Date post: | 09-Jul-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | nadya-noviani |
View: | 235 times |
Download: | 7 times |
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faringitis merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan
atas ( ISPA ) yang di tandai dengan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain . Faringitis
dapat terjadi pada semua umur, namun frekuensi lebih tinggi pada anak.
Sekitar 10 % di derita oleh dewasa dan jarang pada anak di bawah 3 tahun 1
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyumbang dari
banyak
penyebab kesakitan dan kematian di dunia. Pada tahun 2000 terdapat 1,9 juta
anak di dunia meninggal karena ISPA, dimana 70 % berada di Afrika dan Asia
Tenggara. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran
pernafasan atas, termasuk faringitis, bertanggung jawab untuk 200 kunjungan
ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat Di negara-negara
yang berpenghasilan tinggi, faringitis adalah umum pada anak-anak usia 3
hingga 15 tahun. 2
Infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh virus atau bakteri
termasuk faringitis, . yang diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Pada
riskesdas tahun 2013 Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat
(28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara
Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Karakteristik
penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
(25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk
2
menengah bawah . Pada DKI Jakarta angka kejadian ISPA 12,5 % , Angka
tersebut sedikit di bawah rata-rata angka kejadian ISPA di Indonesia . 3
B. Tujuan
1. Memantapkan program penanganan kasus ISPA khususnya faringitis
2. Mengembangkan komunikasi kedokteran keluarga sebagai penangangan
kasus faringitis
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kasus ISPA khususnya
faringitis
C. Manfaat
3
1. Pasien
a. Pasien merasa puas terhadap pelayanan kesehatan sehingga mau
mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali.
b. Tercipta kehidupan masyarakat yang sehat dan memiliki
pengetahuan dan kepedulian yang tinggi tentang kesehatan
2. Institusi pelayanan kesehatan
a. Dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas faringitis
sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan
kesehatan
b. Dapat di atasinya masalah kesehatan secara cepat .
c. Dapat ditingkatkannya mutu pelayanan kesehatan
3. Bagi Negara
Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas dapat meningkatkan
sumber daya masyarakat sehingga perekonomian meningkat, hal
ini di ikuti dengan gizi dan kesehatan serta pendidikan yang
meningkat
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Faringitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan dari
faring (terletak di bagian belakang dari tenggorokan), yang biasanya
menyebabkan rasa sakit ketika menelan. Ini adalah hal yang sangat sering terjadi
dan seringkali menunjukkan gejala sakit tenggorokan. Faringitis umumnya
disebabkan oleh infeksi virus, seperti influenza (flu). Infeksi bakteri seperti radang
tenggorokan, suatu reaksi alergi, atau refluks asam lambung juga dapat
menyebabkan faringitis. 4 Faringitis dapat menular melalui kontak dari sekret
hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita faringitis . 4
b. Epidemiologi
Faringitis dapat terjadi pada semua umur, namun frekuensi lebih tinggi
pada anak. Sekitar 10 % di derita oleh dewasa dan jarang pada anak di bawah
3 tahun. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran
4
pernafasan atas, termasuk faringitis, bertanggung jawab untuk 200 kunjungan
ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat 1,2,3
c. Klasifikasi
Faringitis akut
sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat). Umum disebut radang
tenggorok. Radang ini menyerang lapisan mukosa (selaput lendir) dan
submukosa faring..
1. Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr
Virus (EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus
dan lain-lain. Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai
rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan, konjungtivitis. Pada
pemeriksaan tampak faring hiperemis
2. Faringitis bacterial
Paling sering oleh infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A
merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan
pada anak (30%). Faringitis bakterialis jarang timbul dengan rinorea,
batuk, ataupun konjungtivitis. Pasien biasanya datang dengan nyeri
tenggorok, nyeri menelan dan demam. Gejala lainnya dapat disertai
sakit kepala hebat, mual, muntah dan nyeri perut. Pada pemeriksaan
tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri apabila ada penekanan
Gejala klinis tidak dapat langsung membedakan faringitis viral atau
bakteri. Hanya kultur yang dapat membedakannya.
3. Faringitis fungal Candida
Dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda
biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada
5
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring
lainnya hiperemis. Faringitis ini jarang terjadi. 5,6
Faringitis Kronik
Biasanya terjadi akibat pajanan iritan yang sudah berlangsung
lama seperti alcohol , dana adapaun faktor predisposisi radang kronik
berupa rhinitis kronik dan sinusitis. dan biasanya disertai gejala
tenggorokan terasa kering, batuk kering, dan terasa seperti ada benda
asing di faring.
Faringitis Kronik hiperplastik
Hiperplasia jaringan limfatik dinding faring dan menyebabkan
perubahan mukosa dinding posterior faring menjadi tidak rata, tampak
kasar dan bergranular.
Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis
atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluhkan
tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering. 4,5,6
d. Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa disebabkan oleh virus
maupun bakteri.
Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza, Coxsackievirus,
Epstein –Barr virus, Herpes virus.
6
Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria
gonorrhoeae.
Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita
imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi
makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus atau
yang memperberat 4
Faktor Predisposisi Umum
Eksogen musim, cuaca, temperatur, polusi, debu, pemakaian AC
Endogen anemia, kurang zat besi, avitaminosis A,agranulositosis,
alergi, hipotiroid, imunodefisiensi, sarkoidosis, diabetes Faktor
Predisposisi Lokal Bahan iritan,
Faktor resiko
Faktor risiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan, merokok dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita
yang menderita sakit tenggorokan atau demam 6,7
e. Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat
secara langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon
inflamasi lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis
epitel sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada
stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan melebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan
di dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak lebih ke lateral
akan menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus
dan18 Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring
akibat sekresi nasal . Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu
7
invasi lokal dan pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari
Streptococcus ß hemolyticus group A memiliki struktur yang sama dengan
sarkolema pada miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik dan
kerusakan katup jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis
akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks
antigenantibodi
Tanda dan gejala yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme
yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala
umum seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot
leher.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
8
a. Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis
dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai
rinorea dan mual.
b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam
dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.
c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan
akhirnya batuk yang berdahak.
e. Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau
f. Pemeriksaan
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan
Anamnesis:
Anamnesis harus sesuai dengan mikroorganisme yang menginfeksi. Secara
garis besar pasien faringitis mengeluhkan lemas, anorexia, demam, suara
serak, kaku dan sakit pada otot leher. Gejala khas berdasarkan jenis
mikroorganisme, yaitu:
a. Faringitis viral, umumnya oleh Rhinovirus diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rinorea dan mual
b. Faringitis bakterial, biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala
hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi
dan jarang disertai batuk
c. Faringitis fungal, terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik, mula-mula tenggorok kering, gatal
dan akhirnya batuk yang berdahak
e. Faringitis kronik atrofi, umumnya tenggorokan kering dan tebal
serta mulut berbau.
9
Pemeriksaan Fisik:
a. Faringitis viral
pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan
eksudat). Pada coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
b. Faringitis bakterial,
pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari
kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang
ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
pada penekanan.
c. Faringitis fungal,
pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah,
sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
d. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar
limfa di bawah mukosa faring dan lateral hiperplasi. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble
stone)
e. Faringitis kronik atrofi
pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
Pemeriksaan Penunjang Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan
tenggorokan (kultur apus tenggorokan). Pemeriksaan kultur memiliki
sensitivitas 90−95% dari diagnosis, sehingga lebih diandalkan sebagai penentu
penyebab faringitis yang diandalkan. Untuk mencapai hasil yang akurat,
pangambilan apus tenggorok dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring
posterior. 6,7
g. Penatalaksanaan
10
Tujuan Penatalaksanaan Mengatasi gejala secepat mungkin,
membatasi penyebaran infeksi serta membatasi komplikasi.
Terapi Pokok Penatalaksanaan komprehensif penyakit faringitis akut,
yaitu:
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat
4. Pemberian farmakoterapi:
a. Topikal 25 Obat kumur antiseptik - Menjaga kebersihan mulut -
Pada faringitis fungal diberikan nystatin 100.000−400.000 2
kali/hari. - Faringitis kronik hiperplastik terapi lokal dengan
melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras
argentin 25%.
b. Oral sistemik
Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi
virus dengan dosis 60−100 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak kurang
dari lima tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali
pemberian/hari.
Faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
Streptococcus group A diberikan antibiotik yaitu penicillin G
benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin
50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama sepuluh hari dan
pada dewasa 3x500 mg selama 6−10 hari atau eritromisin
4x500 mg/hari.
Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah
menunjukkan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi
inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 3x0,5
mg pada dewasa selama tiga hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi tiga kali pemberian selama tiga hari. 26 –
Konseling dan Edukasi :
11
1. Memberitahu keluarga untuk menjaga daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
2. Memberitahu keluarga untuk berhenti merokok.
3. Memberitahu keluarga untuk menghindari makan-makanan yang
dapat mengiritasi tenggorok.
4. Memberitahu keluarga dan pasien untuk selalu menjaga kebersihan
mulut.
5. Memberitahu keluarga untuk mencuci tangan secara teratur 4,5,7
h. Komplikasi
Komplikasi umum pada faringitis adalah sinusitis, otitis media, epiglottitis,
mastoiditis, dan pneumonia. Faringitis yang disebabkan oleh infeksi
Streptococcus jika tidak segera diobati dapat menyebabkan peritonsillar abses,
demam reumatik akut, toxic shock syndrome, peritonsillar sellulitis, abses
retrofaringeal dan obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan
laring. 5,6
i. Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis yang diobati secara tuntas adalah
baik. Pasien dengan faringitis biasanyasembuh dalam waktu 1-2 minggu 7
III. PERUMUSAN MASALAH KESEHATAN PASIEN
STATUS PASIEN
12
Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Puskesmas Kelurahan Klender III
Nomor Rekam Medis : 459/14
DATA ADMINISTRASI
Tanggal 28 Mei 2015 Diisi oleh : Maureen Irawati Koesnadi NIM: 1161050228
Pasien Keterangan
Nama Tn. Didik Kasihanto
Umur 31 tahun
Alamat Kampung sumur, RT 10, RW
10, No. 52. Klender, Jakarta
Timur.
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SMA
Status Perkawinan Menikah Mempunyai 1 orang anak
Pekerjaan Satpam
Alergi obat Tidak
Sistem pembayaran BPJS
Data pelayanan
Anamnesis ( dilakukan secara auto anamnesis )
A. Keluhan Utama
Sakit menelan
B. Keluhan Tambahan
Batuk dan Demam
C. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit menelan sudah sejak 3 hari yang lalu.
