+ All Categories
Home > Documents > Pak Priambodo - Vinggo

Pak Priambodo - Vinggo

Date post: 13-Oct-2015
Category:
Upload: lokyloky
View: 84 times
Download: 5 times
Share this document with a friend

of 26

Transcript
  • LAPORAN PRAKTIKUM

    MATERIAL DASAR

    Dosen Pengampu :

    Priambodo, S.Si

    Disusun oleh :

    Mukhammad Nevinggo Frasetiya

    1111097000026

    PROGRAM STUDI FISIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • Scan Tunneling Microscope (STM)

    A. Tujuan

    Mengamati struktur permukaan unsur emas, grafit, dan MoS2 secara mikroskopik.

    Untuk mengetahui prinsip kerja Scanning Tunneling Microscopy.

    B. Dasar Teori

    Scanning Tunneling Microscopy merupakan salah satu alat

    yang digunakan untuk melihat topografi secara jelas. Prinsip kerja

    dari sistem STM adalah memanfaatkan arus tunnel yang timbul pada

    gap antara ujung jarum pengukur (needle tip) dan permukaan sample

    terukur. Arus tunel yang terjadi adalah arus yang timbul akibat

    adanya overlapping awan elektron yang dimiliki oleh kedua

    konduktor yang saling bedekatan bila diberi beda potensial padanya.

    Dalam hal ini adalah ujung jarum pengukur dan permukaan sampel terukur. total kerapatan arus dari

    elektron tunel tidak menjadi nol pada permukaan luas dari sampel, akan tetapi berkurang menurut fungsi

    eksponensial sampai beberapa Amstrong dari permukaan bagian luar sampel yang sering disebut awan

    elektron.

    Bila ada dua buah konduktor yang didekatkan satu sama lain pada orde Angstrom, kemudian

    diberikan beda potensial kepadanya maka akan timbul aliran arus dari suatu konduktor menuju konduktor

    yang lainnya. Karena arus tersebut dikenal dengan arus tunel. Arus tunel inilah yang menjadi dasar

    pengukuran dengan menggunakan sistem scanning tunneling microscope (STM).

    Pada umumnya besar arus tunnel yang digunakan dalam sistem STM antara 0,5 nA sampai dengan

    2,5 nA dan besarnya tegangan bias yang digunakan adalah antara 0,5 volt sampai dengan 2,0 volt. Batasan

    penggunaan arus kerja dan teganan sampel bias tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan

    pada permukaan sampel dan ujung jarum pengukur. Hal tersebut mungkin terjadi karena keterbatasan

    respon dari sistem umpan balik dari sistem scanner atau terlalu dekatnya ujung jarum pada permukaan

    sampel terukur. Dengan memberikan sampel bias yang lebih tinggi dari tegangan kerjanya, yaitu berkisar

    antara 3,0 volt sampai 0,5 volt maka permukaan ujung jarum daapt diperbaiki dan akan mendapatkan hasil

    pengukuran yang benar. Dengan demikian, dari image yang akan dihasilkan akan dapat dianalisa dan

    memberikan informasi yang benar.

    Untuk suatu proses pengukuran sebuah sample terukur, ruang vakum tidak boleh dibuka sampai

    pengukuran selesai. Hal tersebut diperlukan karena dalam mempersiapkan proses pengukuran ini

    diperlukan waktu yang cukup lama, mulai dari mermpersiapkan sampel dengan pemurnian dan

    pemanansan sampel (heat treatment) sampai persiapan sistem vakumnya sendiri, yaitu dengan pemanasan

  • chamber(bake out vacum chamber system). Apabila selama percobaan kondisi ujung jarum berubah

    seperti yang disebutkan diatas, maka perlu dilakukuan perbaikan /perubahan parameter dari ujung jarum

    ukur tersebut untuk mendapatkan hasil yang benar, dan perubahan parameter tersebut perlu dilakukan

    didalam ruang vakum.

    (sumber :journal of university wiconsin )

    C. Metodologi Percobaan

    (sumber : journal of University Wisconsin)

    Dari gambar dapat dilihat bagian bagian dari Scanning Tunneling Microscopy (STM) beserta fungsi

    diantaranya :

    1. Tabung Piezodrive: Tabung piezodrive ini terdiri dari 3 piezoelektrik yaitu piezo x, piezo y, dan piezo

    z. dengan menerapkan tegangan pada piezo x dan tegangan pada permukaan piezo y, maka tegangan

    akan masuk ke piezo z yang langsung diteruskan ke tip, agar terjadi interaksi antara tip dengan sampel

    yang akan diuji.

    2. Coarse posisioner : berfungsi untuk memposisikan sampel agar benar benar menempel pada tip.

    Sehingga interaksi antara tip dan sampel yang diuji akan terjadi.

    3. Amplifier : berfungsi sebagai penguat arus yang dialrkan kea lat tersebut sehingga arus yang

    mengalir tidak bersifat fluktuatif.

    4. Komputer : berfungsi untuk menampilkan hasil dari interaksi atau hasil topografi dari suatu

    sampel baik berupa grafik maupun gambar permukaan.

    Gambar. Bagian bagian dari alat Scanning Tunneling Microscopy

  • 5. Kabel penghubung: berfungsi sebagai penghubung antar alat.

    D. Hasil Percobaan

    Emas (Au)

    Plane Top View gold Raw line View - grafik gold Plane 3D View - gold

    Grafit

    Plane Top View - grafit Raw line View - grafik grafit Plane 3D View grafit

    MoS2

    Plane Top View - MoS2 Raw line View - grafik MoS2 Plane 3D View - MoS2

  • E. Pembahasan

    Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dari bahan gold, grafit, dan MoS2 .

    sebelumnya praktikan harus mengetahui prinsip kerja dari alat scanning tunneling microscopy (STM)

    terlebih dahulu.

