+ All Categories
Home > Documents > ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN

Date post: 01-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
28
Transcript
Page 1: ETIKA PROFESI DAN
Page 2: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN

HUKUM KESEHATAN

Tim Penulis

Herniwati, S.H. M.H.

dr. Rospita Adelina Siregar, MH. Kes.

Dr. Anggraeni Endah Kusumaningrum, S.H. M. Hum.

Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si.

Lia Kurniasari, M. Kes.

Dr. Endang Wahyati Yustina, S.H., M.H.

Safaruddin Harefa, S.H., M.H.

Sulaiman, S.H., M.H.

Dr. Arman Anwar, S.H., M.H.

Ika Atikah, SH.I., M.H

Dr. Sabir Alwy, S.H., M.H & Afdhal, S.H., M.Kn.

Page 3: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

Herniwati, Rospita Adelina Siregar, Anggraeni Endah Kusumaningrum,

Muntasir, Lia Kurniasari, Endang Wahyati Yustina, Safaruddin Harefa,

Sulaiman, Arman Anwar, Ika Atikah, Sabir Alwy & Afdhal.

Desain Cover:

Ridwan, SH

Tata Letak:

Aji Abdullatif.R

Editor:

Elan Jaelani, SH., MH

ISBN: 978-623-92777-8-9

Cetakan Pertama:

Maret 2020

Hak Cipta 2020

Hak Cipta Dilindungin Oleh Undang-undang

Copyright © 2020

by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung

All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:

WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG

Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas

Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Website: www.penerbitwidina.com

Instagram: @penerbitwidina

Page 4: ETIKA PROFESI DAN

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualiakum. wr. wb.

Salam literasi,

Syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada kita. Karena izin-Nya pula buku yang berjudul “Etika Profesi dan Hukum Kesehatan” ini telah berhasil diterbitkan. Tulisan-tulisan yang ada dalam buku ini

merupakan kumpulan buah pemikiran dari para dosen, peneliti dan

praktisi yang memiliki kompetensi dan kapa-sitas pada bidangnya

masing-maisng, terutama bidang Hukum dan kesehatan.

Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa, penerbitan buku

kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen kami sekaligus bentuk

kontribusi terhadap perkembangan dunia litarasi dan publikasi ilmiah

di Indonesia. selain itu, buku kolaborasi ini juga menjadi bagian dari visi

kami untuk berperan sebagai media diseminasi gagasan dan pemikiran

para Dosen, Peneliti ataupun Praktisi diselulruh Indonesia.

Buku Etika profesi dan hukum kesehatan ini yang disusun secara

terstruktur dan sistematis mengikuti pedoman pembelajaran mata-

kuliah di perguruan tinggi, sehingga sangat cocok digunakan sebagai

bahan referensi mahasiswa hukum atapun mahasiswa kesehatan yang

ingin mengetahui secara mendalam terkait aspek hukum yang berkaitan

dengan bidang kesaehatan. Buku ini diawali dengan pembahasan

tentang konsep dasar moral, etika dan hukum yang merupakan materi

fondasi yang akan memberikan pemahaman terkait keadilan, kebaikan

dan norma yang hidup didalam masyarakat. Setelah menyajikan materi

dasar, buku ini selanjutnya masuk kepada pemba-hasan yang lebih

spesifik yaitu pembahasan tinjauan hukum terhadap pelaksanaan

praktek profesi dan layanan kesehatan yang ditinjau dari sudut pandang

hukum perdata, hukum pidana dan hukum admi-nistrasi.

Karena bidang kesehatan merupakan hak dasar manusia yang

dijamin oleh konstitusi serta telah diyakini oleh masyarakat dunia

sebagai hak paling fundamental, maka buku ini juga menyadjikan sudut

pandang Hukum Hak asasi manusia Internasional dalam rangka melihat

Page 5: ETIKA PROFESI DAN

iv

prespektif masyarakat dunia terhadap pemenuhan kesehatan sebagai

hak paling mendasar bagi manusia. Selanjutya, dalam rangka menjamin

hak dasar tersebut, buku ini diakhiri dengan pembahasan seputar

pertanggung jawaban hukum di bidang kesehatan yang terdiri dari

penjelasan hak, kewajiban, fungsi, dan tanggung jawab para

stakeholders seperti dokter, tim medis, rumah sakit dan pasien dalam

kontek pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Selanjutnya dalam rangka menegakan hak dan kewajiban

sebagaimana yang sudah termaktub dalam peraturan perundang-

undangan kesehatan, buku ini diakhiri dengan pembasan terkait

mekanisme dan jenis-jenis penyelesaian sengketa yang ditimbulkan

akibat praktek pelayanan kesehatan.

Terkahir sebagai kalimat penutup, semoga buku yang telah di

susun secara kolaborasi ini dapat bermanfaat dan dapat diterima oleh

masyarakat luas, khususnya dapat menjadi pedoman atau rujukan bagi

para mahasiswa hukum, mahasiswa kesehatan ataupun para praktisi

yang sering terlibat dalam aktifitas layanan kesehatan,

Bandung, Maret 2020

Elan Jaelani

Scopus ID 57215717989

Page 6: ETIKA PROFESI DAN

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI .................................................................................... v

