemahaman

Grafik hasil tes bahasa Indonesia siswa kelas IV SD/MI tentang membaca pemahaman.

Asesmen Siswa Sebagai Dasar Pelatihan Guru

HASIL penilaian siswa tersebut akan menjadi rujukan bagi USAID PRIORITAS dalam mengembangkan program pelatihan untuk guru. Untuk itu, pelatihan guru harus menekankan hal berikut ini:

Pembelajaran membaca harus membantu siswa memahami

isi bacaan melalui lebih banyak diskusi tentang makna teks yang dibaca.

Siswa harus dibiasakan menulis laporan, cerita dan teks lainnya yang jelas, bermakna dan teratur dengan baik.

Penekanan pembelajaran Matematika harus kepada pengembangan dan aplikasi konsep (daripada hanya menghafalkan rumus). Pendekatan pemecahan masalah oleh siswa sendiri perlu diutamakan, berarti siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan cara mereka sendiri. Soal yang terbuka perlu lebih banyak dimanfaatakan; misalnya: buatlah

2sebanyak mungkin segiempat dengan luas 24 cm .

Hal yang sama berlaku dalam pembelajaran IPA. Siswa harus lebih banyak praktik dan observasi supaya mereka memahami konsep sains melalui pengalaman secara langsung. Mereka juga harus memahami penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa perlu sering dilatih dalam keterampilan proses IPA, termasuk mengamati, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menulis laporan tentang hasil pengamatan mereka.

(Sw/Anw)

Pelatihan untuk guru harus berdampak pada perubahan di kelas.

PRIORITAS - Provinsi Aceh

SELAMA enam tahun, Pemerintah Aceh telah menjadikan Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Tengah sebagai penerima manfaat dari USAID melalui program Decentralized Basic Education atau DBE. Program DBE telah memberikan manfaat yang signifikan terhadap bidang pendidikan di lima kabupaten/kota tersebut, terutama pada tingkat pendidikan dasar.

“Keberlanjutan inilah yang kami nantikan, karena DBE telah memberikan manfaat yang cukup besar untuk perkembangan pendidikan di kabupaten

kami,” ungkap Drs. H. Taufik, MM Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tengah yang sebelumnya menjabat sebagai kepala dinas pendidikan pada masa pelaksanaan program DBE.

Di Kabupaten Aceh Besar, Tim USAID PRIORITAS berkesempatan melanjutkan hasil inisiasi program DBE dengan menjadi pemateri pada Sosialisasi Qanun (Peraturan Daerah) Nomor 6 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Aceh Besar.

Qanun yang awalnya atas inisiasi program DBE tersebut mendapat tanggapan yang cukup baik dari peserta yang sebagian besar kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Dalam kegiatan tersebut USAID PRIORITAS memaparkan materi Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan yang didasarkan pengalaman sebelumnya pada program DBE.

Sementara itu di Kabupaten Bireuen, H. Ruslan M. Daud, Bupati Bireuen menegaskan komitmen keikutsertaan kembali kabupaten tersebut terhadap program pendidikan yang dibiayai oleh USAID. Pada masa Program DBE Kabupaten Bireuen telah mengeluarkan SK Bupati Bireuen Nomor 38 Tahun 2008 tentang pembentukan panitia pengarah program dan kelompok kerja peningkatan mutu pendidikan dasar. Dinas Pendidikan dan Kemenag secara bersama mendorong

pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan di daerah tersebut.

Bupati menyatakan bahwa selama lima tahun ke depan kepemimpinannya akan fokus pada peningkatan mutu pendidikan. “Kami fokus pada peningkatan sumber daya manusia terutama untuk peningkatan mutu pendidikan,” tegas Bupati yang mendapat dukungan USAID PRIORITAS di Kabupaten Bireuen.

Tidak ketinggalan Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh menyatakan kesiapannya untuk menerima kembali program peningkatan mutu pendidikan dari USAID. Bahkan Walikota Banda Aceh, Mawardy Nurdin, dan Wakil Bupati Pidie, M. Iriawan ikut menghadiri langsung peluncuran program USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu di Jakarta.

Bardan Sahidi wakil rakyat dari komisi pendidikan DPRK (DPRD) Aceh Tengah yang sebelumnya membidangi penganggaran, menyatakan dukungannya untuk menyokong dana dari APBK (APBD) dalam meningkatkan kualitas mutu guru, “Saya akan memperjuangkan anggaran tahun ini untuk pelatihan peningkatan mutu guru yang akan dilakukan secara sharing oleh USAID PRIORITAS. Kami telah merasakan manfaat yang cukup baik dari program DBE sebelumnya,” jelas Pak Bardan sapaan akrab Bardan Sahidi. (Tmk)

Melanjutkan Keberhasilan DBE di Lima Daerah

KABUPATEN Bener Meriah yang terkenal sebagai daerah penghasil Kopi nomor satu di Aceh, memiliki motto “BERSEMI” atau Bersih, Indah, Menarik dan Islami. Di bawah kepemimpinan Bupati Ruslan Abdul Gani dan Wakil Bupati Rusli M. Saleh daerah ini terus bergerak maju dalam pembangunan terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan. “Kami berterimakasih kepada pemerintah Amerika Serikat dan USAID yang telah memilih kabupaten kami sebagai salah satu kabupaten USAID PRIORITAS di Aceh,” ungkap Bupati Ruslan Abdul Gani dalam pertemuan awal dengan Tim USAID PRIORITAS.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan program utama dari kepemimpinannya. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh

Wakil Bupati Rusli M. Saleh saat pemaparan hasil studi awal yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS. “Kita akan fokuskan program pendidikan di Bener Meriah pada peningkatan mutu!” tegas Rusli M. Saleh, yang secara langsung memimpin diskusi pemaparan awal kondisi pendidikan Kabupaten Bener Meriah bersama USAID PRIORITAS yang dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan bidang pendidikan.

Sama seperti halnya Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan kabupaten mitra USAID PRIORITAS juga menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dengan program ini selama 5 tahun. Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Aceh Jaya Ir. Azhar Abdurrahman disela-sela penandatanganan KAK antara USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya beberapa waktu lalu di Banda Aceh. “Kami mendukung peningkatan mutu yang akan dilakukan oleh USAID PRIORITAS. Kabupaten kami masih membutuhkan banyak pelatihan untuk peningkatan mutu terutama untuk tenaga pendidik dan kependidikan,” ungkap Bupati.

Kabupaten yang pernah luluh lantak akibat terjangan tsunami 8 tahun silam, saat ini memiliki banyak bangunan fisik sekolah yang lebih baik dan memadai. Untuk itu, sudah saatnya peningkatan mutu pendidikan menjadi fokus utama. Untuk mendukung keberlanjutan peningkatan mutu tersebut, para pemangku kepentingan bidang pendidikan di kabupaten ini berharap USAID PRIORITAS dapat menyediakan fasilitator daerah dan melatihnya secara kontinu terutama pelatihan pemandu bidang studi di KKG/MGMP. (Tmk)

Bersinergi dalam Program Peningkatan Mutu Pendidikan

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 5

Bupati Bireuen H. Ruslan M. Daud menerima KAK (Kerangka Acuan Kerjasama) dari Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston di Banda Aceh.

Pemaparan hasil dan diskusi studi awal di Kabupaten Bener Meriah yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Rusli M. Saleh.

Page 7: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Nasional

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

USAID PRIORITAS pada Bulan November s.d Desember 2012 melakukan asesmen awal kepada lebih dari 1.400 siswa SD/MI dan lebih dari 1.100 siswa SMP/MTs di tujuh provinsi mitra. Asesmen dimaksudkan untuk mendapatkan data awal tentang kinerja siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Berikut adalah laporan singkat hasil asesmen tersebut.

Pentingnya Pemecahan Masalah dan Kreativitas

Di SD/MI, tes Bahasa Indonesia dan Matematika dilakukan pada siswa Kelas IV, sedangkan tes IPA dilakukan pada siswa Kelas V. Pada tes bahasa Indonesia, ada dua tes yang diujikan yaitu tes membaca dan tes menulis. Cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan dan sulit mengkomunikasikan ide-ide yang koheren secara tertulis.

Pada tes Matematika banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengenali nilai dari kedua pecahan desimal sederhana dan operasi dengan pecahan desimal. Siswa juga mengalami kesulitan pada pertanyaan yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas dalam jawaban mereka. Pada tes IPA, siswa tampak lebih mudah

menjawab soal dengan pilihan ganda daripada soal yang mengharuskan mereka untuk membuat kesimpulan dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari.

Memperkuat Implementasi Konsep

Di SMP/MTs, semua tes dilakukan pada siswa kelas VIII. Dalam tes bahasa Indonesia, sebagian besar siswa sudah memahami isi teks dengan baik dan mampu menulis karangan secara koheren. Tetapi sekitar 20% siswa mengalami kesulitan dalam tes menulis, terutama pada aspek membuat kalimat, kualitas ide, ejaan dan tanda baca, serta tulisan tangan yang sulit dibaca.

Pada tes matematika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dengan penekanan pada pemahaman dan kemampuan untuk menerapkan konsep. Dalam tes IPA siswa relatif lemah dalam menarik simpulan dari data. Mereka juga mengalami kesulitan dalam membaca alat ukur

penggaris, membaca timbangan, serta mengukur silinder. Mereka juga kesulitan dalam menerapkan konsep untuk situasi kehidupan sehari-hari.

Pentingnya Pendidikan Pra-Sekolah

Contoh hasil tes membaca di SD dan MI dicantumkan dalam grafik di atas. Berdasarkan asesmen, di hampir semua tes, skor siswa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Skor anak SD dan MI yang pernah ikut TK jauh lebih tinggi daripada anak yang tidak pernah ikut TK. Hal ini membuktikan pentingnya pendidikan pra-sekolah. Rata-rata anak yang masuk SD lebih tinggi skornya dari pada MI, dan siswa dari sekolah negeri lebih tinggi daripada siswa sekolah swasta. (Sw/Anw)

Memperkuat Kinerja Siswa Sekolah Mitra 43.0%

41.1%

44.7% 45.6%

33.3%

44.5%

38.3%

44.3%

35.9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

L P TK Non TK SD MI Negeri Swasta

Total Jenis Kelamin Pendidikan Anak

Usia Dini

Jenis Sekolah Status Sekolah

Kelas 4 - Bahasa Indonesia - Membaca Pemahaman

Grafik hasil tes bahasa Indonesia siswa kelas IV SD/MI tentang membaca pemahaman.

Asesmen Siswa Sebagai Dasar Pelatihan Guru

HASIL penilaian siswa tersebut akan menjadi rujukan bagi USAID PRIORITAS dalam mengembangkan program pelatihan untuk guru. Untuk itu, pelatihan guru harus menekankan hal berikut ini:

Pembelajaran membaca harus membantu siswa memahami

isi bacaan melalui lebih banyak diskusi tentang makna teks yang dibaca.

Siswa harus dibiasakan menulis laporan, cerita dan teks lainnya yang jelas, bermakna dan teratur dengan baik.

Penekanan pembelajaran Matematika harus kepada pengembangan dan aplikasi konsep (daripada hanya menghafalkan rumus). Pendekatan pemecahan masalah oleh siswa sendiri perlu diutamakan, berarti siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan cara mereka sendiri. Soal yang terbuka perlu lebih banyak dimanfaatakan; misalnya: buatlah

2sebanyak mungkin segiempat dengan luas 24 cm .

Hal yang sama berlaku dalam pembelajaran IPA. Siswa harus lebih banyak praktik dan observasi supaya mereka memahami konsep sains melalui pengalaman secara langsung. Mereka juga harus memahami penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa perlu sering dilatih dalam keterampilan proses IPA, termasuk mengamati, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menulis laporan tentang hasil pengamatan mereka.

(Sw/Anw)

Pelatihan untuk guru harus berdampak pada perubahan di kelas.

PRIORITAS - Provinsi Aceh

SELAMA enam tahun, Pemerintah Aceh telah menjadikan Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Aceh Tengah sebagai penerima manfaat dari USAID melalui program Decentralized Basic Education atau DBE. Program DBE telah memberikan manfaat yang signifikan terhadap bidang pendidikan di lima kabupaten/kota tersebut, terutama pada tingkat pendidikan dasar.

“Keberlanjutan inilah yang kami nantikan, karena DBE telah memberikan manfaat yang cukup besar untuk perkembangan pendidikan di kabupaten

kami,” ungkap Drs. H. Taufik, MM Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Tengah yang sebelumnya menjabat sebagai kepala dinas pendidikan pada masa pelaksanaan program DBE.

Di Kabupaten Aceh Besar, Tim USAID PRIORITAS berkesempatan melanjutkan hasil inisiasi program DBE dengan menjadi pemateri pada Sosialisasi Qanun (Peraturan Daerah) Nomor 6 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Aceh Besar.

Qanun yang awalnya atas inisiasi program DBE tersebut mendapat tanggapan yang cukup baik dari peserta yang sebagian besar kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Dalam kegiatan tersebut USAID PRIORITAS memaparkan materi Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan yang didasarkan pengalaman sebelumnya pada program DBE.

Sementara itu di Kabupaten Bireuen, H. Ruslan M. Daud, Bupati Bireuen menegaskan komitmen keikutsertaan kembali kabupaten tersebut terhadap program pendidikan yang dibiayai oleh USAID. Pada masa Program DBE Kabupaten Bireuen telah mengeluarkan SK Bupati Bireuen Nomor 38 Tahun 2008 tentang pembentukan panitia pengarah program dan kelompok kerja peningkatan mutu pendidikan dasar. Dinas Pendidikan dan Kemenag secara bersama mendorong

pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan di daerah tersebut.

Bupati menyatakan bahwa selama lima tahun ke depan kepemimpinannya akan fokus pada peningkatan mutu pendidikan. “Kami fokus pada peningkatan sumber daya manusia terutama untuk peningkatan mutu pendidikan,” tegas Bupati yang mendapat dukungan USAID PRIORITAS di Kabupaten Bireuen.

Tidak ketinggalan Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh menyatakan kesiapannya untuk menerima kembali program peningkatan mutu pendidikan dari USAID. Bahkan Walikota Banda Aceh, Mawardy Nurdin, dan Wakil Bupati Pidie, M. Iriawan ikut menghadiri langsung peluncuran program USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu di Jakarta.

Bardan Sahidi wakil rakyat dari komisi pendidikan DPRK (DPRD) Aceh Tengah yang sebelumnya membidangi penganggaran, menyatakan dukungannya untuk menyokong dana dari APBK (APBD) dalam meningkatkan kualitas mutu guru, “Saya akan memperjuangkan anggaran tahun ini untuk pelatihan peningkatan mutu guru yang akan dilakukan secara sharing oleh USAID PRIORITAS. Kami telah merasakan manfaat yang cukup baik dari program DBE sebelumnya,” jelas Pak Bardan sapaan akrab Bardan Sahidi. (Tmk)

Melanjutkan Keberhasilan DBE di Lima Daerah

KABUPATEN Bener Meriah yang terkenal sebagai daerah penghasil Kopi nomor satu di Aceh, memiliki motto “BERSEMI” atau Bersih, Indah, Menarik dan Islami. Di bawah kepemimpinan Bupati Ruslan Abdul Gani dan Wakil Bupati Rusli M. Saleh daerah ini terus bergerak maju dalam pembangunan terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan. “Kami berterimakasih kepada pemerintah Amerika Serikat dan USAID yang telah memilih kabupaten kami sebagai salah satu kabupaten USAID PRIORITAS di Aceh,” ungkap Bupati Ruslan Abdul Gani dalam pertemuan awal dengan Tim USAID PRIORITAS.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan program utama dari kepemimpinannya. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh

Wakil Bupati Rusli M. Saleh saat pemaparan hasil studi awal yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS. “Kita akan fokuskan program pendidikan di Bener Meriah pada peningkatan mutu!” tegas Rusli M. Saleh, yang secara langsung memimpin diskusi pemaparan awal kondisi pendidikan Kabupaten Bener Meriah bersama USAID PRIORITAS yang dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan bidang pendidikan.

Sama seperti halnya Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan kabupaten mitra USAID PRIORITAS juga menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dengan program ini selama 5 tahun. Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Aceh Jaya Ir. Azhar Abdurrahman disela-sela penandatanganan KAK antara USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya beberapa waktu lalu di Banda Aceh. “Kami mendukung peningkatan mutu yang akan dilakukan oleh USAID PRIORITAS. Kabupaten kami masih membutuhkan banyak pelatihan untuk peningkatan mutu terutama untuk tenaga pendidik dan kependidikan,” ungkap Bupati.