    Prinsip kerja dari alat ini adalah adanya arus tunnel yang dijadikan dasar dalam penggunaan Scanning

    Tunneling Microscopy (STM). Ketika arus dari sumber di alirkan ke tabung piezodrive maka arus tersebut

    akan mengalir ke bagian tip (tip berupa konduktor). Arus merupakan muatan (electron) yang bergerak.

    Setiap electron yang bergerak pasti memiliki energy. Energi dalam electron terdiri dari 2 jenis yaitu energy

    kinetic (energy gerak) atau energy potensial. Energi kinetic dalam hal ini merupakan energy yang

    digunakan electron agar bergerak secara lambat maupun secara cepat, sedangkan energy potential adalah

    energy yang digunakan electron untuk mengkonversi menjadi energy gerak ketika berada dalam suatu

    medan listrik. Seperti pada gambar 2a yang menerangkan bahwa interaksi yang terjadi antar metal atau

    antar sesama konduktor.

    (sumber : journal of University Wisconsin)

    Dari gambar dapat diinterpretasikan bahwa energy potensial yang ada pada elktron ketika terjadi interaksi

    mengabaikan aspek aspek yang berhubungan dengan kedua jenis metal atau konduktor. Energy turun

    ketika pada metal 1 (tip) karena pada tip yang ada pada sebuah piezodrive dihubungkan dengan sumber

    tegangan. terjadinya awan electron antar 2 metal yang memicu munculnya arus tunneling. Ketika interaksi

    mulai terjadi antara tip dengan sampel aka nada electron bebas yang tidak ikut berinteraksi. Electron

    electron bebas ini akan mengelilingi kedua metal tersebut dan tidak meninggalkan kedua metal tersebut

    atau bentuknya dapat di implementasikan seperti awan dan biasa disebut dengan awan electron. Arus

    Gambar 2a. Energi antara electron pada tip dan pada sampel ketika awan

    electron sudah timbul

  • tunnel yang dimanfaatkan dalam alat ini adalah arus yang timbul pada gap (celah energy ). Arus tunel

    yang terjadi adalah arus yang timbul akibat adanya overlapping awan elektron yang dimiliki oleh kedua

    konduktor yang saling bedekatan bila diberi beda potensial padanya.

    (sumber : journal of University Wisconsin)

    Interaksi antar tip dengan sampel dipengaruhi juga oleh jenis sampel nya yaitu isolator maupun konduktor

    karena pada alat ini tip termasuk jenis konduktor. Suatu material yang bersifat konduktor akan cepat

    terjadi interaksi dengan tip karena pita energy dalam konduktor hanya memerlukan atau mengadsorbsi

    sedikit electron dari energy dalam suatu medan listrik sehingga interaksi antar electron akan mudah

    terjadi. Sedangkan suatu material yang bersifat isolator bukan berarti tidak terjadi interaksi antara tip

    dengan sampel nya tetapi interaksi yang terjadi tidak secepat interaksi yang terjadi sesama konduktor

    karena dalam material yang bersifat isolator akan lebih banyak memerlukan energy dalam medan listrik

    agar terjadi interaksi antar keduanya.

    Arus tunneling merupakan dasar dari scanning tunneling microscopy (STM), arus tunneling ini

    akan menyebabkan adanya interaksi antar tip dan sampel. Interaksi inilah yang akan berfungsi sebagai

    scan pada sampel yang akan di displaykan kedalam betuk gambar pada computer seperti hasil percobaan

    yang telah didapat melalui software Cassy Lab. Dari gambar diatas terlihat jelas rata-rata struktur

    permukaan tiap-tiap unsur tidak rata dan bergelombang. Terlihat dari grafik Raw line View dari ketiga

    sampel unsur yang diuji maupun secara Plane Top View dan Plane 3D View. Pada grafik Plane Top View

    dan Plane 3D View terlihat ada warna hitam , putih , dan coklat. Warna hitam yang dihasilkan akibat jarak

    antara tip dan sampel tidak memenuhi jarak 4-7 amstrong (melebihi 7 angstrom) sebagai syarat terciptanya

    arus tunneling pada prinsip kerja STM, sehingga arus tunneling tidak tercipta dan otomatis terdapat noise

    yang menyebabkan pembacaan,dan pencitraan jarak dan gambar tidak terdisplay di software pada

    komputer yang ditandai dengan nyala lampu berwarna orange pada saat pemasangan sampel pada

    dudukan sampel dan kedipan orange pada saat running. Sama halnya warna putih pada grafik karena jarak

    Electron yang berada pada tip

    Awan electron yang timbul karena interaksi

    keantara sampel dengan tip

    Electron-electron pada sampel

    Gambar 2b . interaksi antar elekron pada tip dan electron

    padsampel

  • kurang dari 4 angstrom yang ditandai dengan nyala lampu berwarna merah pada saat pemasangan sampel

    pada dudukan sampel dan kedipan merah pada saat running. Sedangkan warna coklat pada graafik

    merupakan gambaran relatif yang terbaca sesuai prinsip kerja STM yaitu sepanjang pembacaan memenuhi

    syarat jarak tip dan sampel 4-7 angstrom yang ditandai dengan nyala lampu berwarna hijau pada saat

    pemasangan sampel pada dudukan sampel dan kedipan hijau pada saat running.

    F. Kesimpulan

    Prinsip Kerja dari Scanning Tunneling Microscopy (STM) adalah Bila ada dua buah konduktor yang

    didekatkan satu sama lain pada orde Angstrom, kemudian diberikan beda potensial kepadanya maka akan

    timbul aliran arus dari suatu konduktor menuju konduktor yang lainnya. Ketika adanya interaksi antara

    atom-atom tip dengan atom-atom sampel pada gap akan timbul awan awan elektron yang memicu

    munculnya arus berupa arus tunneling yang dijadikan dasar scanning permukaan sampel sehingga dapat

    di displaykan dalam bentuk gambar pada computer.