Tenggorokan pasien terasa tidak nyaman , sakit dan gatal, dan terasa paling sakit saat
13
pasien menelan. Sudah 3 hari ini pasien tidak napsu makan, dan hal tersebut
diperberat oleh rasa sakit saat berusaha menelan makanan. Pasien mengatakan bahwa
tenggorokan juga masih terasa sakit saat menelan makanan atau minuman yang
lembut dan encer, seperti air putih, jus, dan bubur.
Tenggorokan terasa agak lebih nyaman saat menelan minuman atau makanan
yang hangat. Pasien juga mengeluh kadang mengalami batuk. Batuk pasien berdahak
dengan dahak berwarna hijau, konsistensinya kental, dan jumlah yang dapat
dikeluarkan oleh pasien kira-kira setengah sendok teh setiap harinya. Awalnya, kira-
kira 2 hari yang lalu, dahak pasien berwarna putih dengan konsistensi yang juga
kental namun jumlah yang dapat dikeluarkan tidak sebanyak sekarang . Baru
kemudian dahak berubah menjadi berwarna agak kehijauan. Menurut pasien suaranya
tetap jernih dan tidak serak. Pasien mengatakan bahwa ia juga merasakan demam
yang terus menerus, namun tidak sampai menggigil, dan badan terasa lemas. Pasien
belum mengukur suhu demamnya dengan termometer .
Menurut pasien keluhannya muncul setelah jaga shift dengan teman kerjanya
yang juga mengalami keluhan yang sama. Pasien sudah berusaha mengurangi
keluhannya dengan meminum obat yang ia beli di warung dan beristirahat selama 2
hari di rumah, keluhan pasien sempat berkurang sedikit, namun tidak lama kemudian
segera muncul lagi. Pasien tidak merasakan mual dan tidak muntah, Pasien tidak
sesak , dan tidak pilek. Pasien juga mengatakan tidak memiliki keluhan pada mata dan
telinganya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
D. Riwayat penyakit dahulu
Keluhan ini sudah beberapa kali dialami oleh pasien sejak kecil. Sejak kecil
pasien sering mengalami sakit menelan. Pasien belum pernah mengalami sakit sampai
harus dirawat dan tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pasien juga mengaku saat ini
tidak sedang menderita penyakit lainnya, seperti kencing manis , hipertensi, sinusitis,
rhinitis, maupun penyakit yang menyebabkan daya tahan tubuh turun.
E. Riwayat penyakit keluarga
14
Di dalam anggota keluarga pasien, tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama dengan pasien.
F. Riwayat perilaku dan kebiasaan pribadi dan lingkungan
Pasien mengaku ia memiliki kebiasaan suka makan goreng-gorengan dan
makanan yang pedas. Sehari-hari pasien suka sekali minum air es dan minuman yang
dingin. Pasien mengatakan bahwa ia tidak suka minum air yang tidak dingin.
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki kebiasaan merokok , hal ini dilakukannya
terutama pada saat ia bekerja sebagai satpam. Dalam 1 hari, biasanya pasien
menghabiskan 1 bungkus rokok. Pasien sudah memiliki kebiasaan merokok sejak usia
25 tahun. Pasien hampir tidak pernah berolahraga. Teman satu pekerjaan pasien juga
mengalami keluhan yang sama dengan pasien.Kebiasaan minum alkohol di sangkal.
G. Riwayat sosial ekonomi
Pasien tinggal bersama istrinya dan 1 orang anak laki-lakinya. Saat ini istri
pasien sedang mengandung 36 minggu. Pasien sedang menanti kelahiran anak
keduanya yang menurut bidan perkiraan kelahirannya sekitar bulan juni pertengahan.
Anak laki-laki pasien berusia 5 tahun dan belum bersekolah. Bulan Juni tahun ini,
pasien berencana menyekolahkan anaknya di taman bermain di dekat
rumahnya. Pasien sendiri adalah anak tunggal dan istrinya adalah anak kedua dari 2
bersaudara. Kakak dari istri pasien sudah meninggal karena kecelakaan.
Saat ini pasien bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan swasta di daerah
Senen. Sedangkan istri pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Jadwal kerja pasien
berubah-ubah antara siang dan malam, tergantung jadwal shift jaga dari kantornya.
Setiap hari pasien pergi bekerja dengan menggunakan satu-satunya motor yang ia
miliki. Pasien tidak pernah menggunakan masker saat menyetir motornya. Pasien
berasal dari Solo tepatnya di kota Sukoharjo, dan sudah merantau ke Jakarta sejak
tahun 2008. Sedangkan istri pasien berasal dari Jakarta. Mereka sudah menikah sejak
tahun 2009.
Pasien tinggal di sebuah kontrakan di daerah Kampung Sumur, Klender,
Jakarta Timur. Kontrakan pasien berada tidak jauh dari rumah mertuanya, kurang
lebih sekitar 30 meter jaraknya. Kontrakan pasien berderet-deret bersebelahan dengan
15
kontrakan lainnya, lebar jalan pada depan kontrakan pasien hanya dapat di lewati oleh
1 motor saja. Kontrakan tersebut berukuran kurang lebih 2 meter x 8 meter. Dengan 1
ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 dapur kecil, dan 1 toilet. Ventilasi rumah pasien sudah
cukup baik, terdapat 1 jendela besar pada depan ruang tamu pasien dan jendela di
dapur serta kamar mandi pasien. Pencahayaan matahari di rumah pasien baik. Tanpa
sinar lampu, pada siang hari masih dapat membaca . Langit-langit rumah pasien
terbuat dari triplek dan pada langit-langit dapur , langit-langitnya terbuat dari bahan
yang tembus cahaya sinar matahari, namun terkadang saat hujan air dapat bocor .
