+ All Categories
Home > Documents > Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. ·...

Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. ·...

Date post: 06-Nov-2020
Category:
Upload: others
View: 4 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
33
0
Transcript
Page 1: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

0

Page 2: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

1

Tim Penyusun Kajian

Kajian Mencari Solusi Permasalahan Instrumen

Hukum Perlindungan Data Pribadi di Indonesia

disusun oleh:

Aditya Halimawan

Alif Duta Hardenta

Annisa Noor Hayati

Antonius Havik Indradi

Aqshal Muhammad Arsyah

Cora Kristin Mulyani

Kevin Daffa Athilla

Muhammad Hamzah Al Faruq

Muhammad Rayhan

Natalische Ramanda Ricko Aldebarant

Silvia Puspitasari

Tariq Hidayat Pangestu

Teuku Ridho Incusy

Page 3: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

2

Daftar Isi

TIM PENYUSUN KAJIAN __________________________________________________ 1

DAFTAR ISI ______________________________________________________________ 2

LATAR BELAKANG _______________________________________________________ 3

KONSEP PERLINDUNGAN DATA PRIBADI _________________________________ 6

TINJAUAN DARI BEBERAPA NEGARA TERKAIT PERLINDUNGAN DATA

PRIBADI _________________________________________________________________ 9

INSTRUMEN HUKUM PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DAN CAKUPAN

PERLINDUNGANNYA ____________________________________________________ 11

A. PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM KONSTITUSI ________________________________________ 12

B. REKAM MEDIS DALAM UU PRAKTIK KEDOKTERAN _________________________________________ 12

C. INFORMASI ELEKTRONIK DALAM UU PERUBAHAN ITE ______________________________________ 13

D. DATA PRIBADI DALAM UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN __________________________________ 14

E. HAK ATAS RAHASIA KONDISI KESEHATAN PRIBADI DALAM UU KESEHATAN ________________________ 16

F. JAMINAN PROTEKSI DATA PRIBADI DALAM UU PELAYANAN PUBLIK _____________________________ 17

G. PERMEN KI NOMOR 20 2016: PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK ____________ 17

H. PERMASALAHAN DARI PERLIDUNGAN DATA PRIBADI YANG MENYEBAR DAN TIDAK TERINTEGRASI __________ 19

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI _________ 21

A. SUBSTANSI RUU PDP____________________________________________________________ 22

B. RUU PDP: PRO DAN KONTRA ______________________________________________________ 24

C. RUU PDP: REVISI ATAU LANGSUNG DISAHKAN? __________________________________________ 28

DAFTAR PUSTAKA _______________________________________________________ 30

Page 4: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

3

Latar Belakang

Privasi merupakan hak setiap orang untuk leluasa dalam menjalankan kehidupan

pribadinya, salah satu bentuk konkrit dari privasi adalah data pribadi. Data pribadi merupakan

segala informasi yang berkaitan dengan pribadi seseorang. Seiring berjalannya waktu, bentuk

data pribadi pun berkembang mengikuti arus perkembangan teknologi yang kian pesat. Hal ini

menyebabkan potensi munculnya pelanggaran terhadap data pribadi ini menjadi semakin besar.

Sehingga diperlukan suatu perlindungan terhadap data pribadi tersebut mengingat data pribadi

merupakan hal yang sensitif yang dapat disalahgunakan apabila disebarkan oleh pihak yang

tidak bertanggung jawab sehingga berpotensi menimbulkan kerugian finansial hingga ancaman

keselamatan pemilik.

Hal tersebut terbukti dalam polemik diskusi yang rencananya akan diadakan oleh CLS

FH UGM tanggal 29 Mei 2020, data pribadi milik panitia diskusi dan anggota CLS FH UGM

bocor sehingga muncullah berbagai teror pembunuhan dari pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab. Bahkan Prof. Ni’matul Huda, Guru Besar FH UII yang direncanakan akan

menjadi pembicara dalam diskusi tersebut, juga mengalami terror di kediamannya sejak

tuduhan tidak bertanggung jawab terhadap acara diskusi tersebut mencuat.1

Dalam cakupan yang lebih luas, kebocoran data pribadi ini sudah sangat marak terjadi.

Bentuknya pun semakin beragam, mulai dari pesan singkat via nomor HP dan e-mail pribadi

seperti tawaran asuransi atau pinjaman yang tidak jelas legalitasnya hingga penipuan dengan

kedok yang beragam pula.2 Hal ini diperparah dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya

keamanan data pribadi masih belum tumbuh. Hal ini terbukti dari sikap masyarakat yang

senang sekali mengumbar data pribadi mereka di berbagai tempat seperti sembarangan mengisi

formulir online, sembarangan mengunggah informasi pribadi yang sensitif di media sosial, asal

menyetujui privacy and policy suatu situs maupun aplikasi tanpa memikirkan secara matang

konsekuensi ke depannya.

Selain sikap masyarakat yang acuh dengan keamanan data pribadi masing-masing,

pemerintah juga memiliki andil yang besar dalam menyuburkan isu negatif keamanan pribadi.

Pemerintah dinilai belum serius di dalam melindungi salah satu hak yang dijamin UUD 1945

1 Irwan Syambudi, Kasus Peretasan & Teror Diskusi CLS FH UGM: Polisi Lambat Bertindak,

https://tirto.id/kasus-peretasan-teror-diskusi-cls-ugm-polisi-lambat-bertindak-fECn, diakses 11 Juni 2020. 2 KumparanTECH, Waspada Aplikasi Pinjam Uang Ambil Data Kontak dan Baca SMS di Ponsel,

https://kumparan.com/kumparantech/waspada-aplikasi-pinjam-uang-ambil-data-kontak-dan-baca-sms-di-ponsel-

27431110790534537, diakses 11 Juni 2020.

Page 5: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

4

ini. Rezim hukum yang ada beserta penegakan hukumnya dinilai belum bisa mencakup

permasalahan yang ada secara maksimal. Belum ada instrumen hukum yang secara khusus

mengatur perlindungan data pribadi. Penyelesaian kasus pelanggaran terhadap perlindungan

data pribadi masih bergantung pada peraturan yang bersifat parsial dan sektoral seperti aturan

terkait rahasia kondisi pribadi pasien yang diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan dan aturan terkait data pribadi nasabah penyimpan dan simpanannya dalam UU No.

10 Tahun 1998.3 Selain itu bukti nyata ketidakseriusan pemerintah dalam menangani kasus

semacam ini terlihat di dalam kasus ditemukannya ribuan keping e-KTP yang berisi informasi

data pribadi yang sensitif di tempat sampah umum. Walaupun e-KTP tersebut sudah tidak

digunakan lagi, tetapi tidak ada jaminan pasti bahwa data yang ada sudah benar-benar tidak

bisa dimanfaatkan lagi oleh oknum-oknum tertentu.4

Kasus terbaru terkait kebocoran data pribadi berskala besar muncul dari bidang e-

commerce, yaitu Bukalapak dan Tokopedia yang diisukan mengalami kebocoran data pribadi

milik jutaan pengguna. Kumpulan data tersebut dijual di situs pasar gelap internet seharga

$5.000 atau Rp.74 juta.5 Kasus ini sekali lagi dengan jelas membuka mata semua orang bahwa

data pribadi merupakan informasi sensitif yang esensial dari seseorang yang perlu dilindungi

sebab hal ini merupakan hak dasar dari seseorang yang dijamin oleh konstitusi yang patut

dihormati dan dijunjung tinggi keberadaannya.

Konstelasi penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia mengikuti lika-liku arus

globalisasi dengan segala perkembangan kemajuan teknologi dan informasi yang ada.

Teknologi yang kian berkembang secara kuantitatif maupun kualitatif menyebabkan

melonjaknya peenyebaran informasi yang jauh lebih masif. Bahkan kini muncul istilah

“everyone can be a journalist” yang berarti bahwa suatu informasi tidak harus dikabarkan oleh

suatu media pemberitaan terlebih dahulu. Kini, data dan informasi merupakan asset penting

bagi segala aspek. Oleh karenanya, tiap orang mau tidak mau harus memiliki suatu teknologi

guna mengendalikan asset tersebut. Konsekuensinya adalah adanya kepemilikan serta

3 Sinta Dewi Rosadi, et al., 2018, Perlindungan Privasi dan Data Pribadi Dalam Era Ekonomi Digital di

Indonesia, Makalah, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Jatinangor. 4 Fitria Chusna Farisa, Penjelasan Dukcapil Soal Ribuan e-KTP di Tempat Sampah dan Semak di Serang, https://nasional.kompas.com/read/2018/09/12/13023461/penjelasan-dukcapil-soal-ribuan-e-KTP-di-tempat-

sampah-dan-semak-di-serang, diakses 11 Juni 2020. 5 Wahyunanda Kusuma Pertiwi, Data Tokopedia, Gojek, dan Bukalapak Bocor di Tengah Absennya RUU PDP,

https://tekno.kompas.com/read/2020/05/04/20170027/data-tokopedia-gojek-dan-bukalapak-bocor-di-tengah-

absennya-ruu-pdp?page=3, diakses 11 Juni 2020.

Page 6: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

5

penggunaan teknologi oleh masyarakat menjadi bagian dari akomodasi HAM.6 Hak privasi

atas data pribadi yang merupakan salah satu manifestasi HAM telah diakui dan dilindungi di

bawah hukum internasional dan nasional. 7 Dalam realitanya, hak tersebut mudah diserang

dengan segala bentuk kejahatan siber oleh beberapa oknum dengan tujuan beragam. Hal inilah

yang menjadi permasalahan utama ketahanan siber di Indonesia.

Hak privasi menjadi fokus utama dalam Perlindungan Data Pribadi (PDP) dimana

setiap individu berhak menentukan sendiri data mana, kepada siapa, dan seberapa lengkap data

tersebut dapat diungkap. 8 Perlindungan hak privasi atas data pribadi di Indonesia belum

menjadi fokus perhatian dari pembentuk undang-undang yang dibuktikan dengan Rancangan

Undang-Undang (RUU) PDP yang belum disahkan hingga kini. 9 Sementara, RUU ini

merupakan produk hukum primer yang akan mengunifikasikan ketentuan-ketentuan mengenai

PDP yang masih tersebar diberbagai peraturan perundang-undangan. 10 Data pribadi juga

mampu membuka akses menuju akun perbankan yang berakibat kerugian finansial. Hal ini

menunjukkan pelanggaran hak privasi dapat berujung pada masalah lain yang lebih serius.

