ETIKA PROFESI DAN
HUKUM KESEHATAN
Tim Penulis
Herniwati, S.H. M.H.
dr. Rospita Adelina Siregar, MH. Kes.
Dr. Anggraeni Endah Kusumaningrum, S.H. M. Hum.
Dr. Muntasir, S. Si, Apt. M.Si.
Lia Kurniasari, M. Kes.
Dr. Endang Wahyati Yustina, S.H., M.H.
Safaruddin Harefa, S.H., M.H.
Sulaiman, S.H., M.H.
Dr. Arman Anwar, S.H., M.H.
Ika Atikah, SH.I., M.H
Dr. Sabir Alwy, S.H., M.H & Afdhal, S.H., M.Kn.
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
Herniwati, Rospita Adelina Siregar, Anggraeni Endah Kusumaningrum,
Muntasir, Lia Kurniasari, Endang Wahyati Yustina, Safaruddin Harefa,
Sulaiman, Arman Anwar, Ika Atikah, Sabir Alwy & Afdhal.
Desain Cover:
Ridwan, SH
Tata Letak:
Aji Abdullatif.R
Editor:
Elan Jaelani, SH., MH
ISBN: 978-623-92777-8-9
Cetakan Pertama:
Maret 2020
Hak Cipta 2020
Hak Cipta Dilindungin Oleh Undang-undang
Copyright © 2020
by Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung
All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Website: www.penerbitwidina.com
Instagram: @penerbitwidina
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualiakum. wr. wb.
Salam literasi,
Syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada kita. Karena izin-Nya pula buku yang berjudul “Etika Profesi dan Hukum Kesehatan” ini telah berhasil diterbitkan. Tulisan-tulisan yang ada dalam buku ini
merupakan kumpulan buah pemikiran dari para dosen, peneliti dan
praktisi yang memiliki kompetensi dan kapa-sitas pada bidangnya
masing-maisng, terutama bidang Hukum dan kesehatan.
Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa, penerbitan buku
kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen kami sekaligus bentuk
kontribusi terhadap perkembangan dunia litarasi dan publikasi ilmiah
di Indonesia. selain itu, buku kolaborasi ini juga menjadi bagian dari visi
kami untuk berperan sebagai media diseminasi gagasan dan pemikiran
para Dosen, Peneliti ataupun Praktisi diselulruh Indonesia.
Buku Etika profesi dan hukum kesehatan ini yang disusun secara
terstruktur dan sistematis mengikuti pedoman pembelajaran mata-
kuliah di perguruan tinggi, sehingga sangat cocok digunakan sebagai
bahan referensi mahasiswa hukum atapun mahasiswa kesehatan yang
ingin mengetahui secara mendalam terkait aspek hukum yang berkaitan
dengan bidang kesaehatan. Buku ini diawali dengan pembahasan
tentang konsep dasar moral, etika dan hukum yang merupakan materi
fondasi yang akan memberikan pemahaman terkait keadilan, kebaikan
dan norma yang hidup didalam masyarakat. Setelah menyajikan materi
dasar, buku ini selanjutnya masuk kepada pemba-hasan yang lebih
spesifik yaitu pembahasan tinjauan hukum terhadap pelaksanaan
praktek profesi dan layanan kesehatan yang ditinjau dari sudut pandang
hukum perdata, hukum pidana dan hukum admi-nistrasi.
Karena bidang kesehatan merupakan hak dasar manusia yang
dijamin oleh konstitusi serta telah diyakini oleh masyarakat dunia
sebagai hak paling fundamental, maka buku ini juga menyadjikan sudut
pandang Hukum Hak asasi manusia Internasional dalam rangka melihat
iv
prespektif masyarakat dunia terhadap pemenuhan kesehatan sebagai
hak paling mendasar bagi manusia. Selanjutya, dalam rangka menjamin
hak dasar tersebut, buku ini diakhiri dengan pembahasan seputar
pertanggung jawaban hukum di bidang kesehatan yang terdiri dari
penjelasan hak, kewajiban, fungsi, dan tanggung jawab para
stakeholders seperti dokter, tim medis, rumah sakit dan pasien dalam
kontek pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Selanjutnya dalam rangka menegakan hak dan kewajiban
sebagaimana yang sudah termaktub dalam peraturan perundang-
undangan kesehatan, buku ini diakhiri dengan pembasan terkait
mekanisme dan jenis-jenis penyelesaian sengketa yang ditimbulkan
akibat praktek pelayanan kesehatan.