    G. Daftar Pustaka

    Chen, Julian C. 1988. Introduction to Scanning Tunneling Microscopy second edition. Departement of

    Applied Physics and Applies Mathematics Columbia University : New York.

    Madison. 2007. Scanning Tunneling Microscope. Advanced Laboratory : University of Wisconsin

  • Diamagnetik, Paramagnetik dan Ferromagnetik

    A. Tujuan

    Menentukan bahan bismut, tembaga, dan besi termasuk dalam golongan diamagnetik, faramagnetik

    atau feromagnetik .

    B. Dasar Teori

    Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom atau

    molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol (Halliday & Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak

    mempunyai momen dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka

    elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan resultan medan

    magnet atomis yang arahnya berlawanan.

    Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron sehingga semua bahan bersifat

    diamagnetik karena atomnya mempunyai elektron orbital. Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan

    atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan diamagnetik

    hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak menarik garis gaya. Permeabilitas

    bahan diamagnetik adalah 0m. Contoh bahan diamagnetik yaitu: bismut, perak, emas, tembaga dan

    seng.

    Bahan diagmanetik memiliki negatif, kerentanan lemah untuk medan magnet. bahan Diamagnetic

    sedikit ditolak oleh medan magnet dan materi tidak mempertahankan sifat magnetik ketika bidang

    eksternal dihapus. Dalam bahan diamagnetic semua elektron dipasangkan sehingga tidak ada magnet

    permanen saat bersih per atom. sifat Diamagnetic timbul dari penataan kembali dari orbit elektron di

    bawah pengaruh medan magnet luar. Sebagian besar unsur dalam tabel periodik, termasuk tembaga, perak,

    dan emas, adalah diamagnetic.

    Diamagnetisme adalah sifat suatu benda untuk menciptakan suatu medan magnet ketika

    dikenai medan magnet .Sifat ini menyebabkan efek tolak menolak. Diamagnetik adalah salah satu

    bentuk magnet yang cukup lemah, dengan pengecualiansuperkonduktor yang memiliki kekuatan magnet

    yang kuat.

    Semua material menunjukkan peristiwa diamagnetik ketika berada dalam medan magnet. Oleh

    karena itu, diamagnetik adalah peristiwa yang umum terjadi karena pasangan elektron , termasuk elektron

    inti di atom, selalu menghasilkan peristiwa diamagnetik yang lemah. Namun demikian, kekuatan magnet

    material diamagnetik jauh lebih lemah dibandingkan kekuatan magnet material feromagnetikataupun

    paramagnetik . Material yang disebut diamagnetik umumnya berupa benda yang disebut 'non-magnetik',

    termasuk di antaranya air, kayu , senyawa organik seperti minyak bumi dan beberapa jenis plastik , serta

    beberapa logam seperti tembaga, merkuri ,emas dan bismut .Superkonduktor adalah contoh diamagnetik

    sempurna.

    Ciri-ciri dari bahan diamagnetic adalah:

    Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar (Halliday &

    Resnick, 1989). Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik

    banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron

    Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom/molekulnya adalah nol.

    Jika solenoida dirnasukkan bahan ini, induksi magnetik yang timbul lebih kecil.

    Contoh: Bismuth, tembaga, emas, perak, seng, garam dapur.

  • yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan

    magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar.

    Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi

    diantara atom-atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan

    mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok.

    Kelompok atom yang mensejajarkan dirinya dalam suatu daerah

    dinamakan domain. Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar

    mempunyai domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik

    ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain

    sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling meniadakan.

    Bahan ini jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan mensejajarkan diri

    searah dengan medan magnet dari luar. Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain

    yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan semakin kuat.

    Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena

    tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan jenuh atau keadaan saturasi.

    Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah 0>>> dan suseptibilitas bahannya 0>>>m. contoh

    bahan ferromagnetik : besi, baja, besi silicon dan lain-lain. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini akan

    hilang pada temperatur yang disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 770 0C,

    dan untuk baja adalah 1043 0C (Kraus. J. D, 1970).

    Bahan ferromagnetik ada yang positif, kerentanan besar untuk medan magnet luar. Mereka

    menunjukkan daya tarik yang kuat untuk medan magnet dan mampu mempertahankan sifat magnetik mereka

    setelah bidang eksternal telah dihapus bahan. Ferromagnetik memiliki elektron tidak berpasangan sehingga

    atom mereka memiliki momen magnet bersih. Mereka mendapatkan magnet yang kuat sifat mereka karena

    keberadaan domain magnetik. Dalam domain ini, sejumlah besar di saat-saat atom (1012 sampai 1015) adalah

    sejajar paralel sehingga gaya magnet dalam domain yang kuat. Ketika bahan feromagnetik dalam keadaan

    unmagnitized, wilayah hampir secara acak terorganisir dan medan magnet bersih untuk bagian yang secara

    keseluruhan adalah nol.. Ketika kekuatan magnetizing diberikan, domain menjadi selaras untuk

    menghasilkan medan magnet yang kuat dalam bagian.. Besi, nikel, dan kobalt adalah contoh bahan

    feromagnetik.. Komponen dengan materi-materi ini biasanya diperiksa dengan menggunakan metode

    partikel magnetik.

    Ferromagnetisme adalah sebuah fenomena dimana sebuah material dapat mengalami magnetisasi

    secara spontan, dan merupakan satu dari bentuk kemagnetan yang paling kuat. Fenomena inilah yang dapat

    menjelaskan kelakuan magnet yang kita jumpai sehari-hari. Ferromagnetisme dan

    ferromagnetisme merupakan dasar untuk menjelaskan fenomena magnet permanen.

    Ciri-ciri bahan ferromagnetic adalah:

    Bahan yang mempunyai resultan medan magnetis atomis besar.

    Tetap bersifat magnetik sangat baik sebagai magnet permanen

    Jika solenoida diisi bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik sangat besar (bisa ribuan kali).

    Contoh: besi, baja, besi silikon, nikel, kobalt.