Karenanya, PDP sangatlah perlu untuk diimplementasikan secara aktual.

Pengakuan PDP sebagai salah satu HAM juga termuat dalam poin a konsideran RUU

PDP.11 Pada poin a quo, ditegaskan bahwa perlu adanya landasan hukum yang kuat guna

memberikan keamanan atas data pribadi.12 RUU tersebut mendasarkan pada Pasal 28 G ayat

(1) UUD 1945 yang mana menegaskan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan diri

pirbadi dan memperoleh rasa aman. Selain pasal a quo, terdapat pula Pasal 28 J yang

menyatakan bahwa setiap orang harus menghormati HAM yang dimiliki orang lain. Dengan

begitu, bisa kita ketahui bersama bahwa data digital sudah menjadi perhatian bagi pemerintah.

Tentunya hal ini merupakan suatu bentuk dari kemajuan perlindungan HAM di era digital,

terkhusus pada data pribadi. Sayangnya RUU tersebut masih belum disahkan juga hingga kini.

6 UN Human Rights Council, The Promotion, Protection and Enjoyment of Human Rights on the Internet, UN

Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi. 8 Selvi Marliana, Kajian Hukum Perlindungan Hak Privasi Pengguna SIMCard Terkait Registrasi SIMCard

berdasarkan Permen Kominfo Nomor 14 Tahun 2017 tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi. 9 Christoforus Ristianto, “DPR Didesak Sahkan RUU Perlindungan Data Pribadi”,

https://pemilu.kompas.com/read/2019/08/02/13450871/dpr-didesak-sahkan-ruu-perlindungan-data-pribadi, diakses 8 Juni 2020. 10 Setyawati Fitri Anggraeni. “Polemik Pengaturan Kepemilikan Data Pribadi, Urgensi untuk Harmonisasi dan

Reformasi Hukum di Indonesia”. Jurnal Hukum & Pembangunan . 48. 4(2018): 816-817. Print. 11 Konsiderans Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi. 12 Ibid.

Page 7: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

6

Konsep Perlindungan Data Pribadi

Berbicara tentang konsep sama saja dengan memikirkan kerangka berpikir dari suatu

objek yang berangkat dari peristiwa konkret. Menurut KBBI daring, konsep adalah ide atau

pengertian yang diabstrakkan.13 Dalam hal ini berarti perlindungan data pribadi merupakan ide

yang diabstrakkan dan hal itu berangkat dari sesuatu peristiwa konkret tentang mengapa harus

ada perlindungan data pribadi. Keharusan perlindungan itu tidak jauh dari keberadaan hak

privasi individu yang merupakan hak asasi manusia. Berbagai macam pelanggaran terhadap

data pribadi menjadi contoh konkret yang mendorong perlindungan terhadap data pribadi harus

ada. Konsep sendiri berasal dari bahasa latin yakni conceptum yang artinya sesuatu yang

dipahami. Disejalankan dengan itu, konsep perlindungan data pribadi merupakan sesuatu yang

dipahami sebagai perlindungan yang objeknya adalah pada data pribadi.

Perlindungan data pribadi adalah sebuah jawaban dari salah satu permasalahan hak

privasi individu. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, data pribadi merupakan salah satu

bagian dari hak privasi.14 Sehingga hak privasi bukan selalu data pribadi namun data pribadi

adalah bagian dari hak privasi. Jika yang menjadi fokus pembahasannya adalah konsep

perlindungan data pribadi maka hal itu akan mengarah pada penegakkan hak privasi. Dimulai

dari alasan diwujudkan, perencanaan perlindungan, hingga implementasinya. Maka,

pembahasan mengenai konsep adalah pembahasan yang sifatnya sistematis dan mendasar yang

dalam konteks ini adalah tentang apa itu perlindungan yang berobjek pada data pribadi.

Sebelum mengurai pembahasan mengenai konsep perlu untuk dikaji terkait dengan

tinjauan ruang lingkup / lapangan dari perlindungan data pribadi itu sendiri. Di beberapa negara

maju, masalah perlindungan data pribadi sudah dianggap sebagai bagian dari ruang lingkup

hak asasi manusia yang harus dilindungi dan oleh karena itulah disediakan peraturan yang

mampu mengakomodasinya. 15 Di wilayah Eropa misalnya, mempunyai ketentuan yang

terdapat dalam GDPR yang mengakomodasi masalah perlindungan data pribadi sejak tahun

2016. Negara Inggris sendiri terlepas dari bagian Uni Eropa juga dianggap telah mempunyai

peraturan terhadap perlindungan data pribadi di dalam Data Protection Act 1998.16 Oleh karena

13 https://kbbi.web.id/konsep 14 Persepsi Online DEMA Justicia bersama Bhredipta Socarana pada 5 Juni 2020. 15 Rosalinda E. Latumahina, 2014, ‘Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi di Dunia Maya’, Jurnal GEMA

AKTUALITA, Vol. 3, No. 2, hlm. 18. 16 Edmon Makarim, 2005, Pengantar Hukum Telematika (Suatu Kompilasi Kajian), Jakarta: RajaGrafindo

Persada, hlm. 170.

Page 8: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

7

itu, Perlindungan data pribadi merupakan tinjauan dari hak asasi manusia itu sendiri dan

berbagai macam peraturan dari beberapa negara seakan memiliki maksud yang sejalan di dalam

lapangan hak asasi manusia.

Dalam memahami suatu konsep harus dipahami juga subjek dan objek dari konsep

tersebut. Pertama, perlu pemahaman tentang subjek dalam perlindungan data pribadi. Subjek

dalam perlindungan data pribadi dikenal dengan para pihak yakni pihak pertama, pihak kedua,

dan pihak ketiga. Pihak pertama adalah subjek yang berlaku atau berposisi sebagai pemilik data

pribadi. Pemilik yang dimaksud dalam hal itu adalah subjek hukum yang hanyalah orang

perseorangan sebagai indvidu. Lalu, pihak kedua adalah subjek yang berlaku atau berposisi

sebagai penerima data pribadi dari pihak pertama dalam hal data pribadi pihak pertama menjadi

objek perikatan antara keduanya. Sama seperti pihak pertama, pihak kedua juga merupakan

subjek hukum baik orang perseorangan maupun badan hukum oleh karenanya berlaku hak dan

kewajiban. Sedangkan pihak ketiga adalah subjek yang berposisi sebagai pihak yang

memanfaatkan atau menggunakan data pribadi pihak pertama dengan hubungan hukum pihak

pertama dengan pihak kedua. Hal tersebut terjadi karena antara pihak pertama dan pihak kedua

sudah saling berikatan, sehingga pemanfaatan data pribadi pihak pertama tersebut dapat

dilakukan oleh pihak ketiga. Berbeda dengan pihak pertama dan pihak kedua, pihak ketiga

tidak dapat disebut sebagai subjek hukum sehingga tidak memiliki hak dan kewajiban

meskipun bertindak sebagai yang memanfaatkan data pribadi pihak pertama karena hubungan

hukum yang terjadi adalah antara pihak pertama dengan pihak kedua saja.

Secara teoretis, pihak pertama sebagai pemilik data pribadi. Pihak kedua sebagai

penerima data pribadi sehingga bertanggungjawab atas penggunan data pribadi pihak pertama.

Sehingga jelas konsep yang terlihat antara pihak pertama dan pihak kedua ini adalah pihak

kedua sebagai yang bertanggungjawab atas penggunaa data pribadi pihak pertama sebagai yang

memiliki data pribadi tersebut. Adanya tanggung jawab yang dimiliki oleh pihak kedua atas

data pribadi pihak pertama adalah akibat dari pihak pertama yang mengikatkan dirinya dengan

pihak kedua. Berbicara tentang subjek hukum berkaitan dengan hak dan kewajiban yang

ditanggung dan yang menjadi tanggungan. Subjek hukum pihak pertama berarti berbicara

tentang subjek yang memiliki hak dan kewajiban atas data pribadinya sendiri. Subjek hukum

pihak kedua berarti berbicara tentang subjek yang ikut serta dibebani tanggung jawab atas data

pribadi tersebut. Sehingga pihak kedua bertanggungjawab atas informasi data pribadi setelah

Page 9: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

8

diserahkan oleh subjek hukum pihak pertama. Hal tersebut telah menggambarkan hubungan

hukum yang jelas antara pihak pertama dan pihak kedua.

Setelah subjek dari konsep perlindungan data pribadi sudah dipahami maka yang

selanjutnya harus dipahami adalah objeknya. Objek perlindungan data pribadi adalah informasi

yang berdasarkan data dan data tersebut milik pihak pertama. Data dapat disebut sebagai objek

perlindungan data pribadi jika data tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi si pemilik

data.17 Tidak sembarangan data merupakan objek perlindungan data pribadi karena hanya data

yang dapat mengidentifikasikan pemiliknya saja yang merupakan data pribadi. Sehingga dalam

hal ini objeknya adalah informasi tentang data pribadi subjek hukum pihak pertama. Maka,

kesimpulannya adalah data pribadi merupakan objeknya dan subjeknya adalah para pihak yang

sudah dijelaskan sebelumnya.

Perlindungan data pribadi berkaitan erat dengan konsep privasi. Konsep privasi itu

sendiri adalah gagasan menjaga integritas dan martabat pribadi.18 Konsep tersebut meliputi

juga kemampuan individu untuk menentukan siapa yang memegang informasi dan bagaimana

informasi itu digunakan. 19 Sehingga perlindungan data pribadi itu mengisyaratkan bahwa

individu sebagai pemilik data pribadi berhak untuk menentukan informasi data pribadi akan

dibagikan atau ditukarkan atau tidak.20 Maka dari itu hak privasi adalah pendorong keberadaan

perlindungan data pribadi, dengan adanya hak privasi akan mendorong perlindungan terhadap

informasi yang menjadi kehendak bebas pemilik data pribadi. Pernyataan demikian

berhubungan dengan yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perlindungan data pribadi

berada di dalam kamar hak privasi dimana hak privasi berada di dalam lapangan hak asasi

manusia. Kesimpulannya, konsep perlindungan data pribadi merupakan manifesto penegakkan

hak asasi manusia.

