+ All Categories
Home > Documents > Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

Date post: 06-Jul-2018
Category:
Upload: tedy-irawan
View: 283 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 26

Transcript
  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    1/26

    BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

    SISTEMATIKA MIKROBIA

    Oleh:

    Dr. Enny Zulaika, MP.M. Andry Prio Utomo

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

    JURUSAN BIOLOGI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    2015 

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    2/26

    TAKSONOMI NUMERIK FENETIK

    BAB 1 –  Klasifikasi Numerik-Fenetik Berdasarkan Data Fenotipik

    A. Pengantar

    Taksonomi numerik yang juga dikenal dengan sebutan taksonomi  Adansonian 

    (berdasarkan nama ahli sistematika  Michael Adanson) didefinisikan sebagai

     pengelompokan unit taksonomis ke dalam sejumlah taksa dengan metode numerik

     berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Taksonomi numerik didasarkan atas lima prinsip

    utama, yakni:

    1.  Taksonomi yang ideal adalah taksonomi yang mengandung informasi terbesar yaitu

    yang didasarkan atas sebanyak-banyaknya karakter.

    2.  Masing-masing karakter diberi nilai yang setara (a priori) dalam mengkonstruksi

    takson yang bersifat alami.

    3.  Tingkat kedekatan antara dua strain/OTU (operational taxonomical unit ) merupakan

    fungsi similaritas yang dimiliki bersama.

    4.  Taksa yang berbeda dibentuk atas sifat yang dimiliki.

    5.  Similaritas tidak bersifat filogenetis melainkan bersifat fenetis.

    Tujuan utama taksonomi numerik adalah untuk menghasilkan suatu klasifikasi yang

     bersifat teliti, reprodusibel, serta padat informasi. Aplikasi taksonomi numerik dalam

    konstruksi klasifikasi biologis memungkinkan terwujudnya sirkumskripsi takson

     berdasarkan prinsip yang mantap dan bukan sekedar klasifikasi yang bersifat subjektif

     belaka. Teknik klasifikasi meliputi empat tahapan, yaitu:

    1.  Strain mikrobia (n) yang akan diklasifikasikan dikoleksi lalu ditentukan karakter

    fenotipiknya dalam jumlah besar (t ) yang mencakup sifat yang tertera pada Tabel 1.1.

    Data yang diperoleh disusun dalam suatu matriks n x t .2.  Strain mikrobia diklasifikasikan berdasarkan nilai similaritas atau disimilaritas yang

    dihitung dari data n x t .

    3.  Strain yang mirip akan dimasukkan ke dalam satu kelompok dengan menggunakan

    algoritma pengklasteran (clustering algorithm).

    4.  Kelompok yang dibentuk secara numerik lalu dipelajari dan karakter yang bersifat

    membedakan ( separating character ) dipilih diantara data dalam matriks untuk

    selanjutnya digunakan dalam dentifikasi.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    3/26

    B. Cara Kerja

    Tahapan kerja dalam klasifikasi numerik-fenetik terdiri dari (1) pemilihan strain uji,(2) pemilihan jenis pengujian, (3) pencatatan hasil pengujian, (4) data coding , (5) analisis

    komputer, dan (6) interpretasi hasil (Priest & Austin, 1993). Namun demikian, dalam

     praktikum ini kita akan menggunakan data hasil pengujian dari artikel penelitian yang

    terdapat pada jurnal ilmiah dalam bentuk tabel n  x t . Dengan demikian, kita telah

    melewati tahapan kerja 1 – 3 dan langsung menuju tahapan data coding  dan seterusnya.

    Tabel 1.1. Kelompok karakter yang digunakan dalam taksonomi numerik bakteri (Priest

    & Austin, 1993).

    No Kelompok Karakter Jenis Karakter1 Morfologi kolonial Bentuk dan ukuran koloni, pigmentasi larut/tidak larut/

    fluoresens.

    2 Morfologi selular Sifat pengecatan, bentuk & ukuran sel, motilitas,

    ada/tidak nya flagela, ada/tidaknya spora.

    3 Sifat pertumbuhan Bentuk-bentuk pertumbuhan pada medium cair,

    kekeruhan, aerobsis/anaerobsis, kebutuhan vitamin,

    kemampuan tumbuh pada medium salinitas tinggi.

    4 Sifat biokimia Kemampuan fermentasi/oksidasi karbohidrat,

    kehadiran enzim katalase & oksidase, penghasilan

    asam, indol, & gas H2S.5 Resistensi terhadap

    antibiotik

    Kemampuan untuk tumbuh pada medium yang

    mengandung antibiotik.

    6 Kemampuan

     penggunaan senyawa

    kimia sebagai satu-

    satunya sumber C

    Kemampuan tumbuh pada medium minimal dengan

    glukosa/alanin/sitrat sebagai satu-satunya sumber

    karbon

    7 Sifat serologis Ada/tidaknya reaksi aglutinasi terhadap antiserum

    spesifik

    8 Sifat kemotaksonomis Kehadiran komponen sub-selular tertentu, seperti

     peptidoglikan, menakuinon, asam mikolat.

    9 Sifat genetik Kandungan G+C pada DNA10  Phage typing Ada/tidaknya pola phage typing  tertentu

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    4/26

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    5/26

    Perlu diketahui bahwa pemilihan spesies dalam konstruksi tabel n  x t   sebaiknya

    mencakup type strain untuk spesies tersebut. Dengan kata lain, sangat disarankan apabiladata yang digunakan juga memiliki hasil pengujian untuk type strain. Suatu type strain 

    merupakan strain yang mewakili suatu spesies atau dengan kata lain type strain 

    merupakan pemilik nama spesies. Kehadiran suatu type strain  dalam proses konstruksi

    dendrogram berfungsi sebagai acuan bagi strain-strain lainnya yang memiliki kesamaan

    nama spesies dengan type strain, sehingga dapat lebih meyakinkan posisi strain-strain

    tersebut dalam suatu dendrogram.