BAB 1 KONSEP DASAR MORAL, ETIKA DAN HUKUM ........................ 1

A. Pendahuluan .......................................................................... 1

B. Pengertian Moral .................................................................... 2

C. Pengertian Etika ..................................................................... 4

D. Moral Dan Hukum .................................................................. 5

E. Rangkuman ........................................................................... 15

BAB 2 ETIKA DAN ETIKA PROFESI .................................................. 21

A. Pendahuluan ........................................................................ 21

B. Kode Etik Kedokteran Indonesia .......................................... 24

C. Tantangan Etika Kedokteran Di Indonesia ........................... 27

D. Kecenderungan Penyimpangan Etik .................................... 28

E. Pelanggaran Etik Murni Dan Etikolegal ................................ 29

F. Sanksi Etika .......................................................................... 32

G. Rangkuman Materi ............................................................... 33

BAB 3 PENGANTAR ILMU HUKUM SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

PELAYANAKESEHATAN ................................................................. 40

A. Pengantar Ilmu Hukum ........................................................ 40

B. Hukum Pelayanan Kesehatan ............................................... 42

C. Hukum Perikatan (Het Verbintenissen Recht) ...................... 44

D. Rangkuman Materi ............................................................... 49

BAB 4 SEJARAH, ASAS DAN PERMASALA-HAN MORAL ETIKA DAN

HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN .................................... 55

A. Pendahuluan ........................................................................ 55

B. Sejarah Pelayanan Kesehatan Di Indonesia .......................... 59

C. Asas Asas Dalam Pelayanan Kesehatan ................................ 61

D. Moral, Etika Dan Hukum Dalam

Pelayanan Kesehatan ........................................................... 64

E. Rangkuman Materi ............................................................... 66

BAB 5 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN ........... 71

Page 7: ETIKA PROFESI DAN

vi

A. Pendahuluan ........................................................................ 71

B. Rincian pembahasan materi hukum kesehatan .................... 72

C. Sehat .................................................................................... 76

D. Tenaga kesehatan ................................................................. 88

E. Rangkuman materi ............................................................... 90

BAB 6 HAK DASAR MANUSIA........................................................ 95

A. Pendahuluan ........................................................................ 95

1. Definisi Hak .................................................................... 96

2. Hak Dasar Manusia Sebagai Hak Asasi Manusia............. 96

3. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia .................. 101

4. Deklarasi Hak Yang Disepakati Oleh Negara................. 102

5. Hak Asasi Manusia Dalam Bidang Kesehatan ............... 103

B. Rangkuman materi ............................................................. 105

BAB 7 PERBUATANMELANGGAR HUKUM DALAM PELAYANAN

KESEHATAN ............................................................................... 111

A. Pendahuluan ...................................................................... 111

B. Pengertian perbuatan melanggar hokum ........................... 114

C. Perbuatan melanggar hukum

Dalam perspektif hukum perdata ....................................... 116

D. Perbuatan melanggar hukum

Dalam perspektif hukum pidana ........................................ 119

E. Perbuatan melanggar hukum

Dalam perspektif hukum administrasi Negara ................... 123

F. Perbuatan melanggar hukum

Dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan ........................ 125

G. Rangkuman materi ............................................................. 128

BAB 8 ASPEK HUKUM PIDANA DALAM KESEHATAN (CRIMINAL

MALPRAKTIK) ............................................................................ 133

A. Pendahuluan ...................................................................... 133

B. Pengertian malpraktek dari

Aspek hukum pidana .......................................................... 135

C. Unsur unsur malpraktek

Dari aspek hukum pidana ................................................... 138

D. Faktor yang menyebabkan

Terjadinya malpraktek ........................................................ 139

Page 8: ETIKA PROFESI DAN

vii

E. Tanggung jawab pidana malpraktek .................................. 140

F. Rangkuman materi ............................................................. 145

BAB 9 ASPEK HUKUM PERDATA DALAM KESEHATAN

(CIVIL MALPRAKTIK) ................................................................... 151

A. Pendahuluan ...................................................................... 151

B. Malpraktik hukum perdata (civil malpractik) ...................... 153

C. Hubungan hukum membentuk

Pertanggung jawaban perdata bagi dokter ........................ 158

D. Tanggungjawab hukum pemberi pelayan kesehatan

terhadap dugaan kasus malpraktik medis ......................... 159

E. Rangkuman materi ............................................................ 161

BAB 10 ASPEK HUKUM ADMINISTRASI DALAM KESEHATAN

(ADMINISTRASI MALPRAKTIK).................................................... 169

A. Pendahuluan ...................................................................... 169

B. Istilah hukum administrasi ................................................. 173

C. Deskripsi tentang hukum adminsitasi ................................ 173

D. Perbedaan ilmu hukum administarsi

dengan ilmu adminsitarsi negara ....................................... 179

E. Maladministrasi kesehatan................................................. 182

F. Rangkuman ......................................................................... 186

BAB 11 PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM

BIDANG KESEHATAN .................................................................. 193

A. Pendahuluan ...................................................................... 193

B. Peran hukum sebagai wujud

Tanggung jawab pelayanan kesehatan ............................... 197

C. Rangkuman materi ............................................................ 205

BAB 12 PENYELESAIAAN SENGKETA DALAM

HUKUM KESEHATAN .................................................................. 211

A. Penyelesaian sengketa dalam hukum kesehatan .............. 211

B. Peran hukum kesehatan dalam

Penyelesaian sengketa ...................................................... 212

C. Sengketa pelayanan kesehatan .......................................... 215

D. Penyelesaian sengketa di luar

Pengadilan (non litigasi) ..................................................... 217

E. Penyelesaian sengketa melalui majelis

Page 9: ETIKA PROFESI DAN

viii

kehormatan disiplin kedokteran indonesia (mkdki) ........... 221

F. Penyelesaian sengketa hukum kesehatan

dalam pengadilan (litigasi) .................................................. 222

G. Rangkuman materi ............................................................. 225

Page 10: ETIKA PROFESI DAN

ix

Page 11: ETIKA PROFESI DAN

BAB 1

KONSEP DASAR MORAL,

ETIKA DAN HUKUM

Herniwati, SH., M.H.

