+ All Categories
Home > Documents > KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya,...

KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya,...

Date post: 31-Jan-2018
Category:
Upload: trannguyet
View: 227 times
Download: 1 times
Share this document with a friend
12
*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN ”KAMPUNG TUA LUAR BATANG”*) (CHARACTERISTIC OF PROTO-URBAN SETTLEMENT “THE OLD KAMPONG LUAR BATANG”) Popi Puspitasari, [email protected] Abstrak Kampung Tua Luar Batang adalah permukiman awal di Batavia (Kota Lama Sekarang). Sebagai permukiman bahari yang terletak dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, pada Kampung tersebut secara intensif terjadi fenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ekletisisme secara fisik arsitektural dan struktur spasial yang kompleks dan dinamis dari waktu ke waktu. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan dan terkait dengan Kota Lama lebih terfokus pada Struktur Kota Lama dengan aspek-aspek Arsitekturalnya. Persoalan telaah kampung terbatas pada kampung-kampung tertentu yang khas secara identitas etnisitas yang sifatnya terbentuk secara cluster di sekitar Kota Lama. Sementara Karakteristik secara terinci tentang Kampung Tua yang bersentuhan langsung dengan muara terjadinya kota awal belum banyak diungkap. Pada tulisan ini diungkapkan secara deskriptif tentang Kampung Tua Luar Batang dalam hal: latar belakang penghunian, proses perluasan hunian, fenomena hibridisasi etnis, tipologi rumah menurut evolusi dan statusnya serta struktur spasial Kampung. Hasil penelitian adalah sebuah pemodelan sebagai teori awal tentang karakteristik Kampung Tua Luar Batang. Abstract The Old Kampong Luar Batang is Proto Urban Settlement in Batavia (today is Old City Jakarta). Geographically, it is close to Sunda Kelapa Harbor (the first Harbor in Indonesia) and blend to the mouth of Old City, therefore ethnic hybridization, cultural acculturation, an eclectic architecture, and dynamic also complex spatial structure were intensively happen. The Old City studies were already done and more of them focused on it’s Structure and Urban aspects. The limited studies also focused especially on the certain kampongs around Old City which sited as clustered pattern kampong. While, it is rarely study about old kampong that close to and blend to the mouth of Proto Urban. This study is descriptive study about characteristic of Old Kampong Luar Batang -as the oldest Kampong, in case of: the background of the site occupation, the intervention of occupation process, the phenomena of ethnics hybridization, House Typology according to it’s evolution and status, and spatial structure of the Kampong. The result of the study is modeling of the initial theory about characteristic of Old Kampong Luar Batang. Kata Kunci : Karakteristik, Proto-Urban, Permukiman
Transcript
Page 1: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

KARAKTERISTIK

PERMUKIMAN PROTO-URBAN

”KAMPUNG TUA LUAR

BATANG”*)

(CHARACTERISTIC OF

PROTO-URBAN SETTLEMENT

“THE OLD KAMPONG LUAR

BATANG”)

Popi Puspitasari,

[email protected]

Abstrak

Kampung Tua Luar Batang adalah permukiman

awal di Batavia (Kota Lama Sekarang).

Sebagai permukiman bahari yang terletak

dekat dengan Pelabuhan Sunda Kelapa, pada

Kampung tersebut secara intensif terjadi

fenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya,

ekletisisme secara fisik arsitektural dan struktur

spasial yang kompleks dan dinamis dari waktu

ke waktu. Beberapa penelitian yang sudah

dilakukan dan terkait dengan Kota Lama lebih

terfokus pada Struktur Kota Lama dengan

aspek-aspek Arsitekturalnya. Persoalan telaah

kampung terbatas pada kampung-kampung

tertentu yang khas secara identitas etnisitas

yang sifatnya terbentuk secara cluster di sekitar

Kota Lama. Sementara Karakteristik secara

terinci tentang Kampung Tua yang bersentuhan

langsung dengan muara terjadinya kota awal

belum banyak diungkap. Pada tulisan ini

diungkapkan secara deskriptif tentang

Kampung Tua Luar Batang dalam hal: latar

belakang penghunian, proses perluasan hunian,

fenomena hibridisasi etnis, tipologi rumah

menurut evolusi dan statusnya serta struktur

spasial Kampung. Hasil penelitian adalah

sebuah pemodelan sebagai teori awal tentang

karakteristik Kampung Tua Luar Batang.