Terakhir, untuk memahami sebuah konsep perlindungan data pribadi maka harus

dimengerti makna perlindungan itu sendiri. Perlindungan diadakan untuk mampu memberikan

jaminan terhadap subjek yang paling rawan haknya terlanggar yakni pihak pertama. Di dalam

NA RUU PDP dijelaskan bahwa tujuan dari perlindungan itu adalah untuk dapat melindungi

17 European Union Agency for Fundamental Rights and Council of Europe, Handbook on European Data Protection Law, Belgium, 2014, hlm. 36. 18 Wahyudi Djafar dan Asep Komarudin, Perlindungan Hak Atas Privasi di Internet-Beberapa Penjelasan

Kunci, Elsam, Jakarta, 2014, hlm. 2. 19 Ibid, hlm. 6. 20 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi

Page 10: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

9

kepentingan konsumen dan diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi.21 Maka, konsep

perlindungan yang dibawa dalam konteks data pribadi dapat dipahami sebagai penjaminan hak

pihak pertama dari perilaku yang mendatangkan keuntungan bagi pihak yang melanggar hak

tersebut. Pentingnya perlindungan itu sendiri berangkat dari banyaknya fakta pelanggaran hak

pihak pertama sebagai pihak yang lemah. Sehubungan dengan itu, perlindungan data pribadi

pada dasarnya berhubungan dengan privasi seperti yang dikemukakan oleh Allan Westin

karena menyangkut informasi pribadi. 22 Maka yang menjadi kesimpulan dalam konsep

perlindungan ini adalah bahwa data pribadi merupakan sebuah abstraksi hak asasi manusia

dengan hak privasi dan itu adalah turunan dari hak privasi.

Tinjauan dari Beberapa Negara terkait Perlindungan Data Pribadi

Data pribadi menurut Handbook on European Data Protection Law dipahami sebagai

suatu data yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang tersebut selaku si pemilik data.

Dalam Europe Union Data Protection Directive yang juga senada dengan Council of Europe

Treaty Series Number 108 dipahami bahwa data pribadi merupakan suatu informasi yang

berkaitan dengan suatu entitas yang dapat diidentifikasi, dalam hal ini orang pribadi. Dikatakan

bahwa entitas tersebut, yakni identifiable person dapat diidentifikasi baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui nomor tanda pengenal atau berdasarkan satu faktor maupun

lebih yang spesifik dari identifikasi fisik, budaya, psikologi, mental, atau sosial. Konsep

mengenai data pribadi dalam berbagai instrument internasional dipahami sebagai suatu data

yang berhubungan dengan orang-perorangan yang teridentifikasi dan dapat diidentifikasi.23

Berhubungan dengan pemahaman atas data pribadi, perlu dipahami pula mengenai konsep

privasi dan perlindungan data pribadi sebagai suatu hak privasi. Menurut Warren dan Brandeis

privasi adalah “right to enjoy life and the right to be left alone and this development of the law

was inevitable and demanded of legal recognition”.

Dinyatakan bahwa privasi adalah hak untuk menikmati hidup serta memerlukan adanya

perlindungan hukum terhadap privasi tersebut. Dalam kasus tersebut, dikatakan oleh Warren,

bahwa seiring perkembangan ekonomi, teknologi dan politik dimungkinkan adanya hak baru

21 Ibid. 22 Menurut Alan Westin: Privacy is the claim of individuals, group or institution to determine for themselves

when, how, and to what extent information about them is communicated to others dalam, Allan Westin, Alan F.

Westin, Privacy and Freedom, London, 1967, hlm. 7. 23 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi

Page 11: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

10

yang belum dilindungi oleh hukum. 24 Aspek penting dari konsep hak privasi Warren ini,

menurut Randall Berzanson, adalah perlunya penghormatan dan perlindungan hukum atas hak

pribadi seseorang yang memberikannya kesempatan untuk menikmati hidupnya.25 Berkaitan

dengan konsep data pribadi diatas, maka hak privasi dalam ranah perlindungan data pribadi

tentunya memberikan suatu pengakuan atas hak seseorang untuk menikmati hidupnya dengan

adanya perlindungan hukum atas serangkaian informasi tentang dirinya selaku identifiable

person.

Mengutip dokumen Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data

Pribadi, konsep dasar dari adanya perlindungan data pribadi muncul pada kisaran tahun 1960-

1970an di beberapa wilayah Eropa. Negara Bagian Jerman yaitu Hesse membemberlakukan

peraturan negara bagian mengenai perlindungan data pada tahu 1970 sebagai yang pertama,

disusul terbitnya hukum nasional di Swedia pada tahun 1973, Amerika Serikat pada tahun 1974,

Jerman Barat tahun 1977, Prancis pada tahun 1978, serta Inggris pada tahun 1984.26 Menurut

Allan Westin, perlindungan data pribadi merupakan bagian dari perlindungan privasi, berkaitan

dengan informasi pribadi seseorang dimana orang tersebut memiliki hak untuk menentukan

apakah suatu informasi tentang dirinya itu dapat dikomunikasikan dengan pihak lain atau tidak.

Konsep inilah yang menjadi acuan para pakar hukum modern dalam menyikapi perkembangan

teknologi dan keterbukaan informasi saat ini yang memungkinkan kemudahan akses atas data

pribadi seseorang. Demikian pula dokumen Council of Europe Treaty Series Number 223 tahun

2018 sebagai amandemen dari CETS Number 108 tahun 1981 memberikan penegasan bahwa

disusunnya dokumen tersebut sebagai bentuk perlindungan bagi setiap individu menyangkut

pemrosesan data pribadinya sebagai bentuk penghormatan atas hak asasi manusia serta hak

atas privasinya.27 ASEAN Human Rights Declaration Article 21 menyatakan bahwa setiap

orang berhak untuk bebas dari segala campur tangan yang sewenang-wenang (arbitrary

interference) terhadap privasi, keluarga, tempat tinggal, atau terkait dengan data pribadi dan

berhak atas perlindungan hukum atas gangguan mengenai hal-hal tersebut.28

24 Samuel Warren dan Louis Brandeis, “The Right to Privacy”, Harcard Law Review, Vol. 4, 1890 25 Randall P. Berzanson, “The Right to Privacy Revisited : Privacy, News and Social Change”, California Law Review, Vol. 80, 1992. 26 Dikutip dari Andrew Murray, Information Technology Law, The Law and Society, Oxford Universuty Press,

New York, 2010. 27 Council of Europe Treaty Series Number 223, 2018, Article 2 28 ASEAN Human Rights Declaration 2012, Article 21

Page 12: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

11

Dengan demikian dapat dipahami bahwa keamanan data pribadi memerlukan

instrument perlindungan hukum yang memadai di era modern ini. Berkaca pada European

Union General Data Protection Regulation, salah satu aspek perlindungan atas keamanan data

pribadi adalah adanya tanggungjawab keamanan apabila terjadi serangan terhadap privasi data

pribadi. Dalam hal ini, pihak yang bertanggungjawab atas pemrosesan data pribadi harus

melaporkan pada otoritas kemanan terkait dalam waktu maksimal 72 jam.29Dalam Article 83

juga dinyatakan bahwa terdapat mekanisme denda administratif dalam hal terjadi

penyimpangan atas pemrosesan data pribadi seseorang.30

Indonesia telah melakukan berbagai upaya proteksi terhadap data pribadi seperti

membuat berbagai regulasi, membuat Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), mengesahkan

undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), menyelesaikan beberapa kasus

kebocoran data, dan upaya-upaya lain yang bertujuan untuk memproteksi data pribadi warga

negaranya. Namun, tampaknya usaha pemerintah dalam memproteksi data pribadi warga

negaranya belum maksimal. Masih terdapat berbagai kasus-kasus kebocoran data yang terjadi

di Indonesia secara terus menerus yang diakibatkan oleh banyak faktor, terutama faktor

regulasi yang belum maksimal. Misalnya, kasus kebocoran data Tokopedia dan data Pemilih

KPU yang diduga bocor dan berpotensi untuk dapat disalahgunakan oleh pihak yang tak

bertanggungjawab.31

Dalam tatanan normatif, proteksi data pribadi masih cukup memprihatinkan

dikarenakan perlindungan data pribadi masih tersebar di berbagai regulasi dan bersifat tidak

terintegrasi, sehingga dibutuhkannya suatu reformasi dalam tataran normatif untuk

menciptakan proteksi data pribadi yang komprehensif oleh pemerintah sesegera mungkin agar

kasus-kasus serupa yang terjadi di kemudian hari tidak akan terulang.

Instrumen hukum Perlindungan Data Pribadi dan Cakupan

Perlindungannya

Selanjutnya, dalam bagian ini Penulis akan membahas mengenai cakupan perlindungan

Data Pribadi terhadap ancaman dan serangan kejahatan siber yang berupa fraud, cracking, data

29 General Data Protection regulation, Article 33 30 Ibid. Article 83 31 Kompas Cyber Media, KOMPAS.com, https://tekno.kompas.com/read/2020/05/22/10093057/data-diduga-

bocor-kpu-sebut-informasi-yang-disebar-hacker-bersifat-terbuka, diakses 2 Juni 2020.

Page 13: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

12

theft, hacking, cracking, data forgery, dan kejahatan siber lain yang dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan sebagai berikut:

A. Perlindungan Data Pribadi dalam Konstitusi

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut

UUD NRI 1945 sejatinya telah mengatur mengenai perlindungan data pribadi. Hal ini terletak

secara normatif di dalam pasal 28G ayat (1) konstitusi a quo yang menyatakan bahwa:32

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,

dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan

dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”

Menurut Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, makna “perlindungan diri pribadi”

dalam pasal a quo dapat dimaknai mencakup perlindungan data pribadi sebagai hak

konstitusional warga negara. 33 Artinya, negara memiliki komitmen berupa jaminan

konstitusional terhadap warga negaranya dalam mendapatkan perlindungan terhadap berbagai

ancaman dan serangan data pribadi.