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum

Soelthan M. Tsjafioeddin Singkawang

A. PENDAHULUAN

Manusia tumbuh dan berkembang melalui bertambahnya usia mela-

kukan interaksi manusia tergolong mahluk sosial (zoon Politicon) salling

membutuhkan satu sama lain. Didalam perjalanan kehidupan manusia

mempunyai persamaan dan perbedaan antara manusia yang satu dengan

yang lain. Dalam pergaulan manusia mempuyai rasa kebebasan akan tetapi

bukan bearti manusia mempunyai sifat semaunya sendiri. Manusia mahluk

ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dilengkapi dengan akal,

perasaan dan kehendak akal adalah alat berpikir sebagai sumber ilmu dan

Page 12: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |2

teknologi. Melalui akal manusia dapat menilai mana yang baik dan mana

yang benar, dengan perasaan manusia dapat menilai mana yang indah dan

mana yang jelek dan kehendak adalah alat untuk menyatakan pilihan

sebagai sumber kebaikan.

Melalui kehendak manusia menilai mana yang baik dan mana yang

buruk sebagai sumber nilai moral. Pendidikan etika anak dimulai dari

keluarga dirumah dimulai dari ayah ibunya, kakak dan saudara lainnya dan

serta dari lingkungan sekitarnya, Pendidikan ini dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Pendidikan tersebutlah yang menjadi pedoman

hubungan manusia dengan manusia lainnya dan juga hubungan manusia

dengan masyarakat lainnya. Etika sosial bagian dari pengalaman pola

tingkah laku manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan sosial di

masyarakat. Manusia sebagai mahluk budaya memiliki berbagai ragam

kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi apabila ada

berhubungan dengan manusia lain. Hubungan tersebut dilandasi dengan

ikatan moral pihak-pihak memenuhi yang mematuhinya. Berdasarkan

memenuhi ikatan moral pihak-pihak memenuhi apa yang seharusnya

dilakukan dan dapat memperoleh apa yang harusnya didapati. Dalam

pergaulan antar manusia juga harus didasari dengan etika yang baik

menjalankan aturan sesuai dengan norma yang berlaku dilingkungan

sekitar. Karena nilai yang di anut oleh masyarakat itu menjadi tolak

ukur kebenaran dan kebaikkan sebagai acuan untuk menata kehidupan

pribadi dan menata hubungan antar manusia, serta manusia dengan alam

sekitarnya.

B. PENGERTIAN MORAL

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “ Moral “ bearti: Ajaran

tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban, ahlak, budi pekerti, susila; kondisi mental yang membuat orang

tetap berani, bersemangat, bergairah berdisiplin, isi hati atau keadaan

perasaan. Dengan kata lain moral merupakan alat penuntun, pedoman,

sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan

manusia, seorang manusia yang tidak memfungsikan dengan sempurna

moral yang telah ada dalam diri manusia yang tepatnya berada dalam hati,

maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang selalu melakukan

Page 13: ETIKA PROFESI DAN

3| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat, dengan demikian manusia

tersebut merendahkan martabatnya sendiri. Berdasarkan pengertian moral

di atas K Bertens mengatakan bahwa kata yang hampir sama dengan “Etika” adalah “moral”. Kata ini berasal dari bahasa latin Mos jamaknya Mores yang

juga bearti adat kebiasaan. Yang membedakannya hanya pada bahasa

asalnya, Etica bersal dari bahasa yunani sedangkan Moral berasal dari

bahasa latin.

Merujuk dari arti kata etika tersebut maka arti kata moral sama arti

kata etika yaitu nilai nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Mengenai tingkah laku seseorang ini berkaitan dengan kesadaran yang

harus di jalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya sebagai manusia

ciptaan Tuhan Disinilah manusia dapat membedakan mana yang haram

mana yang halal, yang boleh dan tidak boleh dilakukan walaupun ini bersifat

kejam. Salah satu contoh kewenangan seorang Dokter untuk mengeluarkan

Surat keterangan sakit yang dapat dipergunakan oleh tersangka atau

terdakwa dalam proses hukum baik sebagai tersangka atau terdakwa untuk

menunda pemeriksaan tersebut. Disinilah Peran moral dalam proses hukum

untuk menghambat atau menghalang–halangi dalam proses hukum

tersebut. Moralitas seorang Dokter dipertaruhkan disini untuk memberikan

keterangan yang sesungguhnya bahwa Klien atau Pasian tersebut benar-

benar sakit atau tidak.

Moralitas terkadang menjadi tidak fleksibel dalam upaya menghadapi

berbagai kasus yang menuntut keputusan yang benar atau tidak. Moral

merupakan aturan dimana manusia harus bertindak baik secara lisan

maupun tulisan secara bathin maupun lahiriah. Fungsi dari pada moral

adalah sebagai pemberi pedoman pada tindakan manusia agar selalu dalam

koridor kebenaran. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai

manusia. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah Sopan

Santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau

sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Faktor yang

menentukan moralitas dan factor yang mempengaruhi moralitas terdapat

tiga unsur menurut Sumaryono dalam buku yang ditulis oleh Abdulkadir

Muhammad 1. Motivasi 2. Tujuan Akhir 3. Lingkungan per-buatan.