Abstract

The Old Kampong Luar Batang is Proto Urban

Settlement in Batavia (today is Old City

Jakarta). Geographically, it is close to Sunda

Kelapa Harbor (the first Harbor in Indonesia)

and blend to the mouth of Old City, therefore

ethnic hybridization, cultural acculturation, an

eclectic architecture, and dynamic also complex

spatial structure were intensively happen. The

Old City studies were already done and more of

them focused on it’s Structure and Urban

aspects. The limited studies also focused

especially on the certain kampongs around Old

City which sited as clustered pattern kampong.

While, it is rarely study about old kampong that

close to and blend to the mouth of Proto Urban.

This study is descriptive study about

characteristic of Old Kampong Luar Batang -as

the oldest Kampong, in case of: the background

of the site occupation, the intervention of

occupation process, the phenomena of ethnics

hybridization, House Typology according to it’s

evolution and status, and spatial structure of

the Kampong. The result of the study is

modeling of the initial theory about

characteristic of Old Kampong Luar Batang.

Kata Kunci : Karakteristik, Proto-Urban,

Permukiman

Page 2: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

A. LATAR BELAKANG

Jalur transportasi air seperti sungai dan laut

adalah alat utama manusia untuk mengenali

daratan-daratan lainnya. Sepanjang sejarah

manusia menggunakan jalur perairan sebagai

lintasan transportasi untuk kegiatan

perdagangan. Melalui kegiatan ini kemudian

manusia berlabuh di beberapa tempat/pulau dan

menghuni baik itu secara sementara maupun

menetap. akulturasi budaya terjadi ketika

beberapa etnis datang dan pergi dari suatu

tempat ke tempat lainnya dengan membawa

budaya masing-masing. Hibridisasi etnis

menyebabkan munculnya bentuk kota awal

sebagai representasi Collective Memory1

sekelompok komunitas, oleh karena itu

keragaman bentuk arsitektur serta dinamika

struktur spasial nampak secara spesifik

menunjukan identitas tersendiri.

Berdasarkan sejarah perkembangan arsitektur,

Indonesia secara umum melewati masa

Hindu/Budha, Islam, Kolonialisme dan masa

Kemerdekaan. Masing-masing masa memiliki

konsep berbeda dan teraplikasikan secara fisik.

1 Kota adalah produk “collective memory” dan

materialisasi budaya penghuninya sepanjang

sejarah. Kota adalah gudang sejarah, sejarah adalah

locus dari ”collective memory”. Proses transformasi

kota dapat ditelaah menurut kerangka waktu, setiap

perbedaan waktu memiliki lapisan yang berbeda

yang menunjukan perubahan. Transformasi itu

sendiri didefinisikan sebagai: “the overlaying of

various conditions. Lapisan-lapisan tersebut

meliputi lapisan morfologi, sosiologi dan filosofi.

Selama proses transformasi terdapat elemen-elemen

yang sifatnya permanen. Elemen-elemen permanen

ini menyimpan memori, identitas tentang Tempat

(Place) dan kejadian-kejadian tertentu. (J.Widodo;

2004)

Kampung Tua Luar Batang, tumbuh dan

berkembang sejak berlabuhnya para pelaut yang

melintas antar pulau dan singgah di Sunda

Kelapa. Dinyatakan Kampung Luar Batang

lebih intensif dihuni seiring dengan tumbuh dan

berkembangnya Pelabuhan Sunda Kelapa.

Beberapa dokumen peta memperlihatkan bahwa

penghunian Kampung Tua Luar Batang

berkembang pesat semenjak masa penjajahan

Belanda.

Kampung Tua Luar Batang adalah kampung

dimana para nelayan dan pedagang yang

berlayar melalui lautan pantai utara Jawa

singgah dan menghuni sementara menunggu

musim angin berganti arah. Oleh karena itu

penghunian tumbuh secara sporadis bahkan

tidak terkendali di masa sekarang.

Secara fisik bangunan arsitektural, tidak banyak

artefak yang bisa menunjukan identitas etnis di

masa sekarang. Namun pembelajaran yang bisa

dipetik diantaranya adalah bahwa

perkampungan tersebut menunjukan fenomena

bagaimana proses penghunian awal itu terjadi di

perkotaan.

Kampung-kampung kota diistilahkan untuk

kampung yang tumbuh di tengah perkotaan.