Walaupun berdasarkan pasal a quo negara terbukti memiliki komitmen dalam memberi

perlindungan terhadap hal tersebut, namun perlu disayangkan bahwa konstitusi belum secara

komprehensif melindungi data pribadi.34 Hal ini dapat dibuktikan bila Kita merujuk pasal 30

ayat (3) UUD NRI 1945 tentang pertahanan dan keamanan negara yang secara eksplisit hanya

menyebutkan cakupan perlindungan keamanan sebatas cakupan fisik darat, laut, dan udara

saja. 35 Pasal a quo masih belum mengenal dimensi lain yang juga dapat membahayakan

keamanan negara melalui serangan dan ancaman melalui dimensi baru, yakni dimensi siber.36

B. Rekam Medis dalam UU Praktik Kedokteran

Dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, perlindungan data

pribadi terletak dalam pasal 46 dan Pasal 47 terkait Rekam Medis. Rekam medis menurut

penjelasan pasal 46 UU a quo sendiri adalah: “Berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah

32 Lihat Pasal 28G ayat (1) UUD NRI 1945 33 ELSAM, ELSAM, https://elsam.or.id/uu-perlindungan-data-pribadi-mendesak-untuk-menjamin-kedaulatan-

individu-di-ruang-siber/, diakses 8 Juni 2020. 34 Delegasi UGM, “Naskah Akademik tentang Keamanan dan Ketahanan Siber,” 2019. Hlm. 159 35 Ibid. Hlm. 160 36 Ibid.

Page 14: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

13

diberikan kepada pasien”.37 Lebih lanjut, dalam pasal 47 dijabarkan bahwa isi dari Rekam

Medis dimiliki oleh Pasien, bukan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan dan perlu

disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter dan pimpinan sarana pelayanan.38

Secara singkat, undang-undang ini telah mencakup perlindungan data pribadi berupa

Rekam Medis secara komprehensif, namun masalahnya adalah materi muatannya belum

terintegrasi secara rapi dalam undang-undang yang terpadu.

C. Informasi Elektronik dalam UU Perubahan ITE

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang selanjutnya disebut

UU ITE memberi cakupan perlindungan data pribadi yang cukup luas. Pertama, cakupan

definisi dari data pribadi yang dilindungi cukup luas. Hal ini terlihat di dalam pasal 1 UU a quo

sebagai berikut:39

Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,

termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,

foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),

telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,

simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami

oleh orang yang mampu memahaminya.

Berdasarkan ketentuan pasal di atas, dapat terlihat bahwa cakupan informasi

elektronik yang dilindungi cukup luas dan tidak terbatas pada berbagai macam data

seperti tulisan, suara, dan gambar yang ada, namun juga mencakup hal-hal lain yang

dapat dipahami.

Kedua, wilayah perlindungan yang diatur oleh UU a quo cukup luas pula. Hal ini

terlihat dalam Pasal 2 UU a quo yang menyatakan bahwa:40

“Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan

perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang

berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum

37 Lihat Penjelasan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran

Negara No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431) 38Rizky, hukumonline.com/klinik, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d588c1cc649e/per

lindungan-hukum-atas-privasi-dan-data-pribadi-masyarakat/, diakses 8 Juni 2020. 39 Lihat Pasal 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, (Lembaran

Negara No. 58, Tambahan Lembaran Negara No. 4843) 40 Ibid. Pasal 2.

Page 15: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

14

Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia

dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan

Indonesia.”

Dalam pasal a quo, dapat terlihat bahwa cakupan perlindungannya cukup luas

karena menganut kedua prinsip teritorial subjektif dan objektif secara kumulatif. Dalam

bukunya, Edward Hiariej menjelaskan ada dua jenis perluasan asas teritorial dalam

prinsip teknis, yaitu prinsip teritorial subjektif dan prinsip teritorial objektif.41 Prinsip

teritorial subjektif adalah prinsip yang membenarkan negara mempunyai kompetensi

mengadili atas perbuatan yang mulai dilakukan di wilayahnya, namun berakhir atau

berakibat di negara lain.42 Vice versa dengan prinsip teritorial objektif di mana prinsip

ini membenarkan suatu negara memiliki kompetensi absolut untuk mengadili tindak

perbuatan yang dilakukan di wilayah negara lain, namun berakibat di negaranya.43

Selain itu, UU ini juga menyatakan dengan tegas perlindungan terhadap

perlindungan data pribadi lain berupa Dokumen dan Tanda Tangan Elektronik dalam

Bab III UU a quo sebagai alat bukti hukum yang sah. Misalnya, dalam Pasal 5 ayat (1)

ditegaskan bahwa: 44 “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau

hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.” Lebih jauh lagi, UU a quo juga

menegaskan dalam Pasal 25 bahwa informasi elektronik dan dokumen elektronik

dijamin perlindungannya sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai berikut:45

“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya

intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi

sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-

undangan.”

D. Data Pribadi dalam UU Administrasi Kependudukan

Ketidakjelasan peraturan perundang-undangan merupakan kesalahan fatal dalam

pembuatan legislasi. UU Administrasi kependudukan pada awalnya dibuat dengan tujuan

peraturan perundang-undangan sebelumnya tidak sesuai dengan tuntutan pelayanan

41 Eddy O.S. Hiariej, 2015, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Hlm. 306 42 Ibid. 43 Ibid. 44 Loc. Cit. UU ITE. Pasal 2. 45 Ibid. Pasal 25.

Page 16: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

15

administrasi kependudukan tertib dan tidak diskriminatif.46 UU a quo telah mengatur ketentuan

mengenai data pribadi, namun perlu disayangkan ketentuan norma UU a quo justru tidak jelas.

Menurut ketentuan umum UU a quo, Data Pribadi dan Data Perseorangan adalah dua

hal yang berbeda. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan

dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya, sedangkan Data Kependudukan terdiri atas

data perseorangan dan/atau data agregat penduduk.

Jika kita cermati dengan teliti, Data Pribadi secara mutatis mutandis sama saja dengan

Data Perseorangan. Lebih jauh lagi, bila kita lihat definisi dari Data Kependudukan, maka Data

Pribadi merupakan bagian dari Data Perseorangan yang juga terdiri dari data agregat penduduk.

Pengertian data pribadi dalam konteks ini cukup sulit tampaknya dikarenakan tidak ditafsirkan

secara langsung oleh pembuat peraturan perundang-undangan.

Lebih jauh lagi, ketidakjelasan pengelompokan Data Pribadi dan Data Agregat

Penduduk dapat dilihat dalam tabel berikut:47

Kelompok Data Kependudukan

Kelompok Data Pribadi

(Pasal 58 ayat (2))

Kelompok Data Agregat

(Penjelasan Pasal 58 ayat (3))

Nomor KK Peristiwa Kependudukan

NIK Pekerjaan

Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Nama Lengkap Peristiwa Penting

Tempat Lahir Kelompok Usia

Agama/Kepercayaan Agama

Pendidikan Terakhir Pendidikan

... ...

Tabel 1.1 Perbedaan Jenis Kelompok Data Kependudukan

46 Lihat Konsiderans Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Nomor 232, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5475) 47 Ibid. Lihat Penjelasan Pasal 58 ayat (3)

Page 17: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

16

Dalam tabel di atas terdapat ketentuan data yang bersifat overlap atau tumpang tindih,

yaitu data jenis kelamin, agama, dan pendidikan. Adanya tumpang tindih ini memberikan

konsekuensi ketidakjelasan peraturan perundang-undangan.

Namun, terlepas dari hal itu UU a quo telah memberikan cakupan perlindungan data

pribadi melalui pasal 84 ayat (1) sebagai berikut:48

Pasal 84

(1) Data Pribadi Penduduk yang harus dilindungi memuat:

a. nomor KK;

b. NIK;

c. tanggal/bulan/tahun lahir;

d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;

e. NIK ibu kandung;

f. NIK ayah;dan

g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting;

E. Hak atas Rahasia Kondisi Kesehatan Pribadi dalam UU Kesehatan

Undang-Undang ini semata-mata disusun demi tujuan memenuhi hak asasi manusia dalam

mendapatkan kesehatan yang diupayakan melalui pemeliharaan dan peningkatan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. 49 Dalam Pasal 57 ayat (1) dijabarkan bahwa: 50

“setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan

kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.”

Tampaknya sudah ada proteksi data pribadi, yaitu hak atas rahasia kondisi kesehatan. Namun,

hal yang perlu disayangkan belum ada kejelasan mengenai maksud dari data pribadi yang

dilindungi, kondisi kesehatan pribadi yang dimaksud masih belum jelas. Lalu, lebih lanjut lagi

UU a quo juga mengatur terdapat pengecualian terhadap hak a quo sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 57 ayat (2) bahwa:51

48 Ibid. Lihat Pasal 84 ayat (1) 49 Lihat Konsiderans Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 144,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063) 50 Ibid. Lihat Pasal 57 ayat (1) 51 Ibid. Lihat Pasal 57 ayat (2)

Page 18: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

17

“(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:

a. perintah undang-undang;

b. perintah pengadilan;

c. izin yang bersangkutan;

d. kepentingan masyarakat; atau

e. kepentingan orang tersebut.”

F. Jaminan Proteksi Data Pribadi dalam UU Pelayanan Publik

Undang-Undang ini dibuat dalam rangka meningkatkan kualitas dan menjamin

penyediaan pelayanan publik yang sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik juga

memberi proteksi bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.52

Dalam Pasal 34 huruf i, UU a quo menegaskan adanya jaminan kepada pelaksana

penyelenggaraan publik untuk:53 “tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib

dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;” Kelemahan dari UU ini adalah

tidak memberikan kriteria umum ataupun khusus mengenai data pribadi informasi atau

dokumen apa saja yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

G. Permen KI Nomor 20 2016: Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik

Peraturan Menteri ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi ketentuan Pasal 15 ayat (3)

Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.54 Menurut

ketentuan umum Permen a quo data pribadi adalah: “Data Pribadi adalah data perseorangan

tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya”.55

Peraturan ini menurut Penulis cukup luas dalam melindungi data pribadi. Hal ini terlihat

dari cakupan materi muatan yang diproteksi oleh Permen a quo sebagai berikut:

52 Lihat Konsiderans Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4899) 53 Ibid. Pasal 34 huruf i 54 Lihat Konsiderans Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Perlindungan Data Pribadi dalam

Sistem Elektronik (Berita Negara Tahun 2016 Nomor 1829) 55 Ibid. Pasal 1.