    3.  Konstruksi Dendrogram Dengan Program MVSP 3.1 (Kovach, 2007)

    Konstruksi dendrogram dengan MVSP 3.1 membutuhkan file input dalam format

    .mvs. File tersebut dapat dihasilkan menggunakan program  Programmer’s File Editor  

    (PFE) atau Notepad. Kedua program tersebut memiliki kalimat perintah yang sama,

    sehingga dalam penjelasan ini hanya akan diterangkan mengenai satu program saja yakni

    PFE. Pada program PFE, buka file baru “New” dan akan tampil sebuah layar. Pada layar

    tersebut ketik *L . Sebagai contoh,

    apabila kita ingin mengkonstruksi dendrogram 10 spesies dengan 50 karakter, maka kita

    akan menuliskan *L 50 10 pada baris pertama layar.

    Setelah itu, copy tabel n x t  dari MS Excel ke dalam layar PFE. Namun sebelum itu,

    tabel n x t  harus sedikit dimodifikasi agar dapat terbaca oleh program PFE dan MVSP.

    Modifikasi yang dilakukan meliputi penambahan baris dibawah nama OTU dan kolomdisamping jenis karakter (Gambar 2). Penambahan ini dilakukan karena program PFE dan

     juga MVSP akan memperlakukan spasi sebagai pemisah antar dua kategori. Apabila kita

    tidak menambahkan simbol pengganti kar akter atau OTU, maka sebagai contoh “V.

     fluvialis” akan dianggap sebagai dua kategori yakni “V .” dan “ fluvialis”. Setelah

    modifikasi selesai dilakukan, maka tabel n x t  selanjutnya di-copy ke program PFE. Perlu

    diketahui bahwa hanya character states  dan simbol karakter yang di-copy-kan ke PFE 

    (kotak abu muda dan abu tua pada Gambar 1.2.).

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    6/26

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    7/26

    Analisis klaster dilakukan melalui menu Analyses  → Cluster Analysis.

    Pada layar Cluster Analysis, kita dapat menentukan jenis perhitungan indekssimilaritas dan analisis klaster yang diinginkan. Dalam praktikum ini kita akan mencoba

    menggunakan dua jenis perhitungan indeks similaritas (SSM  dan SJ) dan metode

     pengklasteran average linkage  / UPGMA. Pada metode pengklasteran, kita juga

    dapat memilih  single linkage  / nearest neighbour  atau complete linkage  /

    farthest neighbour. Setelah selesai memilih perhitungan indeks similaritas dan

    metode pengklasteran pada submenu Options, kita dapat memilih output analisis pada

    menu Advanced. Pada submenu Advanced, kita dapat menentukan penampilan hasil

    analisis pada kolom result to display. Nyalakan pilihan

    Similarity/distance matrix, Clustering report, dan Textdendrogram. Setelah semuanya selesai, maka klik OK.

    Hasil analisis akan memunculkan dua layar, yakni layar pertama yang berisikan

    matriks similaritas dan analisis klaster serta layar kedua yang menampilkan dendrogram.

    Untuk memudahkan analisis selanjutnya, disarankan untuk meng-copy  seluruh isi layar

     pertama yang menyerupai layar Excel ke program MS Excel. Gambar dendrogram dapat

    dijadikan file gambar (image file) dengan File → Export.

    4.  Analisis Korelasi-Kofenetik

    Analisis korelasi-kofenetik dilakukan untuk melihat tingkat akurasi suatudendrogram yang merepresentasikan matriks similaritas antar OTU. Analisis ini

    membandingkan dua jenis matriks similaritas, yakni matriks similaritas awal (unsorted )

    dan matriks similaritas yang diturunkan dari dendrogram ( sorted ). Analisis ini dapat

    dilakukan dengan program  MS Excel . Sebelum mengisikan nilai-nilai dari kedua matriks

    similaritas, kita perlu membuat pasangan OTU terlebih dahulu. Jumlah kemungkinan

     pasangan OTU yang dapat dibentuk dari n -OTU dijabarkan dengan rumus kombinasi:

    Pada contoh diatas, kita dapat menghasilkan 3 jenis kemungkinan pasangan dari total 3

    OTU, yakni [a,b], [a,c], dan [b,c]. Setelah semua kemungkinan pasangan dituliskan,

    masukan nilai untuk kolom unsorted , yakni nilai similaritas dari matriks similaritas awal

    dan kemudian nilai untuk kolom  sorted  yang berasal dari dendrogram / analisis klaster.

    Dari hasil MVSP kita memperoleh matriks similaritas:

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    8/26

    V. fluvialis V. furnisii V. natriegensV. fluvialis 1.000

    V. furnisii 1.000 1.000

    V. natriegens 0.500 0.500 1.000

    dan analisis klaster:

    Objects

    Node Group 1 Group 2 Simil. in group

    1 V. fluvialis V. furnisii 1.000 2

    2 Node 1 V. natriegens 0.500 3

    Berdasarkan matriks similaritas tersebut, kita memasukan nilai unsorted . Dengan

    demikian, pasangan [a,b] yang dalam hal ini [V. fluvialis, V. furnisii] memiliki nilai 1.000.

    Hal yang sama untuk pasangan [a, b] juga sama pada analisis klaster, sehingga kolom

     sorted  untuk pasangan [a,b] bernilai 1.000. Hal yang perlu diperhatikan, khususnya pada

    tabel analisis klaster adalah pada nomor 2, yakni penggabungan Node 1 dengan V.

    natriegens. Dalam hal ini, masing-masing komponen dari Node 1, yakni a dan b akan

     berpasangan dengan V. natriegens ([c]) pada nilai 0.500. Hal ini berarti kombinasi [a,b]

    dengan [c] akan menghasilkan [a,c] dan [b,c] yang keduanya memiliki nilai similaritas

    0,500.Setelah semua komponen nilai dimasukan, maka akan terbentuk tabel seperti:

    OTU Unsorted Sorted

    ab 1 1

    ac 0.5 0.5

    bc 0.5 0.5

    ...

    Dari tabel tersebut, kita dapat menghitung nilai korelasi menggunakan fungsi CORREL.

    Indeks korelasi yang diterima adalah ≥0,7 atau ≥70%. Semakin rendah nilai korelasi

     berarti dendrogram yang terbentuk semakin tidak mewakili matriks similaritas yang

    menjadi dasar konstruksinya.