    C. Motodologi Percobaan

    Amplifier,

  • kumparan penghasil medan magnet,

    tiang penyangga,

    kabel +/- sepasang merah dan biru,

    tali.

    D. Hasil Percobaan

    Reaksi bahan ketika tegangan ( dimaksimumkan / konstan ) dan arus ( dinaikkan / diturunkan ) atau dalam

    kondisi medan magnet kuat :

    Bismut : Tidak tertarik terhadap arah medan magnet

    Tembaga : Tidak tertarik terhadap arah medan magnet

    Besi : Tertarik kuat terhadap arah medan magnet

    E. Pembahasan

    Setelah dilakukan percobaan , secara kasat mata bismut dan tembaga tidak tertarik sama sekali oleh

    arah medan magnet , sedangkan besi secara kasat mata tertarik kuat oleh arah medan magnet. Secara teori

    benda yang dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang

    tidak berpasangan, sebaliknya benda yang tidak bersifat magnet mempunyai spin elektron yang berpasangan.

    Dari dasar teori yang telah dijelaskan sebelumnya dan eksperimen yang telah dilakukan secara langsung ,

    terbukti bahwa bismut dan tembaga tergolong diamagnetik (secara literatur teori, tabel periodik dan

    eksperimen) sedangkan besi tergolong ferromagnetik (secara literatur teori, tabel periodik dan eksperimen).

    F. Kesimpulan

    Bismut : Tidak tertarik terhadap arah medan magnet (tergolong Diamagnetik)

    Tembaga : Tidak tertarik terhadap arah medan magnet (tergolong Diamagnetik)

    Besi : Tertarik kuat terhadap arah medan magnet (tergolong Ferromagnetik)

    G. Daftar Pustaka

    http://penjagahati-zone.blogspot.com/2011/01/diamagnetic-paramagnetik-dan.html

    Karakteristik Hambatan Listrik pada Semikonduktor

    A. Tujuan

    Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai resistivitas pada bahan semikonduktor.

  • Menghitung nilai energi gap pada semikonduktor .

    B. Dasar Teori

    Semikonduktor adalah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara insulator dan

    konduktor. Konduktivitas semikonduktor berkisar antara 103 sampai 10-8 siemens per sentimeter dan

    memiliki dan celah energinya lebih kecil dari 6 eV .

    Semikonduktor memiliki daya hantar yang lebih baik dibanding isolator. Daya hantar semikonduktor

    tidak lebih baik dari konduktor, namun bahan konduktor kurang baik jika digunakan pada suhu tinggi.

    Bahan konduktor rata-rata memiliki nilai koefisien muai yang tinggi sehingga sangat mudah memuai.

    Telah ditemukan bahwa semikonduktor akan bersifat isolator pada suhu rendah dan akan bersifat

    konduktor pada suhu tinggi. Percobaan ini telah dibuktikan dengan pengukuran nilai resistivitas pada

    semikonduktor yang telah dipanaskan.

    Bahan semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor karena celah energi yang

    dibentuk oleh struktur bahan ini lebih kecil dari celah energi bahan isolator tetapi lebih besar dari celah

    energi bahan konduktor, sehingga memungkinkan elektron berpindah dari satu atom penyusun ke atom

    penyusun lain dengan perlakuan tertentu terhadap bahan tersebut (pemberian tegangan, perubahan suhu

    dan sebagainya). Oleh karena itu semikonduktor bisa bersifat setengah menghantar.

    Bahan semikonduktor dapat berubah sifat kelistrikannya apabila temperatunya berubah. Dalam

    keadaan murninya mempunyai sifat sebagai penyekat ;sedangkan pada temperatur kamar ( 27 C ) dapat

    berubah sifatnya menjadi bahan penghantar. Sifat-sifat kelistrikan konduktor maupun isolator tidak

    mudah berubah oleh pengaruh temperatur, cahaya atau medan magnet, tetapi pada semikonduktor sifat-

    sifat tersebut sangat sensitif.-

    Menurut persamaan, nilai resistivitas pada semikonduktor dinyatakan sebagai,

    kTEeRR 2/0

    dimana:

    T : temperatur (K)

    R : resistansi atau tahanan ()

    E : energi gap (J) k : konstanta Bolztmann = 1,38 . 10-23 J/K atau = 86,1 x 10-6 eV/K

    Semikonduktor yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai zat padat yang mempunyai pita

    energi okupasi paling tinggi. Pita valensi adalah penuh saat T = 0o K, tapi gap diatas pita ini juga kecil

    sehingga elektron dapat dieksitasi secara termal pada temperatur ruang dari pita valensi ke pita lebih tinggi

    selanjutnya yang dikenal dengan pita konduksi.

    Ketika elektron tereksitasi melewati gap bagian bawah pita konduksi dipopulasi oleh elektron dan

    pita valensi dipopulasi oleh hole. Sebagai hasilnya, kedua pita hanya penuh sebagian dan akan menghantar

    arus jika dikenakan medan listrik.

  • Pada bagian ini hanya dibahas pita valensi dan pita konduksi karena hanya kedua pita ini yang

    berkontribusi terhadap arus. Energi pita valensi juga dinyatakan dalam bentuk persamaan:

    *

    22

    2)(

    h

    vm

    kkE

    Parameter utama dari struktur pita adalah me, mh dan gap pita Eg.