Page 19: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

18

Pasal Materi Muatan Pokok

Pasal 1 Definisi dari:

1. Data Pribadi

2. Data Perseorangan Tertentu

3. Pemilik Data Pribadi

4. Sistem Elektronik

Pasal 2 Cakupan Perlindungan:

Perolehan, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan,

penampilan, pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, dan pemusnahan

Data Pribadi.

Pasal 26 Hak Pemilik Data Pribadi:

a. atas kerahasiaan Data Pribadinya;

b. mengajukan pengaduan dalam rangka penyelesaian sengketa Data

Pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan Data Pribadinya oleh

Penyelenggara Sistem Elektronik kepada Menteri;

c. mendapatkan akses atau kesempatan untuk mengubah atau

memperbarui Data Pribadinya tanpa menganggu sistem pengelolaan Data

Pribadi, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan;

d. mendapatkan akses atau kesempatan untuk memperoleh historis

Data Pribadinya yang pernah diserahkan kepada Penyelenggara Sistem

Elektronik sepanjang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

e. meminta pemusnahan Data Perseorangan Tertentu miliknya dalam

Sistem Elektronik yang dikelola oleh Penyelenggara Sistem Elektronik,

kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, berdasarkan hasil Diskusi Persepsi yang diselenggarakan oleh Dewan

Mahasiswa Justicia pada tanggal 4 Juni 2020, setidaknya Permen ini juga mengatur beberapa

hal mengenai proteksi data pribadi sebagai berikut.56

56 Persepsi Online DEMA Justicia bersama Satriyo Wibowo pada 4 Juni 2020.

Page 20: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

19

Pasal Materi Muatan

Pasal 27

Kewajiban Pemilik Data Pribadi:

Menjaga Kerahasiaan data; Menggunakan sesuai kebutuhan;

Melindungi data Pribadi dari Penyalahgunaan; Bertanggungawab atas

data pribadi yang berada dalam penguasaannya

Pasal 29 Mekanisme Penyelesaian Sengketa

- Upaya Pengaduan kepada Menteri

- Upaya Gugatan Perdata

Pasal 33 Peran Pemerintah dan Masyarakat

Berupa Partisipasi dan Edukasi Masyarakat yang dapat dilakukan

melalui: pendidikan dan/atau pelatihan, advokasi, bimbingan teknis,

dan sosialisasi dengan menggunakan berbagai media.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Peraturan Menteri a quo

mengatur secara menyeluruh hal yang berhubungan dengan data pribadi. Selain berbagai

peraturan perundang-undangan di atas, masih banyak lagi peraturan yang mengatur mengenai

perlindungan data pribadi, namun masih bersifat tersebar.

H. Permasalahan dari perlidungan data pribadi yang menyebar dan tidak

terintegrasi

Sampai saat ini belum ada undang-undang yang mengatur secara khusus terkait

perlindungan data pribadi di Indonesia. Pengaturan terkait perlindungan data pribadi masih

menyebar di banyak undang-undang dan bersifat sektoral. Setidaknya terdapat 32 undang-

undang yang di dalam materi muatannya terdapat ketentuan terkait data pribadi.57 Berbagai

peraturan perundang-undangan tersebut hanya mengatur perlindungan data pribadi secara

sebagian dan menyesuaikan dengan muatan utama dari peraturan perundang-undangan tersebut.

Ketiadaan suatu undang-undang yang khusus mengatur perlindungan data pribadi ini tentu

menimbulkan permasalahan. Pertama, pengaturan terkait perlindungan data pribadi yang

57 ELSAM, “UU Perlindungan Data Pribadi Penting Segera Diwujudkan”, https://elsam.or.id/uu-perlindungan-

data-pribadi-penting-segera-diwujudkan/, diakses pada 11 Juni 2020

Page 21: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

20

terletak di berbagai peraturan perundang-undangan menyebabkan tidak adanya harmonisasi

dalam tataran normatifnya. Supaya hal tersebut tidak menimbulkan permasalahan

berkelanjutan, sudah selayaknya dilakukan harmonisasi peraturan dengan disediakannya suatu

produk hukum dalam hal ini undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai

perlindungan data pribadi.58 Kedua, tidak ada kepastian perlindungan hukum yang lebih kuat

bagi masyarakat karena belum ada suatu undang-undang yang secara spesifik mengatur terkait

perlindungan data pribadi. Ketentuan perlindungan terhadap data pribadi yang menyebar di

berbagai peraturan perundang-undangan sektoral menyebabkan minimnya perlindungan

terhadap data pribadi. Di sisi lain, hal tersebut dapat menggambarkan realita yang terjadi bahwa

perlindungan data belum dianggap sebagai suatu permasalahan yang sangat penting di

Indonesia.59 Padahal, di era digital ini semakin banyak terjadi kasus-kasus kejahatan yang

melibatkan data pribadi akibat rendahnya perhatian yang diberikan terhadap perlindungan

privasi dan data pribadi. Maka dari itu, keberadaan peraturan yang mengatur mengenai privasi

data secara komprehensif sangat dibutuhkan.60

Ketiga, dalam tataran praktek banyak sekali permasalahan yang terjadi akibat

lemahnya pengaturan terkait perlindungan data pribadi. Pada September 2019 lalu terjadi

kebocoran data konsumen di anak perusahaan Lion Air yaitu Malindo Air dan Thai Lion Air,

dimana 21 juta data penumpang bocor dan dijual ke forum daring.61 Data penumpang yang

bocor tersebut merupakan data-data yang sensitif yakni alamat tempat tinggal, tanggal lahir,

alamat email, nama penumpang, nomor handphone, nomor paspor hingga tanggal kadaluarsa

paspor.62 Belum adanya undang-undang terkait perlindungan data pribadi yang komprehensif

maka menyulitkan Kementrian Komunikasi dan Informatika untuk mengambil langkah yang

lebih lanjut dalam menyikapi permasalahan ini.63 Selain itu, kekosongan hukum mengenai

perlindungan data pribadi juga menyebabkan Lior Air sebagai pengendali data terbebas dari

58 Setyawati Fitri Anggraeni, “Polemik Pengaturan Kepemilikan Data Pribadi: Urgensi Untuk Harmonisasi dan

Reformasi Hukum di Indonesia”, Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-48, No.4, Oktober-Desember 2018 59 Ibid. 60 Sinta Dewi Rosadi, dkk, “Perlindungan Privasi dan Data Pribadi Dalam Era Ekonomi Digital di Indonesia”,

Vej, Vol. 4, No. 1, Juni, 2018 61 Fitri Novia H, “Data Penumpang Lion Air Bocor, UU Perlindungan Data Pribadi Dibutuhkan”,

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d8947d7aa783/data-penumpang-lion-air-bocor--uu-perlindungan-data-pribadi-dibutuhkan, diakses pada 11 Juni 2020 62 Mutia Fauzia, 2019, "Data Jutaan Penumpang Lion Air Group Diduga

Bocor", https://money.kompas.com/read/2019/09/18/100310226/data-jutaan-penumpang-lion-air-group-diduga-

bocor., diakses pada 11 Juni 2020 63 Fitri Novia H, Loc. Cit

Page 22: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

21

kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh para pengendali data pribadi dan di sisi

lain konsumen yang datanya turut ikut bocor menjadi kehilangan haknya khususnya hak atas

informasi, hak atas pemulihan, dan kompensasi. 64 Kasus kebocoran data lainnya ialah,

bocornya data milik setidaknya 15 juta pengguna Tokopedia yang kemudian data-data tersebut

dijual ke dark web.65 Data yang bocor tersebut meliputi nomor telepon, nama terang, nama

email, hingga hash kata kunci.66 Pada tahun 2017 lalu juga terjadi kebocoran data terhadap satu

juta pengguna Facebook asal Indonesia yang kemudian datanya bocor ke perusahaan konsultan

politik yakni Cambridge Analytica.67 Facebook tidak bisa mengetahui dengan jelas data apa

saja yang bocor ke perusahaan konsultan politik tersebut.68 Banyaknya kasus kebocoran data

pribadi yang telah terjadi terutama yang menjadikan masyarakat Indonesia sebagai korban

seharusnya semakin menjadi faktor pendorong untuk adanya undang-undang yang secara

spesifik dan komprehensif mengatur mengenai perlindungan data pribadi supaya ada instrumen

hukum yang pasti dan tentunya dapat melindungi data pribadi masyarakat Indonesia dari

penyalahgunaan kepentingan terutama pada saat data tersebut memiliki nilai tinggi untuk

kepentingan ekonomi dalam hal ini bisnis suatu pihak tertentu.69

Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi

Kemajuan teknologi informasi menciptakan evolusi perkembangan gaya hidup manusia

dari zaman ke zaman. Pada saat ini, manusia di abad ke-21 telah mencapai tahapan yang masuk

dalam Revolusi Industri 4.0. Perlu diketahui bahwasanya perkembangan Revolusi Industri 4.0

menekankan pada otomatisasi kerja dan mesin tanpa intervensi manusia dengan mendasarkan

pada artificial intelligence (AI) dan kecerdasan buatan yang didasarkan pada algoritma

pekerjaan yang telah ditentukan.70 Selain itu, perkembangan teknologi yang memungkinkan

manusia untuk saling terhubung dalam komunikasi dan interaksi tanpa memperhatikan

batasan-batasan fisik.71

64 Ibid. 65 Adi Briantika, 2020, “Akun Tokopedia Dibobol, Bagaimana Tanggungjawab Pengelola Data?”

https://tirto.id/akun-tokopedia-dibobol-bagaimana-tanggung-jawab-pengelola-data-fmX1, diakses pada 11 Juni

2020. 66 Ibid. 67 Fabian Januarius K, 2018, “1 Juta Data Pengguna Asal Indonesia Bocor, Menkominfo Panggil Facebook”,

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/1736110/1-juta-data-pengguna-asal-indonesia-bocor-menkominfo-panggil-facebook, diakses pada 11 Juni 2020 68 Ibid. 69 Delegasi UGM, Loc. Cit, hlm. 87 70 Klaus Schwab, 2017, The Fourth Industrial Revolution, cet. 1, Crown Business, New York, hlm. 177. 71 Ibid. hlm. 179-180.

