Date post: | 11-Apr-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | doddy-novriadie |
View: | 44 times |
Download: | 10 times |
PLENO ETIKKELOMPOK DK 5
MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG
ANGGOTA KELOMPOK ■ Febriani Rinta I11110026■ Octa Tirandha I11112077■ Diana Putri Lestari I1011141004■ Auliyah Tania Alkadrie I1011141014■ Agil Wahyu Pangestuputra I1011141030■ Muhammad Fadhil Amrullah I1011141038■ Budi Hartono I1011141040■ Kristian Wilson I1011141047■ Thevany I1011141052■ Dana Rizky Afina Rahma I1011141060■ Maudy Nadya I1011141064■ Danang Mustofa I1011141071
Pemicu■ An. Toni, 11 tahun bermaksud ingin disunat oleh Dr Rudi pada saat liburan
sekolah. Hingga sampai waktunya Dr. Rudi datang ke rumah An. Toni untuk melakukan sirkumsisi dengan diawasi oleh ayahnya Tn. Radi. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan keadaan Toni masih normal dan dapat dilakukan sirkumsisi. Namun, diketahui bahwa, Toni memiliki riwayat penyakit asma yang sudah 6 bulan terakhir tidak kambuh, dan mempunyai riwayat alergi beberapa obat dan pernah mengalami sindrom Steven-Johnson sehingga harus dirawat di rumah sakit. Dr Rudi kemudian meyakinkan Tn. Radi bahwa keadaan Toni stabil. Kemudian proses sirkumsisi dimulai termasuk dengan menyuntikkan lidokain dalam waktu 10 menit kemudian Toni mengalami sesak hebat, muntah, pengeluaran lendir yang banyak dari hidung, serta tampak lemah. Sekali lagi dr Rudi meyakinkan Tn. Radi bahwa kondisi putranya masih terkendali. Tampak bahwa dr Rudi menyuntikkan sejenis obat yang tidak biasanya digunakan dalam sirkumsisi, lalu melanjutkan sirkumsisi. Tak lama kemudian, melihat keadaan Toni yang semakin berat, dr Rudi menghentikkan tindakan dan menyarankan keluarga untuk membawa Toni ke RS terdekat. Dalam perjalanan ke RS, Toni tidak diinfus atau tidak diberi oksigen. Setelah diterima di IGD, Toni langsung dilarikan ke ICU untuk mendapatkan perawatan intensif. Atas kejadian yang menimpa putranya, Tn Radi bermaksud menuntut dr Rudi dengan tindakan malpraktik.
Klarifikasi dan Definisi Masalah
■ Sindrom Steven Johnson■ Lidokain■ Sirkumsisi■ Malpraktik
Kata Kunci
■ Toni, 11 tahun■ Sirkumsisi■ Asma 6 bulan tidak kambuh■ Sindrom Steven-Johnson ■ Riwayat alergi beberapa obat■ Menyuntikkan lidokain■ Sesak hebat■ Muntah■ Pengeluaran lendir yang banyak dari hidung■ Tampak lemah■ Tidak diinfus dan tidak diberikan oksigen
Rumusan Masalah
■Dr Rudi melakukan tindakan sirkumsisi dengan pertimbangan yang tidak tepat.
Analisis Masalah
Hipotesis
■ Dr Rudi melakukan tindakan malpraktik, melanggar Kaidah Dasar Bioetik Non-maleficence dan KODEKI.
Pertanyaan Diskusi
1. Hubungan alergi obat dengan penyuntikan lidokain? 2. Jelaskan mengenai malpraktik? 3. Hal apa saja yang dilanggar oleh dr Rudi?4. Pelanggaran tersebut melanggar KDB apa saja? 5. Apa pasal KODEKI yang dilanggar oleh dr Rudi? 6. Apakah dr Rudi melakukan malpraktik?
Hubungan Alergi Obat dengan Pemberian Lidokain■Lidokain mengandung zat preservative yaitu,
methylparaben dan propylparaben yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas
Sunaryo, 2004, Anetetik Lokal, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Univ. Indonesia. Gaya Baru, Jakarta
Malpraktik■ Kelalaian dari tenaga kesehatan untuk menerapkan tingkat
keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim yang diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah sama.