Kampung-kampung awal dan teridentifikasi

identitasnya secara khas pada umumnya adalah

kampung-kampung yang membentuk cluster-

cluster di sekitar pusat kota lama misalnya :

Kampung Melayu, Kampung Bugis, Kampung

Arab, Kampung China dsb. Sementara

Kampung awal dimana pertama kali para pelaut

singgah tidak banyak ditelaah. Kampung yang

dimaksud adalah kampung tua yang

bersentuhan langsung pada muara terbentuknya

Page 3: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

kota. Secara morfologi kampung ini tidak

membentuk cluster-cluster tetapi merupakan

permukiman yang dihuni oleh berbagai etnis

(blended etchnic). Pada batasan tertentu Over

blended ethnic menyebabkan munculnya

karakter yang berbeda. Pada tulisan ini akan

dikupas mengenadi aspek-aspek dari karakter

tersebut dengan kasus Kampung Tua Luar

Batang.

B. KONSEP

Penelitian ini berlandaskan pada beberapa

pengertian yang terkait dengan proto-urban dan

sifat-sifat tumbuh berkembangnya kota.

V.Gordon Childe (pg.49) menjelaskan bahwa

pengertian The Early cities: (1) More extensive

and densely populated than previous

settlement. (2) Inhabited by full time specialist

craftmen, transport workers, merchants,

officials and priests. (3) Supported by tithes or

taxes of primary producers…

The term proto-urban refers to the global parts

of a city exceeding local conditions (Urban

Flotsam, Bunschoten, 2001, p 27). Proto- or

prot- (pref) is (1) First in time; earliest:

protolithic, (2) First formed; primitive;

original: protohuman.

Berdasar telaah historis, Kevin Lynch (1987)

”Normative models” sebuah kota tipologinya

adalah sbb :

(1) The organic model, or biological city,

non-geometric urban patterns , yaitu

model yang menganalogikan kota seperti

halnya organ makhluk hidup, memiliki

jantung (pusat), nadi (jaringan jalan) dan

sel-sel (fungsi-fungsi elemen kota).

(2) The cosmic model, or holy city yaitu

model urban yang diinterpretasikan

sebagai ekspresi religi atau ketuhanan,

dicirikan dengan tatanan yang bersifat

aksis, hirarkis atau adanya unsur

pelindung dan pintu gerbang atau elemen

landmark.

(3) The practical model, or city as machine,

model kota mengandung ekspresi fungsi

yang pola umumnya berbentuk Grid.

C. KARAKTERISTIK KAMPUNG TUA

LUAR BATANG

Kampung Luar Batang adalah Kampung tertua

yang terletak di kawasan kota tua di Jakarta

Utara, tepatnya di belakang Gedung Museum

Bahari di jalan Pasar Ikan, Kelurahan

Penjaringan. Menurut kronologis waktu

beberapa hal penting mengenai Kampung ini

adalah :

Sejak tahun 1630-an : diperkirakan Kampung

Luar Batang tumbuh dan berkembang.

Sekitar tahun 1739 dibangun mushola oleh

Habib Husein bin Abubakar Alaydrus (imigran

dari Hadramaut), berdekatan dengan benteng

(kastil) VOC. Sampai saat masjid ini dijadikan

tempat berjiarah.

Pada abad ke-17 perkampungan Luar Batang,

sebagai tempat persinggahan sementara para

awak (tukang perahu) pribumi yang ingin

masuk ke pelabuhan Batavia (Sunda Kelapa).

Seluruh perahu yang keluar masuk harus

melalui pos pemeriksaan. Pos ini terletak di

mulut alur pelabuhan dan di sini diletakkan

batang (kayu) yang merintangi sungai. Setiap

perahu pribumi yang akan masuk diperiksa

barang muatannya dan senjata-senjata yang

dibawa harus dititipkan di pos penjagaan.

Sedangkan perahu-perahu pribumi yang tidak

bisa masuk pelabuhan, di luar batang (pos

pemeriksaan) harus menunggu pagi hari. Ada

kalanya mereka menunggu beberapa hari

Page 4: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

sampai ada izin masuk pelabuhan. Selama

menunggu, sebagian awak perahu turun ke

darat. Kemudian mereka membangun pondok-

pondok sementara. Lambat laun tempat ini

dinamakan Kampung Luar Batang, yakni

pemukiman yang berada di luar pos

pemeriksaan. 2

Sekitar 1660-an, VOC mendatangkan para

nelayan dari Jawa Timur dan ditempatkan di

lokasi pemukiman Luar Batang.