Lantai kontrakan pasien adalah keramik, lantainya bersih , kuat, tidak licin dan mudah
di bersihkan. Dinding kontrakan pasien tegak, lurus dan kuat serta tidak lembab. Jarak
septic tank lebih dari 10 meter dari sumber air. Setiap hari pasien membuang sampah
ke pembuangan sampah yang berjarak 30 meter dari kontrakan pasien. Kamar tidur
pasien dengan anaknya tidak terpisah. Di dalam kamar tidur pasien terdapat 2 buah
pintu yang menghubungkan kamar tidur dengan dapur, dan kamar tidur dengan ruang
tamu. Pintu hanya tertutup kain , sehingga privasi kurang. Pasien mengatakan bahwa
pasien menggunakan air sumur untuk kebutuhan mandi, dan mencuci. Air sumur pada
kontrakannya bersih, tidak berwarna, tidak berbau, namun seringkali terdapat endapan
tanah pada bagian dasar dari ember/bak penampungan air tersebut. Jamban di rumah
pasien adalah jamban jongkok, jamban tidak berbau, tidak kotor dan tidak terdapat
lalat atau binatang lainnya.
Sebulannya biaya kontrakan pasien adalah Rp 550.000 , jumlah itu belum di
tambah dengan iuran biaya air sumur untuk kebutuhan mandi dan mencuci sebesar Rp
30.000/ bulan dan biaya listrik yang berkisar sekitar 50.000-100.000/bulan.
Gaji pasien selama 1 bulan adalah Rp Rp 2.750.000 , pasien mengaku
menggunakan gajinya untuk membayar kontrakan, memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dan sisanya di tabung untuk sekolah anak dan bila ada keperluan mendadak. Sehari-
hari untuk makan, istri pasien hanya memasak nasi, sedangkan untuk lauk-pauknya,
biasanya pasien ataupun istrinya membeli dari warteg. Pasien mengaku bahwa ia
sering membeli lauk pauk yang digoreng, berminyak dan pedas untuk makanan
sehari-harinya.
Untuk minum di rumah, pasien memiliki dispenser kecil , dengan air galon
aqua. Pasien memiliki kulkas kecil di ruang tamunya, dan kasur kecil untuk duduk
bersama anggota keluarga sebagai pengganti sofa. Selama ini pasien sering malas
minum obat bila sakit, sebab ia sulit menelan tablet dan harus di bantu dengan
16
makanan yang banyak baru tablet tersebut dapat tertelan. Istri pasien sering
mengingatkan pasien bila pasien belum minum obat bila sakit namun terkadang
pasien tidak menurut. Hubungan sosial pasien dengan keluarga harmonis dan baik,
istri pasien sangat memperhatikan pasien dan anaknya. Begitu juga hubungan pasien
dengan tetangga sekitar juga baik, dan harmonis.
17
GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki
18
: Perempuan
: Pasien
:Meninggal
19
DATA ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Riwayat
Penyakit
1. Didik Kasihanto 31 tahun Laki-laki Satpam Faringitis
Akut
2. Desy 29 tahun Perempuan Ibu rumah
tangga
Sehat
3. Diara Aditama 5 tahun Laki-laki Belum
bersekolah
Sehat
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital termasuk status gizi
Kesadaran : kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
IMT : BB/(TB)2 = 60 / (1,65)2 = 22,03
Status gizi : Normal
Kriteria :
Kurang : < 18,5
Normal : 18,5-22,9
Lebih : > 23
Pra obes : 23-24,9
Obese Kelas I : 25-29,9
Obese Kelas II: >30
Tanda vital
o Tekanan darah : 120/80 mmhg
o Nadi : 90x/menit
o Pernapasan : 25x/menit
o Suhu : 38.6 0c
20
B. Status Generalis
Kepala :Normochepali, rambut hitam , distribusi merata, rambut
kuat dan tidak rapuh
Mata :Sklera ikterik (-/-) , konjungtiva anemis (-/-) , refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung
(+/+), ukuran pupil 3mm/3mm ,isokor, lensa jernih (+/+),
kornea jernih, iris utuh, bentuk mata normal ( tidak ada
strabismus, tidak ada kelainan kelopak mata, alis mata dan
bulu mata )
Telinga :Liang telinga lapang/lapang, serumen (-/-), sekret (-/-),
tidak terdapat merah, bengkak dan nyeri tekan pada kedua
telinga
Hidung :Tidak terdapat deformitas, cavum nasi lapang, sekret (-/-),
mukosa hidung merah muda
Tenggorokan :Mukosa faring hiperemis, uvula di tengah, arkus faring
simetris dan hiperemis, Tonsil T1, warna merah muda,
tidak di temukan adanya ulkus, membran, pelebaran
pembuluh darah dan tumor.
Gigi dan mulut :Bibir tidak sumbing, tidaktidak terdapat karies dan
maloklusi pada gigi, warna gigi kuning, gusi tidak
membengkak dan tidak tampak hiperemis, lidah di
tengah, tidak terdapat lesi pada rongga mulut dan
sekitarnya.
Leher :JVP 5 -1 cm, trakea di tengah, kelenjar tiroid
dalam batas normal.