    5.  Penampilan Hasil

    Data dan hasil yang diperoleh dari praktikum ini meliputi: (1) tabel n x t , (2) matriks

    similaritas, (3) analisis klaster, (4) dendrogram, dan (5) analisis korelasi-kofenetik. Perlu

    diingat bahwa setiap entry pada tabel n x t  yang sebelumnya dimasukan dengan notasi “1”

    dan “0” perlu diganti dengan notasi “+” dan “–“  untuk pelaporan hasil. Perubahan ini

    dapat dilakukan pada MS Excel menggunakan fungsi Find/Replace (ctrl+F). Seluruh data

    dan hasil dimuat dalam bab hasil pada laporan praktikum.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    9/26

    BAB 2 –  Klasifikasi Numerik-Fenetik Berdasarkan Profil Sidik Jari Molekular

    A. Pengantar

    Selain data fenotipik, data berupa profil sidik jari molekular (molecular fingerprints)

     juga dapat digunakan dalam studi taksonomi mikrobia. Profil yang digunakan dapat

     berasal dari DNA, RNA, atau protein. Studi klasifikasi menggunakan profil sidik jari

    molekular termasuk ke dalam studi kemosistematik bersama dengan analisis komponen

    selular lainnya (Priest & Austin, 1993). Teknik yang paling umum digunakan dalam studi

    klasifikasi berdasarkan profil sidik jari molekular adalah restriction fragment length

     polymorphisms  (RFLP). Prinsip dasar dari penggunaan RFLP adalah adanya kesamaan

    situs restriksi antara satu mikroorganisme dengan mikroorganisme lainnya yang dapat

    dikenali oleh enzim restriksi endonuklease tertentu. Hal ini berarti bahwa distribusi situs-

    situs restriksi tersebut dapat memberi gambaran mengenai kemiripan antara satu

    mikroorganisme dengan lainnya secara molekular.

    B. Cara Kerja

    Seperti halnya pada praktikum acara 1, data yang dipakai dalam praktikum acara 2

    ini diperoleh dari artikel penelitian yang terdapat pada jurnal ilmiah dalam bentuk

    elektroforegram (foto elektroforesis).

    1. 

    Penelusuran Sumber DataData yang digunakan dalam praktikum ini berupa elektroforegram sidik jari

    ( fingerprint ) molekular. Data fingerprint tersebut dapat berupa hasil ribotyping, RFLP,

    RAPD, dan lainnya. Elektroforegram dari suatu artikel jurnal dapat di-crop menggunakan

     program PDF reader seperti Adobe Reader melalui menu Tools → Select & Zoom 

    → Snapshot Tool. Buat file gambar (image file) format JPEG atau PNG dari

    elektroforegram tersebut dengan memblok elektroforegram yang diinginkan dan copy 

    (ctrl+C) ke program Paint.

    2. 

    Pembuatan Diagrammatic Representative  Diagrammatic representative merupakan sebuah gambaran skematis yang mewakili

    elektroforegram yang dianalisis. Penggunaan diagrammatic representative  ini barfungsi

    untuk mempertegas kehadiran atau ketidakhadiran suatu band   dalam elektroforegram.

    Kejelasan mengenai hadir atau tidaknya sebuah band  merupakan hal yang penting karena

    band  tersebut diasumsikan sebagai karakter dalam data coding .

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    10/26

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    11/26

    11 

    Hasil pengujian kemudian dapat dihapus dengan mengaktifkan ikon Eraser  pada

    tool palette. Bentuk dan ukuran Eraser  juga diatur pada menu Control Palette yang sama dengan Brush Tip. Hasil penggambaran dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Setelah penggambaran selesai dilakukan, simpan file tersebut (PSP  akan secara

    otomatis menyimpannya dalam format .psp). File .psp ini juga dapat dibuka dengan

     program image viewer   seperti ACDSee.  Diagrammatic representative yang ditampilkan

    adalah hasil penggambaran yang dilakukan tanpa menyertakan background foto

    elektroforegram.

    Gambar 2.1. (a) Elektroforegram awal yang dijadikan latar belakang/background  dan (b)

    hasil penggambaran yang berpandu pada latar belakang tersebut.

    Dengan demikian, kita dapat menghilangkan foto elektroforegram dengan meng-klik

    ikon Background  pada Layer Palette  dan kemudian Delete. Hasilnya hanyaakan tersisa pita-pita berwarna hasil penggambaran sebelumnya (Gambar 2.2). Simpan

    kembali file ini dalam format .jpg (gunakan menu Save As) dengan nama lain agar

    tidak mengganti file sebelumnya.

    Gambar 2.2. (a) Elektroforegram dan (b) diagrammatic representative  yang dihasilkan

    dari elektroforegram tersebut.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    12/26

    12 

    3.  Data Coding  dan Analisis

     Diagrammatic representative yang dihasilkan merupakan sumber untuk data coding .Dalam hal ini, setiap pita yang tergambarkan pada diagrammatic representative 

    merupakan karakter, sehingga total seluruh pita dari seluruh strain mencerminkan jumlah

    karakter (t ) pada tabel n x t . Konversi diagrammatic representative menjadi tabel n x t  

    dapat dilakukan secara intuitif dengan melihat kesejajaran pita antar strain dan

    menggolongkan pita-pita yang sejajar sebagai satu karakter (Gambar 2.3). Namun

    demikian, apabila jumlah pita terlalu banyak maka diperlukan garis bantu untuk melihat

    kesejajaran antar pita. Garis bantu tersebut dapat dibuat pada program Paint. Buka file

    gambar diagrammatic representative dalam format .jpg dengan program Paint dan klik

    ikon Line yang terletak pada bagian atas. Setelah itu buat garis dari ujung kiri ke ujung

    kanan gambar dimulai dari pita teratas. Pita-pita yang bersinggungan dengan garis

    tersebut dinyatakan sejajar dan menempati karakter yang sama.

    Gambar 2.3. Konversi diagrammatic representative menjadi tabel n x t .

    Tabel n x t  yang telah dibuat selanjutnya dianalisis secara numerik-fenetik sama seperti

     pada analisis data fenotipik. Analisis dilakukan menggunakan program MVSP 3.1

    (Kovach, 2007) dengan indeks similaritas SSM  dan SJ  serta algoritme pengklasteran

    UPGMA.