Page 23: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

22

Namun dalam perkembangan kemajuan teknologi informasi ini, terdapat sejumlah

ancaman-ancaman yang mengintai masyarakat selaku pengguna daripada teknologi informasi

tersebut. Salah satu ancaman tersebut berupa gangguan gangguan privasi, seperti kebocoran

dan penggunaan data secara ilegal, terhadap data pribadi yang disimpan secara elektronik.72

Keberadaan ancaman ini menyerang masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia.

Sejumlah kasus kebocoran data yang terjadi dan berdampak terhadap data pengguna milik

warga negara Indonesia misalnya kasus kebocoran data satu juta pengguna Facebook di

Indonesia kepada pihak ketiga bernama Cambridge Analytica pada awal 2018 lalu.73 Kasus

kebocoran data pribadi ini menyadarkan Indonesia tentang isu penting karena dapat berkaitan

dengan tindak kejahatan siber lain yang memanfaatkan kebocoran data pribadi ini. Sehingga

menguatkan wacana pentingnya aturan hukum untuk melindungi data pribadi dalam internet

dan siber di Indonesia. Sehingga dengan demikian, menyadarkan pemerintah khususnya

pembentuk undang-undang tentang pentingnya wacana Rancangan Undang-Undang

Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP).

A. Substansi RUU PDP

Rancangan Perlindungan Data Pribadi pada saat ini pertama kali digagas dengan

mendasarkan pada aturan yang telah ada, yaitu Aturan itu dituangkan dalam bentuk Peraturan

Menteri No 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi ditetapkan 7 November 2016,

diundangkan dan berlaku sejak 1 Desember 2016. RUU PDP dinilai sangat penting untuk

melindungi hak warga Negara, sehingga RUU PDP sudah mulai diusulkan sejak tahun 2014.

Pembahasan RUU PDP diharapkan rampung sebelum berakhirnya periode DPR RI 2014-2019

mengingat RUU PDP ini tidak dimasukkan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas)

2018. Hingga pada 24 Januari tahun 2020, RUU PDP telah ditandatangani oleh Presiden Joko

Widodo dan selanjutnya akan dibahas di DPR. RUU PDP ini akan diajukan dalam program

legislasi nasional prioritas DPR periode 2019-2024. Jika dilihat dari sisi substansi berdasarkan

draf per Desember 2019, RUU PDP memiliki 72 pasal yang tersebar dalam 15 bab mulai dari

defisini hinggga penyelesaian sengketa. Lebih lanjut, berikut pembagian bab-bab dan hal yang

diatur dalam RUU PDP:

72 European Panel for Future Science and Technology, “Harmful Internet Use, Part II: Impact on Culture and

Society, cet. 1 (Januari 2019), hlm 17. 73Harian Kompas, “1 Juta Data Pengguna Asal Indonesia Bocor, Menkominfo Panggil Facebook,”

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/17361101/1-juta-data- pengguna-asal-indonesia-bocor-

menkominfo-panggil-facebook, diakses 4 Juni 2020.

Page 24: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

23

Bab I – Ketentuan Umum

Pasal 1, mengenai definisi dari istilah-istilah yang digunakan pada RUU

Pasal 2, mengenai terhadap siapa keberlakuan undang-undang

Bab II – Jenis Data Pribadi

Pasal 3, Pengklasifikasian Data Pribadi

Bab III – Hak Pemilik Data Pribadi

Pasal 4-16

Bab IV – Pemrosesan Data Pribadi

Pasal 17-22

Bab V – Kewajiban Pengendalian Data Pribadi dan Prosesor Data Pribadi dalam

Pemrosesan Data Pribadi

Bagian Kesatu (Umum)

Pasal 23

Bagian Kedua (Kewajiban Pengendali Data Pribadi)

Pasal 24- 42

Bagian Ketiga (Kewajiban Prosesor Data Pribadi)

Pasal 43-44

Bagian Keempat (Pejabat atau Petugas yang Melaksanakan Fungsi Perlindungan Data

Pribadi)

Pasal 45-46

Bab VI – Transfer data Pribadi

Bagian Kesatu (Transfer Data Pribadi dalam Wilayah Hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia)

Pasal 47-48

Bagian Kedua (Transfer Data Pribadi ke luar Wilayah Hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia)

Pasal 49

Bab VII – Sanksi Administratif

Pasal 50

Bab VIII – Larangan dalam Penggunaan Data Pribadi

Pasal 51-54

Bab IX – Pembentukan Pedoman Perilaku Pengendali Data Pribadi

Page 25: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

24

Pasal 55

Bab X – Penyelesaian Sengketa dan Hukum Acara

Pasal 56

Bab XI – Kerja Sama Internasional

Pasal 57

Bab XII – Peran pemerintah dan Masyarakat

Pasal 58-60

Bab XIII – Ketentuan Pidana

Pasal 61-69

Bab XIV – Ketentuan Peralihan

Pasal 70

Bab XV – Ketentuan Penutup

Pasal 71-72

B. RUU PDP: Pro dan Kontra

RUU PDP menimbulkan berbagai respon positif, namun tidak luput dari tanggapan

negatif dari berbagai pihak. Perlindungan data pribadi sendiri merupakan salah satu manifestasi

dari perlindungan diri pribadi yang merupakan hak asasi manusia, yakni dirumuskan dalam

Pasal 28G UUD 1945 sebagai berikut:

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasannya, serta berhak atas rasa

aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu yang merupakan hak asasi”.74

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, mengatakan bahwa penting bagi

bangsa Indonesia untuk segera memiliki Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi.75 Ia juga

menilai bahwa krusialnya perlindungan data pribadi berkaitan erat dengan tingginya nilai

ekonomi yang dimiliki oleh data tersebut. Selanjutnya, dukungan terhadap RUU PDP juga

datang dari berbagai layanan jejaring sosial, salah satunya adalah Facebook Indonesia.

Facebook Indonesia melalui Manajer Kampanye Kebijakan Facebook Indonesia, Naudhy

74 Lihat Pasal 28G Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 75 Agus Tri Haryanto, “RUU Perlindungan Data Pribadi Bakal Masuk Prolegnas 2020”,

https://m.detik.com/inet/law-and-policy/d-4793400/ruu-perlindungan-data-pribadi-bakal-masuk-prolegnas-

2020, diakses pada 8 Juni 2020

Page 26: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

25

Valdryono, menyatakan bahwa pihak Facebook menghormati proses pembuatan regulasi

perlindungan data pribadi yang sedang dilakukan oleh pemerintah.76

Selain itu, masyarakat secara luas juga banyak yang memberikan dukungan, bahkan

menuntut untuk segera disahkannya RUU PDP di Indonesia. Tujuannya, apabila sudah

disahkan menjadi UU maka RUU PDP dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan

mewujudkan payung hukum yang jelas ketika terjadi sengketa terkait dengan data pribadi.

Menurut Plt. Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Informatika,

Kementerian Komunikasi dan Informatika Slamet Santoso, RUU PDP perlu segera disahkan

mengingat pentingnya perlindungan terhadap kondisi keamanan dan data pribadi yang dimiliki

oleh seseorang.77

Hal lain yang menjadikan keberadaan RUU PDP sangat urgen salah satunya tergambar

dalam masalah yang pernah dihadapi oleh Indonesia antara tahun 2008-2011 perihal kewajiban

membangun server di Indonesia. Ketika itu, pemerintah Indonesia memaksa perusahaan

Research in Motion (RIM), yaitu perusahaan yang dikenal dengan produk gawai cerdas

BlackBerry, untuk membangun servernya di Indonesia. 78 Pemerintah beralasan bahwa

BlackBerry mengelola begitu banyak data pengguna yang berasal dari Indonesia. Dengan

membuka server di Indonesia, maka berbagai ancaman kejahatan di Indonesia dapat dengan

lebih mudah dideteksi, selain itu juga dapat memberikan dampak positif secara ekonomi.79

Namun perusahaan RIM tidak mengindahkan permintaan pemerintah dengan alasan

bahwa tidak adanya kepastian hukum bagi RIM karena saat itu Indonesia dianggap belum

mempunyai payung hukum mengenai perlindungan data pribadi. 80 Padahal, ketika itu

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE). Akan tetapi dengan alasan teknis kemanan, pada akhirnya

perusahaan RIM tetap memberikan penolakan untuk mendirikan server-nya di Indonesia.81

76 Dadi Haryadi, “Facebook Dukung Perlindungan Data Pribadi”,

https://m.ayobandung.com/read/2019/09/13/63589/facebook-dukung-perlindungan-data-pribadi, diakses

pada 8 Juni 2020. 77 Vendi Yhulia Susanto, “Kominfo targetkan RUU Perlindungan Data Pribadi rampung tahun 2020”,

https://amp.kontan.co.id/news/kominfo-targetkan-ruu-perlindungan-data-pribadi-rampung-tahun-

2020#referrer=https://www.google.com, diakses pada 8 Juni 2020. 78 Bambang Pratama, “Beberapa Catatan tentang RUU Data Pribadi”, https://business-

law.binus.ac.id/2017/06/16/beberapa-catatan-tentang-ruu-data-pribadi/, diakses pada 9 Juni 2020. 79 Sandi Indra Pratama dan Aprianto Muktadi, “RIM Diminta Buka Pusat Data Server di Indonesia”,

https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/208763/rim-diminta-buka-pusat-data-server-di-indonesia?,

diakses pada 9 Juni 2020. 80 Bambang Pratama, Loc.Cit. 81 Ibid.

Page 27: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

26

Berangkat dari permasalahan tersebut, serta beberapa kejadian lainnya, seperti kebocoran data

yang berasal dari Indonesia hingga data tersebut dijual dan dapat merugikan pemilik data, maka

memang seharusnya RUU PDP segera disahkan.

Comunication and Information System Security Research Center (CISSREC)

menyatakan bahwa saat ini terdapat dua undang-undang yang dibutuhkan Indonesia yaitu

undang-undang tentang pelindungan data pribadi dan undang keamanan dan ketahanan siber.

Perbedaan antara keduanya adalah terletak di scope//cakupannya. Pelindungan data pribadi

lebih berfokus pada data-data personal seseorang atau suatu organisasi, sedangkan keamanan

dan ketahanan siber salah satu fokusnya yaitu pada sistem keamanan dari data-data personal

tersebut. Kedua produk hukum tersebut menjadi pelengkap Undang-Undang tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik. Hal ini karena ketiganya butuh diatur dalam bentuk undang-undang.