Pada saat sekarang, Kampung Luar Batang

adalah permukiman yang dihuni oleh para

pendatang nelayan dan pedagang atau buruh

yang bekerja di pergudangan dan pelabuhan.

C.1. Penghunian Kampung Tua Luar

Batang Sebagai Permukiman Proto

Urban Di Muara Sungai Ciliwung.

Secara historis, Kampung Tua Luar Batang

dinyatakan permukiman tua sesuai dengan

2 Asal mula nama Luar Batang memiliki 2 versi :

Versi pertama menyatakan bahwa nama ini

berkaitan dengan salah satu tokoh bernama Sayyid

Abdullah Bin Abubakar Alaydrus, yaitu tokoh

penyebar agama Islam dari Hadramaut. Dalam

perjalanan penyebaran agama Islam, kota Batavia

(abad 17) adalah persinggahan terakhirnya.

Kemudian Habib Alaydrus membangun Masjid

sebagai pusat pengembangan agam Islam. Tanah

yang digunakan untuk mendirikan masjid adalah

pemberian dari salah satu Gubernur Belanda

sebagai balas budi. Tanah tersebut pada mulanya

dinamakan Kampung Baru. Ketika Habib tersebut

meninggal, direncanakan akan dimakamkan di

Tanah Abang, namun ketika akan dikuburkan

mayat Habib menghilang dari Kurung Batang

(Keranda) dan kembali ke Kampung Baru. Oleh

Karena itu Kampung Baru kemudian dikenal

sebagai Kampung Laur Batang.

Versi Kedua : nama Kampung Luar Batang

berasal dari adanya sebatang pohon melintang di

mulut sungai Ciliwung. Maksud diletakannya

Batang Pohon adalah untuk mengatur masuk-

keluarnya perahu ke dalam Kota Lama.

terjadinya awal mula kota di lokasi yang

berdekatan dengan kampung itu sendiri. Pada

awal pertumbuhannya, Kampung Tua Luar

Batang disebut sebagai ”Kampung Baroe Loear

Batang”. Penyebutan Kampung Baru merujuk

pada fenomena bahwasanya ketika itu

Kampung Luar Batang adalah kampung yang

baru terbentuk. Istilah tersebut sampai saat ini

berlaku bagi kampung-kampung yang muncul

kemudian, setelah beberapa waktu berlalu

istilah kampung baru terlepas dengan

sendirinya dan istilah kampung baru ditujukan

bagi kampung-kampung yang baru terbentuk

lainnya.

Kampung-kampung baru, tumbuh dan meluas

seiring degan meningkatnya jumlah migran

dari waktu ke waktu. Salah satu penyebab

perluasan penghunian (yang akhirnya jadi

sebuah kampung baru) adalah disebabkan oleh

adanya lahan ilegal/tidak bertuan. Para migran

mendirikan tempat berlindung (shelter) pada

lahan-lahan kosong tanpa ada surat

kepemilikian, dalam jangka waktu lama,

kemudian hunian menjadi permanen.

Proses penghunian lahan kosong menjadi

sebuah kampung adalah melalui tahapan

berikut (lihat foto 1):

(1) Migran Baru menduduki lahan kosong,

menempel pada elemen tertentu yang

berdekatan dengan kegiatan yang

menguntungkan artinya tempat tinggal

berjarak relatif dekat dengan tempat

pekerjaan dan sumber air. Seiring

berjalannya waktu, penghunian semakin

luas dan akhirnya membentuk kampung

baru.

Page 5: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

(2) Dalam waktu yang relatif lama, kemudian

penghuni kampung baru mengembangkan

kegiatan berdagang, atau menyewakan

ruangan bagi para pendatang. Ketika

lahan semakin dipadati bangunan,

masing-masing bangunan dikembangkan

secara vertikal. Sejumlah bangunan

dengan berlantai dua dengan kepadatan

tinggi menyebabkan terjadinya lorong-

lorong diantara bangunan.

(3) Pada saat kapasitas tidak terkendali, para

penduduk mengembangkan lahan baru di

sekitarnya yang tidak berstatus dan

kemudian terjadilah Kampung Baru yang

lain.