KGB : Preauricular (-/-)
Auricular posterior (-/-)
Oksipital (-/-)
Tonsilar (-/-)
Submandibular (-/-)
21
Submental (-/-)
Servical superficial (-/-)
Servical posterior (-/-)
Servical profunda (-/-)
Supraclavicular (-/-)
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, tidak terdapat deviasi,
tidak terdapat retraksi sela iga
Palpasi : vokal fremitus teraba simetris
Perkusi :paru kiri-kanan (sonor/sonor)
batas paru-hati ICS 6 linea midclavicula dextra
batas paru-lambung ICS 7 linea axilaris anterior
sinistra
Tidak terdapat peranjakan paru
Auskultasi :Vesikuler kanan dan kiri, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat, tidak terlihat bendungan vena pada dinding
dada
Palpasi : Iktus kordis teraba 2 jari di bawah areola mammae sinistra
Perkusi : Batas jantung Kanan ICS 5 linea midsternalis
Batas jantung kiri ICS 6 linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1>S2 pada katup mitral dan tricuspid
22
S2>S1 pada katup aorta dan pulmonal
Tidak terdapat bunyi jantung lain di luar bunyi jantung 1 dan 2
Abdomen
Inspeksi :Tampak datar, umbilicus tidak menonjol, vena melebar (-), perubahan
warna kulit (-), massa (-), Striae (-), sikatriks (-), selulit (-).
Auskultasi :Bising usus (+), normal 6x/menit
Perkusi :Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi :Hepar, limpa, tidak teraba membesar. Nyeri tekan dan nyeri tekan lepas(-)
Defence muscular (-)
Urologi
Inspeksi : Suprapubik tampak datar
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (-)
Perkusi : Pekak, nyeri ketuk suprapubik (-), nyeri ketuk CVA (-/-)
Ekstremitas
Atas :Akral Hangat, capilary refill time < 2 detik, edema (-), jejas dan
kelainan bentuk (-)
Bawah :Akral Hangat, capilary refill time < 2 detik, edema (-), jejas dan
kelainan bentuk (-)
Tulang belakang : tidak terdapat kelainan
Pemeriksaan Neurologi : tidak ada kelainan
Refleks fisiologis ++/++
23
Refleks patologis -/-
Rangsang meningen -/-
Saraf kranial dan sesnorik normal
Kekuatan motorik
55555 55555
55555 55555
Anus , Rektum dan Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan ( karena tidak ada indikasi )
C. Pemeriksaan penunjang
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin normal : pria 13-16 g/dL dan wanita 12-14 g/dL
Hematokrit normal : pria 40-48 % dan wanita 37-43%
Leukosit normal: 5.000-10.000 /µL
Trombosit normal: 150.000-400.000/ µL
Eritrosit normal: pria 4.5-5.5 juta/ µL dan wanita 4.0-5.0 juta/ µL
Indeks eritrosit ( VER, HER, KHER ) normal : VER 82-92fL, HER 27-31
pg, VER 31-36 g/dL
Laju Endap Darah normal: pria < 10 mm dan wanita < 15 mm
Hitung jenis leukosit normal : 0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8
Pada faringitis biasanya LED dan Leukosit meningkat.
PERUMUSAN MASALAH KESEHATAN PASIEN
Diagnosis Holistik
A. ASPEK PERSONAL
Keluhan utama : sakit menelan
Kekhawatiran : pasien khawatir sakit yang di derita semakin parah dan
lama tidak bekerja
Harapan : pasien berharap keluhannya hilang dan dapat beraktivitas
kembali
24
B. ASPEK KLINIS
Diagnosa kerja : Faringitis Akut
Diagnosa banding : laringitis, tonsillitis.
Status gizi : Normal
Terapi :
Amoxicilin tablet 500 mg 3x sehari 10 tablet
Paracetamol tablet 500 mg 3x sehari 10 tabet
Vitamin c tablet 250 mg 1 x sehari 5 tablet
Ambroksol tablet 30 mg 3x sehari 10 tablet
C. ASPEK RESIKO INTERNAL
Pasien menyukai makan makanan pedas dan berminyak
Pasien memiliki kebiasaan merokok
Pekerjaan pasien yang kadang malam dan pagi hari, sehingga jam tidur pasien tidak
teratur
pasien yang pergi bekerja menggunakan motor namun tidak pernah menggunakan
masker.
Pasien hampir tidak pernah berolahraga.
D. ASPEK PSIKOSOSIAL KELUARGA
Pengeluaran pasien akan bertambah sebentar lagi oleh karena kelahiran anak kedua
pasien pada bulan Juni pertengahan nanti.
Pasien harus mempersiapkan biaya kelahiran anaknya.
Pasien harus mempersiapkan biaya anak pertamanya untuk masuk ke taman bermain
Kepedulian pasien yang rendah terhadap kesehatannya, dilihat dari makanan dan
rokok yang di konsumsinya serta tidak menggunakan masker saat pergi bekerja
Pasien terkadang tidak mau menuruti nasihat istrinya untuk rajin minum obat bila
sakit, semua karena pasien malas minum obat sebab ia sulit menelan tablet, harus di
bantu dengan makanan.
25
Hubungan pasien dengan keluarga baik , begitu juga dengan tetangga sekitar
kontrakan pasien
E. DERAJAT FUNGSIONAL
Derajat satu: Pasien tidak memiliki keterbatasan beraktifitas dan masih dapat
melakukan pekerjaan sendiri
26
IV. RENCANA TINDAK LANJUT DAN INTERVENSI
RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN
No Kegiatan Rencana Intervensi Sasaran Waktu Sasaran yang
diharapkan
1. Aspek
Personal
Evaluasi:
Keluhan, kekhawatiran,
dan harapan pasien
Edukasi:
- Memberikan
informasi mengenai
penyakit yang
dialami oleh pasien,
penyebab , gejala
klinis, pengobatan,
prognosis serta
pencegahannya
- Meyakinkan pasien
bahwa penyakitnya
di berikan
pengobatan dan
memberi edukasi
untuk meminum
obat secara rutin,
terutama antibiotik
harus di habiskan.