Kabupaten yang pernah luluh lantak akibat terjangan tsunami 8 tahun silam, saat ini memiliki banyak bangunan fisik sekolah yang lebih baik dan memadai. Untuk itu, sudah saatnya peningkatan mutu pendidikan menjadi fokus utama. Untuk mendukung keberlanjutan peningkatan mutu tersebut, para pemangku kepentingan bidang pendidikan di kabupaten ini berharap USAID PRIORITAS dapat menyediakan fasilitator daerah dan melatihnya secara kontinu terutama pelatihan pemandu bidang studi di KKG/MGMP. (Tmk)

Bersinergi dalam Program Peningkatan Mutu Pendidikan

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 5

Bupati Bireuen H. Ruslan M. Daud menerima KAK (Kerangka Acuan Kerjasama) dari Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston di Banda Aceh.

Pemaparan hasil dan diskusi studi awal di Kabupaten Bener Meriah yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Rusli M. Saleh.

Page 8: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara PRIORITAS - Provinsi Banten

Kabupaten Pandeglang dan Serang bertekad bulat untuk

bekerjasama dengan USAID PRIORITAS dalam meningkatkan pendidikan

dasar yang berkualitas.

Pandeglang – Serang. Sekitar 100 orang perwakilan dari calon sekolah mitra USAID PRIORITAS berkumpul di gedung Dinas Pendidikan Kabupaten untuk menyatakan kebulatan tekad dalam menyukseskan program peningkatan pendidikan dasar yang berkualitas (20/12).

Pertemuan yang dipimpin oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, Drs. Nurhasan tersebut, merumuskan sebuah kesepakatan dalam mendukung pelaksanaan program USAID PRIORITAS yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar.

Sehari kemudian, kesepakatan yang sama dicapai di Kabupaten Serang. 74

undangan dari sekolah mitra, Dinas Pendidikan, dan Bappeda kabupaten Serang berkumpul di aula SMPN 1 Ciruas Kab. Serang.

Para mitra sangat antusias dalam mendukung program USAID PRIORITAS. Pada umumnya, mereka melihat peluang dan kesempatan untuk mengembangkan berbagai ide dan inisiatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Seperti yang diutarakan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, “Mudah-mudahan Pandeglang ke depannya bisa menjadi model pendidikan untuk kabupaten lain, di tingkat provinsi, maupun nasional,”

Ikrar Sukseskan Program Pendidikan Berkualitas

sembari menekankan bahwa USAID PRIORITAS memberikan bantuan berupa peningkatan kualitas tenaga pengajar melalui dukungan teknis, bukannya berupa fisik. Semoga dukungan ini segera terwujud dan memberikan keuntungan kepada pemangku kepentingan yang sejati, yaitu siswa. (Nic)

Para guru wakil dari sekolah mitra di Kabupaten Serang bersemangat saat mengucapkan ikrar komitmen kerjasama dengan USAID PRIORITAS.

PROK, prok, prok. Terdengar derap langkah teratur. Tampak 3 siswi berseragam sekolah tengah berbaris tegap di lapangan upacara SMPN2 Cilegon di suatu sore. Mereka tak sedang melaksanakan upacara. Mereka tengah berlatih. Salah seorang pelajar yang tengah mengamati berkata pada rekannya, “Kita harus bisa juara lagi tahun ini.”

SMPN2 Cilegon memang langganan juara dalam banyak bidang. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, sejak 2011 sampai 2012, siswa-siswi SMPN2 Cilegon tercatat 130 kali menjuarai berbagai lomba di berbagai bidang di tingkat kota, kabupaten, sampai provinsi. Dari olahraga sampai story telling. Dari Matematika sampai Taekwondo. Beragamnya prestasi itu karena sekolah yang berdiri sejak tahun 1980 ini menawarkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) bagi para muridnya. Tidak kurang dari 25 ekskul tersedia. Tak hanya olahraga dan seni, namun ekskul yang terkait dengan hobi pun ada, seperti Klub Sains, Klub Matematika, bahkan Klub Robot. Hebatnya lagi, setiap ekskul memiliki pelatih dan pembina sendiri.

Untuk menjaga kualitas prestasi akademik, setiap siswa hanya diijinkan mengikuti maksimal 2 ekskul, namun mereka tetap diwajibkan mengikuti minimal 1 ekskul, karena merupakan salah satu indikator kenaikan kelas.

Para pengajar di SMPN2 Cilegon berpendapat bahwa ekskul yang beragam dapat membantu mengembangkan minat, bakat, dan potensi siswa. Proses ini akan menghasilkan anak didik yang mandiri, bertanggungjawab, dan percaya diri.

Para siswa yang berprestasi merasa bangga karena dapat mengharumkan nama sekolah. Tak hanya kebanggaan, mereka juga bisa mendapatkan beasiswa dari sekolah dan dari instansi terkait. (Nic)

Semua Ada di Sini

SMPN 2 Cilegon berhasil membukukan 130 prestasi dalam kurun waktu satu tahun. Beragam

kegiatan siswa dapat ditemukan di sini, seperti , Paskibra, aeromodeling, lingkungan hidup, klub Sains,

klub Matematika, dan masih banyak lagi.

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 9

Tapanuli Utara. Ada banyak media pembelajaran IPA di salah satu kelas di MTs Negeri Peanornor, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Siswa menyebut kelas itu laboratorium IPA. Tapi Desmila Manurung, S.Pd lebih suka menyebutnya sebagai ruang meditasi. ”Itu bukan laboratorium IPA. Mereka sebut begitu, karena mereka ingin punya laboratorium IPA,” terang Desmila Manurung.

Desmila Manurung punya alasan memilih istilah meditasi. Alumnus IKIP HKBP Nommensen itu, ingin siswanya fokus dan senang belajar IPA. Di ruang itu Ia membuat dan mengumpulkan ragam media pembelajaran. Setiap kali belajar IPA, siswa diajak menggunakan media-media itu. ”Di tempat ini saya ingin siswa seperti bermeditasi dan menemukan obat,” tukas Desmila.

Obat yang dimaksud Desmila adalah praktik nyata dari konsep IPA. Sebagai guru IPA, Desmila menyadari kesulitan siswa belajar IPA. Siswa sering gagal memahami konsep IPA karena tidak tahu kegunaannya di dunia nyata. ”Di sini mereka menggunakan media untuk membuktikan konsep IPA yang dipelajari. Jadi konsepnya nyambung dengan dunia nyata,” terang Desmila.

Desmila sering memanfaatkan bahan-bahan sederhana dan berbiaya murah untuk membuat media pembelajaran. Keseriusannya membuat media bertambah sejak mendapatkan pelatihan BTL (Better Teaching and Learning) program USAID-DBE.

Setelah membuat dan mengumpulkan media, Desmila Manurung dihadapkan pada

masalah merawat media-media itu. Banyak media yang rusak setelah dipakai oleh siswa. Menghadapi masalah ini punya cara bagus. Ia selalu mendokumentasikan setiap media yang dibuat. Hasil dokumentasi itu Ia tunjukkan kepada siswa di awal tahun pembelajaran. ”Tujuannya agar siswa tahu media yang dulu dibuat kakak kelasnya,” kata ibu dua anak itu.

Setelah itu Ia meminta siswa membuat media yang sama. Ketika membuat media itu, siswa mengalami proses pembelajaran. Mereka secara langsung menemukan konsep IPA yang dipelajari. ”Siswa bisa menemukan konsep pembelajaran, media yang dibuat lebih bagus, dan media selalu tersedia untuk digunakan,” tukas Desmila. (Eh)

MTsN Peanornor Buat Ruang Meditasi IPA

Desmila Manurung sedang mendampingi siswa melakukan uji coba perambatan sinar dengan media sederhana di ruang meditasi IPA. Di ruang Meditasi IPA, siswa dapat menggunakan media untuk membuktikan konsep IPA yang dipelajari.

Siswa mencoba periskop kapal selam sederhana yang dibuatnya sendiri.

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

Medan - Pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Pemprovsu) kembali mempertegas dukungan atas implementasi program USAID Prioritas di Sumatra Utara. ”Keberhasilan USAID PRIORITAS adalah juga keberhasilan Pemprovsu,” tegas Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatra Utara (Gubsu) H. Gatot Pujo Nugroho, ST yang diwakili Kepala Dinas Pendidikan Provsu (Dikdisku) Drs. Mohammad Zein, M.Si pada Pelatihan Nasional untuk

Fasilitator Praktik yang Baik di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) bertempat di Ballroom Hotel Arya Duta Medan (30/1).

Plt. Gubsu lebih lanjut mengatakan bahwa kemitraan antara Pemprovsu dengan USAID PRIORITAS merupakan kemitraan strategis. Pemprovsu pada tahun 2011-2012 telah menyebarluaskan praktik yang baik dari program USAID DBE dengan melatih 1.020 guru. Pelatihan ini mampu memberikan manfaat langsung kepada 32.640 siswa di 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatra Utara.

“Penyebarluasan ini dimaksudkan untuk mendorong pemerataan peningkatan mutu pendidikan dasar di seluruh Provinsi Sumatra Utara,” ungkap Plt. Gubsu. “Karena itu Pemprovsu menyatakan siap mendukung Program USAID PRIORITAS baik dari segi kebijakan, pendanaan dan sumber daya untuk memastikan keberhasilan Program USAID PRIORITAS di Sumut,” tegasnya. (Eh)

PEMPROVSU Pertegas Dukungan

Drs. M. Zein, M.Si Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Utara.

Page 9: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara PRIORITAS - Provinsi Banten

Kabupaten Pandeglang dan Serang bertekad bulat untuk

bekerjasama dengan USAID PRIORITAS dalam meningkatkan pendidikan

dasar yang berkualitas.

Pandeglang – Serang. Sekitar 100 orang perwakilan dari calon sekolah mitra USAID PRIORITAS berkumpul di gedung Dinas Pendidikan Kabupaten untuk menyatakan kebulatan tekad dalam menyukseskan program peningkatan pendidikan dasar yang berkualitas (20/12).

Pertemuan yang dipimpin oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, Drs. Nurhasan tersebut, merumuskan sebuah kesepakatan dalam mendukung pelaksanaan program USAID PRIORITAS yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar.

Sehari kemudian, kesepakatan yang sama dicapai di Kabupaten Serang. 74

undangan dari sekolah mitra, Dinas Pendidikan, dan Bappeda kabupaten Serang berkumpul di aula SMPN 1 Ciruas Kab. Serang.

Para mitra sangat antusias dalam mendukung program USAID PRIORITAS. Pada umumnya, mereka melihat peluang dan kesempatan untuk mengembangkan berbagai ide dan inisiatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Seperti yang diutarakan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, “Mudah-mudahan Pandeglang ke depannya bisa menjadi model pendidikan untuk kabupaten lain, di tingkat provinsi, maupun nasional,”

Ikrar Sukseskan Program Pendidikan Berkualitas

sembari menekankan bahwa USAID PRIORITAS memberikan bantuan berupa peningkatan kualitas tenaga pengajar melalui dukungan teknis, bukannya berupa fisik. Semoga dukungan ini segera terwujud dan memberikan keuntungan kepada pemangku kepentingan yang sejati, yaitu siswa. (Nic)

Para guru wakil dari sekolah mitra di Kabupaten Serang bersemangat saat mengucapkan ikrar komitmen kerjasama dengan USAID PRIORITAS.

PROK, prok, prok. Terdengar derap langkah teratur. Tampak 3 siswi berseragam sekolah tengah berbaris tegap di lapangan upacara SMPN2 Cilegon di suatu sore. Mereka tak sedang melaksanakan upacara. Mereka tengah berlatih. Salah seorang pelajar yang tengah mengamati berkata pada rekannya, “Kita harus bisa juara lagi tahun ini.”

SMPN2 Cilegon memang langganan juara dalam banyak bidang. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, sejak 2011 sampai 2012, siswa-siswi SMPN2 Cilegon tercatat 130 kali menjuarai berbagai lomba di berbagai bidang di tingkat kota, kabupaten, sampai provinsi. Dari olahraga sampai story telling. Dari Matematika sampai Taekwondo. Beragamnya prestasi itu karena sekolah yang berdiri sejak tahun 1980 ini menawarkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) bagi para muridnya. Tidak kurang dari 25 ekskul tersedia. Tak hanya olahraga dan seni, namun ekskul yang terkait dengan hobi pun ada, seperti Klub Sains, Klub Matematika, bahkan Klub Robot. Hebatnya lagi, setiap ekskul memiliki pelatih dan pembina sendiri.

Untuk menjaga kualitas prestasi akademik, setiap siswa hanya diijinkan mengikuti maksimal 2 ekskul, namun mereka tetap diwajibkan mengikuti minimal 1 ekskul, karena merupakan salah satu indikator kenaikan kelas.

Para pengajar di SMPN2 Cilegon berpendapat bahwa ekskul yang beragam dapat membantu mengembangkan minat, bakat, dan potensi siswa. Proses ini akan menghasilkan anak didik yang mandiri, bertanggungjawab, dan percaya diri.

Para siswa yang berprestasi merasa bangga karena dapat mengharumkan nama sekolah. Tak hanya kebanggaan, mereka juga bisa mendapatkan beasiswa dari sekolah dan dari instansi terkait. (Nic)

Semua Ada di Sini

SMPN 2 Cilegon berhasil membukukan 130 prestasi dalam kurun waktu satu tahun. Beragam

kegiatan siswa dapat ditemukan di sini, seperti , Paskibra, aeromodeling, lingkungan hidup, klub Sains,

klub Matematika, dan masih banyak lagi.

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 9

Tapanuli Utara. Ada banyak media pembelajaran IPA di salah satu kelas di MTs Negeri Peanornor, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Siswa menyebut kelas itu laboratorium IPA. Tapi Desmila Manurung, S.Pd lebih suka menyebutnya sebagai ruang meditasi. ”Itu bukan laboratorium IPA. Mereka sebut begitu, karena mereka ingin punya laboratorium IPA,” terang Desmila Manurung.

Desmila Manurung punya alasan memilih istilah meditasi. Alumnus IKIP HKBP Nommensen itu, ingin siswanya fokus dan senang belajar IPA. Di ruang itu Ia membuat dan mengumpulkan ragam media pembelajaran. Setiap kali belajar IPA, siswa diajak menggunakan media-media itu. ”Di tempat ini saya ingin siswa seperti bermeditasi dan menemukan obat,” tukas Desmila.

Obat yang dimaksud Desmila adalah praktik nyata dari konsep IPA. Sebagai guru IPA, Desmila menyadari kesulitan siswa belajar IPA. Siswa sering gagal memahami konsep IPA karena tidak tahu kegunaannya di dunia nyata. ”Di sini mereka menggunakan media untuk membuktikan konsep IPA yang dipelajari. Jadi konsepnya nyambung dengan dunia nyata,” terang Desmila.

Desmila sering memanfaatkan bahan-bahan sederhana dan berbiaya murah untuk membuat media pembelajaran. Keseriusannya membuat media bertambah sejak mendapatkan pelatihan BTL (Better Teaching and Learning) program USAID-DBE.

Setelah membuat dan mengumpulkan media, Desmila Manurung dihadapkan pada

masalah merawat media-media itu. Banyak media yang rusak setelah dipakai oleh siswa. Menghadapi masalah ini punya cara bagus. Ia selalu mendokumentasikan setiap media yang dibuat. Hasil dokumentasi itu Ia tunjukkan kepada siswa di awal tahun pembelajaran. ”Tujuannya agar siswa tahu media yang dulu dibuat kakak kelasnya,” kata ibu dua anak itu.

Setelah itu Ia meminta siswa membuat media yang sama. Ketika membuat media itu, siswa mengalami proses pembelajaran. Mereka secara langsung menemukan konsep IPA yang dipelajari. ”Siswa bisa menemukan konsep pembelajaran, media yang dibuat lebih bagus, dan media selalu tersedia untuk digunakan,” tukas Desmila. (Eh)

MTsN Peanornor Buat Ruang Meditasi IPA

Desmila Manurung sedang mendampingi siswa melakukan uji coba perambatan sinar dengan media sederhana di ruang meditasi IPA. Di ruang Meditasi IPA, siswa dapat menggunakan media untuk membuktikan konsep IPA yang dipelajari.

Siswa mencoba periskop kapal selam sederhana yang dibuatnya sendiri.