C.2 Hibridisasi Etnis

Muara sungai adalah tempat strategis dimana

perahu berlabuh. Dikatakan bahwa perahu

seperti halnya sebuah kota. Para penumpang

dengan etnis dan budaya yang beragam saling

bertukar gagasan dan cara hidup. Oleh karena

itu ketika penumpang bersama-sama berlabuh,

secara fisik mereka kemudian membentuk

lingkungan dengan budayanya masing-masing

Gambar 1 : Perluasan hunian dan pembentukan kampung baru

Pada awal penghunian, para urban

menempatkan tempat berlindung pada

lahan kosong tidak bersatus dan menempel

pada dinding permanen yang sudah ada

serta dekat dengan sumber air.

Bertambahnya jumlah ”bangunan” tempat

berlindung seiring dengan bertambahnya

anggota keluarga/kerabat yang dibawa

serta dari kampung halamannya.

Kapasitas rumah yang semakin bertambah

menyebabkan terbentuknya kampung baru

pada lahan kosong yang masih tersisa.

Lahan kosong ini kemudian terisi dalam

waktu yang relatif singkat bahkan

merambah ke atas permukaan air sungai.

Di beberapa tempat permukaan air sungai

tertutup oleh bangunan panggung.

Kampung-kampung baru yang terbentuk,

salah satunya berbatasan dengan lahan

yang sudah berstatus legal dan akan di

fungsikan sebagai pergudangan. Pada

dinding dibuat akses pintu atau para

migran mendobrak dinding yang sudah

berdiri kemudian mendirikan kampung

baru ( mereka menyebutnya sebagai

Kampung Bolong)

Page 6: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

dimana pasar, masjid dan alun-alun adalah

pusat kegiatan bersama. Elemen-elemen

tersebut adalah elemen-elemen penting yang

pada umumnya ditemukan pada daerah cikal

bakal kota di Indonesia.

Pada fenomena tertentu hibridisasi etnis terjadi

pada satu tempat dalam bentuk Compound

Housing, sementara pada fenomena lain

menunjukan bahwa masing-masing etnis

membentuk kampung-kampung dalam bentuk

cluster-cluster yang terpusat pada satu titik

kegiatan ekonomi kota. Terindikasikan bahwa

pada bentuk Compound Housing, hibridisasi

etnis berbaur tanpa batasan yang jelas (blurring

boundary) dan pada batas maksimum menjadi

blended ethnic. Hal ini terjadi diakibatkan oleh

kepadatan bangunan dengan jumlah migran

yang bertambah dari waktu ke waktu.

Sementara pada bentuk cluster housing,

identitas masing-masing etnis dapat

diidentifikasi dengan utuh dan seringkali masih

terpelihara dengan baik.

Kampung Tua Luar Batang secara geografis

berada di pusat kegiatan perdagangan,

pergudangan (pada jaman penjajahan VOC)

dan berdekatan dengan pelabuhan Sunda

Kelapa. Kegiatan perdagangan dan

pergudangan menyebabkan kegiatan singgah,

berlabuh dan bongkar muat barang menjadi

produktif sejak abad 16. Kaitannya dengan

Kota Lama Batavia (Kota Lama Jakarta

sekarang), Kampung Luar Batang adalah

permukiman strategis bagi para nelayan dan

para pendatang dari arah laut (etnis Makasar,

Bugis, Jawa, Sunda, Arab, China). Sepanjang

sejarahnya Kampung tersebut adalah sebuah

permukiman padat, walaupun kegiatan

pergudangan sudah tidak se-produktif pada

masa kejayaan Beland, namun kegiatan

perdagangan masih tetap berlangsung sampai

sekarang, misalnya Pasar Ikan, pasar

tradisional, pasar tempat jual beli peralatan

bahari, pasar hasil kerajinan hasil laut.

Tingkat penghunian yang padat menyebabkan

hilangnya identitas kesukuan secara fisik

bangunan (blended ethnic). Perwujudan

bangunan rumah lebih diorientasikan pada

fungsi dan keuntungan secara finansial dengan

cara menyewakan ruang-ruang baik secara

vertikal maupun horisontal.

Rumah tinggal

beridentitas sebagai

rumah bugis

Rumah tinggal

beridentitas Melayu

Rumah tinggal

beridentitas sebagai

rumah nelayan

Gambar 2 : Beberapa rumah tinggal yang masih memiliki identitas yang khas

Page 7: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

C.3 Tipologi Rumah Berdasarkan Evolusi

dan Status Penghunian

Sebagai daerah permukiman ditemukan ada 3

tipologi hunian menurut jenisnya :

(1) Boat Houses3 adalah perahu-perahu yang

berfungsi sebagai tempat tinggal

sementara para nelayan yang singgah ke

pelabuhan atau daerah sekitar Kampung

Luar Batang. Nelayan yang tinggal dalam

perahu adalah mereka yang singgah

sementara waktu menunggu sampai

barang yang dibawanya habis terjual, dan

menunggu barang-barang yang akan

dibawa ke daerah asalnya.