Terkahir sebagai kalimat penutup, semoga buku yang telah di
susun secara kolaborasi ini dapat bermanfaat dan dapat diterima oleh
masyarakat luas, khususnya dapat menjadi pedoman atau rujukan bagi
para mahasiswa hukum, mahasiswa kesehatan ataupun para praktisi
yang sering terlibat dalam aktifitas layanan kesehatan,
Bandung, Maret 2020
Elan Jaelani
Scopus ID 57215717989
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................... v
BAB 1 KONSEP DASAR MORAL, ETIKA DAN HUKUM ........................ 1
A. Pendahuluan .......................................................................... 1
B. Pengertian Moral .................................................................... 2
C. Pengertian Etika ..................................................................... 4
D. Moral Dan Hukum .................................................................. 5
E. Rangkuman ........................................................................... 15
BAB 2 ETIKA DAN ETIKA PROFESI .................................................. 21
A. Pendahuluan ........................................................................ 21
B. Kode Etik Kedokteran Indonesia .......................................... 24
C. Tantangan Etika Kedokteran Di Indonesia ........................... 27
D. Kecenderungan Penyimpangan Etik .................................... 28
E. Pelanggaran Etik Murni Dan Etikolegal ................................ 29
F. Sanksi Etika .......................................................................... 32
G. Rangkuman Materi ............................................................... 33
BAB 3 PENGANTAR ILMU HUKUM SERTA HUBUNGANNYA DENGAN
PELAYANAKESEHATAN ................................................................. 40
A. Pengantar Ilmu Hukum ........................................................ 40
B. Hukum Pelayanan Kesehatan ............................................... 42
C. Hukum Perikatan (Het Verbintenissen Recht) ...................... 44
D. Rangkuman Materi ............................................................... 49
BAB 4 SEJARAH, ASAS DAN PERMASALA-HAN MORAL ETIKA DAN
HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN .................................... 55
A. Pendahuluan ........................................................................ 55
B. Sejarah Pelayanan Kesehatan Di Indonesia .......................... 59
C. Asas Asas Dalam Pelayanan Kesehatan ................................ 61
D. Moral, Etika Dan Hukum Dalam
Pelayanan Kesehatan ........................................................... 64
E. Rangkuman Materi ............................................................... 66
BAB 5 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN ........... 71
vi
A. Pendahuluan ........................................................................ 71
B. Rincian pembahasan materi hukum kesehatan .................... 72
C. Sehat .................................................................................... 76
D. Tenaga kesehatan ................................................................. 88
E. Rangkuman materi ............................................................... 90
BAB 6 HAK DASAR MANUSIA........................................................ 95
A. Pendahuluan ........................................................................ 95
1. Definisi Hak .................................................................... 96
2. Hak Dasar Manusia Sebagai Hak Asasi Manusia............. 96
3. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia .................. 101
4. Deklarasi Hak Yang Disepakati Oleh Negara................. 102
5. Hak Asasi Manusia Dalam Bidang Kesehatan ............... 103
B. Rangkuman materi ............................................................. 105
BAB 7 PERBUATANMELANGGAR HUKUM DALAM PELAYANAN
KESEHATAN ............................................................................... 111
A. Pendahuluan ...................................................................... 111
B. Pengertian perbuatan melanggar hokum ........................... 114
C. Perbuatan melanggar hukum
Dalam perspektif hukum perdata ....................................... 116
D. Perbuatan melanggar hukum
Dalam perspektif hukum pidana ........................................ 119
E. Perbuatan melanggar hukum
Dalam perspektif hukum administrasi Negara ................... 123
F. Perbuatan melanggar hukum
Dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan ........................ 125
G. Rangkuman materi ............................................................. 128
BAB 8 ASPEK HUKUM PIDANA DALAM KESEHATAN (CRIMINAL
MALPRAKTIK) ............................................................................ 133
A. Pendahuluan ...................................................................... 133
B. Pengertian malpraktek dari
Aspek hukum pidana .......................................................... 135
C. Unsur unsur malpraktek
Dari aspek hukum pidana ................................................... 138
D. Faktor yang menyebabkan
Terjadinya malpraktek ........................................................ 139
vii
E. Tanggung jawab pidana malpraktek .................................. 140
F. Rangkuman materi ............................................................. 145
BAB 9 ASPEK HUKUM PERDATA DALAM KESEHATAN
(CIVIL MALPRAKTIK) ................................................................... 151
A. Pendahuluan ...................................................................... 151
B. Malpraktik hukum perdata (civil malpractik) ...................... 153
C. Hubungan hukum membentuk
Pertanggung jawaban perdata bagi dokter ........................ 158
D. Tanggungjawab hukum pemberi pelayan kesehatan
terhadap dugaan kasus malpraktik medis ......................... 159
E. Rangkuman materi ............................................................ 161
BAB 10 ASPEK HUKUM ADMINISTRASI DALAM KESEHATAN
(ADMINISTRASI MALPRAKTIK).................................................... 169
A. Pendahuluan ...................................................................... 169
B. Istilah hukum administrasi ................................................. 173
C. Deskripsi tentang hukum adminsitasi ................................ 173
D. Perbedaan ilmu hukum administarsi
dengan ilmu adminsitarsi negara ....................................... 179
E. Maladministrasi kesehatan................................................. 182
F. Rangkuman ......................................................................... 186
BAB 11 PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM
BIDANG KESEHATAN .................................................................. 193
A. Pendahuluan ...................................................................... 193
B. Peran hukum sebagai wujud
Tanggung jawab pelayanan kesehatan ............................... 197
C. Rangkuman materi ............................................................ 205
BAB 12 PENYELESAIAAN SENGKETA DALAM
HUKUM KESEHATAN .................................................................. 211
A. Penyelesaian sengketa dalam hukum kesehatan .............. 211
B. Peran hukum kesehatan dalam
Penyelesaian sengketa ...................................................... 212
C. Sengketa pelayanan kesehatan .......................................... 215
D. Penyelesaian sengketa di luar
Pengadilan (non litigasi) ..................................................... 217
E. Penyelesaian sengketa melalui majelis
viii
kehormatan disiplin kedokteran indonesia (mkdki) ........... 221
F. Penyelesaian sengketa hukum kesehatan
dalam pengadilan (litigasi) .................................................. 222
G. Rangkuman materi ............................................................. 225
ix
BAB 1
KONSEP DASAR MORAL,
ETIKA DAN HUKUM
Herniwati, SH., M.H.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Soelthan M. Tsjafioeddin Singkawang
A. PENDAHULUAN
Manusia tumbuh dan berkembang melalui bertambahnya usia mela-
kukan interaksi manusia tergolong mahluk sosial (zoon Politicon) salling
membutuhkan satu sama lain. Didalam perjalanan kehidupan manusia
mempunyai persamaan dan perbedaan antara manusia yang satu dengan
yang lain. Dalam pergaulan manusia mempuyai rasa kebebasan akan tetapi
bukan bearti manusia mempunyai sifat semaunya sendiri. Manusia mahluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dilengkapi dengan akal,
perasaan dan kehendak akal adalah alat berpikir sebagai sumber ilmu dan
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |2
teknologi. Melalui akal manusia dapat menilai mana yang baik dan mana
yang benar, dengan perasaan manusia dapat menilai mana yang indah dan
mana yang jelek dan kehendak adalah alat untuk menyatakan pilihan
sebagai sumber kebaikan.