    4.  Interpretasi Hasil

    Hasil analisis numerik-fenetik data  fingerprint   molekular ini sekilas terlihat samadengan data fenotipik, yakni terdiri atas matriks similaritas, analisis klaster, dan

    dendrogram. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa kaidah yang diterapkan pada data

    fenotipik tidak harus diterapkan pada data fingerprint ini. Salah satu syarat seperti

    digunakannya minimal 50 karakter pada data fenotipik tidak perlu diterapkan pada data

     fingerprint . Hal ini didasarkan pada fakta bahwa profil  fingerprint  yang ada dipandang

    hanya sebagai salah satu karakter saja dan tabel n  x t   yang dikonstruksi merupakan

    turunan dari satu karakter tersebut.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    13/26

    13 

    TAKSONOMI FILOGENETIK

    BAB.1  –  Klasifikasi Molekular Filogenetik Berdasarkan Gen 16S rRNA

    A. Pengantar

    Klasifikasi molekular filogenetik merupakan klasifikasi yang disusun dengan

    mempertimbangkan jalur evolusi setiap organisme yang dikaji. Hal ini berbeda dengan

    klasifikasi fenetik yang hanya melihat hubungan antar organisme berdasarkan karakter

    yang ada pada saat ini (Priest & Austin, 1993). Dalam prosesnya, klasifikasi molekular

    filogenetik menggunakan data berupa urutan ( sequence) nukleotida pada DNA atau asam

    amino pada protein. Sequence  nukleotida yang digunakan dalam klasifikasi molekularfilogenetik harus merupakan  sequence  yang diwariskan langsung oleh nenek moyang

    (homolog) serta memiliki kesamaan sejarah evolusi. Sebuah  sequence  dapat disebut

    sebagai marker molekular apabila memenuhi persyaratan berupa: (1) terdistribusi pada

    seluruh organisme, (2) memiliki kesetaraan fungsi pada seluruh organisme, dan (3)

    memegang peranan vital bagi kehidupan organisme. Hal ini menjadikan marker

    molekular merupakan sequence yang tepat untuk digunakan dalam studi klasifikasi

    filogenetik.

    Gen 16S rRNA merupakan salah satu contoh marker molekular karena terdapat pada

    organisme baik yang berada pada domain Bacteria, Archaea, serta Eukarya. Saat ini,

    informasi mengenai sequence gen 16S rRNA sudah sangat banyak tersedia pada database

    internasional dan juga sudah dijadikan standar penetapan suatu spesies baru dalam studi

    taksonomi. Pada praktikum ini kita akan mencoba mengklasifikasikan sejumlah bakteri

    dengan cara merekonstruksi pohon filogenetik berdasarkan  sequence gen 16S RNA yang

    dimiliki.

    B. Cara Kerja

    3.1.1.  Persiapan Data

    Data yang digunakan dalam klasifikasi berbasis molekular filogenetik adalah berupa

    urutan ( sequence) nukleotida atau asam amino. Kedua jenis sequence ini umumnya dapatdiperoleh dari hasil  sequencing   DNA/protein maupun dari  sequence database 

    internasional yang tersedia di internet. Untuk kemudahan dalam praktikum ini, kita akan

    menggunakan cara kedua, yakni mengunduh  sequence  nukleotida/asam amino dari

    internet. Saat ini sudah banyak sekali situs yang memfasilitasi hal tersebut. Situs

    GenBank , DDBJ, serta EMBL  merupakan situs dimana pencarian  sequence 

    nukleotida/asam amino umumnya dilakukan. Dalam acara praktikum ini, kita akan

    mencoba mengunduh data melalui GenBank (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbank/) 

    dan untuk selanjutnya sequence DNA akan digunakan sebagai contoh persiapan data.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    14/26

    14 

    Pada GenBank   kita dapat mencari  sequence  DNA berdasarkan nama gen, spesies

     pemilik gen, atau accession number  pada kolom search yang tersedia. Accession number  merupakan penanda/identitas dari setiap  sequence DNA yang telah disimpan pada situs

    tersebut. Pada umumnya accession number   tertulis pada artikel publikasi ilmiah yang

     penelitinya telah menyumbangkan hasil  sequencing -nya ke database yang ada. Pencarian

     pada menu  search di GenBank   terdiri dari banyak menu sub-pencarian untuk

    memudahkan penelusuran data, namun dalam praktikum ini kita akan lebih fokus pada

     pencarian dengan menu  Nucleotide,  Protein, dan Genome. Sebagai contoh, apabila kita

    ingin melakukan pencarian gen 16S rRNA bakteri  Escherichia coli  maka kita dapat

    melakukan salah satu dari hal berikut:

    1.  Melakukan penelusuran pustaka, misalnya pada artikel jurnal untuk mendapatkan

    accession number . Sebagai contoh,  Escherichia coli  ATCC 11775T  pada  Bergey’s

     Manual of Systematic Bacteriology (Brenner et al ., 2005) memiliki accession number  

    X80725.  Accession Number  ini dapat diketikan pada kolom search nucleotide.

    Cara ini merupakan pencarian yang cukup spesifik karena setiap  sequence dari setiap

     jenis organisme memiliki accession number  tersendiri. 

    2. 

    Melakukan penelusuran pada situs  List of Prokaryotic names with Standing in

     Nomenclature  (LPSN, http://www.bacterio.cict.fr/). Penelusuran melalui situs ini

    khusus untuk pencarian  sequence bakteri dan archaea saja. Informasi yang diberikan

    mengenai suatu genus/spesies meliputi type species, type strain, tahun ditemukan, dan

     publikasi (valid/efektif) terkait genus/spesies tersebut. 3.  Melakukan penelusuran pada kolom search nucleotide  di GenBank   dengan

    mengetik kata kunci, seperti “Escherichia coli 16S rRNA”. Cara ini kurang spesifik

    karena akan menghasilkan sejumlah daftar yang berisikan berbagai macam spesies

     bakteri yang mengandung sequence gen 16S rRNA dan kita harus mencarinya satu per

    satu. 

    4.  Melakukan penelusuran pada kolom search genome  di GenBank  dan kemudian

    mengetik nama spesies yang kita inginkan. Umumnya hasil penelusuran meliputi

    sejumlah daftar complete genome  dari spesies yang dicari. Kita dapat mencari gen

    yang diinginkan dalam daftar complete genome tersebut. Cara ini cukup memakanwaktu, namun kita dapat menelusuri berbagai jenis gen dari spesies tersebut.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    15/26

    15 

    Contoh Hasil pencarian dengan accession number   X80725  akan ditampilkan sebagai

     berikut:

    E.coli (ATCC 11775T) gene for 16S rRNA

    GenBank: X80725.1

    FASTA  Graphics

    LOCUS X80725 1450 bp DNA

    linear BCT 29-MAR-1996

    DEFINITION E.coli (ATCC 11775T) gene for 16S rRNA.