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

Medan - Pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Pemprovsu) kembali mempertegas dukungan atas implementasi program USAID Prioritas di Sumatra Utara. ”Keberhasilan USAID PRIORITAS adalah juga keberhasilan Pemprovsu,” tegas Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatra Utara (Gubsu) H. Gatot Pujo Nugroho, ST yang diwakili Kepala Dinas Pendidikan Provsu (Dikdisku) Drs. Mohammad Zein, M.Si pada Pelatihan Nasional untuk

Fasilitator Praktik yang Baik di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) bertempat di Ballroom Hotel Arya Duta Medan (30/1).

Plt. Gubsu lebih lanjut mengatakan bahwa kemitraan antara Pemprovsu dengan USAID PRIORITAS merupakan kemitraan strategis. Pemprovsu pada tahun 2011-2012 telah menyebarluaskan praktik yang baik dari program USAID DBE dengan melatih 1.020 guru. Pelatihan ini mampu memberikan manfaat langsung kepada 32.640 siswa di 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatra Utara.

“Penyebarluasan ini dimaksudkan untuk mendorong pemerataan peningkatan mutu pendidikan dasar di seluruh Provinsi Sumatra Utara,” ungkap Plt. Gubsu. “Karena itu Pemprovsu menyatakan siap mendukung Program USAID PRIORITAS baik dari segi kebijakan, pendanaan dan sumber daya untuk memastikan keberhasilan Program USAID PRIORITAS di Sumut,” tegasnya. (Eh)

PEMPROVSU Pertegas Dukungan

Drs. M. Zein, M.Si Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Utara.

Page 10: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah

Komitmen Kepala Daerah Hebat

Bandung - Bupati Sukabumi, Sukmawijaya pada peluncuran USAID PRIORITAS di Jawa Barat bercerita bahwa pada bulan Juli 2012, ia menerima perwakilan USAID PRIORITAS yang menjelaskan tentang program. Dirinya menjadi tahu USAID PRIORITAS adalah program kelanjutan dari seperti DBE, yang memiliki program meningkatkan kualitas pembelajaran, tata kelola dan manajemen, serta keterkaitan dan keselarasan kebijakan pendidikan.

Bupati Sukmawijaya mengaku langsung menerima tawaran USAID PRIORITAS untuk melanjutkan kemitraan, “Kami, dan

tentunya Kepala Daerah mitra USAID PRIORITAS yang lain, merasa senang dan bangga karena daerah kami terpilih untuk menjadi mitra USAID PRIORITAS.”

Dia merasa program ini sejalan dengan kebijakannya dalam bidang

pendidikan. “Kami segenap kepala daerah mitra USAID PRIORITAS menyatakan siap mendukung dan menyukseskan program USAID PRIORITAS. Kami bersedia menyiapkan anggaran maupun sumberdaya manusia,” tegasnya. (Ddn)

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) sekarang relatif padat kegiatan. MGMP IPA di Kota Cimahi, misalnya, mengadakan kegiatan hampir setiap pekan. KKG gugus 4 Sindangkasih, Ciamis juga sibuk dengan kegiatan yang padat setiap pekannya. Namun MGMP dan KKG hanya aktif bila ada bantuan dana dari lembaga donor. Saat ini MGMP begitu aktif karena ada bantuan blockgrant dari pemerintah.

Demikian garis besar hasil wawancara tim baseline USAID PRIORITAS di Kota Cimahi, Bandung Barat, dan Ciamis. Deni Ahmad Ketua MGMP Bahasa Indonesia dan Irawati Ketua MGMP IPA Kota Cimahi secara jujur mengakui hal itu saat diwawancara. Demikian juga pengakuan Tohir Ketua KKG Gugus 4 Sindangkasih dan Tatang Supriatna Ketua MGMP Bahasa Inggris di Cimahi.

MGMP Bandung Barat, khususnya di

Gugus 02 dan Gugus 04, pada tahun ini menerima bantuan Lesson Study dan Blockgrant sehingga bisa dikatakan MGMP sangat aktif. Namun kondisi terbalik, MGMP di Gugus 02 dan 04 terkesan pasif. Pertemuan di MGMP terbanyak dua bulan sekali atau malah kurang dari itu. Topik yang dibahas biasanya hanya seputar pembahasan kisi-kisi dan soal ulangan. Ini kondisi sebelum Lesson Study dan Blockgrant masuk.

Perlu Terobosan Atas dasar itu, para pengurus

MGMP berharap USAID PRIORITAS kiranya melakukan terobosan untuk membuat MGMP berdaya. Apa yang dimaksud 'berdaya' meliputi dua hal: keaktifan dan keberlanjutan kegiatan.

Pertama, ihwal keaktifan, pengurus MGMP membutuhkan pelatihan-pelatihan yang dapat mendorong mereka mampu menghidupkan MGMP dengan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif

bagi profesionalisme guru. Dalam hal ini, MGMP seyogianya hidup dengan kegiatan yang bervariasi dan produktif bagi kualitas pembelajaran.

Kedua, ihwal keberlanjutan, para pengurus MGMP membutuhkan tempaan kapasitas dan kreativitas untuk mempertahankan sustainabilitas kegiatan.

Menurut Iwan Irawan, Ketua MGMP IPS Cimahi, pengurus MGMP perlu didukung untuk mengasah kemampuan swadaya dan penggalangan dana. Dengan demikian, kehidupan MGMP tidak akan lagi bergantung pada bantuan pemerintah seperti Blockgrant. MGMP mesti tetap aktif meski tidak ada lagi Blockgrant.

Para pengurus MGMP di Bandung Barat mengaku sangat membutuhkan bantuan dari USAID PRIORITAS supaya MGMP tetap aktif dan maju. “Melalui skema kegiatan MGMP yang dikembangkan USAID PRIORITAS, semoga keaktifan MGMP menjadi sustainabel,” harapnya. (Ddn)

Agar Tetap Giat, KKG/MGMP Butuh Terobosan

“Kami melihat dan merasakan sendiri dampak nyata program DBE di daerah kami. Manfaat itu sangat terasa baik oleh anak-anak, guru-guru, dan kami sendiri di jajaran pemerintahan daerah,” papar Agus Supriatman, Kepala Disdikpora Karawang, dalam sambutannya pada peluncuran Program USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Agus mewakili daerah mitra DBE menyampaikan evaluasi dan testimoni atas dampak program DBE yang terjadi dan dirasakan langsung di daerahnya. Berikut beberapa dampak program DBE yang disampaikan: Tersusunnya Rencana Strategis dan Rencana Kerja bagi Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pendidikan yang berbasis informasi; Sekolah-sekolah bisa menyusun Rencana Kerja Sekolah yang berbasis pada profil

sekolah sebagai dasar informasinya; Disepakatinya Biaya Standar Operasional Satuan Pendidikan untuk jenjang SD/MI,

SMP/MTs, dan bahkan SMA/MA; Mampu menghitung Biaya Standar Pelayanan Minimal dan Akses Pendidikan; Meningkatnya mutu pembelajaran yang lebih baik melalui pendekatan pembelajaran

kontekstual, kooperatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk SD/MI; Melalui pembelajaran bermakna telah terjadi peningkatan mutu pembelajaran di

SMP/MTs; Program pendidikan jarak jauh berbasis sekolah; Diselenggarakannya Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG).

Dia juga memastikan bahwa daerah mitra yang lain merasakan manfaat yang sama, bahkan mungkin dapat menunjukkan dampaknya secara lebih lengkap lagi. Selain itu, dia juga memaparkan sejumlah program daerah yang diakui terinspirasi dari DBE. Melalui program USAID PRIORITAS, Agus berharap, berbagai keberhasilan DBE dapat dikembangkan lebih lanjut. (Ddn)

Daerah DBE Unjuk Dampak Program

Para Bupati dan Walikota Mitra USAID PRIORITAS menandatangani kerangka acuan kerjasama (KAK).

Banjarnegara. Imam Muhdi anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjarnegara menyambut baik kehadiran USAID PRIORITAS. “Saya sangat mengapresiasi dan mendukung program USAID PRIORITAS. Program ini merupakan salah satu strategi dalam visi misi Bupati Banjarnegara untuk peningkatan kualitas pendidikan di Banjarnegara. Saya yakin semua stakeholder pendidikan akan menerima dengan tangan terbuka,” papar pria yang juga ketua Himpaudi (Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini) Banjarnegara.

Mengenai keberadaan fasilitator daerah (Fasda), beliau berpesan, “Mereka harus didampingi dan dibimbing karena fasilitator menjadi ujung tombak program ini. Fasilitator akan menjadi bagian untuk program peningkatan kualitas pendidikan.” Terkait dengan anggaran pendidikan, Imam menyampaikan bahwa Banjarnegara memiliki alokasi anggaran pendidikan yang cukup baik.

Hadirnya USAID PRIORITAS di Banjarnegara, juga siap untuk difasilitasi dengan dukungan dana pendamping. Dengan nada tegas Imam Muhdi mengatakan, “Silakan dinas pendidikan dan instansi terkait bisa menyusun program yang masuk dalam rencana kegiatan anggaran untuk diajukan kepada kami.”

(Arz)

Berdayakan Fasilitator, Dukung dengan Dana Pendamping

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 11

Imam Muhdi, anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara.

UNTUK membangun kebersamaan dan keselarasan pemahaman program, USAID PRIORITAS melakukan sosialisasi di seluruh kabupaten/kota mitra di tujuh provinsi. Sosialisasi tersebut melibatkan Bupati, DPRD, Dinas Pendidikan, Kemenag, Badan Perencanaan Daerah, Dewan Pendidikan, Fasilitator Daerah (Fasda), dan Sekolah Mitra. Seperti yang dilakukan di Provinsi Jawa Tengah.

Semangat untuk melaksanakan program USAID PRIORITAS dengan spirit positif membangun sekolah unggul digelorakan oleh para kepala daerah.

Greget SragenBupati Sragen Agus Fatchur Rahman

dalam sambutannya pada sosialisasi program USAID PRIORITAS, mengemukakan slogan gerakan pembangunan Sragen bernama Gerbang Sukowati atau Greget Bangun Sukowati di semua bidang. “USAID PRIORITAS merupakan bagian dari Gerbang Sukowati, karenanya PRIORITAS diharapkan mampu membawa perubahan, memperbaiki kualitas pendidikan di Sragen, dan memunculkan greget untuk membangun pendidikan di Sragen,” tandasnya.

Tingkatkan Mutu Tenaga Pengajar Senada dengan yang disampaikan

Bupati Sragen, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo berharap melalui pendampingan USAID PRIORITAS akan muncul sekolah unggul yang dapat menjadi percontohan bagi sekolah di kecamatan lain. Hal itu dapat mendongkrak rangking pendidikan Banjarnegara ke tingkat yang lebih baik.

Kunci utama menurutnya adalah peningkatan mutu khususnya tenaga pengajar. “Menjadi mitra USAID PRIORITAS merupakan kesempatan untuk melakukan perubahan. Guru di sekolah mitra harus mampu mendorong sekolahnya menjadi sekolah unggulan dan menjadi contoh bagi sekolah lainnya,” pesanya.

Batang Cerdas KomprehensifDi Kabupaten Batang, Wakil Bupati

Batang H. Soetadi menyampaikan perlunya menciptakan layanan prima pendidikan yang berkualitas. Terutama untuk mewujudkan masyarakat Batang yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing.

Hadirnya USAID PRIORITAS yang berfokus pada tiga komponen penting pendidikan wajib untuk didukung. “Program kemitraan ini harus didukung demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Batang untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat Batang,” sambutnya.Diseminasi Menyeluruh

Terkait pentingnya diseminasi program, Bupati Semarang H. Mundjirin mengatakan, “Kegiatan sosialisasi ini jangan hanya menjadi kegiatan penyampaian informasi saja, namun harus menjadi start atau dimulainya langkah nyata untuk mendiseminasikan hal-hal unggul yang memiliki dampak positif.”

Diseminasi menyeluruh dalam peningkatan kualitas pendidikan ditegaskan pula oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Purbalingga Imam Subijakto. “Walaupun pada awalnya 2 kecamatan, namun di akhir program harus menjadi 18 kecamatan di Purbalingga yang melakukan diseminasi,” tegasnya.

Contoh dari FasdaSambutan hangat untuk menciptakan

spirit sekolah unggul di daerah mitra disambut hangat oleh Nurkolis Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah. Menurutnya, semangat ini akan dijaga oleh USAID PRIORITAS. Salah satu caranya yaitu menjaga kualitas para Fasda yang merupakan aset dari pemerintah daerah.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Iskhak berpesan kepada para fasilitator daerah, “Sebagai fasilitator daerah bapak dan ibu harus menjadi contoh yang baik, menjadi agent of change kualitas pendidikan sehingga harus memiliki keilmuan yang mumpuni serta harus menguasai IT berpola inovatif kreatif,” pesannya.

(Arz)

Membangun Spirit Sekolah Unggul

H. Mundjirin, Bupati Semarang.

Agus Supriatman, Kepala Disdikpora Karawang.

Replikasi Pelatihan DBE: Kelompok kerja guru (KKG) MI se-Kabupaten Grobogan belum lama ini mengadakan diseminasi dua program DBE. Pertama, What is Active Learning (WIAL) dan Reading Program. Pelatihan WIAL dilaksanakan di MI YATPI Getasrejo Grobogan. Kedua, Reading Program untuk guru kelas awal. Kegiatan itu diikuti 75 orang guru dari MI se-kabupaten Grobogan. Biaya kegiatan ini sharing antara kelompok kerja madrasah (KKM) dengan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kemenag Provinsi Jawa Tengah. (Arz)

Page 11: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah

Komitmen Kepala Daerah Hebat

Bandung - Bupati Sukabumi, Sukmawijaya pada peluncuran USAID PRIORITAS di Jawa Barat bercerita bahwa pada bulan Juli 2012, ia menerima perwakilan USAID PRIORITAS yang menjelaskan tentang program. Dirinya menjadi tahu USAID PRIORITAS adalah program kelanjutan dari seperti DBE, yang memiliki program meningkatkan kualitas pembelajaran, tata kelola dan manajemen, serta keterkaitan dan keselarasan kebijakan pendidikan.

Bupati Sukmawijaya mengaku langsung menerima tawaran USAID PRIORITAS untuk melanjutkan kemitraan, “Kami, dan

tentunya Kepala Daerah mitra USAID PRIORITAS yang lain, merasa senang dan bangga karena daerah kami terpilih untuk menjadi mitra USAID PRIORITAS.”

Dia merasa program ini sejalan dengan kebijakannya dalam bidang

pendidikan. “Kami segenap kepala daerah mitra USAID PRIORITAS menyatakan siap mendukung dan menyukseskan program USAID PRIORITAS. Kami bersedia menyiapkan anggaran maupun sumberdaya manusia,” tegasnya. (Ddn)

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) sekarang relatif padat kegiatan. MGMP IPA di Kota Cimahi, misalnya, mengadakan kegiatan hampir setiap pekan. KKG gugus 4 Sindangkasih, Ciamis juga sibuk dengan kegiatan yang padat setiap pekannya. Namun MGMP dan KKG hanya aktif bila ada bantuan dana dari lembaga donor. Saat ini MGMP begitu aktif karena ada bantuan blockgrant dari pemerintah.

Demikian garis besar hasil wawancara tim baseline USAID PRIORITAS di Kota Cimahi, Bandung Barat, dan Ciamis. Deni Ahmad Ketua MGMP Bahasa Indonesia dan Irawati Ketua MGMP IPA Kota Cimahi secara jujur mengakui hal itu saat diwawancara. Demikian juga pengakuan Tohir Ketua KKG Gugus 4 Sindangkasih dan Tatang Supriatna Ketua MGMP Bahasa Inggris di Cimahi.

MGMP Bandung Barat, khususnya di

Gugus 02 dan Gugus 04, pada tahun ini menerima bantuan Lesson Study dan Blockgrant sehingga bisa dikatakan MGMP sangat aktif. Namun kondisi terbalik, MGMP di Gugus 02 dan 04 terkesan pasif. Pertemuan di MGMP terbanyak dua bulan sekali atau malah kurang dari itu. Topik yang dibahas biasanya hanya seputar pembahasan kisi-kisi dan soal ulangan. Ini kondisi sebelum Lesson Study dan Blockgrant masuk.

Perlu Terobosan Atas dasar itu, para pengurus

MGMP berharap USAID PRIORITAS kiranya melakukan terobosan untuk membuat MGMP berdaya. Apa yang dimaksud 'berdaya' meliputi dua hal: keaktifan dan keberlanjutan kegiatan.