Melalui kehendak manusia menilai mana yang baik dan mana yang
buruk sebagai sumber nilai moral. Pendidikan etika anak dimulai dari
keluarga dirumah dimulai dari ayah ibunya, kakak dan saudara lainnya dan
serta dari lingkungan sekitarnya, Pendidikan ini dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Pendidikan tersebutlah yang menjadi pedoman
hubungan manusia dengan manusia lainnya dan juga hubungan manusia
dengan masyarakat lainnya. Etika sosial bagian dari pengalaman pola
tingkah laku manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan sosial di
masyarakat. Manusia sebagai mahluk budaya memiliki berbagai ragam
kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi apabila ada
berhubungan dengan manusia lain. Hubungan tersebut dilandasi dengan
ikatan moral pihak-pihak memenuhi yang mematuhinya. Berdasarkan
memenuhi ikatan moral pihak-pihak memenuhi apa yang seharusnya
dilakukan dan dapat memperoleh apa yang harusnya didapati. Dalam
pergaulan antar manusia juga harus didasari dengan etika yang baik
menjalankan aturan sesuai dengan norma yang berlaku dilingkungan
sekitar. Karena nilai yang di anut oleh masyarakat itu menjadi tolak
ukur kebenaran dan kebaikkan sebagai acuan untuk menata kehidupan
pribadi dan menata hubungan antar manusia, serta manusia dengan alam
sekitarnya.
B. PENGERTIAN MORAL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “ Moral “ bearti: Ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, ahlak, budi pekerti, susila; kondisi mental yang membuat orang
tetap berani, bersemangat, bergairah berdisiplin, isi hati atau keadaan
perasaan. Dengan kata lain moral merupakan alat penuntun, pedoman,
sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan
manusia, seorang manusia yang tidak memfungsikan dengan sempurna
moral yang telah ada dalam diri manusia yang tepatnya berada dalam hati,
maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang selalu melakukan
3| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat, dengan demikian manusia
tersebut merendahkan martabatnya sendiri. Berdasarkan pengertian moral
di atas K Bertens mengatakan bahwa kata yang hampir sama dengan “Etika” adalah “moral”. Kata ini berasal dari bahasa latin Mos jamaknya Mores yang
juga bearti adat kebiasaan. Yang membedakannya hanya pada bahasa
asalnya, Etica bersal dari bahasa yunani sedangkan Moral berasal dari
bahasa latin.
Merujuk dari arti kata etika tersebut maka arti kata moral sama arti
kata etika yaitu nilai nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Mengenai tingkah laku seseorang ini berkaitan dengan kesadaran yang
harus di jalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya sebagai manusia
ciptaan Tuhan Disinilah manusia dapat membedakan mana yang haram
mana yang halal, yang boleh dan tidak boleh dilakukan walaupun ini bersifat
kejam. Salah satu contoh kewenangan seorang Dokter untuk mengeluarkan
Surat keterangan sakit yang dapat dipergunakan oleh tersangka atau
terdakwa dalam proses hukum baik sebagai tersangka atau terdakwa untuk
menunda pemeriksaan tersebut. Disinilah Peran moral dalam proses hukum
untuk menghambat atau menghalang–halangi dalam proses hukum
tersebut. Moralitas seorang Dokter dipertaruhkan disini untuk memberikan
keterangan yang sesungguhnya bahwa Klien atau Pasian tersebut benar-
benar sakit atau tidak.
Moralitas terkadang menjadi tidak fleksibel dalam upaya menghadapi
berbagai kasus yang menuntut keputusan yang benar atau tidak. Moral
merupakan aturan dimana manusia harus bertindak baik secara lisan
maupun tulisan secara bathin maupun lahiriah. Fungsi dari pada moral
adalah sebagai pemberi pedoman pada tindakan manusia agar selalu dalam
koridor kebenaran. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai
manusia. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah Sopan
Santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat, agama atau
sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Faktor yang
menentukan moralitas dan factor yang mempengaruhi moralitas terdapat
tiga unsur menurut Sumaryono dalam buku yang ditulis oleh Abdulkadir
Muhammad 1. Motivasi 2. Tujuan Akhir 3. Lingkungan per-buatan.