Namun jika dilihat mana yang lebih memiliki urgensi tertinggi, yaitu pelindungan data pribadi.

Hal ini dikarenakan maraknya penyalahgunaan, tindak pidana, dan hal hal lain yang melanggar

hak privasi seseorang sebagai bentuk hak konstitusional manusia. 82

Suatu produk hukum sejatinya tidak terlepas dari kontra ataupun kritikan, begitu pula

dengan RUU PDP yang bahkan belum disahkan menjadi Undang-Undang. Salah satu kritikan

terhadap RUU PDP dilontarkan oleh anggota Komisi I DPR RI yang berasal dari Fraksi Partai

Gerindra, Yan Parmenas Mandenas. Ia memberikan penilaian bahwa RUU PDP yang disusun

oleh pemerintah kurang memberikan perhatian pada aspek keamanan masyarakat dan rawan

disalahgunakan oleh pihak penguasa. 83 Elit politik Indonesia dinilai sangat rentan untuk

melakukan intervensi kepada negara guna mengakses data pribadi masyarakat yang

berkepentingan langsung dengan konstelasi politik di tanah air.84 Hal ini dikarenakan RUU

PDP dinilai sebagai state oriented atau pihak yang berwenangan mengendalikan adalah

pemerintah sehingga juga dapat disebut state actor. Dengan adanya sifat tersebut dan

dibutuhkan adanya campur tangan atau partisipasi masyarakat maka diperlukan adanya public-

private partnership untuk menjadikan pengendalian perlindungan data pribadi tersebut

dilakukan oleh pemerintah dan sektor privat sebagaimana dipraktikan di negara-negara lain.

Selain itu, perlu diketahui bahwa terdapat tiga aspek umum yang seharusnya

mendapatkan perhatian lebih terkait perlindungan data pribadi, yaitu aspek konseptual, aspek

82 Wawancara yang dilakukan pada bulan November 2019. 83 Liberty Jemadu, “DPR Kritik RUU PDP, Rawan Disalahgunakan Penguasa”,

ihttps://www.suara.com/tekno/2020/02/25/230500/dpr-kritisi-ruu-pdp-rawan-disalahgunakan-penguasa,

diakses pada 9 Juni 2020. 84 Ibid.

Page 28: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

27

kelembagaan, dan aspek hukum formil.85 Masing-masing aspek tersebut tentu tidak terhindar

dari kritikan dan masukan. Pertama, dalam aspek konseptual, ruang lingkup perlindungan data

pribadi dinilai hanya dikenakan kepada perseorangan sebagai subjek hukum, seharusnya tidak

demikian, karena badan hukum sebagai subjek hukum juga memerlukan adanya perlindungan

terhadap data pribadi yang dimilikinya. Kedua, aspek institusi/kelembagaan, pengaturan

terhadap perlindungan data pribadi sebisa mungkin harus memberikan tugas pokok dan fungsi

(tupoksi) yang jelas kepada lembaga-lembaga yang bersangkutan agar tidak terjadi tumpang

tindih kewenangan. Kejelasan tersebut menjadi relevan karena ketika terjadi tumpang tindih

kewenangan antar lembaga negara, maka akan timbul pula masalah dalam struktur

kelembagaan. Ketiga, aspek hukum formil, pembuat undang-undang seharusnya dapat

menghindari adanya penyempitan ruang lingkup dari undang-undang yang dibuatnya.

Penyempitan tersebut biasanya dapat dilihat dengan adanya penyebutan contoh dari suatu

definisi yang dirumuskan dalam suatu undang-undang.

Dalam hal perlindungan data pribadi, Indonesia seyogianya dapat berkaca pada negara

tetangga seperti Singapura, Filipina, dan Malaysia. Singapura pernah menjadi korban

pencurian data nama dan alamat 14.200 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 86 serta data 1,5 juta

pasien yang terdapat dalam database SingHealth, yang merupakan lembaga perawatan

kesehatan terbesar di Singapura, juga mengalami peretasan87. Selanjutnya pada 2019, The Star

mengungkapkan lebih dari satu juta data mahasiswa dan alumni Universiti Teknologi MARA

(UiTM) sejak tahun 2000 hingga 2018 dicuri oleh peretas.88 Sedangkan di Filipina, Cubuana

Lhuilier, yang merupakan penyedia jasa keuangan, menyatakan bahwa sebanyak 900 ribu data

kliennya telah diakses tanpa izin.89 Namun yang membedakan negara-negara tersebut dengan

Indonesia adalah ketiganya telah mempunyai Undang-Undang tentang Perlindungan Data

Pribadi dengan hukuman yang tegas, yaitu hingga sanksi pidana penjara. Sedangkan di

85 Bambang Pratama, Loc.Cit. 86 Agni Vidya Perdana, “Bocorkan Data Ribuan Orang Positif HIV di Singapura, Warga AS Dihukum 2 Tahun

Penjara”, https://amp.kompas.com/internasional/read/2019/09/30/17045461/bocorkan-data-ribuan-orang-

positif-hiv-di-singapura-warga-as-dihukum-2, diakses pada 9 Juni 2020. 87 Alfian Zainal, “Peretas Curi Data 1,5 Juta Pasien Singapura, Termasuk PM Lee dan Para Menterinya”,

https://jakarta.tribunnews.com/2018/07/21/peretas-curi-data-15-juta-pasien-singapura-termasuk-pm-lee-dan-

para-menterinya, diakses pada 9 Juni 2020. 88 Angelin Yeoh, Qishin Tariq, and Sandhya Menon, “UiTM student’s data allegedly stolen”,

http://www.thestar.com.my/news/nation/2019/01/26/uitm-students-data-allegedly-stolen-classified-records-compiled-over-18-years-believed-taken-from-va, diakses pada 9 Juni 2020.

89 Faye Orellana, “Data breach hits Cebuana Lhuillier, around 900k clients affected”,

https://business.inquirer.net/263859/data-breach-hits-cebuana-lhuillier-around-900k-clients-

effected/amp#aoh=15908352064709&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%2

51%24s, diakses pada 9 juni 2020.

Page 29: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

28

Indonesia belum memiliki UU PDP dan bahkan di dalam RUU PDP sanksi pidana yang dapat

dikenakan hanya sebatas pidana denda, tidak sampai pidana penjara.

Kritikan juga diberikan oleh Senior Partner Firma Hukum Assegaf Hamzah & Partner,

Ahmad Fikri Assegaf. Ia menilai bahwa muatan aturan yang terkandung dalam RUU PDP,

khususnya dalam aspek pengawasan, masih terkesan sangat sektoral dan belum ada lembaga

atau otoritas khusus yang berwenang mengawasi pelaksanaan serta penindakan aturan data

pribadi, layaknya Personal Data Protection Commission (PDPC di Singapura), Komisyon para

sa Proteksiyon ng Personal na Impormasyon (KPPI di Filipina), ataupun Jabatan Perlindungan

Data Pribadi (JPDP di Malaysia).90 Ia juga menyatakan bahwa RUU PDP Indonesia cukup

banyak mengikuti konsep General Data Protection Regulation (GDPR) yang diterapkan oleh

European Union (EU).91

Konsep yang ada dalam GDPR tentu tidak dapat serta merta diterapkan di Indonesia yang

memilki latar belakang serta kondisi berbeda dengan EU. Secara historis, dalam penerapan

konsep-konsep GDPR, EU telah melewati poses yang panjang, seperti pada tahun 1995 EU

telah mempunyai derective (pedoman) yang sudah diuji melalui berbagai kasus. 92 Hal itu

menunjukkan bahwa konsep-konsep yang pada akhirnya termaktub dalam GDPR sudah cukup

berkembang, sedangkan tentu perkembangan EU tidak akan sama dengan perkembangan

Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya penyesuaian dengan keadaan di Indonesia.

Selain itu, perlu adanya perbedaan standar pengaturan perlindungan data oleh perusahaan yang

memiliki skala besar dengan perusahaan yang berskala kecil. Hal yang demikian menjadi

penting, mengingat bahwa perusahaan yang lebih besar akan mengelola data pribadi dengan

jumlah yang sedemikian besar pula, oleh karenanya diperlukan perlindungan yang juga lebih

besar daripada perusahaan kecil.93 Besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari jumlah aset

yang pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

C. RUU PDP: Revisi atau Langsung Disahkan?

Berdasarkan uraian sebelumnya, terlihat bahwa dalam Rancangan Undang-Undang

Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) masih terdapat beberapa hal yang perlu direvisi dan

dilakukan perbaikan terhadapnya. Masukan dan kritikan yang bersifat membangun dan

90 Hamalatul Qur’aini, “3 Poin Ini Perlu Dipertimbangkan dalam Draft RUU Perlindungan Data Pribadi”,

https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5d89c5463a83f/3-poin-ini-perlu-dipertimbangkan-dalam-draft-ruu-

perlindungan-data-pribadi/, diakses pada 9 Juni 2020. 91 Ibid. 92 Ibid. 93 Ibid.

Page 30: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

29

komprehensif pun menjadi relevan mengingat kedudukan RUU PDP sebagai payung hukum

nantinya. Hal yang demikian dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi

dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) di tahun 2016 yang mana terdapat 30 undang-undang

terkait data pribadi yang akan berada di bawah payung hukum UU PDP Indonesia.94 RUU PDP

juga diharapkan dapat memenuhi sebesar-besarkan kebutuhan masyarakat dan meminimalisir

dampak negatif dari pengundangannya. Oleh karena itu, agar RUU PDP dapat menaungi 30

UU serta memenuhi kebutuhan sesuai dengan apa yang dicitakan masyarakat, maka aspek

konseptual, kelembagaan, hukum formil, dan hal-hal yang telah disebutkan diatas harus benar-

benar diperhatikan agar tidak terdapat celah hukum yang berpotensi memberikan dampak

negatif di kemudian hari.

94 Bambang Pratama, Loc.Cit., dikutip dari Wahyudi Djafar, dkk, ELSAM, 2016, Perlindungan Data Pribadi di

Indonesia.

Page 31: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

30

Daftar Pustaka

A. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara No. 116,

Tambahan Lembaran Negara No. 4431).