Pertama, ihwal keaktifan, pengurus MGMP membutuhkan pelatihan-pelatihan yang dapat mendorong mereka mampu menghidupkan MGMP dengan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif

bagi profesionalisme guru. Dalam hal ini, MGMP seyogianya hidup dengan kegiatan yang bervariasi dan produktif bagi kualitas pembelajaran.

Kedua, ihwal keberlanjutan, para pengurus MGMP membutuhkan tempaan kapasitas dan kreativitas untuk mempertahankan sustainabilitas kegiatan.

Menurut Iwan Irawan, Ketua MGMP IPS Cimahi, pengurus MGMP perlu didukung untuk mengasah kemampuan swadaya dan penggalangan dana. Dengan demikian, kehidupan MGMP tidak akan lagi bergantung pada bantuan pemerintah seperti Blockgrant. MGMP mesti tetap aktif meski tidak ada lagi Blockgrant.

Para pengurus MGMP di Bandung Barat mengaku sangat membutuhkan bantuan dari USAID PRIORITAS supaya MGMP tetap aktif dan maju. “Melalui skema kegiatan MGMP yang dikembangkan USAID PRIORITAS, semoga keaktifan MGMP menjadi sustainabel,” harapnya. (Ddn)

Agar Tetap Giat, KKG/MGMP Butuh Terobosan

“Kami melihat dan merasakan sendiri dampak nyata program DBE di daerah kami. Manfaat itu sangat terasa baik oleh anak-anak, guru-guru, dan kami sendiri di jajaran pemerintahan daerah,” papar Agus Supriatman, Kepala Disdikpora Karawang, dalam sambutannya pada peluncuran Program USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Agus mewakili daerah mitra DBE menyampaikan evaluasi dan testimoni atas dampak program DBE yang terjadi dan dirasakan langsung di daerahnya. Berikut beberapa dampak program DBE yang disampaikan: Tersusunnya Rencana Strategis dan Rencana Kerja bagi Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pendidikan yang berbasis informasi; Sekolah-sekolah bisa menyusun Rencana Kerja Sekolah yang berbasis pada profil

sekolah sebagai dasar informasinya; Disepakatinya Biaya Standar Operasional Satuan Pendidikan untuk jenjang SD/MI,

SMP/MTs, dan bahkan SMA/MA; Mampu menghitung Biaya Standar Pelayanan Minimal dan Akses Pendidikan; Meningkatnya mutu pembelajaran yang lebih baik melalui pendekatan pembelajaran

kontekstual, kooperatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk SD/MI; Melalui pembelajaran bermakna telah terjadi peningkatan mutu pembelajaran di

SMP/MTs; Program pendidikan jarak jauh berbasis sekolah; Diselenggarakannya Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG).

Dia juga memastikan bahwa daerah mitra yang lain merasakan manfaat yang sama, bahkan mungkin dapat menunjukkan dampaknya secara lebih lengkap lagi. Selain itu, dia juga memaparkan sejumlah program daerah yang diakui terinspirasi dari DBE. Melalui program USAID PRIORITAS, Agus berharap, berbagai keberhasilan DBE dapat dikembangkan lebih lanjut. (Ddn)

Daerah DBE Unjuk Dampak Program

Para Bupati dan Walikota Mitra USAID PRIORITAS menandatangani kerangka acuan kerjasama (KAK).

Banjarnegara. Imam Muhdi anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjarnegara menyambut baik kehadiran USAID PRIORITAS. “Saya sangat mengapresiasi dan mendukung program USAID PRIORITAS. Program ini merupakan salah satu strategi dalam visi misi Bupati Banjarnegara untuk peningkatan kualitas pendidikan di Banjarnegara. Saya yakin semua stakeholder pendidikan akan menerima dengan tangan terbuka,” papar pria yang juga ketua Himpaudi (Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini) Banjarnegara.

Mengenai keberadaan fasilitator daerah (Fasda), beliau berpesan, “Mereka harus didampingi dan dibimbing karena fasilitator menjadi ujung tombak program ini. Fasilitator akan menjadi bagian untuk program peningkatan kualitas pendidikan.” Terkait dengan anggaran pendidikan, Imam menyampaikan bahwa Banjarnegara memiliki alokasi anggaran pendidikan yang cukup baik.

Hadirnya USAID PRIORITAS di Banjarnegara, juga siap untuk difasilitasi dengan dukungan dana pendamping. Dengan nada tegas Imam Muhdi mengatakan, “Silakan dinas pendidikan dan instansi terkait bisa menyusun program yang masuk dalam rencana kegiatan anggaran untuk diajukan kepada kami.”

(Arz)

Berdayakan Fasilitator, Dukung dengan Dana Pendamping

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 11

Imam Muhdi, anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara.

UNTUK membangun kebersamaan dan keselarasan pemahaman program, USAID PRIORITAS melakukan sosialisasi di seluruh kabupaten/kota mitra di tujuh provinsi. Sosialisasi tersebut melibatkan Bupati, DPRD, Dinas Pendidikan, Kemenag, Badan Perencanaan Daerah, Dewan Pendidikan, Fasilitator Daerah (Fasda), dan Sekolah Mitra. Seperti yang dilakukan di Provinsi Jawa Tengah.

Semangat untuk melaksanakan program USAID PRIORITAS dengan spirit positif membangun sekolah unggul digelorakan oleh para kepala daerah.

Greget SragenBupati Sragen Agus Fatchur Rahman

dalam sambutannya pada sosialisasi program USAID PRIORITAS, mengemukakan slogan gerakan pembangunan Sragen bernama Gerbang Sukowati atau Greget Bangun Sukowati di semua bidang. “USAID PRIORITAS merupakan bagian dari Gerbang Sukowati, karenanya PRIORITAS diharapkan mampu membawa perubahan, memperbaiki kualitas pendidikan di Sragen, dan memunculkan greget untuk membangun pendidikan di Sragen,” tandasnya.

Tingkatkan Mutu Tenaga Pengajar Senada dengan yang disampaikan

Bupati Sragen, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo berharap melalui pendampingan USAID PRIORITAS akan muncul sekolah unggul yang dapat menjadi percontohan bagi sekolah di kecamatan lain. Hal itu dapat mendongkrak rangking pendidikan Banjarnegara ke tingkat yang lebih baik.

Kunci utama menurutnya adalah peningkatan mutu khususnya tenaga pengajar. “Menjadi mitra USAID PRIORITAS merupakan kesempatan untuk melakukan perubahan. Guru di sekolah mitra harus mampu mendorong sekolahnya menjadi sekolah unggulan dan menjadi contoh bagi sekolah lainnya,” pesanya.

Batang Cerdas KomprehensifDi Kabupaten Batang, Wakil Bupati

Batang H. Soetadi menyampaikan perlunya menciptakan layanan prima pendidikan yang berkualitas. Terutama untuk mewujudkan masyarakat Batang yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing.

Hadirnya USAID PRIORITAS yang berfokus pada tiga komponen penting pendidikan wajib untuk didukung. “Program kemitraan ini harus didukung demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Batang untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat Batang,” sambutnya.Diseminasi Menyeluruh

Terkait pentingnya diseminasi program, Bupati Semarang H. Mundjirin mengatakan, “Kegiatan sosialisasi ini jangan hanya menjadi kegiatan penyampaian informasi saja, namun harus menjadi start atau dimulainya langkah nyata untuk mendiseminasikan hal-hal unggul yang memiliki dampak positif.”

Diseminasi menyeluruh dalam peningkatan kualitas pendidikan ditegaskan pula oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Purbalingga Imam Subijakto. “Walaupun pada awalnya 2 kecamatan, namun di akhir program harus menjadi 18 kecamatan di Purbalingga yang melakukan diseminasi,” tegasnya.

Contoh dari FasdaSambutan hangat untuk menciptakan

spirit sekolah unggul di daerah mitra disambut hangat oleh Nurkolis Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah. Menurutnya, semangat ini akan dijaga oleh USAID PRIORITAS. Salah satu caranya yaitu menjaga kualitas para Fasda yang merupakan aset dari pemerintah daerah.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Iskhak berpesan kepada para fasilitator daerah, “Sebagai fasilitator daerah bapak dan ibu harus menjadi contoh yang baik, menjadi agent of change kualitas pendidikan sehingga harus memiliki keilmuan yang mumpuni serta harus menguasai IT berpola inovatif kreatif,” pesannya.

(Arz)

Membangun Spirit Sekolah Unggul

H. Mundjirin, Bupati Semarang.

Agus Supriatman, Kepala Disdikpora Karawang.

Replikasi Pelatihan DBE: Kelompok kerja guru (KKG) MI se-Kabupaten Grobogan belum lama ini mengadakan diseminasi dua program DBE. Pertama, What is Active Learning (WIAL) dan Reading Program. Pelatihan WIAL dilaksanakan di MI YATPI Getasrejo Grobogan. Kedua, Reading Program untuk guru kelas awal. Kegiatan itu diikuti 75 orang guru dari MI se-kabupaten Grobogan. Biaya kegiatan ini sharing antara kelompok kerja madrasah (KKM) dengan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kemenag Provinsi Jawa Tengah. (Arz)

Page 12: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

Bangkalan Diseminasi Pelatihan Penyusunan LAKIP

Bangkalan-Jawa Timur. USAID PRIORITAS bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Bangkalan, pada 21-23 Desember 2012 lalu, melaksanakan Diseminasi Pelatihan Peningkatan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelatihan ini sebagai kegiatan diseminasi Program DBE yang telah selesai pada 2011 lalu.

Kegiatan ini dianggap perlu karena pembuatan laporan pertanggung-jawaban selama ini hanya mempertanggungjawabkan anggaran dan terlaksananya program/kegiatan, tanpa mengungkapkan hasil atau manfaat bagi masyarakat ataupun pihak terkait lainnya. Melalui pelatihan ini, dinas pendidikan dapat membuat laporan pertanggungjawaban sebagai bentuk akuntabilitas pencapaian kinerja yang dapat dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Adri

Budi, Governance and Management Specialist USAID PRIORITAS Jawa Timur bersama R. Ayu Diana K, Koordinator Distrik USAID PRIORITAS Jawa Timur untuk Kabupaten Bangkalan dan Sampang.

Kegiatan ini diikuti oleh 90 peserta dari unsur kepala dinas, sekretaris, kepala bidang, kepala seksi, kepala sub bagian, dan kepala unit pelaksana teknis daerah (UPTD), dan staf mewakili bidang di Dinas Pendidikan Bangkalan.

“Dengan adanya kegiatan ini, saya semakin mengerti alur sinkronisasi dokumen administrasi negara yang harus dipenuhi di setiap instansi SKPD dan keterkaitannya antara Renca Strategis, Rencana Kerja, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta dampaknya jika salah satu dari

dokumen itu tidak dibuat,” ungkap Moh. Kamil, M.Pd Sekretaris Dinas Pendidikan Bangkalan yang aktif mengikuti pelatihan.

Kepala Dinas Pendidikan Bangkalan M. Mohni, MM juga sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Tidak hanya membuka dan menutup acara, beliau juga aktif mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir. (Rad)

Adri (kiri) sedang mendampingi peserta pelatihan penyusunan LAKIP.

KKG dan KKKS Manfaatkan PSBG Dewantoro Tuban sebagai Pusat Sumber Belajar

PSBG Dewantoro menjadi salah satu peserta pameran dalam Peresmian USAID PRIORITAS Jatim (atas). Kegiatan KKG rutin dilakukan di PSBG Dewantoro (bawah).

Tuban - Jawa Timur. Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG) Dewantoro Merakurak Tuban yang terletak di SDN Sambonggede 1 ini rutin melakukan kegiatan gugus. “Kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) masih rutin dilakukan di PSBG Dewantoro,” ungkap Ibu Dra. Suharti, Manager PSBG Dewantoro.

Selain sebagai tempat berkumpulnya para pendidik, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di PSBG memacu para guru untuk lebih kreatif. Dalam pertemuan KKG misalnya, para guru saling bertukar pengalaman dalam pembuatan Alat Peraga Murah (APM) berbahan

material bekas.Hasil karya para guru juga sering diikutkan

lomba dan meraih juara baik di tingkat gugus maupun kabupaten. Selain itu PSBG Dewantoro juga dikenal sebagai pusat ICT. Guru sering berkunjung ke PSBG untuk belajar komputer dan internet. PSBG ini memiliki peralatan ICT yang cukup lengkap dan terbuka bagi pendidik yang ingin belajar ICT.

Kepala Dispora Kabupaten Tuban Drs Sutrisno, MM selalu mendukung kegiatan yang dilakukan di PSBG. “Saya yakin PSBG dapat membantu memecahkan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran,” ungkapnya. Dia juga selalu melibatkan PSBG Dewantoro dalam setiap kegiatan pendidikan, salah satunya adalah pameran pendidikan dan kompetisi guru tingkat kabupaten.

(Dra. Suharti, Manager PSBG Dewantoro)

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

MTsN Binamu: Jawara Nasional Karena Reformasi Pembelajaran

Bermitra dengan Perpustakaan Daerah untuk Tingkatkan Minat Baca Siswa

Makassar-Sulawesi Selatan. Pengayaan buku-buku dan sumber belajar siswa menjadi tantangan tersendiri bagi SMP YP PGRI Makassar. Perpustakaan sekolah masih terbatas jumlah buku dan ragam referensi buku populer. Karena itu mereka mengembangkan program kemitraan dengan Perpustakaan Daerah Kota Makassar. “Kerjasama ini kami mulai di pertengahan 2011. Tujuannya untuk meningkatkan minat baca siswa. Kelemahan siswa yang paling mendasar saat ini adalah kurang membaca buku dan sekolah harus terlibat memotivasi siswa membaca,” papar Nasrah, S,Pd Kepala SMP YP PGRI Makassar yang juga fasilitator daerah USAID PRIORITAS.

Program ini dikelola dengan apik oleh tiga orang guru pendamping yang menjadi penanggungjawab, yaitu Novianti, Haisyah, dan Idham. Mereka merencanakan dan mengatur jadwal layanan membaca 526 siswa dengan berbasis rombel. 12

rombel punya 2 jam waktu membaca yang disesuaikan dengan jadwal kedatangan mobil perpustakan keliling ke sekolah. Tugas utama guru pendamping: (1) menetapkan tema bacaan, bisa berbasis mapel atau isu terkini; (2) membimbing siswa menemukan buku dan judul relevan; (3) memetakan dan menemukan ide pokok; (4) membuat kesimpulan, serta (5) memfasilitasi diskusi hasil bacaan saat kembali ke kelas.

Menurut Novianti, dampak program ini telah sangat memotivasi siswa cinta buku dan gemar membaca. Hasilnya juga membanggakan. Siswa mampu membuat resensi buku dengan baik. Terbukti siswa-siswanya telah mendominasi kejuaraan Gelar Minat Baca Pemerintah Kota Makassar tahun 2012 dengan meraih Juara I, III, dan Juara Harapan I Lomba Membuat Resensi Buku. Pada tahun yang sama juga meraih Juara Harapan I Duta Baca Kota Makassar. (Ham)

Jeneponto-Sulawesi Selatan. “MTsN Binamu dulu dipandang sekedar sekolah pelarian karena hanya menerima siswa yang tidak diterima belajar di SMP. Kami berjuang keras untuk mengikis citra yang salah itu,” kata Nuraedah, S.Pd, M.Pd Kepala MTs Binamu yang juga Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS.

Berpacu meningkatkan mutu madrasahnya, Nuraedah tak menyia-nyiakan pengalamannya sebagai fasilitator DBE. Terlebih lagi sebagai kepala sekolah dirinya sangat berperan aktif memfasilitasi guru dan stafnya melakukan reformasi pembelajaran. Fasilitator pembelajaran Matematika USAID PRIORITAS itu yakin betul kalau indikator sekolah maju adalah

pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu, dia melakukan reformasi di

sekolah, yaitu: (1) meningkatan kualitas guru melalui replikasi mandiri pelatihan pembelajaran aktif program DBE; (2) terbitkan SK kepala sekolah sebagai dasar penerapan pembelajaran aktif untuk semua mapel; (3) bentuk tim pengembang dan penguatan MGMP sekolah melalui peer teacher program, di mana fasilitator pembelajaran DBE menjadi mentor sesama guru; (4) fasilitasi guru terlibat aktif dalam kegiatan MGMP di dinas pendidikan (diknas); (5) bekerja sama dengan pengawas bidang studi diknas untuk memberikan supervisi pembelajaran bagi guru-gurunya; (6)

merawat pembelajaran aktif berbasis tanggungjawab wali kelas, evaluasi dan seleksi wali kelas; (7) penyediaan dana yang mencukupi untuk semua kebutuhan ATK dan pembelajaran.