Pasien
dan
keluargan
ya
45
menit
- Keluhan dan
kehawatiran
keluarga pasien
berkurang
- Pasien dan
keluarga
memahami dan
mengerti
tentang
penyakit, gejala,
pencegahan dan
pengobatan atas
penyakit yang
dialami oleh
pasien
2 Aspek Evaluasi: Pasien 3 hari - Pasien dapat
27
klinis
Faringitis
Akut
Pemeriksaan tanda vital
dan fisik umum
Terapi:
•Amoxicilin tablet 500 mg
3x sehari 10 tablet
•Paracetamol tablet 500 mg
3x sehari 10 tabet
•Vitamin c tablet 250 mg 1
x sehari 5 tablet
•Ambroksol tablet 30
mg 3x sehari 10 tablet
sadar betul
mengenai
penyakit serta
faktor resikonya
dan mau
berusaha untuk
minum obat
secara teratur
dan benar-benar
menjalankan
terapinya
dengan baik
- Keluhan pasien
dapat berkurang
3. Aspek
Resiko
Internal
Edukasi:
- Memberitahukan
kepada pasien
untuk mengurangi
makan makanan
pedas , berminyak
dan minum air es.
- Memberitahukan
kepada pasien
untuk mengurangi
konsumsi rokok
- Memberitahukan
kepada pasien
untuk mengguakan
masker setiap kali
pergi menggunakan
motor .
Pasien 3 hari - Pasien memiliki
kesadaran untuk
memperbaiki
gaya hidup dan
pola makan
pasien
- Pasien memiliki
kesadaran untuk
minum obat
sesuai ketetuan
yang sudah di
anjurkan oleh
dokter
- Pasien dapat
mengurangi
makan makanan
yang berminyak
28
- memberitahukan
kepada pasien
resiko-resiko
penyakit yang dapat
timbul jika pasien
tidak merubah
kebiasaannya
- memberitahukan
kepada pasien agar
obat antibiotiknya
di habiskan.
- Memberitahukan
kepada pasien
untuk terbuka
terhadap keluarga
- Memberitahuan
dan memotivasi
kepada pasien
untuk mau hidup
lebih sehat, makan
makanan yang lebih
bergizi seperti
memperbanyak
buah dan sayur dan
berolahraga ringian
seperti jalan pagi
minimal 30 menit,
minimal 3 kali
seminggu
, pedas dan
konsumsi air es
berlebihan.
4. Aspek
psikososial,
Edukasi:
Tetap menjalin hubungan
Pasien
dan
3 hari Hubungan pasien
dengan keluarga tetap
29
keluarga,
dan
lingkungan
pasien
baik dengan anggota
keluarga
keluarga
pasien
terjalin baik dan
harmonis.
TINDAK LANJUT DAN HASIL INTERVENSI
Tanggal Intervensi yang di lakukan, diagnosis
holistik dan rencana selanjutnya
Pertemuan ke-1
Rabu, 27 Mei 2015
Saat kedatangan yang pertama dilakukan
beberapa hal yaitu:
1. Mengucapkan salam,
memperkenalkan diri dan menjalin
hubungan yang baik dengan pasien
2. Melakukan anamnesis mulai dari
dientitas sampai riwayat psikososial
ekonomi dan melakukan
pemeriksaan fisik
3. Menjelaskan tujuan tindakan yang
akan dilakukan dan mempersiapkan
alat yang di gunakan
4. Memastikan pasien mengerti
prosedur pemeriksaan.
5. Meminta persetuuan pemeriksaan
kepada pihak pasien
6. Membuat diagnosis holistik kepada
pasien
7. Menyusun penatalaksanaan
masalah yang dialami pasien dan
keluarga
Intervensi yang di berikan
1. Memberitahu pasien tentang
penyakit, faktor resiko dan
30
pencegahan
2. Memberikan motivasi kepada
pasien
3. Memberitahukan kepada pasien
bahwa obat harus di minum secara
teratur sesuai aturan yang
dianjurkan
4. Mengedukasi gaya hidup pasien
Pertemuan ke -2
Jumat, 29 Mei 2015
Intervensi yang diberikan
1. Melakukan anamnesis untuk
mengevaluasi penyakit pasien
2. Memeriksa kembali keadaan fisik
pasien untuk mengevaluasi
penyakit pasien
3. Megevaluasi intervensi yang
diberikan sebelumnya
4. Mengingatkan untuk melanjutkan
terapi yang sudah di berikan.
5. Memantau terus pasien agar obat di
minum rutin sampai habis
Pertemuan ketiga
Sabtu, 30 mei 2015
Intervensi yang diberikan :
1. Melakukan anamnesis untuk
mengevaluasi penyakit pasien
2. Memeriksa kembali keadaan fisik
pasien untuk mengevaluasi
penyakit pasien
3. Megevaluasi intervensi yang
diberikan sebelumnya
4. Memotivasi pasien agar tetap
menjaga kesehatan, mengatur pola
makan yang baik
31
Kesimpulan Penatalaksanaan pasien dalam binaan pertama
Diagnosis holistik pada saat berakhirnya pembinaan pertama
Aspek personal :Sakit menelan. Pasien khawatir Sakit menelan, batuk dan
demam yang di derita semakin parah dan lama tidak
bekerja. Pasien berharap keluhannya hilang dan dapat
beraktivitas kembali.