Perbuatan manusia dikatan baik apabila motivasi, tujuan akhir, dan

Page 14: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |4

lingkungan juga baik. Apabila salah satu factor penentu tersebut tidak baik,

maka keseluruhan perbuatan manusia menjadi tidak baik. Motivasi adalah

hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dengan maksud untuk mencapai

sasaran yang hendak dituju, Jadi votivasi itu dikehendaki secara sadar,

sehingga menentukan kadar moralitas perbuatan. Tujuan akhir (sasaran)

adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Moralitas

perbuatannya ada dalam kehendak itu. Perbuatan itu menjadi objek

perhatian kehendak, artinya memang dikehendaki oleh pelakunya.

C. PENGERTIAN ETIKA

Etika menurut penjelasan Bartens berasal dari bahasa Yunani kuno

yaitu ethos, sedangkan dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan,

adat istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah to ether

artinya adat kebiasaan. Secara etimologi, ada dua pendapat mengenai asal-

usul kata etika menurut Ayi Sofyan yakni; pertama, etika berasal dari

bahasa Inggris, yang disebut dengan ethic (singular) yang berarti suatu

sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang

ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang

dimaksud maka ethics berarti suatu cabang filsafat yang memberikan

batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak)

berarti prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi. Etika

berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ethikos yang mengandung arti

penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang

mengandung analisis konsep-konsep seperti harus, mesti benar salah,

mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan

moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.

Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti ethos, yang apabila

dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang

rumput, kandang, adat akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam

bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri

pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia etika dirumuskan dalam:

Page 15: ETIKA PROFESI DAN

5| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak

kewajiban moral (akhlak)

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

3. Nilai mengenai yang benar atau salah yang dianut suatu golongan

atau masyarakat.

Etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut

“menjadi orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan

segenap masyarakat yang tepatnya disebut "ethos"nya. Jadi etika adalah

bagian dan pengertian dari ethos, usaha untuk mengerti tata aturan sosial

yang menentukan dan membatasi tingkah laku kita, khususnya tata aturan

yang fundamental seperti larangan membunuh dan mencuri dan perintah

bahwa orang harus "menghormati orang tuanya" dan menghormati hak-

hak orang lain yang kita sebut moralitas.

D. MORAL DAN HUKUM

Hukum merupakan produk kehendak manusia, teori mengenai manusia

berasal dari keberadaan manusia itu sendiri secara kodratnya

menginginkan kebebasan bertindak dan berorientasi hidup, sehingga

dengan kebebasan membuat manusia kadangkala menghalalkan segala

cara untuk mendapatkan apa yang ia ingginkan, bahkan saling mencederai

martabat sesama manusia demi apa yang ia inginkan. Dengan demikian

diperlukannya hukum yang mampu membawa manusia kembali pada

peradapannya menuju kehidupan yang harmoni diantara kebebasan dan

keinginan natural kedihupannya. Diera digital modern seperti saat ini

dimana manusia telah berkembang dalam ilmu dan teknologi maka terjadi

kemerosotan nilai dengn kembalinya keera primitive saling menguasai dan

membinasakan sesama. Hal ini sedikit membuat krisis moralitas dalam

dunia hukum kita terutama peran dan fungsi sebagai aparat penegak

hukum, dan para pengambil kebijakan, orang-orang ini seharusnya sebagai

role model malah justru berakrobat, mengakali proses hukum, untuk

kepentingan politik atau kelompoknya. Disatu sisi manusia mengklaim

dirinya adalah mahluk paling bermoral yang mengemban tugas untuk

membangun negerinya, disisi lain ketika berbicara keinginan pribadi mahluk

yang namanya manusia ini mengikis sendiri nilai nilai morallitas untuk

Page 16: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |6

meraihnya. Disinilah moralitas dipertanyakan terutama dalam moralitas

berhukum.

Kejadian terkini ditanah air berupa rentetan kasus Operasi Tangkap

Tangan (OTT) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK )

kepada para penegak hukum dan para pejabat daerah : salah satu nya

kasus Bupati Kabupaten Bengkayang, Hakim Tipikor yang terkena suap, Jual

beli jabatan yang dilakukan oleh seorang Mentri, Terpidana koruptor

menyuap Kepala Lembaga Pemasyarakatan bahkan ratusan kasus lain yang

melibatkan aparat penegak hukum dan Pejabat Publik negeri ini. Ini menjadi

bukti betapa setriusnya persoalan ketika moral absen dalam hukum.

Korupsi dan Suap menyuap dalam dunia hukum bukan lagi masalah every

man’s need melainkan every man’s greed sebagaimana ungkapan Mahatma Gandhi karena lumpuhnya pengekangan diri karena absennya

moralitas. Hukum memerlukan Moralitas sebagaimana yang di ungkapkan

Bernart L.Tanya dalam bukunya Moralitas Hukum. Hukum dapat melakukan

tugasnya apabila dapat berefleksi secara proporsional bagaimana hukum

seharusnyabersifat dan bertugas apabila dilandasi dengan moral.

Beberapa teori tentang hukum seperti yang diaungkapkan para pakar

Hukum dibawah ini:

1. Immanuel Kant:

Hukum adalah semua syarat dimana seseorang mempunyai kehendak

bebas, sehingga bisa menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain

dan menaati peraturan hukum mengenai kemerdekaan.

2. Mr. E.M. Meyers:

Hukum adalah aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan.

Hukum ditujukan kepada perilaku manusia dalam masyarakat yang menjadi

pedoman bagi para penguasa Negara dalam menjalankan tugas.

3. Bambang Sunggono:

Hukum adalah sebagai subordinasi atau produk dari kepentingan

politik.