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, (Lembaran Negara

No. 58, Tambahan Lembaran Negara No. 4843).

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Nomor 139,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4899).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5063).

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5475).

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik

(Berita Negara Tahun 2016 Nomor 1829).

Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi.

B. Instrumen Hukum Internasional

ASEAN Human Rights Declaration 2012, Article 21

Council of Europe Treaty Series Number 223, 2018, Article 2

General Data Protection regulation, Article 33

C. Buku

Djafar, Wahyudi dan Asep Komarudin, Perlindungan Hak Atas Privasi di Internet-Beberapa

Penjelasan Kunci, Elsam, Jakarta, 2014, hlm. 2.

European Union Agency for Fundamental Rights and Council of Europe, Handbook on European

Data Protection Law, Belgium, 2014, hlm. 36.

European Panel for Future Science and Technology, 2019 “Harmful Internet Use, Part II: Impact on Culture and Society, cet. 1.

Hiariej, Eddy O.S., 2015, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta.

Makarim, Edmon, 2005, Pengantar Hukum Telematika (Suatu Kompilasi Kajian), Jakarta: RajaGrafindo

Persada, hlm. 170.

UN Human Rights Council, The Promotion, Protection and Enjoyment of Human Rights on the Internet,

UN Doc A/HRC/RES/32/13

Schwab, Klaus, 2017, The Fourth Industrial Revolution, cet. 1, Crown Business, New York.

D. Jurnal, Makalah, dan Kajian

Anggraeni, Setyawati Fitri, “Polemik Pengaturan Kepemilikan Data Pribadi, Urgensi untuk Harmonisasi dan

Reformasi Hukum di Indonesia”. Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-48, No.4, Oktober-

Desember 2018

Berzanson, Randall P., “The Right to Privacy Revisited : Privacy, News and Social Change”, California Law

Review, Vol. 80, 1992.

Delegasi UGM, “Naskah Akademik tentang Keamanan dan Ketahanan Siber,” 2019. Hlm. 159

Latumahina, Rosalinda E., 2014, ‘Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi di Dunia Maya’, Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 3, No. 2, hlm. 18.

Marliana, Selvi, Kajian Hukum Perlindungan Hak Privasi Pengguna SIMCard Terkait Registrasi SIMCard

berdasarkan Permen Kominfo Nomor 14 Tahun 2017 tentang Registrasi Pelanggan Jasa

Telekomunikasi.

Page 32: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

31

Rosadi, Sinta Dewi, et al., “Perlindungan Privasi dan Data Pribadi Dalam Era Ekonomi Digital di

Indonesia”, Vej, Vol. 4, No. 1, Juni, 2018.

Warren, Samuel dan Louis Brandeis, “The Right to Privacy”, Harcard Law Review, Vol. 4, 1890

E. Persepsi Online

Persepsi Online DEMA Justicia bersama Satriyo Wibowo pada 4 Juni 2020.

Persepsi Online DEMA Justicia bersama Bhredipta Socarana pada 5 Juni 2020.

F. Internet

Briantika, Adi, 2020, “Akun Tokopedia Dibobol, Bagaimana Tanggungjawab Pengelola Data?”

https://tirto.id/akun-tokopedia-dibobol-bagaimana-tanggung-jawab-pengelola-data-fmX1, diakses

pada 11 Juni 2020.

ELSAM, ELSAM, https://elsam.or.id/uu-perlindungan-data-pribadi-mendesak-untuk-menjamin-

kedaulatan-individu-di-ruang-siber/, diakses 8 Juni 2020.

Fauzia, Mutia, 2019, "Data Jutaan Penumpang Lion Air Group Diduga Bocor", https://money.kompas.com/read/2019/09/18/100310226/data-jutaan-penumpang-lion-air-

group-diduga-bocor., diakses pada 11 Juni 2020

Farisa, Fitria Chusna, Penjelasan Dukcapil Soal Ribuan e-KTP di Tempat Sampah dan Semak di Serang,

https://nasional.kompas.com/read/2018/09/12/13023461/penjelasan-dukcapil-soal-ribuan-e-KTP-

di-tempat-sampah-dan-semak-di-serang, diakses 11 Juni 2020.

Harian Kompas, “1 Juta Data Pengguna Asal Indonesia Bocor, Menkominfo Panggil Facebook,”

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/17361101/1-juta-data- pengguna-asal-indonesia-

bocor-menkominfo-panggil-facebook, diakses 4 Juni 2020.

Haryadi, Dadi, “Facebook Dukung Perlindungan Data Pribadi”,

https://m.ayobandung.com/read/2019/09/13/63589/facebook-dukung-perlindungan-data-pribadi,

diakses pada 8 Juni 2020.

Haryanto, Agus Tri, “RUU Perlindungan Data Pribadi Bakal Masuk Prolegnas 2020”,

https://m.detik.com/inet/law-and-policy/d-4793400/ruu-perlindungan-data-pribadi-bakal-masuk-

prolegnas-2020, diakses pada 8 Juni 2020.

Januarius, Fabian K, 2018, “1 Juta Data Pengguna Asal Indonesia Bocor, Menkominfo Panggil

Facebook”, https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/1736110/1-juta-data-pengguna-asal-

indonesia-bocor-menkominfo-panggil-facebook, diakses pada 11 Juni 2020

Jemadu, Liberty, “DPR Kritik RUU PDP, Rawan Disalahgunakan Penguasa”,

ihttps://www.suara.com/tekno/2020/02/25/230500/dpr-kritisi-ruu-pdp-rawan-disalahgunakan-

penguasa, diakses pada 9 Juni 2020.

Kompas Cyber Media, KOMPAS.com, https://tekno.kompas.com/read/2020/05/22/10093057/data-diduga-

bocor-kpu-sebut-informasi-yang-disebar-hacker-bersifat-terbuka, diakses 2 Juni 2020.

KumparanTECH, Waspada Aplikasi Pinjam Uang Ambil Data Kontak dan Baca SMS di Ponsel,

https://kumparan.com/kumparantech/waspada-aplikasi-pinjam-uang-ambil-data-kontak-dan-baca-

sms-di-ponsel-27431110790534537, diakses 11 Juni 2020.

Novia, Fitri H, “Data Penumpang Lion Air Bocor, UU Perlindungan Data Pribadi Dibutuhkan”,

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d8947d7aa783/data-penumpang-lion-air-bocor--uu-

perlindungan-data-pribadi-dibutuhkan, diakses pada 11 Juni 2020

Orellana, Faye, “Data breach hits Cebuana Lhuillier, around 900k clients affected”,

https://business.inquirer.net/263859/data-breach-hits-cebuana-lhuillier-around-900k-clients-

effected/amp#aoh=15908352064709&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Fro

m%20%251%24s, diakses pada 9 juni 2020

Perdana, Agni Vidya, “Bocorkan Data Ribuan Orang Positif HIV di Singapura, Warga AS Dihukum 2

Tahun Penjara”, https://amp.kompas.com/internasional/read/2019/09/30/17045461/bocorkan-data-

ribuan-orang-positif-hiv-di-singapura-warga-as-dihukum-2, diakses pada 9 Juni 2020.

Pertiwi, Wahyunanda Kusuma, Data Tokopedia, Gojek, dan Bukalapak Bocor di Tengah Absennya RUU

PDP, https://tekno.kompas.com/read/2020/05/04/20170027/data-tokopedia-gojek-dan-bukalapak-

bocor-di-tengah-absennya-ruu-pdp?page=3, diakses 11 Juni 2020.

Page 33: Tim Penyusun Kajiandemajusticia.org/wp-content/uploads/2020/06/Kajian-PDP.pdf · 2020. 6. 16. · Doc A/HRC/RES/32/13. 7 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan

32

Pratama, Bambang, “Beberapa Catatan tentang RUU Data Pribadi”, https://business-

law.binus.ac.id/2017/06/16/beberapa-catatan-tentang-ruu-data-pribadi/, diakses pada 9 Juni 2020.

Ristianto, Christoforus, “DPR Didesak Sahkan RUU Perlindungan Data Pribadi”,

https://pemilu.kompas.com/read/2019/08/02/13450871/dpr-didesak-sahkan-ruu-perlindungan-

data-pribadi, diakses 8 Juni 2020.

Pratama, Sandi Indra dan Aprianto Muktadi, “RIM Diminta Buka Pusat Data Server di Indonesia”,

https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/208763/rim-diminta-buka-pusat-data-server-di-

indonesia?, diakses pada 9 Juni 2020.

Rizky, hukumonline.com/klinik, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d588c1cc649e/per

lindungan-hukum-atas-privasi-dan-data-pribadi-masyarakat/, diakses 8 Juni 2020.

Susanto, Vendi Yhulia, “Kominfo targetkan RUU Perlindungan Data Pribadi rampung tahun 2020”,

https://amp.kontan.co.id/news/kominfo-targetkan-ruu-perlindungan-data-pribadi-rampung-tahun-

2020#referrer=https://www.google.com, diakses pada 8 Juni 2020.

Syambudi, Irwan, Kasus Peretasan & Teror Diskusi CLS FH UGM: Polisi Lambat Bertindak,

https://tirto.id/kasus-peretasan-teror-diskusi-cls-ugm-polisi-lambat-bertindak-fECn, diakses 11

Juni 2020.

Qur’aini, Hamalatul, “3 Poin Ini Perlu Dipertimbangkan dalam Draft RUU Perlindungan Data Pribadi”,

https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5d89c5463a83f/3-poin-ini-perlu-dipertimbangkan-

dalam-draft-ruu-perlindungan-data-pribadi/, diakses pada 9 Juni 2020.

Yeoh, Angelin, Qishin Tariq, and Sandhya Menon, “UiTM student’s data allegedly stolen”,

http://www.thestar.com.my/news/nation/2019/01/26/uitm-students-data-allegedly-stolen-

classified-records-compiled-over-18-years-believed-taken-from-va, diakses pada 9 Juni 2020.

Zainal, Alfian, “Peretas Curi Data 1,5 Juta Pasien Singapura, Termasuk PM Lee dan Para Menterinya”,

https://jakarta.tribunnews.com/2018/07/21/peretas-curi-data-15-juta-pasien-singapura-termasuk-

pm-lee-dan-para-menterinya, diakses pada 9 Juni 2020.


Recommended