    ACCESSION X80725

    VERSION X80725.1 GI:1240022

    KEYWORDS 16S ribosomal RNA; 16S rRNA gene; 16S small

    subunit ribosomal RNA.

    SOURCE Escherichia coli DSM 30083

    ORGANISM Escherichia coli DSM 30083

    Bacteria; Proteobacteria; Gammaproteobacteria;

    Enterobacteriales;

    Enterobacteriaceae; Escherichia.

    REFERENCE 1

    AUTHORS Cilia,V., Lafay,B. and Christen,R.

    TITLE Sequence heterogeneities among 16S ribosomal RNAsequences, and their effect on phylogenetic analyses at the

    species level

    JOURNAL Mol. Biol. Evol. 13 (3), 451-461 (1996)

    PUBMED 8742634

    REFERENCE 2 (bases 1 to 1450)

    AUTHORS Lafay,B.

    TITLE Direct Submission

    JOURNAL Submitted (26-JUL-1994) B. Lafay, CNRS &

    Universite Paris 6,Station Zoologique, Observatoire

    Oceanologique, Villefranche Sur

    Mer, 06230, FRANCE

    FEATURES Location/Qualifiers

    source 1..1450

    /organism="Escherichia coli DSM 30083"

    /mol_type="genomic DNA"

    /strain="ATCC 11775T"

    /db_xref="taxon:866789"

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    16/26

    16 

    gene 1..1450

    /gene="16S rRNA"rRNA 1..1450

    /gene="16S rRNA"

    /product="16S ribosomal RNA"

    ORIGIN

    1 agtttgatca tggctcagat tgaacgctgg cggcaggcct aacacatgca

    agtcgaacgg

    61 taacaggaag cagcttgctg ctttgctgac gagtggcgga cgggtgagta

    atgtctggga

    121 aactgcctga tggaggggga taactactgg aaacggtagc taataccgca

    taacgtcgca181 agcacaaaga gggggacctt agggcctctt gccatcggat gtgcccagat

    gggatta...

    Tulisan diatas mengandung informasi mengenai jenis  sequence, asal  sequence, produk

    yang dihasilkan, dan  sequence  itu sendiri. Dalam contoh ini jenis  sequence  adalah gen

    16S rRNA yang berasal dari Escherichia coli ATCC 11775T. Gen ini akan menghasilkan

     produk berupa RNA ribosomal (rRNA). Informasi mengenai hasil pengkodean dari

     sequence dapat dilihat pada FEATURES. Sequence dari DNA itu sendiri yang dituliskan

     per 10 nukleotida pada kolom ORIGIN. Sequence  ini selanjutnya dapat diunduh dalam bentuk FASTA dengan cara meng-klik link  FASTA pada baris ketiga, dan akan muncul:

    E.coli (ATCC 11775T) gene for 16S rRNA

    GenBank: X80725.1

    GenBank Graphics

    >gi|1240022|emb|X80725.1| E.coli (ATCC 11775T) gene for 16S

    rRNA

    AGTTTGATCATGGCTCAGATTGAACGCTGGCGGCAGGCCTAACACATGCAAGTCGAACGG

    TAACAGGAAGCAGCTTGCTGCTTTGCTGACGAGTGGCGGACGGGTGAGTAATGTCTGGGA

    AACTGCCTGATGGAGGGGGATAACTACTGGAAACGGTAGCTAATACCGCATAACGTCGCA

    AGCACAAAGAGGGGGACCTTAGGGCCTCTTGCCATCGGATGTGCCCAGATGGGATTA...

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    17/26

    17 

    Kedua jenis data ini (informasi  sequence  dan  sequence  FASTA) dikompilasi ke

    masing-masing arsip untuk membuat database sendiri.

    1.  Sequence Alignment  dengan Program ClustalX 2.1 (Larkin et al ., 2001)

     Alignment   bertujuan untuk menata  sequence  agar satu sama lain diletakkan sesuai

    dengan posisi homologi antar  sequence. Hanya berdasarkan alignment inilah kita dapat

    membandingkan antar sequence gen 16S rRNA dari masing-masing strain mikrobia yang

    akan diklasifikasikan.  Alignment   menggunakan program ClustalX  dilakukan dengan

    mempersiapkan data  sequence  dalam format FASTA. Dataset sejumlah  sequence  yang

    telah didapatkan dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam 1 file Notepad  dengan awalan

    dari setiap sequence diberikan tanda “>”. Contohnya dapat dilihat pada sequence berikut:

    >Allochromatium vinosum DSM 180

    agagtttgatcctggctcagattgaacgctggcggcatgcctaacacatgcaa...

    >Chlorobium luteolum DSM 273

    aggaaagcggcttcggccgggagtacttggcgcaagggtgagtaaggcatagg...

    >Chloroflexus aurantiacus J-10-fl

    aaaggaggtgatccagccgcaccttccggtacggctaccttgttacgacttcg...

    Penamaan dalam pembuatan dataset  sequence  ini juga perlu diperhatikan. Disarankan

    untuk menyingkat nama dari setiap  sequence  yang ada karena program ClustalX  akansecara otomatis memotong karakter nama apabila melebihi 30 karakter. Selain itu, hasil

    alignment  ClustalX yang akan digunakan dalam program Phylip (.phy) juga akan secara

    otomatis memotong karakter nama apabila melebihi 10 karakter. Hal ini akan

    membingungkan apabila pembeda antar nama sequence satu dengan lainnya terletak pada

     posisi karakter >10, karena ketika dipotong akan menghasilkan nama yang sama antar

     sequence  satu dengan lainnya. Dengan demikian, sebaiknya kita membuat daftar baru

    (dengan MS Word atau Notepad) yang berisi rincian nama  sequence  beserta

    singkatannya. Singkatan nama ini yang akan kita gunakan dalam dataset yang akan

    diproses dalam ClustalX. Contoh dataset diatas setelah namanya disingkat akan menjadi:>AvinDSM180

    agagtttgatcctggctcagattgaacgctggcggcatgcctaacacatgcaa...

    >ClutDSM273

    aggaaagcggcttcggccgggagtacttggcgcaagggtgagtaaggcatagg...