Perbuatan manusia dikatan baik apabila motivasi, tujuan akhir, dan
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |4
lingkungan juga baik. Apabila salah satu factor penentu tersebut tidak baik,
maka keseluruhan perbuatan manusia menjadi tidak baik. Motivasi adalah
hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dengan maksud untuk mencapai
sasaran yang hendak dituju, Jadi votivasi itu dikehendaki secara sadar,
sehingga menentukan kadar moralitas perbuatan. Tujuan akhir (sasaran)
adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendaki secara bebas. Moralitas
perbuatannya ada dalam kehendak itu. Perbuatan itu menjadi objek
perhatian kehendak, artinya memang dikehendaki oleh pelakunya.
C. PENGERTIAN ETIKA
Etika menurut penjelasan Bartens berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu ethos, sedangkan dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan,
adat istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah to ether
artinya adat kebiasaan. Secara etimologi, ada dua pendapat mengenai asal-
usul kata etika menurut Ayi Sofyan yakni; pertama, etika berasal dari
bahasa Inggris, yang disebut dengan ethic (singular) yang berarti suatu
sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang
ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang
dimaksud maka ethics berarti suatu cabang filsafat yang memberikan
batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak)
berarti prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi. Etika
berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ethikos yang mengandung arti
penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang
mengandung analisis konsep-konsep seperti harus, mesti benar salah,
mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan
moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.
Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti ethos, yang apabila
dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, adat akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri
pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia etika dirumuskan dalam:
5| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak
kewajiban moral (akhlak)
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai yang benar atau salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat.
Etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut
“menjadi orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan
segenap masyarakat yang tepatnya disebut "ethos"nya. Jadi etika adalah
bagian dan pengertian dari ethos, usaha untuk mengerti tata aturan sosial
yang menentukan dan membatasi tingkah laku kita, khususnya tata aturan
yang fundamental seperti larangan membunuh dan mencuri dan perintah
bahwa orang harus "menghormati orang tuanya" dan menghormati hak-
hak orang lain yang kita sebut moralitas.
D. MORAL DAN HUKUM
Hukum merupakan produk kehendak manusia, teori mengenai manusia
berasal dari keberadaan manusia itu sendiri secara kodratnya
menginginkan kebebasan bertindak dan berorientasi hidup, sehingga
dengan kebebasan membuat manusia kadangkala menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan apa yang ia ingginkan, bahkan saling mencederai
martabat sesama manusia demi apa yang ia inginkan. Dengan demikian
diperlukannya hukum yang mampu membawa manusia kembali pada
peradapannya menuju kehidupan yang harmoni diantara kebebasan dan
keinginan natural kedihupannya. Diera digital modern seperti saat ini
dimana manusia telah berkembang dalam ilmu dan teknologi maka terjadi
kemerosotan nilai dengn kembalinya keera primitive saling menguasai dan
membinasakan sesama. Hal ini sedikit membuat krisis moralitas dalam
dunia hukum kita terutama peran dan fungsi sebagai aparat penegak
hukum, dan para pengambil kebijakan, orang-orang ini seharusnya sebagai
role model malah justru berakrobat, mengakali proses hukum, untuk
kepentingan politik atau kelompoknya. Disatu sisi manusia mengklaim
dirinya adalah mahluk paling bermoral yang mengemban tugas untuk
membangun negerinya, disisi lain ketika berbicara keinginan pribadi mahluk
yang namanya manusia ini mengikis sendiri nilai nilai morallitas untuk
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |6
meraihnya. Disinilah moralitas dipertanyakan terutama dalam moralitas
berhukum.
Kejadian terkini ditanah air berupa rentetan kasus Operasi Tangkap
Tangan (OTT) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK )
kepada para penegak hukum dan para pejabat daerah : salah satu nya
kasus Bupati Kabupaten Bengkayang, Hakim Tipikor yang terkena suap, Jual
beli jabatan yang dilakukan oleh seorang Mentri, Terpidana koruptor
menyuap Kepala Lembaga Pemasyarakatan bahkan ratusan kasus lain yang
melibatkan aparat penegak hukum dan Pejabat Publik negeri ini. Ini menjadi
bukti betapa setriusnya persoalan ketika moral absen dalam hukum.
Korupsi dan Suap menyuap dalam dunia hukum bukan lagi masalah every
man’s need melainkan every man’s greed sebagaimana ungkapan Mahatma Gandhi karena lumpuhnya pengekangan diri karena absennya
moralitas. Hukum memerlukan Moralitas sebagaimana yang di ungkapkan
Bernart L.Tanya dalam bukunya Moralitas Hukum. Hukum dapat melakukan
tugasnya apabila dapat berefleksi secara proporsional bagaimana hukum
seharusnyabersifat dan bertugas apabila dilandasi dengan moral.
Beberapa teori tentang hukum seperti yang diaungkapkan para pakar
Hukum dibawah ini:
1. Immanuel Kant:
Hukum adalah semua syarat dimana seseorang mempunyai kehendak
bebas, sehingga bisa menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain
dan menaati peraturan hukum mengenai kemerdekaan.
2. Mr. E.M. Meyers:
Hukum adalah aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan.
Hukum ditujukan kepada perilaku manusia dalam masyarakat yang menjadi
pedoman bagi para penguasa Negara dalam menjalankan tugas.
3. Bambang Sunggono:
Hukum adalah sebagai subordinasi atau produk dari kepentingan
politik.
7| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
4. Leon Duguit:
Hukum adalah seperangkat aturan tingkah laku anggota masyarakat
dimana aturan tersebut harus ditaati oleh masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama. Apabila dilanggar maka akan mendatangkan reaksi
bersama terhadap pelanggar hukum.
5. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja:
Pengertian Hukum adalah keseluruhan kaidah serta semua asas yang
mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan untuk
memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga dan proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam
masyarakat.
6. Soetandyo Wigjosoebroto:
Menyatakan bahwa tidak ada konsep tunggal tentang apa itu hukum.
Karena sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep, yaitu:
a. Hukum sebagai asas moralitas.
b. Hukum sebagai kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat
tertentu.
c. Hukum sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam hidup
bermasyarakat.
7. Satjipto Raharjo:
Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisi
petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan cerminan dari kehendak manusia
mengenai bagaimana seharusnya masyakat dibina dan kemana masyarakat
harus diarahkan. Pertama hukum harus rekaman dari ide yang dipilih oleh
masyarakat tempat hukum dibuat, ide tersebut berupa ide tentang
keadilan.
Dari beberapa teori hukum diatas merupakan pengertian yang
menyesatkan kerena dimulai dari konsep yang kurang tepat mengenai
hakikat asasi manusia dan hukum yang seakanakan hampa nilai. Manusia
dianggap kumunitas materi seperti kadal yang berkaki dua yang seolah-olah
hanya tunduk pada Naluri atau insting sehingga di biarkan dalam logika
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |8
hukum rimba dengan siapa yang kuat dialah sebagai raja rimbanya. Jika
harus ditertibkan agar yang lemah tidak binasa, maka cukup dengan aturan
yang sekeras mungkin agar amnusia takut dan taat atau setidaknya
penguasa membuat aturan yang mengamankan keselamatan masing-
masing Individu supaya tidak saling memangsa dalam perang semua versus
semua. Ada Juga manusia yang mengandalkan kecerdikan dalam
menghadapi “Si mahluk liar,” yang namanya manusia menurut Machiavelli dalam bukunya berjudul Il Principe ( Sang Raja ) dengan cara menempuh
mengelabui, maka si “Si mahluk liar” itu dapat di jinakkan dan dikuasai.
Penguasa boleh memilih berbagai cara untuk menguasai “si Liar” dapat kendalikan dan dikuasai misalnya dengan kekerasan, pembunuhan,
pengkhianatan, penipuan. Dipagi hari bepenampilan sebagai domba,
disiang hari berpenampilan sebagai harimau, hal ini sah-sah saja. Untuk
membuat aturan demi aturan itu sendiri maka aturan itulah sebagai ukuran
segala sesuatu: menjadi tertib, legal, pasti, dan terkontrol. Manusia sebagai
mahluk yang liar tadi harus tunduk terhadap aturan yang ada tanpa syarat.
Ia sebagai robot yang didepan aturan tanpa perlu mempertanyakan motif
aturan itu dibuat, tanpa perlu mempertanyakan nilai-nilai aturannya
apalagi kewajaran aturan tersebut, cukup melakukan saja apa yang
diperintahkan, hal inilah yang dilakukan para kaum legalis klasik.
Naturalisme dalam pemikiran diatas menimbulkan hal negative
sehingga telah menghilangkan nilai paling substantive dari manusi dan
hukum, yaitu nilai-nilai yang di ungkapkan oleh Theodore M.Steeman dalam
Disertasinya di Harvard University tahun 1973 dengan judul “Religious
Pluralism And National Integration”. Dengan menurunkan derajat manusia
aling rendah melalui seakanakan hanya seekor Homo, bukan Homo sapiens.
Seolah-olah hanya Binatang atau animal, bukan sebagai mahluk bermoral,
hanya materi bukan logos. Dengan demikian, hukum yang sejatinya
merupakan tatanan khas manusia yang sarat nilai hal ini merupakan cara
pandang Socrates pada jaman Yunani yang selalu mengaitkan masalah
negara dan hukum dengan aspek moral, yaitu keadilan. Dengan diturunkan
derajat manusia dengan melakukan perintah-perintah paksa hampa nilai.
Hukum kehilangan nilainya sebagai pedoman tentang yang baik, benar dan
pantas yang di ungkapkan Max Weber dalam bukunya The Theory of social
and economic organization.
9| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
Ajaran hukum Kodrat ( Natural law) yang mengunggulkan supremasi
moral,secara akal sehat kita sulit menerima secara teori tentang
kehampaan nilai dalam hukum. Hati kita begitu terusik ketika aparat
penegak hukum dan para elite politik menenggelamkan diri dalam
kubangan mafia hukum. Apa sebenarnya yang terjadi ? terjadilah penci-
deraan nilai-nilai, terjadinya pengkhianatan norma-norma moral tugas.
Sehingga terjadi Moral manusia dan juga moral hukum yang terinjak-injak.
Hukum adalah alat manusia , sebagai alat hukum bukan merupakan tujuan
pada dirinya sendiri. Hukum melayani manusia sebagai manusia. Hukum
melayani manusia yang punya Nurani dan Martabat. Hukum tidak harus
berubah menjadi etika, namu orang masih mengharapkan sesuatu yang
bernilai dari hukum. Hukum tidak harus menjadi agama namun orang masih
berharap sesuatu yang mulia dari hukum. Walaupun hukum tidak harus
berubah menjadi ideologi namun orang masih berharap sesuatu yang ideal
dari hukum. Dengan demikian itulah yang menjadi jiwa hukum ( Enima
Legias) dari suatu tatanan manusia. Minimal hukum dalam konteks sebagai
kaidah manusia tidak melangkahi kewajaran akal sehat. Tidak membolak
balikan norma-norma moral. Tanpa menegasi prinsip-prinsip keadapan.