(2) Temporary Houses adalah rumah-rumah

tinggal sementara yang difungsikan

sebagai tempat tinggal para urban yang

datang hanya untuk bekerja, sementara

keluarganya ditinggal di kampung

halaman atau di bawa dan meninggali

rumah ”boro”. Fenomena ini

menyebabkan terjadinya kekumuhan di

sepanjang bantaran sungai dekat muara.

3 Boat Houses adalah istilah penulis untuk

menggambarkan adanya kegiatan menghuni pada

perahu secara intensif.

(3) Permanent Houses adalah rumah-rumah

permanen yang secara ekonomi pada level

menengah ke atas. Rumah-rumah

permanen ini dimiliki oleh para pedagang

atau nelayan yang sukses, yang kemudian

membawa anggota keluarga yang lain

untuk tinggal dan bekerja di kota.

Tipologi Rumah menurut status penghunian:

(1) Migran Rental Houses adalah rumah-

rumah tinggal yang selain dihuni oleh

pemiliknya juga disewakan untuk para

perantau. Para penghuni adalah penduduk

yang bermata pencaharian berdagang,

buruh pergudagang, nelayan, pegawai

kelautan di sekitar daerah Kampung Luar

Batang dengan atau tanpa keluarganya.

Pada daerah dengan kepadatan yang

tinggi, rumah-rumah sewa berupa

bangunan berlantai dua dalam kondisi

permanen atau tidak permanen. Harga

sewa bervariasi tergantung pada luas

ruang, letak ruang (lantai 1 atau 2),

kondisi rumah permanen atau tidak

permanen atau menurut kelengkapan

fasilitasnya. Fenomena ini terjadi hampir

75% dari seluruh jumlah rumah di

Boat Houses Temporary Houses Permanent Houses

Gambar 3 : Tipologi rumah berdasarkan evolusi penghunian

Page 8: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

permukiman tersebut.

(2) The Sacred Mosque Dormitory adalah

rumah singgah bagi para pejiarah masjid

kampung luar batang dari berbagai daerah

ketika ada perayaan tertentu. Rumah

tinggal sejenis ini berada di sekitar Masjid

Luar Batang.

(3) Rental Houses for the Moslem School

Students adalah rumah-rumah yang

disewakan untuk para santri disekitar

pesantren.

(4) Apartement adalah bangunan tinggi yang

disewakan untuk golongan ekonomi

menengah atas, berlokasi di daerah

transisi Hunian penduduk Kampung Luar

Batang dengan Pusat Bisnis.

C.4 Struktur Spasial Kampung

Sebagai permukiman awal yang bersentuhan

dengan Kota Lama, Kampung Tua Luar Batang

memiliki pola spasial yang kompleks. Dapat

dikatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam

teori Kevin Lynch (1981) tentang model

normatif sebuah kota terpolakan di Kampung

tersebut. Penulis mencoba menginterpretasikan

fenomena-fenomena yang ditemukan di

Kampung Tua Luar Batang dari sudut pandang

teori Kevin Linch, kemudian direflrksikan

dalam kategori

Pada daerah yang bersentuhan dengan lautan

dan badan sungai, kampung-kampung baru

secara sporadis membentuk pola organik.

Penghunian berubah setiap saat mengikuti

kondisi dan lokasi lahan kosong ilegal atau

tergantung pada perubahan status lahan ilegal

menjadi legal diakibatkan perubahan status

lahan dari lahan penghunian ilegal menjadi

status komersil. Fenomena menunjukan

semakin terdesaknya hunian ilegal oleh lahan

komersil baru, mendorong perluasan

permukiman kampung baru (ilegal) ke arah

badan sungai dan menutupi badan aliran air

sungai. Semakin ke arah daratan

kecenderungan perubahan luasan permukiman

semakin berkurang, hunian semakin permanen

dan semakin terencana dengan baik walaupun

sistem jaringan jalan masih dalam bentuk

lorong-lorong dan kepadatan bangunan yang

tetap tinggi.