    >ChaurJ-10-fl

    aaaggaggtgatccagccgcaccttccggtacggctaccttgttacgacttcg...

    Perlu diperhatikan bahwa pemberian nama tidak boleh mengandung spasi. Penyingkatan

    nama  sequence  hingga satu karakter (A-Z) sebaiknya tidak dilakukan karena akan

    membuat program ClustalX salah mengenali karakter nama menjadi salah satu komponen

     sequence nukleotida atau asam amino.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    18/26

    18 

    Jadi, contoh seperti:

    >Acaaaatggagagtttgatcctggctcaggatgaacgctggcggcgtgcttaac...

    tidak boleh dilakukan karena nama “A” akan disalahartikan sebagai nukleotida oleh

    ClustalX. Dataset yang telah siap selanjutnya disimpan dan selanjutnya dimasukan ke

    dalam ClustalX. Pertama buka program ClustalX, File → Load Sequences. Pilih

    file dataset yang telah disimpan dan program tersebut akan secara otomatis menampilkan

    nama  sequence  pada kolom sebelah kiri dan  sequence-nya di kolom sebelah kanan

    (Gambar 3.1).

    Gambar 3.1. Hasil input dataset pada ClustalX.

    Sebelum melakukan alignment , kita harus terlebih dahulu mengatur file output yang akan

    dihasilkan. Program ClustalX dapat menghasilkan beberapa macam format file dari satu

     jenis dataset, yakni: CLUSTAL, GCG/MSF, GDE, NBRF/PIR, NEXUS  dan

    PHYLIP. Masing-masing file output ini mempunyai kegunaan masing-masing karenadiperlukan oleh program-program analisis lainnya. Dalam praktikum ini kita hanya akan

    menggunakan format CLUSTAL  (.aln), GDE  (.gde), dan PHYLIP  (.phy). Pada program

    ClustalX, pilih Alignment → Output Format Options → klik GDE FORMAT,

    dan PHYLIP FORMAT → CLOSE. Setelah itu pilih Alignment → Do Complete

    Alignment.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    19/26

    19 

    3.1.2.  Rekonstruksi Pohon Filogenetik dengan PHYLIP v3.6.9 (Felsenstein, 2005)

    Rekonstruksi dengan program ini membutuhkan file input dalam format .phy yangdapat dihasilkan oleh program ClustalX  atau MEGA. Program Phylip  memiliki

    serangkaian aplikasi executeable yang dapat menganalisis data sequence dengan berbagai

    algoritme. Aplikasi yang terdapat pada Phylip antara lain:

    clique dnamlk drawgram neighbor restml

    concense dnamove drawtree pars retree

    contml dnapars factor penny seqboot

    contrast dnapenny fitch proml treedist

    dnacomp dollop gendist promlk

    dnadist dolmove main protdist

    dnainvar dolpenny mix protpars

    dnaml draw move restdist

    Rekonstruksi pohon filogenetik pada Phylip dapat dilakukan dengan aplikasi

    neighbor, fitch, dnapars, dan dnaml  untuk  sequence  nukleotida. Aplikasi

    neighbor  juga dapat digunakan untuk merekonstruksi pohon dengan  sequence  asam

    amino, namun sebelumnya harus menggunakan input data yang dihasilkan dari aplikasiprotdist. Aplikasi protml dan protpars  memiliki prinsip analisis yang sama

    dengan dnaml dan dnapars, namun menggunakan sequence asam amino sebagai data

    inputnya.

    Copy file format .phy ke dalam folder exe yang terdapat di dalam folder Phylip dan

    kemudian ganti nama file tersebut menjadi infile  tanpa menggunakan

    extension/format apapun. Folder exe  terkadang sudah mengandung file dengan nama

    infile yang disebabkan oleh analisis data yang pernah dilakukan sebelumnya. Apabila

    kita menjumpai file infile tersebut, hapus terlebih dahulu dan kemudian baru

    mengganti nama file .phy menjadi infile. Selanjutnya, buka salah satu dari aplikasiyang tersedia dalam folder exe  untuk menganalisis infile, dalam hal ini kita akan

    menggunakan aplikasi neighbor, yakni rekonstruksi dengan algoritme Neighbor-

    Joining.

    Perlu diketahui bahwa rekonstruksi pohon filogenetik yang menggunakan data

    distance matrix  berbasis clustering   seperti UPGMA, Neighbor-Joining, dan algoritme

    Fitch-Margoliash menggunakan data berupa matriks  p-distance  yang dihasilkan oleh

    aplikasi dnadist untuk sequence DNA atau protdist untuk sequence asam amino.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    20/26

    20 

    Dengan demikian, infile  perlu dianalisis terlebih dahulu dengan dnadist,

    kemudian outfile hasil analisis dnadist  diubah lagi (rename) menjadi infileuntuk dapat dianalisis dengan neighbor. Setelah namanya diubah, buka aplikasi

    neighbor dan akan tampil menu berupa:

    Neighbor-Joining/UPGMA method version 3.69

    Settings for this run:

    N Neighbor-joining or UPGMA tree? Neighbor-joining

    O Outgroup root? No, use as outgroup species 1

    L Lower-triangular data matrix? No

    R Upper-triangular data matrix? No

    S Subreplicates? No

    J Randomize input order of species? No. Use input order

    M Analyze multiple data sets? No

    0 Terminal type (IBM PC, ANSI, none)? ANSI

    1 Print out the data at start of run No

    2 Print indications of progress of run Yes

    3 Print out tree Yes

    4 Write out trees onto tree file? Yes

    Y to accept these or type the letter for one to change

    Tekan huruf yang bersangkutan untuk mengubah pengaturan yang diinginkan. Setelahselesai, tekan Y  dan Enter. File hasil analisis akan dimuat ke dalam outfile  dan

    gambar pohon dimuat pada outtree. File outfile dapat dibuka dengan Notepad dan

    dapat di-copy  ke dalam MS Excel untuk memudahkan pembacaan, sedangkan file

    outtree dapat dibuka dengan program Treeview (Page, 1996).

    Rekonstruksi pohon filogenetik dengan algoritme berbasis character-based   seperti

    maximum parsimony dan maximum likelihood  menggunakan file .phy sebagai infile

    dan tidak perlu dibuat matriks  p-distance. Dengan demikian kita dapat langsung

    menjalankan program dnapars  untuk analisis  parsimony  atau dnaml  untuk analisis

    likelihood  langsung terhadap infile.