Page 17: ETIKA PROFESI DAN

7| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

4. Leon Duguit:

Hukum adalah seperangkat aturan tingkah laku anggota masyarakat

dimana aturan tersebut harus ditaati oleh masyarakat sebagai jaminan dari

kepentingan bersama. Apabila dilanggar maka akan mendatangkan reaksi

bersama terhadap pelanggar hukum.

5. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja:

Pengertian Hukum adalah keseluruhan kaidah serta semua asas yang

mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan untuk

memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses guna

mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam

masyarakat.

6. Soetandyo Wigjosoebroto:

Menyatakan bahwa tidak ada konsep tunggal tentang apa itu hukum.

Karena sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep, yaitu:

a. Hukum sebagai asas moralitas.

b. Hukum sebagai kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat

tertentu.

c. Hukum sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam hidup

bermasyarakat.

7. Satjipto Raharjo:

Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisi

petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan cerminan dari kehendak manusia

mengenai bagaimana seharusnya masyakat dibina dan kemana masyarakat

harus diarahkan. Pertama hukum harus rekaman dari ide yang dipilih oleh

masyarakat tempat hukum dibuat, ide tersebut berupa ide tentang

keadilan.

Dari beberapa teori hukum diatas merupakan pengertian yang

menyesatkan kerena dimulai dari konsep yang kurang tepat mengenai

hakikat asasi manusia dan hukum yang seakanakan hampa nilai. Manusia

dianggap kumunitas materi seperti kadal yang berkaki dua yang seolah-olah

hanya tunduk pada Naluri atau insting sehingga di biarkan dalam logika

Page 18: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |8

hukum rimba dengan siapa yang kuat dialah sebagai raja rimbanya. Jika

harus ditertibkan agar yang lemah tidak binasa, maka cukup dengan aturan

yang sekeras mungkin agar amnusia takut dan taat atau setidaknya

penguasa membuat aturan yang mengamankan keselamatan masing-

masing Individu supaya tidak saling memangsa dalam perang semua versus

semua. Ada Juga manusia yang mengandalkan kecerdikan dalam

menghadapi “Si mahluk liar,” yang namanya manusia menurut Machiavelli dalam bukunya berjudul Il Principe ( Sang Raja ) dengan cara menempuh

mengelabui, maka si “Si mahluk liar” itu dapat di jinakkan dan dikuasai.

Penguasa boleh memilih berbagai cara untuk menguasai “si Liar” dapat kendalikan dan dikuasai misalnya dengan kekerasan, pembunuhan,

pengkhianatan, penipuan. Dipagi hari bepenampilan sebagai domba,

disiang hari berpenampilan sebagai harimau, hal ini sah-sah saja. Untuk

membuat aturan demi aturan itu sendiri maka aturan itulah sebagai ukuran

segala sesuatu: menjadi tertib, legal, pasti, dan terkontrol. Manusia sebagai

mahluk yang liar tadi harus tunduk terhadap aturan yang ada tanpa syarat.

Ia sebagai robot yang didepan aturan tanpa perlu mempertanyakan motif

aturan itu dibuat, tanpa perlu mempertanyakan nilai-nilai aturannya

apalagi kewajaran aturan tersebut, cukup melakukan saja apa yang

diperintahkan, hal inilah yang dilakukan para kaum legalis klasik.

Naturalisme dalam pemikiran diatas menimbulkan hal negative

sehingga telah menghilangkan nilai paling substantive dari manusi dan

hukum, yaitu nilai-nilai yang di ungkapkan oleh Theodore M.Steeman dalam

Disertasinya di Harvard University tahun 1973 dengan judul “Religious

Pluralism And National Integration”. Dengan menurunkan derajat manusia

aling rendah melalui seakanakan hanya seekor Homo, bukan Homo sapiens.

Seolah-olah hanya Binatang atau animal, bukan sebagai mahluk bermoral,

hanya materi bukan logos. Dengan demikian, hukum yang sejatinya

merupakan tatanan khas manusia yang sarat nilai hal ini merupakan cara

pandang Socrates pada jaman Yunani yang selalu mengaitkan masalah

negara dan hukum dengan aspek moral, yaitu keadilan. Dengan diturunkan

derajat manusia dengan melakukan perintah-perintah paksa hampa nilai.

Hukum kehilangan nilainya sebagai pedoman tentang yang baik, benar dan

pantas yang di ungkapkan Max Weber dalam bukunya The Theory of social

and economic organization.

Page 19: ETIKA PROFESI DAN

9| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

Ajaran hukum Kodrat ( Natural law) yang mengunggulkan supremasi

moral,secara akal sehat kita sulit menerima secara teori tentang

kehampaan nilai dalam hukum. Hati kita begitu terusik ketika aparat

penegak hukum dan para elite politik menenggelamkan diri dalam

kubangan mafia hukum. Apa sebenarnya yang terjadi ? terjadilah penci-

deraan nilai-nilai, terjadinya pengkhianatan norma-norma moral tugas.

Sehingga terjadi Moral manusia dan juga moral hukum yang terinjak-injak.

Hukum adalah alat manusia , sebagai alat hukum bukan merupakan tujuan

pada dirinya sendiri. Hukum melayani manusia sebagai manusia. Hukum

melayani manusia yang punya Nurani dan Martabat. Hukum tidak harus

berubah menjadi etika, namu orang masih mengharapkan sesuatu yang

bernilai dari hukum. Hukum tidak harus menjadi agama namun orang masih

berharap sesuatu yang mulia dari hukum. Walaupun hukum tidak harus

berubah menjadi ideologi namun orang masih berharap sesuatu yang ideal

dari hukum. Dengan demikian itulah yang menjadi jiwa hukum ( Enima

Legias) dari suatu tatanan manusia. Minimal hukum dalam konteks sebagai

kaidah manusia tidak melangkahi kewajaran akal sehat. Tidak membolak

balikan norma-norma moral. Tanpa menegasi prinsip-prinsip keadapan.