Tidak harus kembali ke ajaran Socrates atau Plato, idealisme nilai-nilai
dalam hukum masih merupakan sesuatu yang fundamental.
Ajaran Kant menekankan pentingnya martabat manusia yang tidak
dapat ditawar-tawar yang merupakan induknya teori Kelsen. Ia
mengungkapkan bahwa ada dua norma yang mendasari prinsip ini: (1) Tiap
manusia diperlakukan sesuai martabatnya, ia harus diperlakukan dalam
segala hal sebagai subyek, bukan obyek (2) Orang harus bertindak dengan
dalil bahwa apa yang menjadi dasar tindakannya memang merupakan
prinsip semesta. Berdasarakan teori kan tersebuat bahwa yang menjadi
prinsip teorinya adalah keharusan memperlakukan manusai sebagai subjek
dan tidak boleh menjadi objek. Gustav Ranbruch meng-atakan
memantrikan keadilan sebagai mahkota hukum. Keadilan adalah cita.
Hukum merupakan rangkaian nilai keadilan, kepastian dan keman-faatan
dari sebuah tata nilai kolektif. Luypen juga menekankan pentingnya
pentingnya keadilan. Keadilan menurut pandangannya adalah sikap
memperhatikan tugas dan kewajiban untuk mempertahankan dan
mengembangkan perikemanusian. Keindahan hukum sebagai tata nilai
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |10
adalah pada perjuangan untuk tetap melestarikan perikemanusian yang
menegaskan bahwa hukum diperuntukan bagi manusia sebagai mahluk
yang luhur mulia, bukan semata-mata seonggok materi. Dari kedua teori
para ahli diatas Gustav Ranbruch dan Luypen lebih menekankan pentingnya
keadialan. Jadi hukum itu sebagai alat, namun alat yang bebas nilai. Hukum
sebagai alat manusia yang sarat akan nilai-nilai sebab hukum melayani
manusia yang sarat nilai-nilai.
Hukum merupakan alat manusia yang sarat nilai, maka dengan kata lain
bahwa hukum adalah the art of value. Sebauah seni mempertahankan nilai-
nilai dan atau prinsip-prinsip. Dengan 4 alasan bahwa hukum dikatakan the
art of value Karena:
1. Hukum adalah kaidah
Hukum merupakan dari pedoman yang mempunyai nilai dan
mengandung nilai, hukum sebagai kaidah lebih dari hanya sekedar aturan
namun secara pragmatis yang fungsinya untuk mengawasi dan
mengendalikan. Hukum mempunyai sifat normative dalam wujudnya sebab
melibatkan juga rasionalitas nilai nilai yang di ungkapan oleh Max weber.
Jadi hukum tidak hanya mengandung aturan-aturan saja dan bagaimana
mepertahankan hukum namun lebih dari itu Aturan hukum harus dapat
dibenarkan melalui akal sehat dengan apakah hukum itu layak atau tidak,
baik benar hukum bernilai. Dengan konteks hukum adalah kaidah dengan
menampilkan norma yang benar baik dan bermanfaat sehingga dalam
penanganan hukumpun diperlukan keluhuran kaidah. Hukum harus
ditangani secara bermoral.
2. Hukum Mengatur Manusia dan Nasib Manusia
Manusia adalah mahluk paling mulia yang di ciptakan oleh Tuhan yang
Maha Esa sehingga manusia hidup dengan peradapan yang tinggi, hal itu
yang membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain ciptaanNya.
Sehingga manusia tidak boleh diperlakukan secara semena-mena, maka
hukumlah yang berfungsi disini sebagai alat untuk mengatur manusia
dituntut memiliki idealisme tentang keluruhan nilai dan martabat manusia.
Hukum harus mempunyai idealisme yang searah dengan nilai-nilai
kemanusian dan martabat manusia yang merupakan fundamental hukum.
11| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
3. Hukum Merupakan Intrumen Keadilan
Hukum Sebagai alat untuk mencapai keadilan, yang harus di utamakan
oleh hukum adalah berpegang pada norma-norma keadilan tanpa idealisme
norma-norma keadilan hukum akan tidak peka sehingga dengan mudah
mengabaikan keadilan, persamaan, kejujuran dan lain-lain. Norma keadilan
dalam hokum adalah unsur yang paling pokok tanpa itu maka akan hadirlah
ketidakadilan yang paling nyata.
4. Hukum Mudah Dimanipulasi
Manipulasi hukum terbentang luas, karena hukum merupakan produk
poliitik. Dalam pengambilan keputusan menggunakan mengutamakan
angka dan jumlah, sehingga mudah menjadi jalan untuk memenangkan
segala hal, proses inilah yang menghancurkan republik dengan system
Voting. Kebiasaan tawar menawar seperti dagang sapi di Parlemen
dilakukan, sehingga memunkinkan hal buruk terjadi dalam hukum melalui
penyusupan. Banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
lembaga yang berwenang kita dengan berisikan agenda-agenda yang
tersembunyi sehingga menimbulkan konflik semua unsur bangsa yang
mengakibatkan kegaduhan diberbagai bidang. Banyak nya peraturan
perundang-undangan yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui
Judicial Review dan Tumpukan Perda yang dibatalkan oleh Depdagri
merupakan contoh hukum di buat berdasarkan Kepentingan yang berke-
pentingan bukan untuk kebutuhan.