    C. Metodologi Percobaan

    D. Hasil Percobaan

    Pengaruh kenaikan temperatur terhadap hambatan listrik pada semikonduktor :

    T (C) R ()

    50 80,22

    60 57,57

    70 43,24

    80 32,63

    90 25,12

    100 19,64

    110 15,60

    120 12,58

    130 10,21

    140 8,44

    150 7,03

    160 5,92

    170 5,03

    180 4,30

    190 3,73

    200 3,26

    E. Pengolahan Data

    Tabel perhitungan

    T (C) R () T (K) x (1/T) y (ln R) x2 x.y

    50 80,22 323 0,003096 4 9,59E-06 0,013575

    60 57,57 333 0,003003 4 9,02E-06 0,012171

    70 43,24 343 0,002915 4 8,50E-06 0,010982

    80 32,63 353 0,002833 3 8,03E-06 0,009873

  • 90 25,12 363 0,002755 3 7,59E-06 0,008881

    100 19,64 373 0,002681 3 7,19E-06 0,007983

    110 15,6 383 0,002611 3 6,82E-06 0,007173

    120 12,58 393 0,002545 3 6,47E-06 0,006443

    130 10,21 403 0,002481 2 6,16E-06 0,005765

    140 8,44 413 0,002421 2 5,86E-06 0,005165

    150 7,03 423 0,002364 2 5,59E-06 0,00461

    160 5,92 433 0,002309 2 5,33E-06 0,004107

    170 5,03 443 0,002257 2 5,10E-06 0,003647

    180 4,3 453 0,002208 1 4,87E-06 0,00322

    190 3,73 463 0,00216 1 4,66E-06 0,002843

    200 3,26 473 0,002114 1 4,47E-06 0,00291

    0,040754 40,92743 0,000105 0,109347

    Grafik

    Energy Gap awal semikonduktor :

    R0 = 80,22

    b = 3260.247

    karena, kTEeRR 2/0

    Ln R = Ln R + E/ 2kT

    y = a + bx

    jadi, b = E/2k E = b x 2k

    E = 3260.247 x 2(1,38 x 10-23 J) = 8.99828 x 10-20 J

    F. Pembahasan

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200

    Ham

    bat

    an L

    istr

    ik (

    )

    Temperatur (C)

    Hubungan Temperatur dengan Hambatan listrik

  • Percobaan dilakukan dengan memberikan arus elektrik menjadi semikonduktor dalam

    perangkat dan mengukur resistensi listrik di suhu yang meningkat.

    Percobaan pengaruh suhu terhadap nilai resistivitas dilakukan saat kenaikan suhu dengan

    rentang suhu antara 50C - 200C. Pada kenaikan temperatur, nilai resistivitas pada suhu 50C

    sebesar 80,22 ohm dan nilai resistivitas pada suhu 200C sebesar 3,26 ohm. Untuk mendapatkan nilai

    energi gap kita dapat melakukannya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dari persamaan

    resistensi. Dan kami mendapatkan nilai energi gapnya adalah sebesar 8.99828 x 10-20 J.

    Dari percobaan, dapat dijelaskan bahwa ketika suhu dari bahan meningkat, elektron akan

    berosilasi dan bergerak bebas jika panas sudah cukup.

    Secara pita energi, ketika suhu dinaikkan elektron akan menjadi bebas dan menempati gap

    sehingga jarak pita konduksi menjadi lebih dekat dengan pita valensi. Energi gap semakin membesar

    ketika suhu bahan dinaikkan. Hal ini menunjukan bahwa bahan semikonduktor dapat menjadi

    penghantar yang baik.

    G. Kesimpulan

    Peningkatan temperatur memberikan penurunan eksponensial pada reisitivitas listrik bahan

    semikonduktor

    Nilai energi gap pada semikonduktor pada praktikum ini yaitu 8.99828 x 10-20 J.

    H. Daftar Pustaka

    - Rolf Enderlein, Norman J.M. Horing. Fundamental of Seminconductor Physics & Device.

  • Karakteristik Hambatan Listrik pada Konduktor

    A. Tujuan

    Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai resistivitas pada bahan konduktor.

    Menentukan koefisien resistivitas pada platina ()

    B. Dasar Teori

    Sifat konduktivitas zat padat, dapat dijelaskan dengan teori pita energi. Teori pita energi

    merupakan sebuah teori yang menyatakan tingkat energi yang harus dimiliki elektron agar mampu

    bergerak bebas (mengalirkan arus). Pita energi dibagi menjadi 2, yaitu :

    1. Pita Konduksi

    2. Pita Valensi

    Pita valensi menyatakan tingkat energi agar elektron (elektron valensi) dapat berikatan. Elektron

    di pita konduksi bertugas mengalirkan arus. Jarak antara pita konduksi dan pita valensi dinamakan

    GAP. Jadi, Band gap merupakan jarak antar pita.

    Setiap atom hanya memiliki elektron valensi. Elektron tersebut yang melompat melewati band

    gap ke pita konduksi. Pada umumnya jarak antara pita valensi dengan pita konduksi tidak ada (saling

    berhimpit), bahkan ada beberapa pita yang bertumpuk (over laping). Dengan kata lain, pita valensi

    sama dengan pita konduksi. Elektron pada pita valensi sangat mudah melompat ke pita konduksi dan

    bergerak bebas atau mengalirkan arus.

    Hubungan antara konduktivitas dengan suhu adalah,

    Logam yang memiliki konduktivitas tinggi di antaranya adalah perak, tembaga, dan aluminium.

    Sebuah konduktor sempurna akan memiliki resistivitas sama dengan nol karena semakin kecil

    nilai resistivitas suatu bahan maka semakin mudah bahan tersebut menghantarkan arus listrik,

    Resistivitas sebuah bahan akan selalu sebanding dengan suhu. Jika suhu bertambah maka ion-ion

    pada bahan akan bergetar dengan amplitude yang makin besar. Hal ini menyebabkan terjadinya

    tumbukan electron sehingga menghalangi penyimpangan electron dan akhirnya menghalangi

    arus yang melintas.