Tidak harus kembali ke ajaran Socrates atau Plato, idealisme nilai-nilai

dalam hukum masih merupakan sesuatu yang fundamental.

Ajaran Kant menekankan pentingnya martabat manusia yang tidak

dapat ditawar-tawar yang merupakan induknya teori Kelsen. Ia

mengungkapkan bahwa ada dua norma yang mendasari prinsip ini: (1) Tiap

manusia diperlakukan sesuai martabatnya, ia harus diperlakukan dalam

segala hal sebagai subyek, bukan obyek (2) Orang harus bertindak dengan

dalil bahwa apa yang menjadi dasar tindakannya memang merupakan

prinsip semesta. Berdasarakan teori kan tersebuat bahwa yang menjadi

prinsip teorinya adalah keharusan memperlakukan manusai sebagai subjek

dan tidak boleh menjadi objek. Gustav Ranbruch meng-atakan

memantrikan keadilan sebagai mahkota hukum. Keadilan adalah cita.

Hukum merupakan rangkaian nilai keadilan, kepastian dan keman-faatan

dari sebuah tata nilai kolektif. Luypen juga menekankan pentingnya

pentingnya keadilan. Keadilan menurut pandangannya adalah sikap

memperhatikan tugas dan kewajiban untuk mempertahankan dan

mengembangkan perikemanusian. Keindahan hukum sebagai tata nilai

Page 20: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |10

adalah pada perjuangan untuk tetap melestarikan perikemanusian yang

menegaskan bahwa hukum diperuntukan bagi manusia sebagai mahluk

yang luhur mulia, bukan semata-mata seonggok materi. Dari kedua teori

para ahli diatas Gustav Ranbruch dan Luypen lebih menekankan pentingnya

keadialan. Jadi hukum itu sebagai alat, namun alat yang bebas nilai. Hukum

sebagai alat manusia yang sarat akan nilai-nilai sebab hukum melayani

manusia yang sarat nilai-nilai.

Hukum merupakan alat manusia yang sarat nilai, maka dengan kata lain

bahwa hukum adalah the art of value. Sebauah seni mempertahankan nilai-

nilai dan atau prinsip-prinsip. Dengan 4 alasan bahwa hukum dikatakan the

art of value Karena:

1. Hukum adalah kaidah

Hukum merupakan dari pedoman yang mempunyai nilai dan

mengandung nilai, hukum sebagai kaidah lebih dari hanya sekedar aturan

namun secara pragmatis yang fungsinya untuk mengawasi dan

mengendalikan. Hukum mempunyai sifat normative dalam wujudnya sebab

melibatkan juga rasionalitas nilai nilai yang di ungkapan oleh Max weber.

Jadi hukum tidak hanya mengandung aturan-aturan saja dan bagaimana

mepertahankan hukum namun lebih dari itu Aturan hukum harus dapat

dibenarkan melalui akal sehat dengan apakah hukum itu layak atau tidak,

baik benar hukum bernilai. Dengan konteks hukum adalah kaidah dengan

menampilkan norma yang benar baik dan bermanfaat sehingga dalam

penanganan hukumpun diperlukan keluhuran kaidah. Hukum harus

ditangani secara bermoral.

2. Hukum Mengatur Manusia dan Nasib Manusia

Manusia adalah mahluk paling mulia yang di ciptakan oleh Tuhan yang

Maha Esa sehingga manusia hidup dengan peradapan yang tinggi, hal itu

yang membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain ciptaanNya.

Sehingga manusia tidak boleh diperlakukan secara semena-mena, maka

hukumlah yang berfungsi disini sebagai alat untuk mengatur manusia

dituntut memiliki idealisme tentang keluruhan nilai dan martabat manusia.

Hukum harus mempunyai idealisme yang searah dengan nilai-nilai

kemanusian dan martabat manusia yang merupakan fundamental hukum.

Page 21: ETIKA PROFESI DAN

11| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

3. Hukum Merupakan Intrumen Keadilan

Hukum Sebagai alat untuk mencapai keadilan, yang harus di utamakan

oleh hukum adalah berpegang pada norma-norma keadilan tanpa idealisme

norma-norma keadilan hukum akan tidak peka sehingga dengan mudah

mengabaikan keadilan, persamaan, kejujuran dan lain-lain. Norma keadilan

dalam hokum adalah unsur yang paling pokok tanpa itu maka akan hadirlah

ketidakadilan yang paling nyata.

4. Hukum Mudah Dimanipulasi

Manipulasi hukum terbentang luas, karena hukum merupakan produk

poliitik. Dalam pengambilan keputusan menggunakan mengutamakan

angka dan jumlah, sehingga mudah menjadi jalan untuk memenangkan

segala hal, proses inilah yang menghancurkan republik dengan system

Voting. Kebiasaan tawar menawar seperti dagang sapi di Parlemen

dilakukan, sehingga memunkinkan hal buruk terjadi dalam hukum melalui

penyusupan. Banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh

lembaga yang berwenang kita dengan berisikan agenda-agenda yang

tersembunyi sehingga menimbulkan konflik semua unsur bangsa yang

mengakibatkan kegaduhan diberbagai bidang. Banyak nya peraturan

perundang-undangan yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui

Judicial Review dan Tumpukan Perda yang dibatalkan oleh Depdagri

merupakan contoh hukum di buat berdasarkan Kepentingan yang berke-

pentingan bukan untuk kebutuhan.