Bersisian dengan kampung-kampung Baru

Migran Rental Houses

The Sacred Mosque

Dormitory

Rental Houses for the

Moslem School Students Apartement

Gambar 4 : Tipologi rumah menurut status penghunian

Page 9: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

adalah Museum Bahari. Pada masa

penjajajahan Belanda Museum tersebut

merupakan pergudangan. Kegiatan wisata

museum Bahari mendorong intensifnya

kegiatan perdagangan dimuka bangunan

museum, tepatnya bersatu dengan area pasar

tradisional heksagon dan pasar ikan. Area

perdagangan meluas dari depan Museum

Bahari ke arah jembatan (dulu merupakan

sebatang pohon pembatas sebagai pengontrol

keluar masuknya perahu dari arah lautan

menuju dalam Kota Lama), dan hampir

River

Temporary

Houses with

blended

ethnic

Temporary Houses as Slums Area

Historical-Vernacular Area

5

9

1

8

3

7

12

11

6 10

2

3

4

Prosesi ritual berjiarah : 1. Pintu gerbang masuk, 2. Pemberian

doa oleh Habib, 3. Tempat Wudlu, 4. Berjiarah ke makam

keramat dalam masjid, 5. Sembahyang dalam Masjid, 6.

Rumah Singgah Pejiarah, 7. Rumah Tinggal Keluarga Habib

Allaydrus, 8.Pemakaman, 9 Menara Lama, 10. Dapur Umum

untuk perayaan, 11. Kios-kios keperluan jiarah, 12. Menara

Baru.

1 5

Historical-Sacred Area

Hitorical-Cosmopolitan Area

Gambar 5 : Model Struktur Spasial Kampung Tua Luar Batang

Page 10: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

memenuhi badan sungai. Badan Sungai

terancam menjadi daratan karena penghunian

yang tidak terkontrol. Fenomena pembentukan

kampung baru yang sporadis pada area historis

dikategoriakan sebagai Historical-Vernacular

Area, yang diduga jika tidak terkontrol maka

area ini akan mencapai batas kekumuhan yang

maksimum, blended ethnic dan kehilangan

identitas kesukuan secara fisik.

Historical-Sacred Area adalah kategori untuk

area dimana terdapat Masjid Tua Luar Batang.

Keberadaan Masjid Tua Luar Batang sebagai

masjid yang dikeramatkan, dapat dinyatakan

sebagai representasi teori Kevin Linch yang

kedua, yaitu kategori model kekotaan yang

memiliki nilai kesakralan. Menurut Linch, pola

yang terbentuk pada umumnya terpusat.

Berdasarkan pola spasial Kampung, Masjid

Luar Batang secara spesifik tidak pada posisi

sebagai pusat kampung. Namun yang dapat

diperlihatkan adalah adanya pintu gerbang dan

menara serta makam keramat sebagai landmark

yang menandai masjid tua keramat. Secara

fungsional, kegiatan berjiarah memiliki ritual

dengan prosesi tertentu walaupun sifatnya tidak

permanen, artinya tidak selalu prosesi tersebut

sebagai acuan dogmatis. (lihat gambar. 5

tentang prosesi ritual berjiarah).

Historical-Cosmopolitan Area adalah kategori

untuk pola ketiga yaitu pola grid yang dapat

ditemukan pada daerah yang dulunya

dialokasikan untuk pergudangan jaman VOC.

Pada saat sekarang letak pergudangan tersebut

terhadap muara sungai ciliwung terletak pada

daerah bagian daratan mengarah ke pusat

bisnis. Berdekatan dengan lokasi pergudangan

Historical-

Vernacular Area

Historical-

Sacred Area Historical-

Cosmopolitan

Area

Boat Houses

Area

Permanent

Houses Area

Apartment &

Shop houses

Area

Rental

Migran

Houses

Gambar 6 : Pemodelan teori awal untuk fenomena Kampung Tua Luar Batang

(1) Sungai Ciliwung, (2) Kampung Baru, (3) Pasar

Heksagon, (4) Pasar Ikan, (5) Museum Bahari, (6)

Pergudangan, (7) Permukiman Permanen, (8)

Masjid Tua Luar Batang, (9) Lokasi Apartemen

dan Ruko Sekarang (10) Jembatang (Batang Pohon

dulu)

1 2

2

8 7

6

5

4 3

9

10

+

-

Grid/Cosmopolitan Pattern

Well Planned Design

Legality

Organic Pattern

Vernacular

Illegal

Slums

Permanent Buildings

9

Blended Ethnic

Individualist

Page 11: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

dan bagian belakang museum Bahari adalah

Apartemen dan ruko-ruko yang terencana

dengan pola yang teratur. Kondisi ini berkaitan

dengan pola yang dibentuk oleh pemerintahan

Belanda pada area pergudangan, dan status

lahan yang legal oleh swasta pada area

apartemen dan ruko-ruko.