Menurut Nuraedah reformasi pembelajaran harus secara utuh didukung semua komponen sekolah. Ia bersama timnya merunut area pokok yang menjadi konsentrasi peningkatan kualitas.

Kerja keras KS dan guru MTs Binamu membuahkan hasil yang membanggakan. Dalam lomba MTs terbaik dan inovatif tahun 2012 di Provinsi Sulawesi Selatan, MTs Binamu meraih Juara I. Bahkan juga berhasil sebagai Juara I pada Madrasah Berprestasi tingkat Nasional yang mendapatkan penghargaan dari Menteri Agama RI. Prestasi siswa dalam berbagai kompetisi juga tak kalah hebat. Tahun 2012 Juara I Tilawah Alquran tingkat provinsi, Juara IV IPA dalam Olimpiade Sains dan Matematika tingkat provinsi, Juara II Pramuka tingkat provinsi. (Ham)

Reformasi pembelajaran di MTsN Binamu, mengantarkan madrasah itu mendapat penghargaan dari Menteri Agama, Suryadharma Ali.

SMP YP PGRI Makassar mengembangkan ragam kegiatan untuk mendorong budaya baca para siswanya.

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 13

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

Nuraedah, S.Pd, M.Pd, Kepala MTs Binamu, Janeponto

Page 13: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

Bangkalan Diseminasi Pelatihan Penyusunan LAKIP

Bangkalan-Jawa Timur. USAID PRIORITAS bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Bangkalan, pada 21-23 Desember 2012 lalu, melaksanakan Diseminasi Pelatihan Peningkatan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelatihan ini sebagai kegiatan diseminasi Program DBE yang telah selesai pada 2011 lalu.

Kegiatan ini dianggap perlu karena pembuatan laporan pertanggung-jawaban selama ini hanya mempertanggungjawabkan anggaran dan terlaksananya program/kegiatan, tanpa mengungkapkan hasil atau manfaat bagi masyarakat ataupun pihak terkait lainnya. Melalui pelatihan ini, dinas pendidikan dapat membuat laporan pertanggungjawaban sebagai bentuk akuntabilitas pencapaian kinerja yang dapat dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program.

Kegiatan ini difasilitasi oleh Adri

Budi, Governance and Management Specialist USAID PRIORITAS Jawa Timur bersama R. Ayu Diana K, Koordinator Distrik USAID PRIORITAS Jawa Timur untuk Kabupaten Bangkalan dan Sampang.

Kegiatan ini diikuti oleh 90 peserta dari unsur kepala dinas, sekretaris, kepala bidang, kepala seksi, kepala sub bagian, dan kepala unit pelaksana teknis daerah (UPTD), dan staf mewakili bidang di Dinas Pendidikan Bangkalan.

“Dengan adanya kegiatan ini, saya semakin mengerti alur sinkronisasi dokumen administrasi negara yang harus dipenuhi di setiap instansi SKPD dan keterkaitannya antara Renca Strategis, Rencana Kerja, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta dampaknya jika salah satu dari

dokumen itu tidak dibuat,” ungkap Moh. Kamil, M.Pd Sekretaris Dinas Pendidikan Bangkalan yang aktif mengikuti pelatihan.

Kepala Dinas Pendidikan Bangkalan M. Mohni, MM juga sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Tidak hanya membuka dan menutup acara, beliau juga aktif mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir. (Rad)

Adri (kiri) sedang mendampingi peserta pelatihan penyusunan LAKIP.

KKG dan KKKS Manfaatkan PSBG Dewantoro Tuban sebagai Pusat Sumber Belajar

PSBG Dewantoro menjadi salah satu peserta pameran dalam Peresmian USAID PRIORITAS Jatim (atas). Kegiatan KKG rutin dilakukan di PSBG Dewantoro (bawah).

Tuban - Jawa Timur. Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG) Dewantoro Merakurak Tuban yang terletak di SDN Sambonggede 1 ini rutin melakukan kegiatan gugus. “Kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) masih rutin dilakukan di PSBG Dewantoro,” ungkap Ibu Dra. Suharti, Manager PSBG Dewantoro.

Selain sebagai tempat berkumpulnya para pendidik, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di PSBG memacu para guru untuk lebih kreatif. Dalam pertemuan KKG misalnya, para guru saling bertukar pengalaman dalam pembuatan Alat Peraga Murah (APM) berbahan

material bekas.Hasil karya para guru juga sering diikutkan

lomba dan meraih juara baik di tingkat gugus maupun kabupaten. Selain itu PSBG Dewantoro juga dikenal sebagai pusat ICT. Guru sering berkunjung ke PSBG untuk belajar komputer dan internet. PSBG ini memiliki peralatan ICT yang cukup lengkap dan terbuka bagi pendidik yang ingin belajar ICT.

Kepala Dispora Kabupaten Tuban Drs Sutrisno, MM selalu mendukung kegiatan yang dilakukan di PSBG. “Saya yakin PSBG dapat membantu memecahkan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran,” ungkapnya. Dia juga selalu melibatkan PSBG Dewantoro dalam setiap kegiatan pendidikan, salah satunya adalah pameran pendidikan dan kompetisi guru tingkat kabupaten.

(Dra. Suharti, Manager PSBG Dewantoro)

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

MTsN Binamu: Jawara Nasional Karena Reformasi Pembelajaran

Bermitra dengan Perpustakaan Daerah untuk Tingkatkan Minat Baca Siswa

Makassar-Sulawesi Selatan. Pengayaan buku-buku dan sumber belajar siswa menjadi tantangan tersendiri bagi SMP YP PGRI Makassar. Perpustakaan sekolah masih terbatas jumlah buku dan ragam referensi buku populer. Karena itu mereka mengembangkan program kemitraan dengan Perpustakaan Daerah Kota Makassar. “Kerjasama ini kami mulai di pertengahan 2011. Tujuannya untuk meningkatkan minat baca siswa. Kelemahan siswa yang paling mendasar saat ini adalah kurang membaca buku dan sekolah harus terlibat memotivasi siswa membaca,” papar Nasrah, S,Pd Kepala SMP YP PGRI Makassar yang juga fasilitator daerah USAID PRIORITAS.

Program ini dikelola dengan apik oleh tiga orang guru pendamping yang menjadi penanggungjawab, yaitu Novianti, Haisyah, dan Idham. Mereka merencanakan dan mengatur jadwal layanan membaca 526 siswa dengan berbasis rombel. 12

rombel punya 2 jam waktu membaca yang disesuaikan dengan jadwal kedatangan mobil perpustakan keliling ke sekolah. Tugas utama guru pendamping: (1) menetapkan tema bacaan, bisa berbasis mapel atau isu terkini; (2) membimbing siswa menemukan buku dan judul relevan; (3) memetakan dan menemukan ide pokok; (4) membuat kesimpulan, serta (5) memfasilitasi diskusi hasil bacaan saat kembali ke kelas.

Menurut Novianti, dampak program ini telah sangat memotivasi siswa cinta buku dan gemar membaca. Hasilnya juga membanggakan. Siswa mampu membuat resensi buku dengan baik. Terbukti siswa-siswanya telah mendominasi kejuaraan Gelar Minat Baca Pemerintah Kota Makassar tahun 2012 dengan meraih Juara I, III, dan Juara Harapan I Lomba Membuat Resensi Buku. Pada tahun yang sama juga meraih Juara Harapan I Duta Baca Kota Makassar. (Ham)

Jeneponto-Sulawesi Selatan. “MTsN Binamu dulu dipandang sekedar sekolah pelarian karena hanya menerima siswa yang tidak diterima belajar di SMP. Kami berjuang keras untuk mengikis citra yang salah itu,” kata Nuraedah, S.Pd, M.Pd Kepala MTs Binamu yang juga Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS.

Berpacu meningkatkan mutu madrasahnya, Nuraedah tak menyia-nyiakan pengalamannya sebagai fasilitator DBE. Terlebih lagi sebagai kepala sekolah dirinya sangat berperan aktif memfasilitasi guru dan stafnya melakukan reformasi pembelajaran. Fasilitator pembelajaran Matematika USAID PRIORITAS itu yakin betul kalau indikator sekolah maju adalah

pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu, dia melakukan reformasi di

sekolah, yaitu: (1) meningkatan kualitas guru melalui replikasi mandiri pelatihan pembelajaran aktif program DBE; (2) terbitkan SK kepala sekolah sebagai dasar penerapan pembelajaran aktif untuk semua mapel; (3) bentuk tim pengembang dan penguatan MGMP sekolah melalui peer teacher program, di mana fasilitator pembelajaran DBE menjadi mentor sesama guru; (4) fasilitasi guru terlibat aktif dalam kegiatan MGMP di dinas pendidikan (diknas); (5) bekerja sama dengan pengawas bidang studi diknas untuk memberikan supervisi pembelajaran bagi guru-gurunya; (6)

merawat pembelajaran aktif berbasis tanggungjawab wali kelas, evaluasi dan seleksi wali kelas; (7) penyediaan dana yang mencukupi untuk semua kebutuhan ATK dan pembelajaran.

Menurut Nuraedah reformasi pembelajaran harus secara utuh didukung semua komponen sekolah. Ia bersama timnya merunut area pokok yang menjadi konsentrasi peningkatan kualitas.

Kerja keras KS dan guru MTs Binamu membuahkan hasil yang membanggakan. Dalam lomba MTs terbaik dan inovatif tahun 2012 di Provinsi Sulawesi Selatan, MTs Binamu meraih Juara I. Bahkan juga berhasil sebagai Juara I pada Madrasah Berprestasi tingkat Nasional yang mendapatkan penghargaan dari Menteri Agama RI. Prestasi siswa dalam berbagai kompetisi juga tak kalah hebat. Tahun 2012 Juara I Tilawah Alquran tingkat provinsi, Juara IV IPA dalam Olimpiade Sains dan Matematika tingkat provinsi, Juara II Pramuka tingkat provinsi. (Ham)

Reformasi pembelajaran di MTsN Binamu, mengantarkan madrasah itu mendapat penghargaan dari Menteri Agama, Suryadharma Ali.

SMP YP PGRI Makassar mengembangkan ragam kegiatan untuk mendorong budaya baca para siswanya.

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 13

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

Nuraedah, S.Pd, M.Pd, Kepala MTs Binamu, Janeponto

Page 14: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

Aceh Besar-Aceh. SDN Lam Isek, Aceh Besar yang baru saja berbenah setelah dihantam oleh tsunami 8 tahun silam, membiasakan murid-muridnya untuk memanfaatkan sampah plastik untuk dapat didaur ulang menjadi bahan keterampilan. "Kami membiasakan anak-anak untuk mengelompokkan antara sampah basah dan sampah kering,” jelas Ibu Rosnati Agib Wakil Kepala Sekolah.

Tong sampah secara khusus didesain untuk mudah membedakan dan menempatkan sampah yang akan didaur ulang. Dengan menggunakan kayu dan kawat, tong sampah besar berbentuk rumah pun dikerjakan agar siswa dapat melihat isi di dalam tong sampah dan bentuk yang unik untuk sebuah tong sampah. “Awalnya memang agak sulit untuk membiasakan pelajar disiplin membuang sampah plastik ditempat yang telah kami sediakan, akan tetapi kita membiasakan mereka untuk melakukan hal tersebut,” jelas Ibu Rosnati.

Jika diperhatikan, pada jam istirahat para pelajar telah terbiasa menuju sudut

sekolah untuk membuang sampah plastik. Bahkan beberapa siswa khusus membawa botol-botol plastik air kemasan untuk dibuang dalam Rumah Sampah Plastik. Mereka telah menyadari betapa pentingnya sampah jika dapat dimanfaatkan, terutama untuk keterampilan.

Banyak keterampilan yang telah dibuat oleh siswa dari hasil Rumah Sampah Plastik. Contohnya seperti pot bunga, bunga plastik, pembatas kertas, tirai penutup jendela, dan banyak lagi. Semua itu merupakan karya kreatif siswa dari memanfaatkan sampah yang biasanya dibuang begitu saja.

Praktik baik ini tidak hanya tentang pemanfaatan sampah daur ulang, tetapi juga membiasakan pelajar hidup sehat di sekolah, Setelah membuang sampah, sekolah juga menyediakan wastafel untuk mencuci tangan. “Kami membiasakan anak-anak untuk hidup sehat di sekolah, sehingga mereka menerapkannya di rumah,” kata Ibu Agib.

(Tmk)

Rumah Sampah Plastik

Aceh Besar-Aceh. Pagi itu, sekelompok murid Kelas IV MIN Jeurela 2 Aceh Besar berhamburan ke lapangan madrasah mencari sepasang batu kerikil. Tidak berapa lama kemudian, Pak M. Nur dan Ibu Asri datang menghampiri siswa dan meminta mereka membentuk kelompok lingkaran.

“Nah sekarang, coba gosok batu yang ada di tangan kanan dengan yang ada di tangan kiri!” perintah M. Nur guru kelas IV. Anak-anak tampak tersenyum gembira, beberapa anak tiba-tiba membuang batu yang sedang digosoknya karena terasa panas. “Inilah yang namanya energi alam,” jelas Ibu Asri, yang dibarengi dengan anggukan beberapa siswa yang mulai mengerti dengan apa yang dimaksud oleh guru mereka.

Memang pagi itu adalah sesi mata pelajaran IPA tentang energi alam. Dengan menggunakan alat peraga sederhana seperti batu-batuan, air, kincir, dan balon yang mudah ditemukan di sekitar madrasah, siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Dalam pembelajaran mereka dapat bermain sekaligus mencoba bermacam-macam jenis energi yang digunakan oleh

manusia dalam kehidupan sehari-hari. “Siswa sering kesulitan memahami

materi energi jika penyampaiannya hanya dengan metode ceramah. Energi tidak dapat dilihat tapi bisa dirasakan,” jelas Ibu Asri.

Selanjutnya guru menunjukan contoh energi lainnya yang dihasilkan dari tenaga air dengan cara menggunakan kincir air yang sudah dipersiapkan. Siswa diminta menuangkan air ke atas kincir sehingga kincir berputar dan menghasikan energi. Pada pembelajaran itu, komunikasi antara guru dan siswa terlihat lebih terbuka. Siswa menjadi lebih berani untuk bertanya kepada guru mereka.

Siswa menyatakan cukup senang dengan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh gurunya. Dengan adanya metode pembelajaran seperti ini diharapkan siswa mampu memanfaatkan energi alam dengan tepat guna.

Selain itu siswa juga dapat mengetahui begitu banyak energi yang ada di sekitar mereka. “Semoga dengan rasa ingin tahu yang besar, membuat mereka lebih bijak dalam memanfaatkan energi yang bersumber dari alam,” harap Pak Nur. (Tmk)

Membuktikan Energi Alam dengan Batu dan Kincir

Rumah Sampah Plastik di SDN Lam Isek.

Ibu Asri dan Pak Nur mendampingi siswa membuktikan berbagai energi yang ada di alam.

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Simulasi Traffic Light Berbahan Kardus Bekas Kenduri

Ketika berkendara di jalan raya tentu kita akan menjumpai traffic light (lampu lalu lintas). Pengenalan rangkaian listrik di traffic light inilah yang memunculkan ide Mimma Istiadha, A. Ma.Pd, Guru Kelas VI SDN Betro Sedati Sidoarjo, untuk mempraktikkan pembuatan rangkaian listrik sederhana dengan membuat simulasi traffic light dari kardus roti bekas kenduri.

Mimma Istiadha, A. Ma, PdGuru Kelas VI SDN

Betro—Sedati, Sidoarjo

Pelajaran IPA Kelas VI tentang Rangkaian Listrik

Sederhana

Standar Kompetensi: 7. Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi

Kompetensi Dasar: 7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.

Ibu Mimma beserta siswa kelas VI SDN Betro berhasil membuat simulasi traffic light berbahan kardus roti bekas kenduri.

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 15

Sidoarjo-Jawa Timur. Saat melaksanakan Pembelajaran IPA Kelas VI tentang rangkaian listrik sederhana, dia memutar otak bagaimana agar pembelajaran lebih menarik dan siswa antusias mengikuti. “Saya melihat kardus bekas kenduri yang menumpuk di rumah, muncul ide untuk membuat simulasi traffic light berbahan kardus bekas kenduri. Tidak hanya itu, untuk memunculkan warna merah-kuning-hijau saya juga menggunakan tas plastik warna warni bekas,” ungkapnya.