Keberadaan Moral dalam hukum sangat diperlukan hingga saat ini.
Kejadian tragedi kemanusian memerlukan solusi hukum yang bermoral.
Beberapa kejadian yang menghebohkan dunia salah satunya mengenai
Putusan Mahkamah Agung Amerika yang mengintruksikan untuk
mengakhiri diskriminasi terhadap kulit hitam, piagam Magna Charta adalah
sikap moral, kedua tragedi moral tersebut merupakan absen nya moral dari
hukum. Hukum yang bermoral adalah kebutuhan umat manusia. Tanpa
hukum yang bermoral tidak terdapat masyarakat yang bisa berkembang
dan bertahan dalam kedamian dan keadilan. Menurut Bernard L Tanya
dalam bukunya Moralitas Hukum bahwa hukum yang bermoral adalah
fondasi sekaligus perekat, yang mencegah masyarakat dari disintegrasi
yaitu hancur berkeping-keping. Dan Bernard L Tanya menyatakan tidak
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |12
mungkin ada kehidupan bersama yang manusiawi tanpa hukum yang
bermartabat demikin ungkapan beliau didalam bukunya Penegakan Hukum
Dalam Terang Etika yang diterbitkan di Jogyakarta oleh Genta Publising
Tahun 2011.
Semboyan yang di keluarkan hukum kodrat yang dipelopori oleh
Wolfgang Friedman menyakatan “ Tiada Hukum Tanpa Moral “ masih menggema hingga saat ini, Aliran Legal Positivism yang memprovokasi
hukum kedap moral, Tidak memberi rasa aman, pada manusia. Bayang -
bayang penindasan, kebengisan, dan perlakuan diskriminatif selalu
menghantui manusia disaat hukum dibiarkan tanpa moralitas. Seperti Kasus
Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI yang tekena kasus suap Simulator SiM
padaa tahun 2017 lalu manggkir dari panggilan KPK bahkan ia mengajukan
Praperadilan penetapannya sebagai tersangka, Selama proses Prapedilan
berjalan Setya Novanto jatuh sakit sehingga di rawat di Rumah Sakit
Premier Jatinegara Jakarta Timur dengan berbagai diagnosa penyakit mulai
dari sakit ginjal, diabetes, jantung, sampai tumor tenggorokan. Sehingga
hakimpun mengabulkan Praperadilan Setya Novanto dan melepas
statusnya sebagai tersangka. Penetapan Setya Novanto kali kedua oleh KPK
secara paksa kali ini ia juga mangkir, keesokan malamnya publik dihebohkan
dengan kabar media terjadi tabrakan tragis yang mengakibatkan Setya
Novanto cedera. Setya Novanto pun dilarikan ke Rumah Sakit sang Dokter
yang menangani kasus tersebut juga terseret hukum. Kasus ini
menerangkan bahwa tenaga kesehatan yaitu peran dokter dalam
penegakan hukum kita.
Moralitas tidak hanya dibutuhkan aparat penegak hukum namun di
butuhkan seluruh profesi yang ada di muka bumi ini untuk manjalankan
Tugas dan fungsi sebagai palayan masyarakat salah satunya profesi
kesehatan sebagai tenaga kesehatan. Pengertian Tenaga Kesehatan Tenaga
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ket-
erampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Termasuk didalamnya tenaga Medis. Tenaga medis menurut undang-
Undang tersebut diatur dalam pasal 11 ayat 2 yang termasuk tenaga
13| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
kesehatan yang tergolong tenaga medis adalah terdiri atas dokter, dokter
gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Standar praktik kedokteran
diatur tersendiri melalui Undang undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Yang menjadi latar belakang di terbitkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan dengan
mempertimbangkan beberapa ketentuan:
1. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta
aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat;
3. bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang
tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus
ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,
sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa
keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan;
4. bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu
dan masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kese-hatan kepada
seluruh masyarakat, dan untuk memberikan pelindungan serta
kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima
upaya pelayanan kesehatan, perlu penga-turan mengenai tenaga
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |14
kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan penga-wasan mutu tenaga kesehatan;
5. bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam
berbagai peraturan perundang-undangan dan belum menampung
kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu dibentuk undang-undang
tersendiri yang mengatur tenaga kese-hatan secara komprehensif;
6. fbahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Undang-
Undang tentang Tenaga Kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa setiap petugas medis dan para medis
harus memiliki asas-asas etika medis untuk menjalankan tugas sehari-hari
dalam melayani pasien antara lain:
1. Asas Menghormati Otonomi Pasien.
Otonomi secara umum adalah hak untuk memutuskan sendiri dalam
hal-hal yang menyangkut diri sendiri. Hak otonomi pasien adalah hak pasien
untuk mengambil keputusan dan menentukan sendiri tentang kesehatan,
kehidupan, dan malahan secara ekstrim tentang kemati-annya.
2. Asas Keadilan (Justice)
Keadilan adalah salah satu pilar utama dalam kehidupan demokrasi.
Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia; setiap orang berhak untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang adil, karena kesehatan adalah hak
yang sama bagi setiap warga negara. Hak ini dijamin dalam amendemen
UUD tahun 1945.