Aspek klinis :Faringitis akut
Status gizi :Normal
Aspek Resiko Internal :Pasien menyukai makan makanan pedas dan berminyak,
Pasien memiliki kebiasaan merokok , Pekerjaan pasien
yang kadang malam dan pagi hari, sehingga jam tidur
pasien tidak teratur, Pasien yang pergi bekerja
menggunakan motor namun tidak pernah menggunakan
masker.
Aspek Psikososial dan lingkungan :Pengeluaran pasien akan bertambah sebentar lagi
oleh karena kelahiran anak kedua pasien pada
bulan juni pertengahan nanti. Pasien harus
mempersiapkan biaya kelahiran anaknya. Pasien
harus mempersiapkan biaya anak pertamanya
untuk masuk ke taman bermain. Kepedulian
pasien yang rendah terhadap kesehatannya, dilihat
dari makanan dan rokok yang di konsumsinya
serta tidak menggunakan masker saat pergi
bekerja. Pasien terkadang tidak mau menurut
nasihat istrinya untuk rajin minum obat bila sakit,
semua karena pasien malas minum obat sebab ia
32
sulit menelan tablet, harus di bantu dengan
makanan. Hubungan pasien dengan keluarga baik
, begitu juga dengan tetangga sekitar kontrakan
pasien
Derajat fungsional: Derajat satu yaitu Pasien tidak memiliki ketrbatasan beraktifitas
dan masih dapat melakukan pekerjaan sendiri
Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien
Pasien mau mengikuti anjuran dokter untuk menjaga pola hidupnya dengan baik
(mengurangi makan makanan pedas dan berminyak , berolahraga ringan teratur dan
memakai masker saat mengendarai motor)
Pasien mau mengikuti anjuran dokter untuk beristirahat cukup .
Pasien dan keluarga dapat diajak bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
kesehatan pasien, istri pasien bersedia mengingatkan pasien minum obat dan juga
bersedia mengurangi membeli makanan yang pedas dan berminyak
Pasien dalam keadaan ekonomi dan emosional yang cukup.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien
Pasien sulit menelan obat tablet, dan harus di bantu oleh makanan. Oleh sebab itu
kadang pasien malas minum obat.
Pasien suka sekali minum air es dan tidak suka minum air putih biasa
Pasien sulit mengurangi rokok
Pasien tidak dapat mengontrol makannya.
Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya
Memonitor gaya hidup dan kebiasaan pasien
Memonitor perkembangan penyakit pasien
Memberikan informasi terus untuk dapat mengurangi minum air es, makan makanan
pedas dan berminyak, dan merokok serta menggunakan masker saat mengendarai
motor
33
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan yag
lembut dan mudah di telan , serta minum air hangat.
Melakukan aktivitas jasmani ringan seperti jalan pagi setelah sembuh
Home visit Rabu, 27 Mei 2015
Nama KU KT RPD RPK RKP Pemeriksaan fisik
Didik
Kasihanto
Batuk Sakit
menelan
dan
demam
Sering
mengalami
keluhan
seperti ini
Tidak ada
keluhan
yang
sama di
keluarga
pasien
Pasien sering
makan
makanan
yang
berminyak,
pedas dan
suka minum
air es. Pasien
memiliki
kebiasaan
merokok 1
bungkus
sehari, dan
tidak
menggunaka
n masker saat
mengendarai
motor.
TD: 120/80 mmhg
N : 90x/menit
RR: 25x/menit
S: 38.6 0c
Tenggorokan:
faring hiperemis
Paru: DBN
PEMERIKSAAN FISIK ( STATUS GENERALIS)
Kepala Dalam batas normal
Mata Dalam batas normal
Telinga Dalam batas normal
34
Hidung Dalam batas normal
Tenggorokan Mukosa faring hiperemis, arcus faring
hiperemis
Gigi dan mulut Dalam batas normal
Leher Dalam batas normal
KGB Dalam batas normal
Paru Dalam batas normal
SOSIAL
ASPEK Yang di
observasi
Baik Cukup Kurang Tidak
baik
Tidak
bisa
di
nilai
Keterangan
Sosial Hubungan
antar
keluarga
V Anggota keluarga
sering berkumpul
bersama-sama
Hubungan
dengan
tetangga
V Pasien dan anggota
keluarga memiliki
hubungan yang baik
dengan tetangga
Spiritual Melakukan
ibadah
V Pasien sering sholat
bersama dengan
anggota keluarga
Pergi ke
tempat
ibadah
V Setiap jumat pasien
sholat ke masjid
dengan anak lelakinya
EKONOMI
Yang di observasi Ya Tidak Keterangan
35
Kepala keluarga bekerja V Kepala keluarga ( pasien)
bekerja sebagai satpam di
sebuah perusahaan
Mempunyai kendaraan pribadi V Memiliki sebuah sepeda
motor
Tinggal di rumah pribadi V Pasien tinggal di kontrakan
Pendapatan perbulan V Pendapatan perbulan hasil
gaji dari pasien sendiri
Anak bisa sekolah V Anak pasien tahun ini masuk
sekolah taman bermain
Mempunyai alat elektronik
dirumah
V TV, Rice cooker, dispenser,
televisi, lampu, kipas angin.