Mula-mula siswa Kelas VI SDN Betro yang merupakan sekolah imbas Program USAID DBE ini dibagi menjadi 5 kelompok, tiap-tiap kelompok membuat rangkaian yang berbeda. Kemudian siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Bahan yang diperlukan tidaklah mahal karena memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar sekolah, yaitu tiga kardus roti bekas kenduri, tas plastik warna bekas (tas kenduri), karet gelang, papan triplek, kabel, lampu kecil, saklar dan baterai.

Setelah persiapan selesai masing-masing kelompok merakit rangkaian yang sudah ditentukan, salah satunya membuat traffic light (rangkaian paralel). Tiga kardus roti yang pada sisi atasnya berlubang ditutup tas plastik berwarna sesuai susunan warna traffic light dari atas ke bawah yakni merah-kuning-hijau. Kardus

tersebut kemudian diberi lubang sedikit pada bagian belakang untuk kabel. Barulah kemudian dipasang lampu di dalam kardus. Kabel dari lampu kardus dihubungkan pada saklar yang telah dirangkai di atas triplek, begitu juga kabel pada baterai dihubungkan pada saklar. Setelah semua terhubung, ketiga saklar dihidupkan secara bergantian secara manual, sehingga diperoleh nyala lampu seperti traffic light. Setelah perakitan selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil rakitan masing-masing.

Hasilnya, mereka bisa memahami

bagaimana cara kerja traffic light yang mereka lihat di jalan dan bisa saling memberi informasi antar kelompok tentang kelebihan rangkaian seri, paralel dan campuran. Selain itu pembelajaran IPA jadi lebih menarik dan menyenangkan karena mereka bisa mengetahui secara langsung melalui praktik bagaimana kerja rangkaian seri dan rangkaian paralel.

Mimma Istiadha, A. Ma.Pd, Guru Kelas VI SDN Betro, Jawa Timur

Simulasi

Traffic light

Bahan-bahan:

3 kardus roti bekas

3 tas plastik bekas

Kabel dan karet gelang

3 dop lampu

3 baterai

Triplek

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 15: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

Aceh Besar-Aceh. SDN Lam Isek, Aceh Besar yang baru saja berbenah setelah dihantam oleh tsunami 8 tahun silam, membiasakan murid-muridnya untuk memanfaatkan sampah plastik untuk dapat didaur ulang menjadi bahan keterampilan. "Kami membiasakan anak-anak untuk mengelompokkan antara sampah basah dan sampah kering,” jelas Ibu Rosnati Agib Wakil Kepala Sekolah.

Tong sampah secara khusus didesain untuk mudah membedakan dan menempatkan sampah yang akan didaur ulang. Dengan menggunakan kayu dan kawat, tong sampah besar berbentuk rumah pun dikerjakan agar siswa dapat melihat isi di dalam tong sampah dan bentuk yang unik untuk sebuah tong sampah. “Awalnya memang agak sulit untuk membiasakan pelajar disiplin membuang sampah plastik ditempat yang telah kami sediakan, akan tetapi kita membiasakan mereka untuk melakukan hal tersebut,” jelas Ibu Rosnati.

Jika diperhatikan, pada jam istirahat para pelajar telah terbiasa menuju sudut

sekolah untuk membuang sampah plastik. Bahkan beberapa siswa khusus membawa botol-botol plastik air kemasan untuk dibuang dalam Rumah Sampah Plastik. Mereka telah menyadari betapa pentingnya sampah jika dapat dimanfaatkan, terutama untuk keterampilan.

Banyak keterampilan yang telah dibuat oleh siswa dari hasil Rumah Sampah Plastik. Contohnya seperti pot bunga, bunga plastik, pembatas kertas, tirai penutup jendela, dan banyak lagi. Semua itu merupakan karya kreatif siswa dari memanfaatkan sampah yang biasanya dibuang begitu saja.

Praktik baik ini tidak hanya tentang pemanfaatan sampah daur ulang, tetapi juga membiasakan pelajar hidup sehat di sekolah, Setelah membuang sampah, sekolah juga menyediakan wastafel untuk mencuci tangan. “Kami membiasakan anak-anak untuk hidup sehat di sekolah, sehingga mereka menerapkannya di rumah,” kata Ibu Agib.

(Tmk)

Rumah Sampah Plastik

Aceh Besar-Aceh. Pagi itu, sekelompok murid Kelas IV MIN Jeurela 2 Aceh Besar berhamburan ke lapangan madrasah mencari sepasang batu kerikil. Tidak berapa lama kemudian, Pak M. Nur dan Ibu Asri datang menghampiri siswa dan meminta mereka membentuk kelompok lingkaran.

“Nah sekarang, coba gosok batu yang ada di tangan kanan dengan yang ada di tangan kiri!” perintah M. Nur guru kelas IV. Anak-anak tampak tersenyum gembira, beberapa anak tiba-tiba membuang batu yang sedang digosoknya karena terasa panas. “Inilah yang namanya energi alam,” jelas Ibu Asri, yang dibarengi dengan anggukan beberapa siswa yang mulai mengerti dengan apa yang dimaksud oleh guru mereka.

Memang pagi itu adalah sesi mata pelajaran IPA tentang energi alam. Dengan menggunakan alat peraga sederhana seperti batu-batuan, air, kincir, dan balon yang mudah ditemukan di sekitar madrasah, siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Dalam pembelajaran mereka dapat bermain sekaligus mencoba bermacam-macam jenis energi yang digunakan oleh

manusia dalam kehidupan sehari-hari. “Siswa sering kesulitan memahami

materi energi jika penyampaiannya hanya dengan metode ceramah. Energi tidak dapat dilihat tapi bisa dirasakan,” jelas Ibu Asri.

Selanjutnya guru menunjukan contoh energi lainnya yang dihasilkan dari tenaga air dengan cara menggunakan kincir air yang sudah dipersiapkan. Siswa diminta menuangkan air ke atas kincir sehingga kincir berputar dan menghasikan energi. Pada pembelajaran itu, komunikasi antara guru dan siswa terlihat lebih terbuka. Siswa menjadi lebih berani untuk bertanya kepada guru mereka.

Siswa menyatakan cukup senang dengan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh gurunya. Dengan adanya metode pembelajaran seperti ini diharapkan siswa mampu memanfaatkan energi alam dengan tepat guna.

Selain itu siswa juga dapat mengetahui begitu banyak energi yang ada di sekitar mereka. “Semoga dengan rasa ingin tahu yang besar, membuat mereka lebih bijak dalam memanfaatkan energi yang bersumber dari alam,” harap Pak Nur. (Tmk)

Membuktikan Energi Alam dengan Batu dan Kincir

Rumah Sampah Plastik di SDN Lam Isek.

Ibu Asri dan Pak Nur mendampingi siswa membuktikan berbagai energi yang ada di alam.

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Simulasi Traffic Light Berbahan Kardus Bekas Kenduri

Ketika berkendara di jalan raya tentu kita akan menjumpai traffic light (lampu lalu lintas). Pengenalan rangkaian listrik di traffic light inilah yang memunculkan ide Mimma Istiadha, A. Ma.Pd, Guru Kelas VI SDN Betro Sedati Sidoarjo, untuk mempraktikkan pembuatan rangkaian listrik sederhana dengan membuat simulasi traffic light dari kardus roti bekas kenduri.

Mimma Istiadha, A. Ma, PdGuru Kelas VI SDN

Betro—Sedati, Sidoarjo

Pelajaran IPA Kelas VI tentang Rangkaian Listrik

Sederhana

Standar Kompetensi: 7. Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi

Kompetensi Dasar: 7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.

Ibu Mimma beserta siswa kelas VI SDN Betro berhasil membuat simulasi traffic light berbahan kardus roti bekas kenduri.

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 15

Sidoarjo-Jawa Timur. Saat melaksanakan Pembelajaran IPA Kelas VI tentang rangkaian listrik sederhana, dia memutar otak bagaimana agar pembelajaran lebih menarik dan siswa antusias mengikuti. “Saya melihat kardus bekas kenduri yang menumpuk di rumah, muncul ide untuk membuat simulasi traffic light berbahan kardus bekas kenduri. Tidak hanya itu, untuk memunculkan warna merah-kuning-hijau saya juga menggunakan tas plastik warna warni bekas,” ungkapnya.

Mula-mula siswa Kelas VI SDN Betro yang merupakan sekolah imbas Program USAID DBE ini dibagi menjadi 5 kelompok, tiap-tiap kelompok membuat rangkaian yang berbeda. Kemudian siswa menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Bahan yang diperlukan tidaklah mahal karena memanfaatkan barang bekas yang ada di sekitar sekolah, yaitu tiga kardus roti bekas kenduri, tas plastik warna bekas (tas kenduri), karet gelang, papan triplek, kabel, lampu kecil, saklar dan baterai.

Setelah persiapan selesai masing-masing kelompok merakit rangkaian yang sudah ditentukan, salah satunya membuat traffic light (rangkaian paralel). Tiga kardus roti yang pada sisi atasnya berlubang ditutup tas plastik berwarna sesuai susunan warna traffic light dari atas ke bawah yakni merah-kuning-hijau. Kardus

tersebut kemudian diberi lubang sedikit pada bagian belakang untuk kabel. Barulah kemudian dipasang lampu di dalam kardus. Kabel dari lampu kardus dihubungkan pada saklar yang telah dirangkai di atas triplek, begitu juga kabel pada baterai dihubungkan pada saklar. Setelah semua terhubung, ketiga saklar dihidupkan secara bergantian secara manual, sehingga diperoleh nyala lampu seperti traffic light. Setelah perakitan selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil rakitan masing-masing.

Hasilnya, mereka bisa memahami

bagaimana cara kerja traffic light yang mereka lihat di jalan dan bisa saling memberi informasi antar kelompok tentang kelebihan rangkaian seri, paralel dan campuran. Selain itu pembelajaran IPA jadi lebih menarik dan menyenangkan karena mereka bisa mengetahui secara langsung melalui praktik bagaimana kerja rangkaian seri dan rangkaian paralel.

Mimma Istiadha, A. Ma.Pd, Guru Kelas VI SDN Betro, Jawa Timur

Simulasi

Traffic light

Bahan-bahan:

3 kardus roti bekas

3 tas plastik bekas

Kabel dan karet gelang

3 dop lampu

3 baterai

Triplek

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Page 16: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

Bogor-JawaBarat. Memang saat ini sudah banyak ragam model pembelajaran yang diterapkan di kelas, termasuk model pembelajaran kooperatif. Sayangnya, pembelajaran kooperatif sering dipahami hanya sebagai duduk bersama dalam kelompok. Siswa duduk berkelompok tapi tidak saling berinteraksi untuk saling membelajarkan. Siswa duduk berkelompok tapi bekerja individu.

Saya mencoba mengembangkan model pembelajaran kooperatif di luar kelas. Apalagi saya mengajar IPS di kelas VIII-G pada jam ke 5-6, waktu belajar ketika kondisi siswa sudah tidak “segar” lagi. Terlebih dahulu saya menyiapkan bahan berupa 10 pertanyaan pada materi “Pelaku Ekonomi.” Selanjutnya 10 pertanyaan itu digunting satu persatu dan ditempelkan pada kertas karton.

Pada istirahat pertama, kesepuluh kertas karton yang berisi pertanyaan diletakkan tersebar di sudut sekolah. Ada yang disematkan di tiang bendera, ada yang di tangga kelas, dan ada pula di bawah pot koridor sekolah.

Selanjutnya saya masuk kelas VIII-G. Seperti biasa, saya melakukan kegiatan pembukaan dalam pembelajaran, antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, melemparkan beberapa pertanyaan tingkat tinggi yang menggiring pada pencapaian tujuan dan memperkenalkan model pembelajaran berpetualang kepada siswa. Siswa lalu dibagi dalam kelompok dan diberi tugas membaca buku paket tentang pelaku ekonomi selama 10 menit. Sebenarnya saat pertemuan yang lalu siswa juga telah diberi tugas membaca buku paket tentang pelaku ekonomi di rumah.

Selesai membaca buku paket, siswa secara berkelompok diberi tugas untuk mencari pertanyaan-pertanyaan yang telah disebar di lingkungan sekolah dan menjawabnya pada kertas yang telah disiapkan. Siswa hanya diberikan tugas menjawab 10 pertanyaan yang dibuat.

Kegiatan mencari pertanyaan dalam area sekolah saya namakan model pembelajaran berpetualang. Kesempatan untuk berpetualang saya beri waktu 40 menit. Suasana menyenangkan tampak ketika para siswa menghadapi tantangan untuk menemukan soal-soal yang ”disembunyikan” di lingkungan sekolah.

Dalam pembelajaran ini ada suasana kebersamaan dan bekerjasama memecahkan masalah. Siswa mendapatkan soal kemudian secara berkelompok menjawabnya dan mencari lagi soal dan menjawabnya kembali. Kegiatan itu berjalan terus sampai selesai. Setelah 40 menit berlalu, siswa dipersilahkan kembali lagi ke kelas.

Saat presentasi, setiap kelompok yang dapat menemukan 10 pertanyaan dan telah menjawabnya diberikan kesempatan pertama untuk melakukan presentasi kelompok. Giliran presentasi kedua adalah bagi kelompok yang dapat menemukan dan menjawab 9 pertanyaan, dan seterusnya. Urutan presentasi didasarkan pada kinerja kelompok (* lihat kotak di bawah).

Dalam presentasi kelompok, siswa diberi kesempatan menilai hasil presentasi kelompok lain. Agar dalam presentasi seluruh siswa tetap fokus dalam pembelajaran, di sela-sela presentasi kelompok diberikan ice breaking.

Pada akhir proses kegiatan belajar diadakan refleksi pembelajaran. Pertanyaan yang diberikan pada refleksi: Apakah pembelajaran hari ini sudah

sesuai dengan tujuan pembelajaran? Hal baru apa yang diperoleh dalam

pembelajaran hari ini? Apa manfaat belajar tentang pelaku

ekonomi? Di akhir kegiatan, saya memberikan tugas tidak terstruktur. Tugasnya adalah mencari gambar pelaku ekonomi dalam majalah atau internet dan diberi komentar untuk dikumpulkan pekan depan.

Pembelajaran kooperatif yang saya terapkan juga memenuhi kriteria pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Para siswa saling berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama, dan saling menjelaskan maksud pertanyaan-pertanyaan itu. Proses pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi dan bekerja sama. Kecakapan itu memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.

Saya juga puas melihat siswa bersikap inklusif, yakni bersikap terbuka terhadap berbagai perbedaan. Pengalaman bekerja

sama dengan teman yang berbeda secara agama, suku, prestasi, atau jenis kelamin, membuat mereka mampu saling menghargai perbedaan. Pengalaman belajar tersebut mengajarkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif akan efektif bila diperhatikan dua prinsip utama.

Pertama, ada saling ketergantungan yang positif. Jadi, semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Kedua, ada tanggung jawab pribadi (individual responsibility). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan penerapan yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kooperatif dalam pembelajaran dapat dihindari.

Trisno Widodo,Guru SMPN 11 Bogor, Jawa Barat

Belajar Aktif dengan Model Berpetualang

Siswa SMPN 11 Kota Bogor teribat aktif dalam proses pembelajaran IPS di bawah asuhan Pak Trisno Widodo. Proses pembelajaran ini merupakan penerapan model pembelajaran ‘Berpetualang’ yang digagas oleh Pak Trisno. Pada prinsipnya, model pembelajaran ini merupakan pengembangan model pembelajaran aktif-kooperatif dengan pendekatan kontekstual.

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

*) Redaksi: Ada beberapa cara untuk membahas jawaban dari 10 pertanyaan yang ditemukan oleh kelompok. Untuk memastikan bahwa semua kelompok mendapatkan kesempatan yang sama, masing-masing kelompok dapat menjawab 1-2 pertanyaan, sehingga semua kelompok mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil pembahasan mereka. Presentasi juga dapat diurut berdasarkan kelompok dengan kinerja yang paling lemah sehingga mereka diberi kesempatan untuk menanggapi pertanyaan yang dapat ditangani mereka. Ini penting untuk memberikan kepercayaan diri. Pertanyaan yang lebih sulit diberikan kepada kelompok yang siap dengan tingkat tantangannya.