Keberadaan Moral dalam hukum sangat diperlukan hingga saat ini.

Kejadian tragedi kemanusian memerlukan solusi hukum yang bermoral.

Beberapa kejadian yang menghebohkan dunia salah satunya mengenai

Putusan Mahkamah Agung Amerika yang mengintruksikan untuk

mengakhiri diskriminasi terhadap kulit hitam, piagam Magna Charta adalah

sikap moral, kedua tragedi moral tersebut merupakan absen nya moral dari

hukum. Hukum yang bermoral adalah kebutuhan umat manusia. Tanpa

hukum yang bermoral tidak terdapat masyarakat yang bisa berkembang

dan bertahan dalam kedamian dan keadilan. Menurut Bernard L Tanya

dalam bukunya Moralitas Hukum bahwa hukum yang bermoral adalah

fondasi sekaligus perekat, yang mencegah masyarakat dari disintegrasi

yaitu hancur berkeping-keping. Dan Bernard L Tanya menyatakan tidak

Page 22: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |12

mungkin ada kehidupan bersama yang manusiawi tanpa hukum yang

bermartabat demikin ungkapan beliau didalam bukunya Penegakan Hukum

Dalam Terang Etika yang diterbitkan di Jogyakarta oleh Genta Publising

Tahun 2011.

Semboyan yang di keluarkan hukum kodrat yang dipelopori oleh

Wolfgang Friedman menyakatan “ Tiada Hukum Tanpa Moral “ masih menggema hingga saat ini, Aliran Legal Positivism yang memprovokasi

hukum kedap moral, Tidak memberi rasa aman, pada manusia. Bayang -

bayang penindasan, kebengisan, dan perlakuan diskriminatif selalu

menghantui manusia disaat hukum dibiarkan tanpa moralitas. Seperti Kasus

Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI yang tekena kasus suap Simulator SiM

padaa tahun 2017 lalu manggkir dari panggilan KPK bahkan ia mengajukan

Praperadilan penetapannya sebagai tersangka, Selama proses Prapedilan

berjalan Setya Novanto jatuh sakit sehingga di rawat di Rumah Sakit

Premier Jatinegara Jakarta Timur dengan berbagai diagnosa penyakit mulai

dari sakit ginjal, diabetes, jantung, sampai tumor tenggorokan. Sehingga

hakimpun mengabulkan Praperadilan Setya Novanto dan melepas

statusnya sebagai tersangka. Penetapan Setya Novanto kali kedua oleh KPK

secara paksa kali ini ia juga mangkir, keesokan malamnya publik dihebohkan

dengan kabar media terjadi tabrakan tragis yang mengakibatkan Setya

Novanto cedera. Setya Novanto pun dilarikan ke Rumah Sakit sang Dokter

yang menangani kasus tersebut juga terseret hukum. Kasus ini

menerangkan bahwa tenaga kesehatan yaitu peran dokter dalam

penegakan hukum kita.

Moralitas tidak hanya dibutuhkan aparat penegak hukum namun di

butuhkan seluruh profesi yang ada di muka bumi ini untuk manjalankan

Tugas dan fungsi sebagai palayan masyarakat salah satunya profesi

kesehatan sebagai tenaga kesehatan. Pengertian Tenaga Kesehatan Tenaga

menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014

Tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ket-

erampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Termasuk didalamnya tenaga Medis. Tenaga medis menurut undang-

Undang tersebut diatur dalam pasal 11 ayat 2 yang termasuk tenaga

Page 23: ETIKA PROFESI DAN

13| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

kesehatan yang tergolong tenaga medis adalah terdiri atas dokter, dokter

gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Standar praktik kedokteran

diatur tersendiri melalui Undang undang Republik Indonesia Nomor 29

Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Yang menjadi latar belakang di terbitkannya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan dengan

mempertimbangkan beberapa ketentuan:

1. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar

masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai

salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam

bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh

masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang

menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat

secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta

aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat;

3. bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang

tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus

ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,

sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan

pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa

keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan;

4. bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu

dan masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kese-hatan kepada

seluruh masyarakat, dan untuk memberikan pelindungan serta

kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima

upaya pelayanan kesehatan, perlu penga-turan mengenai tenaga

Page 24: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |14

kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan,

pendayagunaan, pembinaan, dan penga-wasan mutu tenaga kesehatan;

5. bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam

berbagai peraturan perundang-undangan dan belum menampung

kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu dibentuk undang-undang

tersendiri yang mengatur tenaga kese-hatan secara komprehensif;

6. fbahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Undang-

Undang tentang Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas bahwa setiap petugas medis dan para medis

harus memiliki asas-asas etika medis untuk menjalankan tugas sehari-hari

dalam melayani pasien antara lain:

1. Asas Menghormati Otonomi Pasien.

Otonomi secara umum adalah hak untuk memutuskan sendiri dalam

hal-hal yang menyangkut diri sendiri. Hak otonomi pasien adalah hak pasien

untuk mengambil keputusan dan menentukan sendiri tentang kesehatan,

kehidupan, dan malahan secara ekstrim tentang kemati-annya.

2. Asas Keadilan (Justice)

Keadilan adalah salah satu pilar utama dalam kehidupan demokrasi.

Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia; setiap orang berhak untuk

mendapat pelayanan kesehatan yang adil, karena kesehatan adalah hak

yang sama bagi setiap warga negara. Hak ini dijamin dalam amendemen

UUD tahun 1945.