    C. Hasil Percobaan

    Pengaruh kenaikan temperatur terhadap hambatan listrik pada konduktor :

  • T (C) R ()

    50 119,16

    60 123,12

    70 127,48

    80 131,75

    90 136,15

    100 140,34

    110 144,96

    120 149,42

    130 153,77

    140 158,18

    150 162,67

    160 167,18

    170 171,63

    180 175,81

    190 180,23

    200 184,64

    x

    T

    (C)

    y

    R () x2 x.y

    50 119,16 2500 5958

    60 123,12 3600 7387,2

    70 127,48 4900 8923,6

    80 131,75 6400 10540

    90 136,15 8100 12253,5

    100 140,34 10000 14034

    110 144,96 12100 15945,6

    120 149,42 14400 17930,4

    130 153,77 16900 19990,1

    140 158,18 19600 22145,2

    150 162,67 22500 24400,5

    160 167,18 25600 26748,8

    170 171,63 28900 29177,1

    180 175,81 32400 31645,8

    190 180,23 36100 34243,7

    200 184,64 40000 0,00291

    2000 2426,49 280000 281323,5

  • C. Grafik dan Pengolahan Data

    b = 0.439419 , R0 = 0.439419

    Karena R = R0 + R0. . T

    y = a + b.x

    Jadi, b = R0 . =b/R0

    = 0,439419/119,16 = 0,003687 /C

    D. Pembahasan

    Percobaan dilakukan dengan memberikan arus listrik ke dalam bahan konduktor dalam

    perangkat & mengukur resistensi listrik pada suhu 50 C sampai 200 C dengan selang 10 C. Pada

    kenaikan temperatur, nilai resistivitas pada suhu 50C sebesar 119,16 ohm dan nilai resistivitas pada

    suhu 200C sebesar 184,84 ohm.

    Secara teoritis kita tahu bahwa bahan konduktor adalah bahan penghantar listrik yang baik

    ketika medan listrik diberikan. Sebagian besar bahan konduktor adalah logam yang memiliki ikatan

    atom yang berbeda dari yang lain. Logam memiliki elektron yang bergerak bebas di sekitar atom

    yang disebut awan elektron. Jika medan listrik diberikan, awan elektron akan bergerak ke daerah

    muatan yang lebih positif. Tapi kita harus ingat bahwa logam memiliki 1 sampai 3 elektron valensi

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200

    Ham

    bat

    an L

    istr

    ik (

    )

    Temperatur (C)

    hubungan Temperatur dan hambatan listrik

  • (kecuali logam transisi) yang masih dibatasi dalam atom. Jika suhu meningkat, elektron valensi akan

    tereksitasi dari pita valensi ke pita yang lain. Semakin banyak elektron tereksitasi, semakin tabrakan

    akan meningkat di antara elektron yang dapat membuat peningkatan resistivitas.

    Dari percobaan, terlihat bahwa nilai resistivitas terhadap suhu akan membentuk sebuah garis

    linear. Seperti perumusan yang telah ditetapkan untuk konduktor, nilai resistivitas sebanding dengan

    nilai perkalian antara suhu, koefisien muai panjang dan resistivitas awal.

    Pada suhu bahan konduktor dinaikkan, maka elektron akan semakin bebas sehingga bergerak

    semakin acak dan banyak yang bertumbukan. Oleh karena itu nilai resistivitas akan semakin tinggi.

    Kami juga mampu menentukan tempreature koefisien yang dipengaruhi resistansi dengan metode

    kuadrat terkecil. Dengan mendefinisikan b (koefisien variabel) sebagai R0. , kami mendapat nilai

    tempreature koefisien dipengaruhi resistansi adalah sebesar 0,003687 /C. Koefisien ini menentukan

    kemampuan resistivitas pada suhu yang meningkat.

    E. Kesimpulan

    Suhu yang meningkat akan meningkatkan hambatan listrik dari bahan konduktor secara linear

    Semakin tinggi suhu pada bahan, nilai resistivitas bahan semakin naik sehingga bahan dapat

    menjadi penghantar yang kurang baik.

    Kesimpulan 2 diatas sesuai dengan literatur eksperimen secara teori.

    Didapat nilai tempreature koefisien dipengaruhi resistansi adalah sebesar = 0,003687 /C.

    F. Daftar Pustaka

    Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material.

    Callister,Jr. , William D. Material Science & Engineering An Introduction.2007. New York : John

    Willey & Son, Inc.

  • Kurva Histerisis Ferromagnetik

    A. Tujuan

    Mempelajari pengaruh frekuensi terhadap kurva histerisis ferromagnetik

    Mempelajari pengaruh tegangan terhadap kurva histeris ferromagnetik

    B. Dasar Teori

    Hysterisis adalah Ketergantungan sebuah sistem, tidak hanya pada keadaannya sekarang, tetapi juga

    pada keadaannya pada masa lalu. Ketergantungan ini muncul karena sistem tersebut dapat berada di

    lebih dari satu kondisi internal. Untuk mengira-ngira perubahan berikutnya, baik kondisi internal

    maupun sejarahnya harus diketahui.

    Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar (Halliday &

    Resnick, 1989). Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan

    ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat

    empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak

    berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan

    oleh suatu atom lebih besar. Momen magnetik atom yang berdekatan atau ion karena interaksi

    mereka, dan di beberapa daerah diatur secara substansial dalam arah yang sama, ketika diterapkan

    medan magnet meningkatkan kekuatan, daerah momen derajat orientasi magnetik gabungan

    meningkat dengan batas tertentu akan mengikuti fenomena tersebut.

    Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga

    interaksi diantara atom-atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri

    membentuk kelompok-kelompok.

    Medan magnetik total merupakan jumlah medan magnetik akibat arus dan medan magnetik

    akibat domain. Ketika medan magnetik luar diperbesar, medan magnetik totalnya naik secara tajam

    akibat banyaknya domain yang menyearahkan diri. Tetapi begitu medan magnetik luar sudah cukup

    besar, medan magnetik total mulai jenuh dan kenaikannya kecil sekali (Kurva Histerisis).