■ Batasan yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/ pekerjaannya
Amir,A dan Hanafiah,J. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Elemen elemen malparaktik 1. Merupakan kesalahan profesional (profesional misconduct)2. Termasuk di dalamnya ketiadan keahlian atau ketelitian (lock of skill or fidelity)3. Tidak bertindak sesuai dengan kewajiban-kewajiban yang timbul dari profesinya.4. Kesalahan dilakukan oleh dokter yang bertindak di bawah standard yang
diharapkan secara rata-rata dan layak dilakukan oleh dokter lain dalam kondisi dan tempat yang sama.
5. Kemampuan profesional tersebut dapat meliputi :– Kekurangan pengetahuan (onvoldoende kennis)– Kekurangan pengalaman (onvoldoende ervaring)– Kekurangan pengertian (onvoldoende inzicht)
■ Adanya hubungan antara dokter-pasien yang menimbulkan kewajiban bagi dokter untuk berbuat sesuai dengan norma-norma spesifik atau standard yang diciptakan oleh profesi (standards of care) guna melindungi pasien dari resiko yang tidak layak.
■ Adanya pembuktian bahwa telah terjadi pelanggan terhadap kewajiban (breach of duty) dalam bentuk kegagalan untuk bertindak sesuai dengan norma-norma di atas dalam bentuk berbuat (commisive) atau tidak berbuat (ommisive) yang melanggar standard pelayanan (standard of care)
■ Harus dapat dibuktikan adanya hubungan kausalitas antara perbuatan dokter tersebut dengan kerugia yang terjadi.
Muladi. 1995. Malpraktek ditinjau dari Segi Hukum Pidana. Semarang: Fakultas Hukum UNS
Penyebab utama malpraktik
1. Lag of communication, Lack of Communication, communication gap, Incommunication
2. Tidak ada partnership, dialogis3. Hasil perawatan tidak memuaskan4. Biaya tinggi5. Mindset/ budaya litigatif6. Posisi bermusuhan (adversary position) antar masyarakat, Rumah
Sakit dan Dokter
Amir,A dan Hanafiah,J. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Kaidah Dasar Bioetika ■ Berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral■ Studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di
bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang
■ Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.
■ Bioetik tidak hanya membicarakan segala hal yang berkaitan dengan bidang medis (seperti: abortus, eutanasia, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik), tetap juga membahas masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, moralitas, lingkungan kerja, hak pasien, dan sebagainya
Amir,A dan Hanafiah,J. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGCSachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. Bioetik: Isu & Dilema. Jakarta Selatan: Pensil-324
Prinsip prinsip kaidah bioetik
■Beneficence ■ Non-maleficence ■ Autonomy ■ Justice
Beneficence ■ Seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk kepentingan
pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien.
■ Point utama dari prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa seorang dokter harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih bayak dampak baiknya daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi
Budiman H, Darmino S. Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme dalam profesi dokter. Jakarta. 2011
PRINSIP PRINSIP BENEFICENCEMengutamakan AlturismeMenjamin nilai pokok harkat dan martabat manusiaMemandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokterTidak ada pembatasan “goal based”Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya.Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayangMenjamin kehidupan baik-minimal manusiaMemaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhanMenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkanMemberi suatu resep berkhasiat namun murahMengembangkan profesi secara terus menerusMinimalisasi akibat buruk
Budiman H, Darmino S. Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme dalam profesi dokter. Jakarta. 2011
Non-maleficence■ Suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan suatu
perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien■ Do no harm” merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence
Budi S, Zulhasmar S, Tjetjep DS. Bioetik dan Hukum kedokteran. Ed 1. Jakarta : Pustaka Dwipar; 2005.h.29-31
Prinsip – prinsip MALEFICENCE Menolong pasien emergensiMengobati pasien yang lukaTidak membunuh pasienTidak memandang pasien sebagai objekTidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasienMelindungi pasien dari seranganManfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokterTidak membahayakan pasien karena kelalaianMenghindari misrepresentasiMemberikan semangat hidupTidak melakukan white collar crime
Budi S, Zulhasmar S, Tjetjep DS. Bioetik dan Hukum kedokteran. Ed 1. Jakarta : Pustaka Dwipar; 2005.h.29-31
AUTONOMY ■ Dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia, terutama hak
untuk menentukan nasibnya sendiri■ Pasien yang dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa
untuk dapat menyetujui atau menolak tindakan medis■ Melalui informed consent, pasien menyetujui suatu tindakan medis
secara tertulis
Guwandi. 1991. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Penerbit FK UI.