D. PEMODELAN

Dari telaah karakteristik Kampung Tua Luar

Batang dapat dibuat pemodelan fenomena

permukiman proto-urban seperti terlihat pada

gambar 6, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Fenomena penghunian awal dan

transformasinya di perkotaan semakin

intensif pada lahan ilegal dan lahan

tersebut memiliki lokasi strategis terhadap

pusat kegiatan ekonomi. Hunian

vernakular tumbuh dan berkembang

sesuai dengan eksistensi kesempatan

penghunian membentuk pola organik.

Penghunian tidak terkendali

mengakibatkan tingkat kekumuhan

(slums) yang maksimum atau sebaliknya

bahwa pola organik terbentuk karena

dorongan faktor lahan yang ilegal dan

vernakularitas penghunian.

(2) Transformasi struktur keruangan

dipengaruhi oleh legalitas lahan dimana

legalitas lahan mendorong meningkatnya

kebebasan pemanfaatan fungsi lahan

secara individual dan meningkatkan

konsumsi konsumerisme dan mendorong

perencanaan yang lebih tertata ketika

lahan tersebut berlokasi pada atau

berdekatan dengan pusat bisnis

kosmopolitan.

E. KESIMPULAN

Kampung Tua Luar Batang adalah representasi

dari cikal bakal terbentuknya kota. Apa yang

bisa dipelajari adalah : (1) Bagaimana

penghunian awal manusia dan pembentukan

permukiman secara alamiah (vernakular) dari

arah perairan (laut/sungai) sampai terbentuk

permukiman kosmopolitan, (2) Hibridisasi

etnik pada permukiman tua yang bersentuhan

dengan muara terjadinya kota awal

perdagangan di pesisiran, bertransformasi

dalam bentuk blended ethnic.

(3) Berdasarkan refleksi teori Kevin Linch

terhadap ciri-ciri fisik spasial Kampung Tua

Luar Batang maka dapat diterjemahkan adanya

kategori yang lebih spesifik yaitu : Historical-

Vernacular Area, Historical-Sacred Area dan

Historical-Cosmopolitan Area.

SUMBER PUSTAKA :

Basham, Richard ,Urban Typologies :Preindustrial

And Industrial CitiesUrban Anthropology The

Cross-Cultural Study of Complex Society, Mayfield

Publishing Company, 1978

Frank, Karen A., Ordering Space : Types in

Architectural Design, New York : Van Nostrand

Reinhold, 1994.

Heuken, Adolf, Tempat-tempat bersejarah di

Jakarta, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 1997.

Heuken, Adolf, Sumber-sumber Asli Sejarah

Jakarta, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 2000.

Hakim, Abdul, “Jakarta Tempo Doeloe”, Jakarta :

Pustaka Antarkota, 1989

Kostof, Spiro, The City Shaped : Urban Patterns

and Meanings Through History, London : Thames

and Hudson, 1991.

Page 12: KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PROTO-URBAN · PDF filefenomena hibridisasi etnis, akulturasi budaya, ... Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722 A.

*)Jurnal Jurusan Arsitektur Usakti, “Agora”,2006, hal. 30, ISSN : 1411-9722

Linch, Kevin, Good City Form, Pennsylvania :

Dowden, Hutchinson & Ross, 1987.

Merrillees, Scott, Batavia In the Nineteenth

Century Photograph, New York : Archipelago

Press, 2000.

Sardiyarso, Enny ; Puspitasari, Popi, Inside The

Wall Of Batavia 15–19 th

And Old-City Jakarta 21 st

Centuries : The Changes of Building Function and

Its Façade, Jakarta : Prosiding International

Seminar Modern Urban Heritage (mAAN-Usakti),

2005

Widodo, Johannes, The Boat and the City : Chinese

Diaspora and the Architecture of Shoutheast Asian

Coastal Cities, Singapore : Marshall Cavendih

Academic, 2004.


Recommended