    C. Alat dan bahan

    D. Hasil Percobaan

    1. Cassy, sebagai hardware untuk

    pengukuran pada komputer

    2. Generator Function

    3. Bahan inti magnet yang diukur

    4. Lilitan magnet

    5. Lilitan magnetisasi didasarkan

    pada pengukuran dari sistem

    komputer

  • Ketika frekuensi konstan , tegangan naik :

    F = 0,1 dan V=1 V F = 0,1 dan V = 1,5 V F = 0,1 dan V = 2 V

    Ketika tegangan konstan , frekuensi naik :

    V=1 V dan F= 0,1 V=1 V dan F= 0,2 V=1 V dan F= 0,3

    D. Pembahasan

    Dari kurva histerisis pemberian tegangan konstan sebesar 1,5 volt dengan merubah besarnya

    frekuensi. Terdapat 3 gambar, gambar a dengan frekuensi 0,1 Hz, gambar b dengan frekuensi 0,2 Hz

    dan gambar c dengan frekuensi 0,3 Hz. Dengan nilai frekuensi yang semakin membesar maka kurva

    histerisis akan semakin mengecil luasnya. Hal ini karena frekuensi yang berbanding terbalik dengan

    besar medan magnet B sehingga jika frekuensi yang diberikan membesar maka nilai B akan mengecil

    yang ditandai dengan penyempitan kurva histerisis.

    Untuk kurva histerisis dengan pemberian frekuensi yang konstan sebesar 0,2 Hz dimana

    gambar d dengan nilai tegangan 1 volt, gambar e dengan nilai tegangan 1,5 volt dan gambar f dengan

    nilai tegangan 2 volt. Dengan nilai tegangan yang semakin besar maka kurva histerisis akan semakin

    membesar luasnya.

    -0,4

    -0,2

    0

    0,2

    0,4

    -0,2 -0,1 0 0,1 0,2

    &F / Vs

    -1,5

    -1

    -0,5

    0

    0,5

    1

    -0,5 0 0,5

    &F / Vs

    -1

    -0,5

    0

    0,5

    1

    1,5

    -0,5 0 0,5

    &F / Vs

    -0,5

    0

    0,5

    1

    -0,2 0 0,2

    &F / Vs

    -0,6

    -0,4

    -0,2

    0

    0,2

    0,4

    -0,2 0 0,2 0,4

    &F / Vs

    -1

    -0,5

    0

    0,5

    1

    1,5

    -0,5 0 0,5

    &F / Vs

  • E. Kesimpulan

    Semakin besar nilai frekuensi dengan tegangan konstan maka nilai medan magnetic akan

    mengecil yang ditandai dengan mengecilnya kurva histerisis.

    Semakin besar nilai tegangan dengan frekuensi konstan maka nilai medan magnetic akan

    mengecil yang ditandai dengan mengecilnya kurva histerisis.

  • Deformasi Elastis

    A. Tujuan

    Menentukan tensile strain

    B. Dasar Teori

    Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena

    adanya gaya. Ini bisa menjadi hasil dari tarik (menarik) kekuatan, tekan (mendorong)

    kekuatan,geser, membungkuk atau torsi (memutar). Deformasi sering digambarkan sebagai strain.

    Sebagai deformasi terjadi, internal antar-molekul muncul kekuatan-kekuatan yang menentang gaya

    diterapkan. Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar kekuatan-kekuatan ini mungkin cukup untuk

    diterapkan sepenuhnya menolak kekuatan, yang memungkinkan objek untuk mengasumsikan keadaan

    ekuilibrium baru dan kembali ke keadaan semula apabila beban dihilangkan. Gaya diterapkan yang lebih

    besar dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan ke kegagalan struktural.

    Dalam gambar dapat dilihat bahwa beban kompresi (ditandai dengan tanda panah) telah menyebabkan

    deformasi dalam silindersehingga bentuk asli (garis putus-putus) telah diubah (cacat) menjadi satu dengan

    sisi menonjol. Tonjolan sisi karena materi, walaupun cukup kuat untuk tidak retak atau gagal, tidak cukup

    kuat untuk mendukung beban tanpa perubahan, sehingga material dipaksa keluar lateral. Kekuatan internal

    (dalam kasus ini pada sudut kanan deformasi) menahan beban diterapkan.

    Diagram Stres-regangan kurva, yang menunjukkan hubungan antara stres (gaya yang diberikan) dan

    regangan (deformasi) dari logam yang ulet.

    DEFORMASI ELASTIS

    Jenis deformasi secara reversible,Setelah pasukan tidak lagi diterapkan, objek kembali ke bentuk

    aslinya. Elastomer dan memori bentuk logam seperti Nitinol menunjukkan rentang deformasi elastis besar

  • Soft termoplastik dan konvensional logam memiliki rentang deformasi elastis moderat,

    sementara keramik, kristal, dan kerasplastik termoseting hampir tidak mengalami deformasi

    elastis.Deformasi elastis linear diatur oleh hukum Hooke yang menyatakan:

    Mana diterapkan adalah stres, E adalah material konstanta yang disebut Young's modulus, dan

    adalah hasil ketegangan.Hubungan ini hanya berlaku dalam rentang elastis dan menunjukkan bahwa

    kemiringan kurva tegangan vs regangan dapat digunakan untuk menemukan Modulus Young. Insinyur

    sering menggunakan perhitungan ini di tarik tes .Para rentang elastis berakhir ketika bahan

    mencapai kekuatan luluh.

    Plastic deformasi

    Jenis deformasi ini tidak dapat dibalikkan. Namun, sebuah objek dalam kisaran deformasi plastik akan

    terlebih dahulu telah mengalami deformasi elastis, yang reversibel, sehingga objek akan kembali bagian

    cara untuk bentuk aslinya. Soft termoplastik memiliki deformasi plastik agak besar berkisar lakukan ulet

    logam sepertitembaga, perak, dan emas. Steel tidak juga, tapi bukan besi cor. Hard termoseting plastik,

    karet, kristal, dan keramik memiliki rentang minimal deformasi plastik. Satu bahan dengan kisaran

    deformasi plastik besar basah permen karet, yang dapat ditarik puluhan kali panjang aslinya.