3. Asas Berkata Benar (Truth Telling, Veracity)
Salah satu ciri hubungan tenaga kesehatan/paramedik dengan pasien
merupakan hubungan kepercayaan. Tenaga kesehatan harus selalu berkata
benar tentang keadaan pasiennya begitu juga pasien salah satu hak pasien
adalah memberikan informasi tentang keadaaan dirinya dengan sebenar-
benarnya. Jangan sampai membuat keterangan yang bukan sesungguhnya
kondisi pasien demi kepentingan hukum.
15| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
E. RANGKUMAN
Tantangan kita dewasa ini bagaimana harus menegakkan nilai nilai
moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Malalui memperhatikan
pembentukan kebiasaan-kebiasan yang meangartikan nilai-nilai baik-buruk
kedalam tingkah laku social. Bentuk kebiasan-kebiasaan itu dapat dilakukan
melalui 3 cara:
1. Keteladanan , fungsi keteladanan ini menghadirkan publik figure yang
dijadikan sebagai Role model dalam membentuk kebiasaan-kebiasan,
harus menjadi contoh terhadap yang berada diba-wahnya. Seperti
seorang pemimpin harus benar-benar berfungsi sebagai Representatif
Person sehingga orang-orang yang dipimpinya sungkan dan canggung
melakukan penyimpangan. Bawahanya akan malu jika melakukan
kesalahan jika sang pemi-mpin hidup lurus dan bersih.
2. Melalui Mekanisme Reward Dan punishment yang dijalankan dengan
berulang-ulang dan konsisten. Kladen mengatakan kebiasan moral
akan terbentuk apabila kepercayaan publik bahwa usaha melakukan
perbuatan yang benar dan adil merupakan tindakan yang mendapat
imbalan social dan politik yang tinggi, sedangkan menyembunyikan
atau turut dalam kejahatan akan mendapat hukuman dan sanksi yang
berat.
3. Pembentukan Moral Habit melalui keberanian moral pemimpin atau
institusi untuk bertanggung jawab atas perilaku anggota atau
bawahannya. Dalam beberapa kasus setiap terjadi pelanggaran yang
dilukan oleh bawahan maka jawabannya standar yakni perbuatan
oknum. Penyelewengan yang dilakukan oleh bawahan dilokalisir
sebagai penyelewengan orang perorangan dan tidak dapat dikaitkan
dengan pimpinan atau institusi.
4. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang
terdapat di antara sekelompok manusia. Norma ada-lah aturan yang
berisi rambu-rambu yang menggambarkan uku-ran tertentu yang di
dalamnya terkandung nilai benar/salah secara umum kita dapat
membedakan dua macam norma, yaitu norma khusus dan norma
umum. Terdapat empat (4) kaedah atau norma dalam pergaulan
hidup, yaitu norma agama, kesusilaan, keso-panan dan hukum. Dalam
pelaksanaannya, terbagi lagi menjadi normanorma umum (non
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |16
hukum) dan norma hukum. Pengertian etika adalah nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
5. Etika dan moralitas berkaitan erat sekali dengan hukum dan adat
istiadat/kebiasaan masyarakat. Sebuah etika atau ethics merupakan
bagaimana kita memperhatikan atau mempertim-bangkan perilaku
manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan
atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan
objektivitas untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain menilai baik atau buruk.
LATIHAN
1. Jelaskan makna Moral Dan Moralitas ?
2. Jelaskan Kolerasi antara etika, moral dan Hukum ?
3. Jelaskan Penerapan etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat?
4. Jelaskan Hubungan Etika Dan Moral ?
5. Jelaskan eksistensi Moral dalam Hukum ?
17| ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN
DAFTAR PUSTAKA
Yopita, Bernart L Tanya, Moralitas Hukum, Yogyakarta, GENTA Publishing
2014.
Aaron, Thomas, The Control of Police Discretions, Springfield: Charles D.
Thomas, 1960.
Austin, John, The Province of Jurisprudence Determined, Cambridge,
University Press, 1995.
Bello, Petrus CKL., Hukum dan Moralitas: Tinjauan Filsafat Hukum, Jakarta,
Erlangga, 2012.
Friedmann, Wolgang, Legal Theory, London: Stevens & Son Limited, 1953.
Darmaputera, Eka, Etika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan Pertama, cet.
Ke-3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
Bertens, K, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti,
1997.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta, Kompas, 2003.
Dworkin, Ronald ed., The Philosophy of Law, Oxford: Oxford University
Press, 1997.
Friedmann, Wolgang, Legal Theory, London: Stevens & Son Limited, 1953.
Fiedrick, Carl J. The Philosophy of Law in Historical Perspective, The
University of Chicago Press, 1969.
Dossy I.P, Bernart L Tanya. Hukum Dan Etika Kekuasan, Yogyakarta, GENTA
Publishing 2011
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN |18
PROFIL PENULIS
HERNIWATI adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
Soelthan M. Tsjafioeddin Singkawang, Selain sebagai
dosen ia juga ASN Kementrian Hukum Dan Ham Yang
ditugas kan di Rupbasan Singkawang. ia SMA di Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK) Depkes Singkawang,
Kemudian melanjutkan D1 Kebidanan di SPK Dep Kes
Singkawang Progam Bidan-A, Ditahun 2009 ia mengikuti
S1 Hukum di tempat ia mengabdi menjadi Dosen
kemdian Melanjutkan S2 di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Tanjung Pura
Pontianak.