Post on 02-Jun-2018
transcript
8/11/2019 Modul Lesu part 2
1/16
PLENO MODUL LESU
KEDOKTERAN TROPIS
KELOMPOK 4
8/11/2019 Modul Lesu part 2
2/16
8/11/2019 Modul Lesu part 2
3/16
Trichuris trichiura
8/11/2019 Modul Lesu part 2
4/16
Trichuris trichiura
Nama dalam bahasa Indonesia : cacing cambuk
Penyakitnya disebut trichuriasis / whipworm
infection
Hospes definitif : manusia
Habitat / predileksi : mucosa cecum dan colon
Bentuk infektif : telur infektif
Cara penularan :peroral (tertelan telur infektif)
8/11/2019 Modul Lesu part 2
5/16
Distribusi geografis &Epidemiologi
Trichuriasis merupakan penyakit tropis terutama pada anak-
anak usia 5-15 tahun .
Terbanyak dijumpai pada daerah rural di Asia.
Ditemukan juga di Amerika Selatan terutama pada keluarga-keluarga
dengan sanitasi yang buruk. Tersebar secara kosmopolitan ( tersebar di seluruh dunia )
terutama di daerah-daerah tropis yang panas dan lembab.
Di Indonesia, cacing ini sering ditemukan disampingAscaris
lumbricoidesdan cacing tambang.
8/11/2019 Modul Lesu part 2
6/16
Telur
Berbentuk seperti tempayan, tong anggur(barrel shape) atau
lemon shape, ukuran 50 x 23 mikron, pada kedua ujungnya
terdapat dua buah mucoidplug(sumbat yang jernih)
Dinding luar telur berwarna kuning kecoklatan, dinding dalam
transparan, isi berupa massa yang tidak bersegmen.
8/11/2019 Modul Lesu part 2
7/16
Cacing dewasa
Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk
3/5 tubuh bagian depan kecil, mengandung oesophagus.
2/5 tubuh bagian belakang lebar, mengandung intestine
dan satu set alat reproduksi.
Cacing jantan berukuran 30-45 mm, ujung posteriormembengkok dan mempunyai spikula dengan selubung
yang retraktil.
Cacing betina berukuran 35-50 mm, ujung posterior lurus
dan membulat.
8/11/2019 Modul Lesu part 2
8/16
Trichuris trichiura Dewasa
8/11/2019 Modul Lesu part 2
9/16
Siklus Hidup
Telur keluar dari tubuh bersama feses jatuh pada tanah.
Di luar tubuh manusia telur berkembang dan menjadi infektif dalam waktu 15
30 hari.
Infeksi terjadi oleh karena menelan telur infektif.
Setelah tertelan oleh manusia, telur menetas di usus halus, larva keluar,
penetrasi ke dalam villi usus, kemudian turun ke caecum dan menjadi dewasa.
Cacing dewasa menanamkan tubuh bagian anteriornya pada mukosa caecum.
Cacing betina mulai meletakkan telurnya 60-70 hari setelah infeksi, dan
mengeluarkan telur sebanyak 3.00020.000 telur per hari.
Life span cacing dewasa 1 tahun.
8/11/2019 Modul Lesu part 2
10/16
8/11/2019 Modul Lesu part 2
11/16
Kondisi yang baik untuk pertumbuhantelur:- Suhu panas/hangat (2732 C)
- Kelembaban cukup 60
80%
- Keadaan yang teduh
- Tanah berhumus/tanah liat
8/11/2019 Modul Lesu part 2
12/16
Gejala Klinis
Pada umumnya tidak menimbulkan gejala.
Gejala klinik baru tampak pada infeksi berat, terutama
pada anak- anak, berupa :. mual dan muntah
. nyeri abdomen, terutama pada titik Mc. Burney
. diare yang disertai bercak-bercak darah, tanpa
panas.
. kadangkadang konstipasi
. anoreksia
. berat badan menurun
. anemia
. prolapsus recti
8/11/2019 Modul Lesu part 2
13/16
Patogenesis
Cacing Trichurispada umumnya hidup di caecum, hanya pada infeksi
berat dapat sampai ke bagian usus yang lain seperti appendix, ileum
terminale, bahkan kadang-kadang sampai ke rectum.
Cacing menanamkan diri pada mukosa, menghisap darah, danmenyebabkan luka-luka berdarah. Trauma pada epithelium dan
submukosa usus dapat menyebabkan perdarahan kronis yang akan
mengakibatkan anemia.
Luka-luka ini dapat menjadi jalan masuk bagi bakteri dan amoeba,
sehingga gejala-gejala yang terjadi dapat disertai dengan infeksi
bakteri sekunder .
8/11/2019 Modul Lesu part 2
14/16
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan
- gejala klinis
- ditemukannya telur yang khas di dalam tinja
Pada infeksi berat, dapat terjadi prolapsus rectidengan ditemukannya cacing dewasa.
8/11/2019 Modul Lesu part 2
15/16
Terapi
Mebendazole, dengan dosis 200 mg untuk dewasa,
dan 100 mg untuk anak-anak selama 3 hari.
Albendazole 600 mg dosis tunggal.
Dapat juga diberikan Oxanthel
pyrantel pamoat.
Bila dijumpai adanya anemia , dapat diberikan obat
anti anemia.
8/11/2019 Modul Lesu part 2
16/16
Pencegahan
Menghilangkan sumber infeksi dengan cara pengobatan
penderita.
Training pada anak-anak dan orang dewasa untuk
defekasi di WC.
Mencuci tangan adalah penting untuk mencegah reinfeksi.
Menjaga kebersihan baik secara pribadi maupun
kebersihan lingkungan.
Pendidikan kesehatan.