    Bawah tegangan tarik deformasi plastik dicirikan olehpengerasan regangan daerah

    dan penciutan wilayah dan akhirnya, fraktur (juga disebut pecah). . Selama pengerasan regangan material

    menjadi lebih kuat melalui gerakan dislokasi atom. Penciutan fase yang ditandai oleh penurunan luas

    penampang spesimen. Penciutan dimulai setelah Kekuatan Ultimate tercapai. Selama penciutan, materi

    tidak dapat lagi menahan tekanan maksimum dan tekanan pada spesimen meningkat dengan cepat.

    Deformasi plastik berakhir dengan fraktur material.

    Metal kelelahan

    Mekanisme deformasi lainnya adalah kelelahan logam, yang terjadi terutama di ulet logam. Ini pada

    awalnya berpikir bahwa cacat material hanya dalam rentang elastis sepenuhnya kembali ke keadaan semula

    setelah pasukan telah dihapus. . Namun, kesalahan yang diperkenalkan pada tingkat molekuler dengan

  • setiap deformasi. Setelah banyak deformasi, retak akan mulai muncul, diikuti dengan segera setelah patah

    tulang, dengan deformasi plastik yang tidak jelas di antara keduanya. Tergantung pada bahan, bentuk, dan

    bagaimana dekat dengan batas elastis itu cacat, kegagalan mungkin membutuhkan ribuan, jutaan, miliaran,

    atau triliunan deformasi.

    Kelelahan logam telah menjadi penyebab utama kegagalan pesawat, seperti De Havilland

    Comet, terutama sebelum proses itu dipahami dengan baik. Ada dua cara untuk menentukan kapan bagian

    berada dalam bahaya kelelahan logam; baik kegagalan memprediksi kapan akan terjadi karena materi / gaya

    / bentuk / iterasi kombinasi, dan mengganti bahan-bahan yang rentan sebelum hal ini terjadi, atau

    melakukan inspeksi untuk mendeteksi mikroskopis retakan dan melakukan penggantian setelah mereka

    terjadi. Pemilihan bahan yang tidak mungkin menderita dari logam kelelahan selama kehidupan produk

    adalah solusi terbaik, tetapi tidak selalu mungkin. Menghindari bentuk dengan sudut tajam batas kelelahan

    logam dengan mengurangi konsentrasi tegangan, tetapi tidak menghilangkannya.

    Fracture

    Jenis deformasi ini juga tidak dapat dibalikkan. Kehancuran tersebut terjadi setelah bahan telah

    mencapai ujung elastis, dan kemudian plastik, deformasi rentang. Pada titik ini pasukan menumpuk sampai

    mereka cukup untuk menyebabkan fraktur. Semua bahan akhirnya akan patah, jika kekuatan yang memadai

    diterapkan.

    C. Hasil percobaan dan perhitungan

    Perhitungan Strain (regangan) dan stress (tegangan)

    Eisen / Iron (diameter = 0,2 mm)

    Beban

    (gr)

    Panjang

    Kawat (cm)

    Pertambahan

    panjang

    (cm)

    = (L-Lo)/Lo F (N)

    = F/A

    (N/cm^2)

    50 L0 = 31.1 0 0 0,5 1592,36

    100 31.3 0.2 0,00638 1 3184,71

    150 31.6 0.3 0,016 1,5 4777,07

    200 31.9 0.3 0,0257 2 6369,42

    250 32.2 0.3 0,0353 2,5 7961,78

  • Dengan, Lo= 31,1 cm

    Perubahan panjang = L Lo

    Dengan, D = 0,02 cm

    A = 3,14 X 10^-4 cm^2

    Kupfer / Copper (diameter = 0,2 mm)

    Beban

    (gr)

    Panjang

    Kawat (cm)

    Pertambahan

    panjang (cm)

    = (L-Lo)/Lo F (N)

    = F/A

    (N/cm^2)

    50 L0 = 31.1 0 0 0,5 1592,36

    100 31.3 0.2 0,00643 1 3184,71

    150 31.5 0.2 0,0128 1,5 4777,07

    200 31.7 0.2 0,0192 2 6369,42

    250 31.9 0.2 0,0257 2,5 7961,78

    Dengan, Lo= 31,1 cm

    Perubahan panjang = L Lo

    Dengan, D = 0,02 cm

    A = 3,14 X 10^-4 cm^2

    30,5

    31

    31,5

    32

    32,5

    100 150 200 250per

    tam

    bah

    an p

    anja

    ng

    beban/tarik

    Hubungan Penambahan Beban dengan

    Pertambahan Panjang

  • D. Pembahasan

    Nilai tensile strain dari percobaan kali ini didapat dari hasil pembagian nilai perubahan

    panjang tali dengan nilai panjang awal tali. Perubahan panjang tali bervariasi, nilai berkisar dari 0,2

    0,9 cm baik tembaga maupun besi. Nilai tensile strain yang didapat juga bervariasi. Hal ini

    disebabkan kurang presisi alat pengukuran panjang tali karena jarum penunjuk sangat mudah untuk

    diubah posisinya.

    Untuk nilai tensile stress dapat dicari dengan membagi gaya yang bekerja pada tali dengan

    luas penampang tali. Hasil yang di dapat bervariasi, seperti yang terlihat pada table. Hasil perhitungan

    stress antara tembaga dan besi sama, hal ini dikarenakan diameter kedua tali tersebut sama, yaitu 0,2

    mm. dan nilai gaya yang diberikan pun sama.

    E. Kesimpulan

    Modulus young berbanding terbalik dengan regangan

    Modulus young berbanding lurus dengan tegangan

    Tembaga dan Besi masih didalam zona elastis

    31

    31,2

    31,4

    31,6

    31,8

    32

    100 150 200 250per

    tam

    bah

    an p

    anja

    ng

    beban / tarik

    Hubungan Penambahan Beban dengan

    Pertambahan Panjang


Recommended