Gunakan Bayangan untuk Menghitung Tinggi Benda

Sibolga-Sumatra Utara. Di sekolah, kami tidak punya perlengkapan canggih untuk mengampu mata pelajaran Matematika. Tapi kami beruntung punya pepohonan dan matahari. Saya menggunakan keduanya untuk mengampu KD perbandingan antar dua bangun. Saya berpikir, tidak mungkin meminta siswa memanjat pohon untuk menentukan tinggi pohon. Saya memanfaatkan bayangan pohon untuk membantu anak menemukan tinggi pohon.

Pembelajaran dimulai dengan pemberian motivasi. Saya katakan kepada siswa kalau kita akan belajar menghitung tinggi benda-benda. Saya yakinkan bahwa gedung yang tinggi bisa diketahui tingginya tanpa harus memanjatnya. Cukup dengan bantuan rol kayu dan sebuah kayu berbentuk “T”, siswa pasti bisa menentukan tinggi sebuah benda. Saya memberikan lembaran kerja (LK) kepada siswa. Saya meminta siswa keluar kelas. Di sana siswa diminta menghitung benda-benda yang ada di sekitar sekolah, seperti tiang bendera dan pepohonan.

Saya mencontohkan cara menghitung tinggi tiang bendera. Langkah pertama, siswa mencari bayangan tiang bendera. Setelah siswa mendapatkan bayangan, saya minta mereka mengukur jarak antara pangkal tiang bendera dengan ujung bayangan. Setelah itu siswa menuliskan hasilnya di selembar kertas.

Langkah kedua, saya menempatkan kayu berbentuk huruf “T” sejajar dengan bayangan. Kemudian siswa mengukur jarak dari letak benda berhuruf “T” dengan ujung bayangan.

Karena tinggi benda berhuruf “T” sudah diketahui, maka siswa bisa langsung menghitung tinggi tiang bendera (lihat gambar).

Hanya saja, di Kota Sibolga matahari tidak selalu hadir. Fenomena cuaca kota di tepi pantai selalu ekstrim dan susah di tebak. Matahari tidak selalu bersinar dan kadang hujan lebih sering datang. Untuk menyiasati keadaan itu, saya menggunakan sinar buatan dari senter sebagai pengganti matahari. Tapi cara ini hanya sebagai ilutrasi di kelas.

Cara kerjanya sama seperti menggunakan matahari. Benda yang akan kami ukur, kami sinari dengan lampu senter. Kemudian kami mencari bayangan yang dihasilkan sorotan sinar

senter itu. Setelah berhasil menemukan ujung bayangan, kami meneruskan proses penghitungan dengan meletakkan benda berhuruf “T”. Proses selanjutnya, kami mengukur jarak antar benda berhuruf “T” dengan ujung bayangan. Setelah hasilnya diketahui, kami sudah bisa menghitung tinggi benda.

Setelah praktik di luar kelas selesai dan siswa berhasil menemukan tinggi bagunan, saya melanjutkan pembelajaran dengan memberikan soal-soal. Hasilnya cukup memuaskan, anak-anak mampu menjawab dengan baik soal-soal yang diberikan.

Muhammad Hartoyo, Guru Matematika MTsN Sibolga,

Sumatra Utara.

Keterangan Foto:1. Uji coba dapat dilakukan di dalam ruangan jika sinar matahari tidak ada. Sebagai pengganti matahari digunakan cahaya senter2. Siswa menggunakan meteran untuk mengukur panjang bayangan3. Dengan kayu berhuruf “T” siswa dapat mengukur sudut bayangan4. Praktik di dalam ruangan dengan menggunakan senter, kayu berbentuk hurut ”T” dan meteran5. Siswa mencatat hasil ujicoba dan melaporkannya.

1 2 3 4 5

Siswa menggunakan meteran untuk menghitung panjang bayangan di tanah.

Page 17: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

Bogor-JawaBarat. Memang saat ini sudah banyak ragam model pembelajaran yang diterapkan di kelas, termasuk model pembelajaran kooperatif. Sayangnya, pembelajaran kooperatif sering dipahami hanya sebagai duduk bersama dalam kelompok. Siswa duduk berkelompok tapi tidak saling berinteraksi untuk saling membelajarkan. Siswa duduk berkelompok tapi bekerja individu.

Saya mencoba mengembangkan model pembelajaran kooperatif di luar kelas. Apalagi saya mengajar IPS di kelas VIII-G pada jam ke 5-6, waktu belajar ketika kondisi siswa sudah tidak “segar” lagi. Terlebih dahulu saya menyiapkan bahan berupa 10 pertanyaan pada materi “Pelaku Ekonomi.” Selanjutnya 10 pertanyaan itu digunting satu persatu dan ditempelkan pada kertas karton.

Pada istirahat pertama, kesepuluh kertas karton yang berisi pertanyaan diletakkan tersebar di sudut sekolah. Ada yang disematkan di tiang bendera, ada yang di tangga kelas, dan ada pula di bawah pot koridor sekolah.

Selanjutnya saya masuk kelas VIII-G. Seperti biasa, saya melakukan kegiatan pembukaan dalam pembelajaran, antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, melemparkan beberapa pertanyaan tingkat tinggi yang menggiring pada pencapaian tujuan dan memperkenalkan model pembelajaran berpetualang kepada siswa. Siswa lalu dibagi dalam kelompok dan diberi tugas membaca buku paket tentang pelaku ekonomi selama 10 menit. Sebenarnya saat pertemuan yang lalu siswa juga telah diberi tugas membaca buku paket tentang pelaku ekonomi di rumah.

Selesai membaca buku paket, siswa secara berkelompok diberi tugas untuk mencari pertanyaan-pertanyaan yang telah disebar di lingkungan sekolah dan menjawabnya pada kertas yang telah disiapkan. Siswa hanya diberikan tugas menjawab 10 pertanyaan yang dibuat.

Kegiatan mencari pertanyaan dalam area sekolah saya namakan model pembelajaran berpetualang. Kesempatan untuk berpetualang saya beri waktu 40 menit. Suasana menyenangkan tampak ketika para siswa menghadapi tantangan untuk menemukan soal-soal yang ”disembunyikan” di lingkungan sekolah.

Dalam pembelajaran ini ada suasana kebersamaan dan bekerjasama memecahkan masalah. Siswa mendapatkan soal kemudian secara berkelompok menjawabnya dan mencari lagi soal dan menjawabnya kembali. Kegiatan itu berjalan terus sampai selesai. Setelah 40 menit berlalu, siswa dipersilahkan kembali lagi ke kelas.

Saat presentasi, setiap kelompok yang dapat menemukan 10 pertanyaan dan telah menjawabnya diberikan kesempatan pertama untuk melakukan presentasi kelompok. Giliran presentasi kedua adalah bagi kelompok yang dapat menemukan dan menjawab 9 pertanyaan, dan seterusnya. Urutan presentasi didasarkan pada kinerja kelompok (* lihat kotak di bawah).

Dalam presentasi kelompok, siswa diberi kesempatan menilai hasil presentasi kelompok lain. Agar dalam presentasi seluruh siswa tetap fokus dalam pembelajaran, di sela-sela presentasi kelompok diberikan ice breaking.

Pada akhir proses kegiatan belajar diadakan refleksi pembelajaran. Pertanyaan yang diberikan pada refleksi: Apakah pembelajaran hari ini sudah

sesuai dengan tujuan pembelajaran? Hal baru apa yang diperoleh dalam

pembelajaran hari ini? Apa manfaat belajar tentang pelaku

ekonomi? Di akhir kegiatan, saya memberikan tugas tidak terstruktur. Tugasnya adalah mencari gambar pelaku ekonomi dalam majalah atau internet dan diberi komentar untuk dikumpulkan pekan depan.

Pembelajaran kooperatif yang saya terapkan juga memenuhi kriteria pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Para siswa saling berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama, dan saling menjelaskan maksud pertanyaan-pertanyaan itu. Proses pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi dan bekerja sama. Kecakapan itu memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.

Saya juga puas melihat siswa bersikap inklusif, yakni bersikap terbuka terhadap berbagai perbedaan. Pengalaman bekerja

sama dengan teman yang berbeda secara agama, suku, prestasi, atau jenis kelamin, membuat mereka mampu saling menghargai perbedaan. Pengalaman belajar tersebut mengajarkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif akan efektif bila diperhatikan dua prinsip utama.

Pertama, ada saling ketergantungan yang positif. Jadi, semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Kedua, ada tanggung jawab pribadi (individual responsibility). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan penerapan yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kooperatif dalam pembelajaran dapat dihindari.

Trisno Widodo,Guru SMPN 11 Bogor, Jawa Barat

Belajar Aktif dengan Model Berpetualang

Siswa SMPN 11 Kota Bogor teribat aktif dalam proses pembelajaran IPS di bawah asuhan Pak Trisno Widodo. Proses pembelajaran ini merupakan penerapan model pembelajaran ‘Berpetualang’ yang digagas oleh Pak Trisno. Pada prinsipnya, model pembelajaran ini merupakan pengembangan model pembelajaran aktif-kooperatif dengan pendekatan kontekstual.

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

*) Redaksi: Ada beberapa cara untuk membahas jawaban dari 10 pertanyaan yang ditemukan oleh kelompok. Untuk memastikan bahwa semua kelompok mendapatkan kesempatan yang sama, masing-masing kelompok dapat menjawab 1-2 pertanyaan, sehingga semua kelompok mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil pembahasan mereka. Presentasi juga dapat diurut berdasarkan kelompok dengan kinerja yang paling lemah sehingga mereka diberi kesempatan untuk menanggapi pertanyaan yang dapat ditangani mereka. Ini penting untuk memberikan kepercayaan diri. Pertanyaan yang lebih sulit diberikan kepada kelompok yang siap dengan tingkat tantangannya.

Gunakan Bayangan untuk Menghitung Tinggi Benda

Sibolga-Sumatra Utara. Di sekolah, kami tidak punya perlengkapan canggih untuk mengampu mata pelajaran Matematika. Tapi kami beruntung punya pepohonan dan matahari. Saya menggunakan keduanya untuk mengampu KD perbandingan antar dua bangun. Saya berpikir, tidak mungkin meminta siswa memanjat pohon untuk menentukan tinggi pohon. Saya memanfaatkan bayangan pohon untuk membantu anak menemukan tinggi pohon.

Pembelajaran dimulai dengan pemberian motivasi. Saya katakan kepada siswa kalau kita akan belajar menghitung tinggi benda-benda. Saya yakinkan bahwa gedung yang tinggi bisa diketahui tingginya tanpa harus memanjatnya. Cukup dengan bantuan rol kayu dan sebuah kayu berbentuk “T”, siswa pasti bisa menentukan tinggi sebuah benda. Saya memberikan lembaran kerja (LK) kepada siswa. Saya meminta siswa keluar kelas. Di sana siswa diminta menghitung benda-benda yang ada di sekitar sekolah, seperti tiang bendera dan pepohonan.

Saya mencontohkan cara menghitung tinggi tiang bendera. Langkah pertama, siswa mencari bayangan tiang bendera. Setelah siswa mendapatkan bayangan, saya minta mereka mengukur jarak antara pangkal tiang bendera dengan ujung bayangan. Setelah itu siswa menuliskan hasilnya di selembar kertas.

Langkah kedua, saya menempatkan kayu berbentuk huruf “T” sejajar dengan bayangan. Kemudian siswa mengukur jarak dari letak benda berhuruf “T” dengan ujung bayangan.

Karena tinggi benda berhuruf “T” sudah diketahui, maka siswa bisa langsung menghitung tinggi tiang bendera (lihat gambar).

Hanya saja, di Kota Sibolga matahari tidak selalu hadir. Fenomena cuaca kota di tepi pantai selalu ekstrim dan susah di tebak. Matahari tidak selalu bersinar dan kadang hujan lebih sering datang. Untuk menyiasati keadaan itu, saya menggunakan sinar buatan dari senter sebagai pengganti matahari. Tapi cara ini hanya sebagai ilutrasi di kelas.

Cara kerjanya sama seperti menggunakan matahari. Benda yang akan kami ukur, kami sinari dengan lampu senter. Kemudian kami mencari bayangan yang dihasilkan sorotan sinar

senter itu. Setelah berhasil menemukan ujung bayangan, kami meneruskan proses penghitungan dengan meletakkan benda berhuruf “T”. Proses selanjutnya, kami mengukur jarak antar benda berhuruf “T” dengan ujung bayangan. Setelah hasilnya diketahui, kami sudah bisa menghitung tinggi benda.

Setelah praktik di luar kelas selesai dan siswa berhasil menemukan tinggi bagunan, saya melanjutkan pembelajaran dengan memberikan soal-soal. Hasilnya cukup memuaskan, anak-anak mampu menjawab dengan baik soal-soal yang diberikan.

Muhammad Hartoyo, Guru Matematika MTsN Sibolga,

Sumatra Utara.

Keterangan Foto:1. Uji coba dapat dilakukan di dalam ruangan jika sinar matahari tidak ada. Sebagai pengganti matahari digunakan cahaya senter2. Siswa menggunakan meteran untuk mengukur panjang bayangan3. Dengan kayu berhuruf “T” siswa dapat mengukur sudut bayangan4. Praktik di dalam ruangan dengan menggunakan senter, kayu berbentuk hurut ”T” dan meteran5. Siswa mencatat hasil ujicoba dan melaporkannya.

1 2 3 4 5

Siswa menggunakan meteran untuk menghitung panjang bayangan di tanah.

Page 18: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 19

Drs. Alimin

Kasek MTS Neg. Takalala

Tepat jam 10.15 WIB pagi, kringgggg….. Bel sekolah tanda istirahat siswa selesai di MTs Nurul Huda Kalanganyar, Sedati, Sidoarjo berbunyi. Siswa berlarian menuju kelas masing-masing untuk memulai kembali aktivitas belajar mereka.

Sidoarjo-Jawa Timur. Tidak berselang lama, suara speaker di setiap kelas berbunyi. Terdengar suara seorang perempuan mengingatkan siswa agar memulai membaca di kelas selama 10 menit. Seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX mulai mengambil buku di rak dan membaca hening. Sementara para guru mempersiapkan buku resensi siswa yang akan diisi usai membaca selesai. Sepuluh menit berlalu, siswa kemudian mengambil buku resensi dan mengisinya selama 5 menit. Mereka mengisi ringkasan singkat apa yang sudah mereka baca selama 10 menit pada hari itu.

Demikian kegiatan itu selalu berlangsung setiap hari sampai siswa menyelesaikan satu buku bacaan. Baru kemudian buku resensi diserahkan kepada guru yang mengajar pada hari itu untuk ditandatangani.

Program membaca di kelas ini muncul karena kegelisahan sang kepala sekolah, Drs. H. Misbahuddin, MM. Beliau mengamati semakin hari minat membaca buku siswa makin menurun. Pengunjung perpustakaan sekolah pun makin berkurang. Akhirnya dia menemukan cara jitu meningkatkan minat baca siswa melalui Program Membaca di Kelas. “Awalnya siswa merasa dipaksa melaksanakan program ini. Namun lama kelamaan membaca di kelas menjadi kebutuhan siswa. Koleksi buku-buku yang ada di setiap kelas sudah dibaca habis oleh siswa dalam satu semester. Begitu juga dengan buku-buku di perpustakaan. Saat ini kami malahan yang kewalahan

menyediakan koleksi buku baru,” ungkapnya.

Awalnya koleksi buku di kelas berasal dari siswa. Setiap siswa wajib membawa buku bacaan dari rumah untuk dihibahkan di kelasnya masing-masing. Jenis bukunya adalah buku bacaan berupa novel, cerita legenda, buku populer dan masih banyak lagi. “Rata-rata di setiap kelas tersedia 40-50 koleksi buku bacaan,” terang Misbah. Namun dalam satu semester saja, buku-

buku tersebut telah habis dibaca oleh siswa.

Untuk memenuhi kebutuhan program ini, siswa dapat pula meminjam buku-buku di perpustakaan untuk dibaca di kelas. Namun ternyata saat ini pun buku-buku di perpustakaan juga laris manis dibaca siswa. Untuk itu setiap tahun ajaran baru Misbahudin selalu mengupayakan menambah koleksi buku-buku baru di perpustakaan untuk memenuhi antusiasme siswa dalam membaca. Caranya dengan melibatkan komite sekolah untuk membantu penambahan koleksi buku.

Sekar Wulandari, siswa Kelas VIIIA mengungkapkan program ini mampu menumbuhkan minatnya membaca. “Saya dulu paling malas membaca buku. Sejak adanya program ini saya jadi ketagihan baca buku,” katanya.