Prinsip – prinsip Autonomy Menghargai hak menentukan nasib sendiriTidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusanBerterus terang menghargai privasiMenjaga rahasia pasienMenghargai rasionalitas pasienMelaksanakan Informed ConsentMembiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiriTidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasienMencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiriSabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensiTidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien Menjaga hubungan atau kontrak
Guwandi. 1991. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Penerbit FK UI.
Justice
■ Suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakukan yang adil untuk semua pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan tingkat ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dan sebagainya
■ Diperlukan nilai moral keadilan untuk menyediakan perawatan medis dengan adil agar ada kesamaan dalam perlakuan kepada pasien.
Basterra, F.J.E. 1994. Bioethics. Minnesota: The Lithurgical Press.
Prinsip – prinsip JusticeMemberlakukan segala sesuatu secara universalMengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukanMemberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang samaMenghargai hak sehat pasienMenghargai hak hukum pasienMenghargai hak orang lainMenjaga kelompok rentanTidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainyaMemberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasienTidak melakukan penyalahgunaanMeminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannyaKewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adilMengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompetenTidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepatMenghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan. Basterra, F.J.E. 1994. Bioethics. Minnesota: The Lithurgical Press.
Pelanggaran Kaidah Dasar Bioetik (KDB)
Kaidah-kaidah dasar bioetik yang dilanggar dalam kasus ini adalah:■ Beneficence
Hal-hal yang dilanggar pada kaidah ini ialah bahwa dr. Rudi tidak melakukan sesuatu yang dapat meminimalisir akibat buruk yang telah ia lakukan kepada an. Toni. Bahkan saat menuju rumah sakit pun, Toni tidak diberikan infus dan oksigen.■ Non-Maleficence
Kaidah non-maleficence adalah prinsip tindakan seorang dokter kepada pasien dimana dokter tidak melakukan perbuatan buruk kepada pasien yang dapat membahayakan kehidupan pasien. Dalam kasus ini, dr. Rudi melakukan pemberian obat yang tidak biasa pada pasien sirkumsisi yang mengakibatkan kondisi Toni semakin memburuk■ AutonomyHal yang dilanggar dalam kaidah ini adalah dr. Rudi tidak melakukan informed consent saat memberikan obat yang tidak biasa pada pasien sirkumsisi yang dimana kondisi Toni semakin memburuk. Dr. Rudi tidak memberitahukan apa obat suntik yang disuntikkannya dan tujuan melakukannya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
KEWAJIBAN UMUM DOKTERPasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifatmemuji diri .Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
■ Pasal 6Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.■ Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
■ Pasal 8Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.■ Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat
menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
■ Pasal 10Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan
tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
■ Pasal 11Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup
makhluk insani.■ Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
■ Pasal 13Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang
kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati
Budiningsih, Yuli dkk. 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN■ Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai
keahlian untuk itu.■ Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasadapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan
atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.■ Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
■ Pasal 17Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Budiningsih, Yuli dkk. 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Pelanggaran Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Pelanggaran yang dilakukan oleh dr Rudi adalah:■ Pasal 5 yang berbunyi: Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut”.■ Pasal 10Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.■ Pasal 14Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
■ Pasal 17Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.Dr. Rudi telah melanggar pasal 17 dimana ia tidak melakukan sebuah tindakan gawat darurat kepada pasien an. Toni yaitu tidak meberikan infus dan oksigen kepada Toni
Kesimpulan
■ Dr. Rudi telah melakukan malpraktik yang membuat kondisi pasien atas nama Toni semakin memburuk dan bahkan membahayakan nyawa pasien. Selain itu dr Rudi juga telah melanggar kaidah bioetik yaitu beneficent, non-maleficence, dan Autonomy serta melanggar kode etik kedokteran yaitu pasal 5, pasal 10, pasal 14, dan pasal 17