3. Asas Berkata Benar (Truth Telling, Veracity)

Salah satu ciri hubungan tenaga kesehatan/paramedik dengan pasien

merupakan hubungan kepercayaan. Tenaga kesehatan harus selalu berkata

benar tentang keadaan pasiennya begitu juga pasien salah satu hak pasien

adalah memberikan informasi tentang keadaaan dirinya dengan sebenar-

benarnya. Jangan sampai membuat keterangan yang bukan sesungguhnya

kondisi pasien demi kepentingan hukum.

Page 25: ETIKA PROFESI DAN

15| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

E. RANGKUMAN

Tantangan kita dewasa ini bagaimana harus menegakkan nilai nilai

moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Malalui memperhatikan

pembentukan kebiasaan-kebiasan yang meangartikan nilai-nilai baik-buruk

kedalam tingkah laku social. Bentuk kebiasan-kebiasaan itu dapat dilakukan

melalui 3 cara:

1. Keteladanan , fungsi keteladanan ini menghadirkan publik figure yang

dijadikan sebagai Role model dalam membentuk kebiasaan-kebiasan,

harus menjadi contoh terhadap yang berada diba-wahnya. Seperti

seorang pemimpin harus benar-benar berfungsi sebagai Representatif

Person sehingga orang-orang yang dipimpinya sungkan dan canggung

melakukan penyimpangan. Bawahanya akan malu jika melakukan

kesalahan jika sang pemi-mpin hidup lurus dan bersih.

2. Melalui Mekanisme Reward Dan punishment yang dijalankan dengan

berulang-ulang dan konsisten. Kladen mengatakan kebiasan moral

akan terbentuk apabila kepercayaan publik bahwa usaha melakukan

perbuatan yang benar dan adil merupakan tindakan yang mendapat

imbalan social dan politik yang tinggi, sedangkan menyembunyikan

atau turut dalam kejahatan akan mendapat hukuman dan sanksi yang

berat.

3. Pembentukan Moral Habit melalui keberanian moral pemimpin atau

institusi untuk bertanggung jawab atas perilaku anggota atau

bawahannya. Dalam beberapa kasus setiap terjadi pelanggaran yang

dilukan oleh bawahan maka jawabannya standar yakni perbuatan

oknum. Penyelewengan yang dilakukan oleh bawahan dilokalisir

sebagai penyelewengan orang perorangan dan tidak dapat dikaitkan

dengan pimpinan atau institusi.

4. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang

terdapat di antara sekelompok manusia. Norma ada-lah aturan yang

berisi rambu-rambu yang menggambarkan uku-ran tertentu yang di

dalamnya terkandung nilai benar/salah secara umum kita dapat

membedakan dua macam norma, yaitu norma khusus dan norma

umum. Terdapat empat (4) kaedah atau norma dalam pergaulan

hidup, yaitu norma agama, kesusilaan, keso-panan dan hukum. Dalam

pelaksanaannya, terbagi lagi menjadi normanorma umum (non

Page 26: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |16

hukum) dan norma hukum. Pengertian etika adalah nilai-nilai dan

norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

5. Etika dan moralitas berkaitan erat sekali dengan hukum dan adat

istiadat/kebiasaan masyarakat. Sebuah etika atau ethics merupakan

bagaimana kita memperhatikan atau mempertim-bangkan perilaku

manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan

atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan

objektivitas untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain menilai baik atau buruk.

LATIHAN

1. Jelaskan makna Moral Dan Moralitas ?

2. Jelaskan Kolerasi antara etika, moral dan Hukum ?

3. Jelaskan Penerapan etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat?

4. Jelaskan Hubungan Etika Dan Moral ?

5. Jelaskan eksistensi Moral dalam Hukum ?

Page 27: ETIKA PROFESI DAN

17| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

DAFTAR PUSTAKA

Yopita, Bernart L Tanya, Moralitas Hukum, Yogyakarta, GENTA Publishing

2014.

Aaron, Thomas, The Control of Police Discretions, Springfield: Charles D.

Thomas, 1960.

Austin, John, The Province of Jurisprudence Determined, Cambridge,

University Press, 1995.

Bello, Petrus CKL., Hukum dan Moralitas: Tinjauan Filsafat Hukum, Jakarta,

Erlangga, 2012.

Friedmann, Wolgang, Legal Theory, London: Stevens & Son Limited, 1953.

Darmaputera, Eka, Etika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan Pertama, cet.

Ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.

Bertens, K, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.

Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti,

1997.

Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta, Kompas, 2003.

Dworkin, Ronald ed., The Philosophy of Law, Oxford: Oxford University

Press, 1997.

Friedmann, Wolgang, Legal Theory, London: Stevens & Son Limited, 1953.

Fiedrick, Carl J. The Philosophy of Law in Historical Perspective, The

University of Chicago Press, 1969.

Dossy I.P, Bernart L Tanya. Hukum Dan Etika Kekuasan, Yogyakarta, GENTA

Publishing 2011

Page 28: ETIKA PROFESI DAN

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |18

PROFIL PENULIS

HERNIWATI adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum

Soelthan M. Tsjafioeddin Singkawang, Selain sebagai

dosen ia juga ASN Kementrian Hukum Dan Ham Yang

ditugas kan di Rupbasan Singkawang. ia SMA di Sekolah

Perawat Kesehatan (SPK) Depkes Singkawang,

Kemudian melanjutkan D1 Kebidanan di SPK Dep Kes

Singkawang Progam Bidan-A, Ditahun 2009 ia mengikuti

S1 Hukum di tempat ia mengabdi menjadi Dosen

kemdian Melanjutkan S2 di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Tanjung Pura

Pontianak.


Recommended