(Dkd)

Kringgggg………..Dan Siswa pun Gemar Membaca Program Membaca di Kelas di MTs Nurul Huda Kalanganyar

Buku bacaan popular dan novel menjadi bacaan favorit siswa. Buku resensi milik salah seorang siswa yang sudah menamatkan satu buku dan ditandatangani guru.

“Awalnya siswa merasa dipaksa melaksanakan

program ini, namun lama kelamaan membaca di kelas menjadi kebutuhan siswa.”

Misbahuddin, Kepala MTsN Nurul Huda

Kalangayar

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Hore… Saya Tahu Kenapa Benda Terapung

Makassar-Sulawesi Selatan. Fikriyyah, murid kelas IV SD Inpres Bertingkat Mamajang III Makassar, sangat terampil membawakan presentasi. Tampak ia berbakat menjadi pembicara di depan umum. Di tangannya ada lembar kerja siswa (LKS) yang sudah berisi jawaban hasil diskusi di kelompoknya. Tapi tidak dibacanya. Dengan gerak tubuh yang rileks, Ia lebih banyak menjelaskan sambil melakukan kontak mata dengan teman sekelasnya. Ia mewakili 4 orang temannya di kelompok menjelaskan hasil percobaannya tentang benda terapung dan teggelam.

Siang itu Fikriyyah dan teman-temannya belajar IPA dengan materi Gaya Apung, sub materi Gaya yang Ada di Bumi. Sesuai LKS yang dibuat Handayani Rasli, S.Pd, guru kelas IV, mereka bekerja dalam 5 kelompok melakukan percobaan mengidentifikasi keadaan benda ketika dimasukkan ke dalam air, terapung atau tenggelam.

Setiap kelompok menggunakan media belajar murah dan sederhana seperti kelereng, paku seng, bola pimpong, potongan seterefoam, kerikil, dan potongan kayu kecil kering. Tugas setiap kelompok yakni: (1) mengamati keadaan setiap benda-benda uji tersebut bila dimasukkan ke dalam bejana air dari potongan botol bekas air mineral, (2) menuliskan hasil pengamatannya dalam tabel pengamatan, (3) mendeskripsikan pengamatannya pada setiap benda: Apakah benda tenggelam selalu berukuran lebih besar atau berat?

Pada sesi presentasi dan tanya jawab, semua perwakilan kelompok tampil memberikan penjelasan kenapa setiap benda-benda uji itu terapung atau tenggelam. Segenap murid kelas menjadi kian hidup saat Handayani memersilakan mereka saling menyangga alasan. “Teman-teman saya jelaskan, benda berukuran besar atau berat tidak selamanya tenggelam. Sama juga dengan benda yang berukuran kecil atau ringan tidak selamanya terapung,” papar Fikriyyah.

“Kenapa bisa?” tanya salah seorang temannya. “Karena meskipun benda itu besar dan berat, tapi berongga, di dalamnya banyak udara, maka tidak tenggelam atau terapung.

Hal itu seperti pendapat Archimedes. Benda itu terapung jika massa jenis benda itu lebih kecil dibandingkan massa jenis air. Seperti kapal laut,” jelas Fikriyyah menirukan pendapat Archimedes.

“Betul kan, teman-teman? Betul kan, Bu?”tanya dia. “Anak-anak, betul sekali penjelasan Fikriyyah,”kata bu guru Handayani. “Hore… saya tahu kenapa benda terapung!” sambut Fikriyyah semangat.

Eksplorasi Kemampuan SiswaHandayani mengembangkan Kompetensi

Dasar: 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak benda. Dia menetapkan indikator pembelajaran: mengidentifikasi keadaan benda ketika dimasukkan ke dalam air. Waktu pembelajaran dikelola secara cermat selama 2x35 menit. Pembelajaran kontekstual dengan metode bervariasi seperti eksperimen, berdiskusi kelompok, presentasi, dan tanya jawab, berhasil membuat muridnya fokus dan aktif.

Di awal pembelajaran ia memberi apersepsi dengan pertanyaan kontekstual. Selama kegiatan inti ia memfasilitasi sambil menstimulasi siswa untuk berani mencoba dalam kegiatan eksprimen. Di akhir pembelajaran, ia memberikan penguatan. “Setiap kali pembelajaran, peran saya sebagai fasilitator. Tugas saya membuat siswa aktif mengeksplorasi kemampuannya. Saya selalu menggunakan metode yang bervariasi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, seperti malu berbicara, tidak mau bekerjasama, dan tidak bisa fokus belajar,” jelas Handayani. (Ham)

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

Fikriyyah, siswa SD Inpres Bertingkat Mamajang Makassar.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Siswa melakukan percobaan mengidentifikasi keadaan benda ketika dimasukan ke dalam air, terapung atau tenggelam (atas), sementara guru memfasilitasi percobaan siswa (samping).

Redaksi: Ada beberapa cara untuk mempromosikan kebiasaan membaca pada siswa. Biasanya program membaca ini dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu yang sama sehingga di sini guru dapat menjadi role model (panutan) bagi siswanya. Siswa membaca selama 10-20 menit (ditentukan oleh guru) untuk menumbuhkan kesenangan membaca dan mengembangkan kebisaan membaca. Kegiatan membaca ini juga tidak ditindaklanjuti dengan tugas apapun dan siswa boleh membaca apa saja.

Page 19: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari- Maret/ 2013 - 19

Drs. Alimin

Kasek MTS Neg. Takalala

Tepat jam 10.15 WIB pagi, kringgggg….. Bel sekolah tanda istirahat siswa selesai di MTs Nurul Huda Kalanganyar, Sedati, Sidoarjo berbunyi. Siswa berlarian menuju kelas masing-masing untuk memulai kembali aktivitas belajar mereka.

Sidoarjo-Jawa Timur. Tidak berselang lama, suara speaker di setiap kelas berbunyi. Terdengar suara seorang perempuan mengingatkan siswa agar memulai membaca di kelas selama 10 menit. Seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX mulai mengambil buku di rak dan membaca hening. Sementara para guru mempersiapkan buku resensi siswa yang akan diisi usai membaca selesai. Sepuluh menit berlalu, siswa kemudian mengambil buku resensi dan mengisinya selama 5 menit. Mereka mengisi ringkasan singkat apa yang sudah mereka baca selama 10 menit pada hari itu.

Demikian kegiatan itu selalu berlangsung setiap hari sampai siswa menyelesaikan satu buku bacaan. Baru kemudian buku resensi diserahkan kepada guru yang mengajar pada hari itu untuk ditandatangani.

Program membaca di kelas ini muncul karena kegelisahan sang kepala sekolah, Drs. H. Misbahuddin, MM. Beliau mengamati semakin hari minat membaca buku siswa makin menurun. Pengunjung perpustakaan sekolah pun makin berkurang. Akhirnya dia menemukan cara jitu meningkatkan minat baca siswa melalui Program Membaca di Kelas. “Awalnya siswa merasa dipaksa melaksanakan program ini. Namun lama kelamaan membaca di kelas menjadi kebutuhan siswa. Koleksi buku-buku yang ada di setiap kelas sudah dibaca habis oleh siswa dalam satu semester. Begitu juga dengan buku-buku di perpustakaan. Saat ini kami malahan yang kewalahan

menyediakan koleksi buku baru,” ungkapnya.

Awalnya koleksi buku di kelas berasal dari siswa. Setiap siswa wajib membawa buku bacaan dari rumah untuk dihibahkan di kelasnya masing-masing. Jenis bukunya adalah buku bacaan berupa novel, cerita legenda, buku populer dan masih banyak lagi. “Rata-rata di setiap kelas tersedia 40-50 koleksi buku bacaan,” terang Misbah. Namun dalam satu semester saja, buku-

buku tersebut telah habis dibaca oleh siswa.

Untuk memenuhi kebutuhan program ini, siswa dapat pula meminjam buku-buku di perpustakaan untuk dibaca di kelas. Namun ternyata saat ini pun buku-buku di perpustakaan juga laris manis dibaca siswa. Untuk itu setiap tahun ajaran baru Misbahudin selalu mengupayakan menambah koleksi buku-buku baru di perpustakaan untuk memenuhi antusiasme siswa dalam membaca. Caranya dengan melibatkan komite sekolah untuk membantu penambahan koleksi buku.

Sekar Wulandari, siswa Kelas VIIIA mengungkapkan program ini mampu menumbuhkan minatnya membaca. “Saya dulu paling malas membaca buku. Sejak adanya program ini saya jadi ketagihan baca buku,” katanya.

(Dkd)

Kringgggg………..Dan Siswa pun Gemar Membaca Program Membaca di Kelas di MTs Nurul Huda Kalanganyar

Buku bacaan popular dan novel menjadi bacaan favorit siswa. Buku resensi milik salah seorang siswa yang sudah menamatkan satu buku dan ditandatangani guru.

“Awalnya siswa merasa dipaksa melaksanakan

program ini, namun lama kelamaan membaca di kelas menjadi kebutuhan siswa.”

Misbahuddin, Kepala MTsN Nurul Huda

Kalangayar

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Hore… Saya Tahu Kenapa Benda Terapung

Makassar-Sulawesi Selatan. Fikriyyah, murid kelas IV SD Inpres Bertingkat Mamajang III Makassar, sangat terampil membawakan presentasi. Tampak ia berbakat menjadi pembicara di depan umum. Di tangannya ada lembar kerja siswa (LKS) yang sudah berisi jawaban hasil diskusi di kelompoknya. Tapi tidak dibacanya. Dengan gerak tubuh yang rileks, Ia lebih banyak menjelaskan sambil melakukan kontak mata dengan teman sekelasnya. Ia mewakili 4 orang temannya di kelompok menjelaskan hasil percobaannya tentang benda terapung dan teggelam.

Siang itu Fikriyyah dan teman-temannya belajar IPA dengan materi Gaya Apung, sub materi Gaya yang Ada di Bumi. Sesuai LKS yang dibuat Handayani Rasli, S.Pd, guru kelas IV, mereka bekerja dalam 5 kelompok melakukan percobaan mengidentifikasi keadaan benda ketika dimasukkan ke dalam air, terapung atau tenggelam.

Setiap kelompok menggunakan media belajar murah dan sederhana seperti kelereng, paku seng, bola pimpong, potongan seterefoam, kerikil, dan potongan kayu kecil kering. Tugas setiap kelompok yakni: (1) mengamati keadaan setiap benda-benda uji tersebut bila dimasukkan ke dalam bejana air dari potongan botol bekas air mineral, (2) menuliskan hasil pengamatannya dalam tabel pengamatan, (3) mendeskripsikan pengamatannya pada setiap benda: Apakah benda tenggelam selalu berukuran lebih besar atau berat?

Pada sesi presentasi dan tanya jawab, semua perwakilan kelompok tampil memberikan penjelasan kenapa setiap benda-benda uji itu terapung atau tenggelam. Segenap murid kelas menjadi kian hidup saat Handayani memersilakan mereka saling menyangga alasan. “Teman-teman saya jelaskan, benda berukuran besar atau berat tidak selamanya tenggelam. Sama juga dengan benda yang berukuran kecil atau ringan tidak selamanya terapung,” papar Fikriyyah.

“Kenapa bisa?” tanya salah seorang temannya. “Karena meskipun benda itu besar dan berat, tapi berongga, di dalamnya banyak udara, maka tidak tenggelam atau terapung.

Hal itu seperti pendapat Archimedes. Benda itu terapung jika massa jenis benda itu lebih kecil dibandingkan massa jenis air. Seperti kapal laut,” jelas Fikriyyah menirukan pendapat Archimedes.

“Betul kan, teman-teman? Betul kan, Bu?”tanya dia. “Anak-anak, betul sekali penjelasan Fikriyyah,”kata bu guru Handayani. “Hore… saya tahu kenapa benda terapung!” sambut Fikriyyah semangat.

Eksplorasi Kemampuan SiswaHandayani mengembangkan Kompetensi

Dasar: 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak benda. Dia menetapkan indikator pembelajaran: mengidentifikasi keadaan benda ketika dimasukkan ke dalam air. Waktu pembelajaran dikelola secara cermat selama 2x35 menit. Pembelajaran kontekstual dengan metode bervariasi seperti eksperimen, berdiskusi kelompok, presentasi, dan tanya jawab, berhasil membuat muridnya fokus dan aktif.

Di awal pembelajaran ia memberi apersepsi dengan pertanyaan kontekstual. Selama kegiatan inti ia memfasilitasi sambil menstimulasi siswa untuk berani mencoba dalam kegiatan eksprimen. Di akhir pembelajaran, ia memberikan penguatan. “Setiap kali pembelajaran, peran saya sebagai fasilitator. Tugas saya membuat siswa aktif mengeksplorasi kemampuannya. Saya selalu menggunakan metode yang bervariasi untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, seperti malu berbicara, tidak mau bekerjasama, dan tidak bisa fokus belajar,” jelas Handayani. (Ham)

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 2/ Januari - Maret/ 2013

Fikriyyah, siswa SD Inpres Bertingkat Mamajang Makassar.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Siswa melakukan percobaan mengidentifikasi keadaan benda ketika dimasukan ke dalam air, terapung atau tenggelam (atas), sementara guru memfasilitasi percobaan siswa (samping).

Redaksi: Ada beberapa cara untuk mempromosikan kebiasaan membaca pada siswa. Biasanya program membaca ini dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu yang sama sehingga di sini guru dapat menjadi role model (panutan) bagi siswanya. Siswa membaca selama 10-20 menit (ditentukan oleh guru) untuk menumbuhkan kesenangan membaca dan mengembangkan kebisaan membaca. Kegiatan membaca ini juga tidak ditindaklanjuti dengan tugas apapun dan siswa boleh membaca apa saja.

Page 20: Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN dengan Kurikulum 2013prioritaspendidikan.org/file/PRIORITAS_PENDIDIKAN_EDISI_2.pdfISSN 2303 - 0852 Edisi 2 PRIORITAS PENDIDIKAN Jan - Mar 2013 Media Informasi

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini tidak mewakili pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

PELATIHAN NASIONAL UNTUK FASILITATOR PRAKTIK YANG BAIK

SD/MI Praktikkan Tematik Terpadu dengan Pendekatan PAKEM: Pada praktik mengajar di SD/MI, peserta mempraktikkan tematik terpadu dengan pendekatan PAKEM. Tema yang dipilih menjadi penggerak mata pelajaran dan menjadi pokok pemikiran dalam pembelajaran. Hasilnya pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang.

(1) Prof. Dr. H. Patta Bundu, M.Ed, mengajar siswa kelas VI MI Muhammadiyah Karanganyar tentang Perkembangan Manusia. Siswa diajak mengukur berat dan tinggi badannya kemudian menyimpulkan kondisi perkembangan tubuhnya. (2) Mayang mewakili kelompoknya mempresentasikan gagasan mereka untuk mencegah dan menanggulangi bencana alam yang sering terjadi di daerahnya.

SMP/MTs Praktikkan Pembelajaran Kontekstual yang Memfasilitasi Siswa Berpikir Tingkat Tinggi dalam Analisis, Evaluasi, dan Kreasi.

(1) Siswa mengembangkan berbagai alternatif pembuatan jaring-jaring kubus dan mendeskripsikan prosesnya. (2) Siswa mencari informasi tentang perubahan perilaku warga sekolah terhadap perkembangan teknologi dengan mewancarai guru, siswa, dan staf administrasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh mereka membuat usulan tentang peraturan kelas dalam pemanfaatan teknologi di sekolah. (3) Memanfaatkan sawah di sekitar sekolah sebagai media pembelajaran. (4) Hasil karya siswa SMPN 3 Binjai membuat teks recount dalam bahasa Inggris.

321 4

21

321

(1) Pelatihan nasional untuk fasilitator SD/MI di Solo (14-20/1) dibuka oleh Drs. Prangbakat, M.Pd yang mewakili Direktur Pembinaan SD. (2) Dr. Juandanilsyah mewakili Direktur Pembinaan SMP membuka pelatihan untuk fasilitator SMP/MTs di Medan (30/1 - 5/2). (3) Konsul Jendral AS untuk Pulau Sumatra Kathryn A. Crockart (ketiga dari kiri) memberikan apresiasinya dengan secara khusus menghadiri pelatihan untuk fasilitator di Medan. Foto bawah memperlihatkan keaktifan peserta dalam mengikuti sesi pelatihan pembelajaran dan manajemen sekolah.


Recommended