Mempunyai alat komunikasi V Handphone.
EDUKASI
-Teratur minum obat
-Mengingatkan untuk melakukan pola makan dan gaya hidup sehat
-Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan yang lembut
dan mudah di telan , serta minum air hangat .
- Memberitahukan pasien untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum
dan sesudah menyiapkan makanan dan jangan membuang dahak sembarangan. Bila batuk di
tutup, bila perlu menggunakan masker agar tidak menulari anggota keluarga lainnya.
-Mengurangi minum air es, makan makanan pedas dan berminyak, dan merokok serta
menggunakan masker saat mengendarai motor.
36
Home Visit Hari Jumat, 29 Mei 2015
Nama KU KT RPD RPK RKP Pemeriksaan
fisik
Didik
Kasihanto
Batuk Sakit
menelan
dan
demam
Sering
mengalami
keluhan
seperti ini
Tidak ada
keluhan
yang sama
di
keluarga
pasien
Pasien sering
makan
makanan
yang
berminyak,
pedas dan
suka minum
air es. Pasien
memiliki
kebiasaan
merokok 1
bungkus
sehari, dan
tidak
menggunakan
masker saat
mengendarai
motor.
TD: 120/80
mmhg
N : 80x/menit
RR:
20x/menit
S: 37.8 0c
Tenggorokan:
faring
hiperemis
Paru: DBN
PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS
Kepala Dalam batas normal
Mata Dalam batas normal
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
37
Tenggorokan Mukosa faring hiperemis
Gigi dan mulut Dalam batas normal
Leher Dalam batas normal
KGB Dalam batas normal
Paru Dalam batas normal
EDUKASI
- Mengingatkan pasien untuk teratur minum obat
- Mengingatkan pasien untuk menjaga pola hidup sehat, makan makanan yang sehat
- Mengurangi makan makanan yang pedas dan berminyak.
- Mengurangi minum air es
- Memberitahukan pasien untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
sebelum dan sesudah menyiapkan makanan dan jangan membuang dahak sembarangan.
Bila batuk di tutup, bila perlu menggunakan masker agar tidak menulari anggota keluarga
lainnya.
- Makan makanan yang lembut dan hangat.
- Mengurangi rokok
- Menggunakan masker saat mengendarai motor
- Istirahat cukup
38
Home visit hari Sabtu, 31 Mei 2015
Nama KU KT RPD RPK RKP Pemeriksaan
fisik
Didik
Kasihanto
Batuk Sakit
menelan
dan
demam
Sering
mengalami
keluhan
seperti ini
Tidak ada
keluhan
yang sama
di
keluarga
pasien
Pasien sering
makan
makanan
yang
berminyak,
pedas dan
suka minum
air es. Pasien
memiliki
kebiasaan
merokok 1
bungkus
sehari, dan
tidak
menggunakan
masker saat
mengendarai
motor.
TD: 120/80
mmhg
N : 77x/menit
RR: 21
x/menit
S: 36.5 0c
Tenggorokan:
DBN
Paru: DBN
Kepala Dalam batas normal
Mata Dalam batas normal
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Tenggorokan Dalam batas normal
Gigi dan mulut Dalam batas normal
PEMERIKSAAN STATUS GENERALIS
39
Leher Dalam batas normal
KGB Dalam batas normal
Paru Dalam batas normal
EDUKASI:
- Mengingatkan pasien untuk menjaga pola hidup sehat, makan makanan yang sehat
- Mengurangi makan makanan yang pedas dan berminyak.
- Mengurangi rokok
- Memberitahukan pasien untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
sebelum dan sesudah menyiapkan makanan dan jangan membuang dahak sembarangan.
Bila batuk di tutup, bila perlu menggunakan masker agar tidak menulari anggota keluarga
lainnya.
- Menggunakan masker saat mengendarai motor
- Makan banyak makanan bergizi, sayur dan buah
- Memberikan informasi ke keluarga pasien mengenai kondisi pasien saat ini, dan
membutuhkan peran keluarga demi kesehatannya
40
DOKUMENTASI
41
Kamar Mandi
Pakaian kotor
Kamar Tidur
Dapur
42
V. PENUTUP DAN KESIMPULAN
Langit-langit rumah
Bersama pasien dengan istri dan anaknya
43
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, pasien mengalami penyakit
Faringitis Akut. Penyakit tersebut dipengaruhi oleh agent penyebab, perilaku dan kebiasaan serta
lingkungan di sekitar pasien. Penanganan kasus dilakukan dalam perspektif kedokteran keluarga
dengan cara memberikan intervensi dan edukasi guna membantu menatalaksana penyakit pasien
secara holistik dari berbagai aspek .
Daftar Pustaka
44
1 Tanto, Chris dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
2Hing Esther et all. National Hospital Ambulatory Medical Care Survey: 2006 Outpatient
Department Summary .National Health Statistics Reports. Division of Health Care Statistics:
2008
3Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013. Riset
Kesehatan Dasar. RISKESDAS 2013
4 Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi:6. Jakarta: EGC, 2005.
5 Kumar V, Cotran RS, dan Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Volume:1. Edisi: 7.Jakarta: EGC ;
2007
6 Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi Jakarta; Binarupa AksaraPublisher; 2010
7 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata K M, Setiati S. Buku Ajar IlmuPenyakit
Dalam. Volume II. Edisi V. Jakarta; Interna Publishing;2009