    3.1.3  Pembuatan Matriks Similaritas DNA dengan Phydit (Chun, 1995)

    Program Phydit menggunakan data input berupa hasil alignment  dengan format .gde

    yang dapat dihasilkan dengan program ClustalX. Salah satu analisis yang dilakukan oleh

    Phydit  adalah penghasilan matriks similaritas nukleotida yang berisi persentase

    similaritas nukleotida antar pasangan  sequence  yang dibandingkan tanpa menggunakan

    model evolusi apapun.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    21/26

    21 

    Analisis dengan Phydit dilakukan dengan membuat file baru dengan membuka menu

    File  → New  atau dengan menekan ikon New Phydit File yang terdapat pada panel atas bagian paling kiri. Sebuah menu akan muncul dimana kita dapat memasukan

    keterangan file. Isi keterangan apabila diperlukan dan apabila sudah, tekan OK. Phydit 

    kemudian akan menampilkan layar baru bertuliskan No entry to tag. Pada tahap

    ini, masukan data melalui Data → Import → GDE (NT Replace) untuk sequence 

    nukleotida. Pilih data dalam format .gde dan Phydit akan langsung memasukan sequence 

     berdasarkan entry nama  sequence. Penghasilan matriks similaritas nukleotida dapat

    dilakukan melalui Analysis → SimTable: Generating Similarity Table 

    yang terdapat pada panel atas. Matriks similaritas nukleotida terdiri atas dua bagian, yakni

     bagian segitiga kanan atas (upper-right triangle) dan segitiga kiri bawah (lower-lefttriangle). Phydit  akan menanyakan jenis data yang akan dimuat dalam masing-masing

    segitiga tersebut. Pada umumnya kita akan memasukan data similaritas nukleotida (NT

    Similarity) pada lower-left triangle  dan jumlah nukleotida yang berbeda

     per total nukleotida yang dibandingkan (NT different/Total Nucleotides) 

     pada upper-right triangle. Tekan OK dan akan muncul menu Options; tekan

    OK  lagi untuk melanjutkan analisis. Hasil yang keluar berupa matriks yang dituliskan

     pada Notepad. Untuk memudahkan pembacaan, copy  seluruh tulisan pada Notepad 

    tersebut (ctrl+A kemudian ctrl+C) ke MS Excel dan kemudian simpan.

    Sebagai tambahan, Phydit juga menyediakan pilihan analisis lainnya yang mencakup:  Al ignment Reports , menu ini berfungsi untuk menampilkan hasil alignment   sequence 

    nukleotida/asam amino dalam bentuk text yang secara otomatis dibuka oleh Notepad.

      Sequence Statisti cs , menu ini berfungsi untuk menampilkan frekuensi nukleotida dan

    frekuensi asam amino dari  sequence  yang ada. Apabila kita menggunakan  sequence 

    nukleotida, adanya statistik frekuensi asam amino pada hasil diasumsikan bahwa

     sequnce yang dimiliki merupakan coding sequence.

    3.2.Konstruksi pohon filogeni menggunakan aplikasi MEGA 4.0

     Molecular Evolutionary Genetic Analysis  4.0 (MEGA 4.0) merupakan alat

    terintegerasi untuk mengolah pemerataan sekuen, menkonstruksi pohon filogenetik,

    memperkirakan perbedaan waktu, memperkirakan kecepatan evolusi molekuler,

    menkonstruksi sekuen nenek moyang, dan menguji hipotesis evolusioner. Aplikasi

    MEGA 4.0 digunakan oleh para ahli biologi di dalam laboratorium untuk

    merekonstruksi sejarah evolusioner dari suatu spesies dan sifat selektif yang

    dihasilkan dari kekuatan alam membentuk evolusi gen dan spesies.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    22/26

    22 

    Langkah-langkah merekonstruksi pohon filogenetik dengan aplikasi MEGA 4.0

    lebih singkat daripada dengan cara diatas. Secara garis besar tahapan rekonstruksi pohon filogenetik dengan menggunakan aplikasi MEGA 4.0 terdiri atas:

    1.  Mengunduh sekuens nukleotida yang kita kehendaki dari GenBank

    2.  Sequence alignment dengan ClustalW

    3.  Rekonstruksi pohon filogenetik

    3.2.1.  Mengunduh sekuens nukleotida dari GenBank

    Pengunduhan dapat dilakukan dari NCBI (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbank ) 

    dengan format FASTA. Diupayakan sekuens nukelotida yang kita gunakan berasal

    dari jenis yang sama dan banyaknya sekuen nukleotida tidak jauh berbeda. Apabila

    kita memilih sekuen dengan panjang yang perbedaan terlalu jauh maka akan

    mengganggu proses alignment dengan ClustalW. Setelah mengunduh format FASTA

    dari GenBank kemudian disalin pada program Notepad. Contoh format FASTA

    sekuen nukleotida dari B. mycoides GMA030 adalah sebagai berikut:

    >gi|398650471|dbj|AB738786.1| Bacillus mycoides gene for 16S rRNA, partial sequence, strain:

    GMA030GATGAACGCTGGCGGCGTGCCTAATACATGCAAGTCGAGCGAACCGATTAAGAGCTTGCTCTTAAGAAGT

    TAGCGGCGGACGGGTGAGTAACACGTAGGTAACCTGCCTATAAGACTGGGATAACTCCGGGAAACCGGGG

    CTAATACCGGATAACATTTTGCACCGCATGGTGCGAAATTGAAAGGCGGCTTCGGCTGTCACTTATAGAT

    GGACCTGCGGCGCATTAGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCGACGATGCGTAGCCGACCTGAG

    AGGGTGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGGAATCTTC

    CGCAATGGACGAAAGTCTGACGGAGCAACGCCGCGTGAGCGATGAAGGCCTTCGGGTCGTAAAGCTCTGT

    TGTTAGGGAAGAACAAGTGCTAGTTGAATAAGCTGGCACCTTGACGGTACCTAACCAGAAAGCCACGGCT

    AACTACGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGGTGGCAAGCGTTATCCGGAATTATTGGGCGTAAAGCGC

    GCGCAGGTGGTTTCTTAAGTCTGATGTGAAAGCCCACGGCTCAACCGTGGAGGGTCATTGGAAACTGGGA

    GACTTGAGTGCAGAAGAGGAAAGTGGAATTCCATGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGAGATATGGAGGAACA

    CCAGTGGCGAAGGCGACTTTCTGGTCTGCAACTGACACTGAGGCGCGAAAGCGTGGGGAGCAAACAGGAT

    TAGATACCCTGGTAGTCCACGCCGTAAACGATGAGTGCTAAGTGTTAGAGGGTTTCCGCCCTTTAGTGCT

    GAAGTTAACGCATTAAGCACTCCGCCTGGGGAGTACGGCCGCAAGGCTGAAACTCAAAGGAATTGACGGG

    GGCCCGCACAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCAACGCGAAGAACCTTACCAGGTCTTGACAT

    CCTCTGACAACCCTAGAGATAGGGCTTCCCCTTCGGGGGCAGAGTGACAGGTGGTGCATGGTTGTCGTCA

    GCTCGTGTCGTGAGATGTTGGGTTAAGTCCCGCAACGAGCGCAACCCTTGATCTTAGTTGCCATCATTAA

    GTTGGGCACTCTAAGGTGACTGCCGGTGACAAACCGGAGGAAGGTGGGGATGACGTCAAATCATCATGCC

    CCTTATGACCTGGGCTACACACGTGCTACAATGGACGGTACAAAGAGTCGCAAGACCGCGAGGTGGAGCT

    AATCTCATAAAACCGTTCTCAGTTCGGATTGTAGGCTGCAACTCGCCTACATGAAGCTGGAATCGCTAGT

    AATCGCGGATCAGCATGCCGCGGTGAATACGTTCCCGGGCCTTGTACACACCGCCCGTCACACCACGAGA

    GTTTGTAACACCCGAAGTCGGTGGGGTAACCTTTTGGAGCCAGCCGCCTAAGGTGGGACAGATGATTGGG

    GTGAAGTCGTAACAAGGTAGCCGTATCGGAA

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbankhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbankhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbankhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbank

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    23/26

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    24/26

    24 

    -  Setelah selesai melakukan penambahan sekuens kemudian klik icon W  yang

    merupakan ClustalW. Hasil alignment dengan ClustalW disimpan dengan formatfile .mega.

    Gambar 3.4. Hasil Alignment dengan menggunakan ClustalW.

    3.2.2.  Rekonstruksi Pohon Filogenetik

    -  Buka kembali aplikasi MEGA 4, pilih File, kemudian pilih Reopen data, pilih data

    hasil alignment yang telah dibuat. Pilih menu Phylogeny, kemudian pilih Boostrap

    Test of Phylogeny, pilih  Neighbor Joining   (perlu diperhatikan jumlah boostrap

    sebaiknya 1000 replikasi), dan klik Compute.

    Gambar 3.5. Pilihan menu rekonstruksi pohon filogenetik.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    25/26

    25 

    Pohon filogenetik selesai dibuat.

    Bacillus anthracis DN 2210 (DNA sample)

     Bacillus cereus strain ATCC14579

     Bacillus thuringiensis strain CMBL-BT4

     Bacillus weihenstephanensis isolate CCM1

     Bacillus mycoides strain GMA030

     Bacillus aquimaris isolate L-36

     Bacillus pumilus strain X-6-19

     Bacillus licheniformis strain VPS50.2

     Bacillus subtilis strain ATCC 21331

     Bacillus megaterium strain GMA479

     Bacillus flexus partial 16S rRNA gene

     Bacil lus cohnii gene for 16S rRNA

     Bacillus indicus 16S ribosomal RNA gene

     Bacillus coagulans strain NRIC 1527

     Bacillus methanolicus strain NCIMB 12524

     Bacillus circulans strain Q11

     Bacillus firmus strain D1

     Bacillus lentus strain IAM 12466

     Bacil lus fusiformis gene for 16S rRNA

     Oceanobacillus caeni gene for 16S rRNA

     Bacillus larvae 16S rRNA

    72

    38

    99

    100

    100

    98

    99

    81

    62

    88

    51

    41

    31

    59

    15

    17

    86

    0.005  Gambar 3.6. Rekonstruksi pohon filogenetik dari 21 spesies Bacillus sp.

  • 8/17/2019 Modul Praktikum Sistematika Mikroba 2016

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Brenner, D. J., N. R. Krieg, J. T. Staley & G. M. Garrity. 2005. Bergey's manual of

     systematic bacteriology 2nd  edition, volume 2: The Proteobacteria , Part B: The

    Gammaproteobacteria. Springer Pub.: USA.

    Chun, J. 1995. Computer-assisted clasification and identification of actinomycetes. Ph.D.

    Thesis. University of Newcastle, UK.

    Felsenstein, J. 2005. PHYLIP (Phylogeny Inference Package) version 3.6. Distributed by

    the author. Department of Genome Sciences, University of Washington, Seattle,

    USA.

    Goodfellow, M. 1997. Microbial Systematics. In Microbiology and Medical

     Microbiology. University of Newcastle Upon Tyne.

    Kovach, W.L., 2007. MVSP - A MultiVariate Statistical Package for Windows, ver. 3.1.

    Kovach Computing Services, Pentraeth, Wales, U.K.

    Larkin, M. A., G. Blackshields, N. P. Brown, R. Chenna, P. A. McGettigan, H.

    McWilliam, F. Valentin, I. M. Wallace, A. Wilm, R. Lopez, J. D. Thompson, T.

    J. Gibson, & D. G. Higgins.2007. Clustal W and Clustal X version 2.0.

    Bioinformatics 23: 2947 – 2948.

    Page, R. D. M. 1996. TREEVIEW: An application to display phylogenetic trees on

     personal computers. Computer Applications in the Biosciences 12: 357 – 358.

    Priest, F. & B. Austin. 1993. Modern Bacterial Taxonomy 2nd Edition. Chapman & Hall

    Pub.: England.

    Sembiring, L. 2002. Sistematika Mikrobia (BIO 668) Petunjuk Praktikum. Fakultas

    Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

    Sembiring, L. 2002. Sistematika Molekular  (BIO 765) Petunjuk Praktikum. Fakultas

    Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

    West, P. A., P. R. Brayton, T. N. Bryant, & R. R. Colwell. 1986. Numerical taxonomy of

    vibrios isolated from aquatic environments. International Journal of Systematic

     Bacteriology 36 (4): 531 – 543.


Recommended