Date post: | 11-Oct-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | cindi-neriza-dwi-putri |
View: | 42 times |
Download: | 1 times |
of 19
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
1/19
ANEMIA APLASTIK
Oleh :
Ayu Dwi Ratna Sari
0910015057
Pembimbing :
dr. William S. Tjeng, Sp.A
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2014
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Refferat
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
2/19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan suatu kegagalan hematopoeisis yang jarang, namun
berpotensi untuk mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia dan aplasia sumsum
tulang. Anemia aplastik dapat diwariskan atau didapat. Perbedaan antara keduanya didasarkan
pada pemeriksaan klinis dan laboratorium. Anemia aplastik heraditer berkaitan dengan mutasi
genetik yang diwariskan dari orang tua sedangkan anemia aplastik didapat mungkin berkaitan
dengan infeksi, pajanan bahan kimia, obat atau akibat penyakit tertentu. Meskipun
patomekanismenya belum sepenuhnya dimengerti. Tidak jarang anemia aplastik menyebabkan
kematian dengan sebab utama infeksi jamur atau sepsis bakterial oleh karena itu mengetahui
penanganan dan managemen anemia aplastik secara benar diharapkan dapat mengurangi
morbiditas maupun mortalitas. Anemia aplastik tidak berat janrang menyebabkan kematian dan
sebagian besar tidak memerlukan terapi.
Tujuan
Penulisan referat berjudul Anemia Aplastik ini bertujuan untuk menjelaskan definisi,
patogenesis, gejala klinis, penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan
prognosis mengenai Anemia Aplastik. Diharapkan dalam penulisan referat ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan tentunya penulis sendiri.
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
3/19
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi
dan penurunan selularitas sumsum tulang (Permono, Ugrasena, & A., 2006). Sel-sel ini dibuat
oleh sel darah induk di sumsum tulang . Pada anemia aplastik ,sel-sel induk rusak dan jumlahnya
sangat sedikit. Akibatnya , hanya sedikit sel-sel darah yang mampu diproduksi. Dalam
kebanyakan kasus anemia aplastik , ketiga jenis sel darah tersebut diproduksi dalam jumlah
sedikit (yang disebut pansitopenia). Sangat jarang ditemui kekurangan hanya di salah satu jenis
sel darah , seperti sel darah merah , sel darah putih , atau trombosit. Anemia aplastik bukanlah
kanker tetapi mungkin berkaitan dengan beberapa kanker ( terutama yang mempengaruhi
sumsum tulang , seperti leukemia ). Sejumlah kecil pasien dengan anemia aplastik dapat
berkembang menjadi leukemia. Anemia aplastik dapat diwariskan atau diperoleh. Anemia
aplastik yang diperoleh jauh lebih umum ditemui dari pada jenis yang diwariskan. Perbedaan
antara keduanya bukan pada usia pasien, melainkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
laboratorium (American Cancer Society, 2013).
Epidemiologi
Insidensnya bervariasi di seluruh negara dunia dan berkisar antara 2 sampai 6 kasus per 1
juta penduduk per tahun dengan variasi geografis. Anemia aplastik lebih banyak ditemui di dunia
belahan timur dari pada di belahan barat, terutama di negara-negara berkembang, mungkin
karena ada lebih banyak paparan terhadap bahan kimia. Ditemukan lebih dari 70% anak anak
menderita anemia aplastik derajat berat pada saat didiagnosis. Tidak ada perbedaan secara
bermakna antara anak laki laki dan perempuan,namun dalam beberapa penelitian tampak
insidens pada anak laki
laki lebih banyak dibandingkan anak perempuan (Widjono, 2001).
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
4/19
4
Klasifikasi
Klasifikasi Kriteria
Anemia Aplastik Berat :
Selularutas sumsum tulang
Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri sel darah
< 25%
Hitung neutrofil < 500/ul
Hitung trombosit < 20.000/ul
Hitung retikulosit absolut < 60.000/ul
Anemia Aplastik Sangat Berat Sama seperti diatas kecuali hitung
neutrofil
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
5/19
5
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat
berlebihan. Praktis semua obat dapat menyebabkan anemia aplastik pada
seseorang dengan predisposisi genetik. Yang sering menyebabkan anemia aplastik
adalah kloramfenikol. Obat-obatan lain yang juga sering dilaporkan adalah
fenilbutazon,senyawa sulfur, emas, dan antikonvulsan, obat-obatan sitotoksik.
c. Radiasi : sinar rontgen, radioaktif
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
6/19
6
Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari radiasi dimana
stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat merusak DNA jaringan-jaringan
dengan mitosis yang aktif seperti jaringan hematopoiesis. Bila stem sel
hematopoiesis yang terkena maka terjadi anemia aplastik. Radiasi dapat
berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan menyebabkan fibrosis. Efek
radiasi terhadap sumsum tulang tergantung dari jenis radiasi, dosis dan luasnya
paparan sumsum tulang terhadap radiasi. Radiasi berenergi tinggi dapat
digunakan sebagai terapi tanpa tanda-tanda kerusakan sumsum tulang asalkan
lapangan penyinaran tidak mengenai sebagian besar sumsum tulang. Pada pasien
yang menerima radiasi seluruh tubuh efek radiasi tergantung dari dosis yang
diterima. Efek pada sumsum tulang akan sedikit pada dosis kurang dari 1 Sv
(ekuivalen dengan 1 Gy atau 100 rads untuk sinar X). Jumlah sel darah dapat
berkurang secara reversibel pada dosis radiasi antara 1 dan 2,5 Sv (100 dan 250
rads). Kehilangan stem sel yang ireversibel terjadi pada dosis radiasi yang lebih
tinggi. Bahkan pasien dapat meninggal disebabkan kerusakan sumsum tulang
pada dosis radiasi 5 sampai 10 Sv kecuali pasien menerima transplantasi sumsum
tulang. Paparan jangka panjang dosis rendah radiasi eksterna juga dapat
menyebabkan anemia aplastik.
d.
Infeksi, keganasan, gangguan endokrin.Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus hepatitis,
virus Epstein-Barr, HIV dan rubella. Virus hepatitis merupakan penyebab yang
paling sering. Pansitopenia berat dapat timbul satu sampai dua bulan setelah
terinfeksi hepatitis. Walaupun anemia aplastik jarang diakibatkan hepatitis akan
tetapi terdapat hubungan antara hepatitis seronegatif fulminan dengan anemia
aplastik.. Parvovirus B19 dapat menyebabkan krisis aplasia sementara pada
penderita anemia hemolitik kongenital (sickle cell anemia, sferositosis herediter,
dan lain-lain). Pada pasien yang imunokompromise dimana gagal memproduksi
neutralizing antibodi terhadap Parvovirus suatu bentuk kronis red cell aplasia
dapat terjadi. Infeksi virus biasanya berhubungan dengan supresi minimal pada
sumsum tulang, biasanya terlihat neutropenia dan sedikit jarang trombositopenia.
Virus dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang secara langsung yaitu
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
7/19
7
dengan infeksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau secara tidak langsung melalui
induksi imun sekunder,inisiasi proses autoimun yang menyebabkan pengurangan
stem sel dan progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.
e. Lainlain : penyakit ginjal.
f. Idiopatik : merupakan penyebab yang paling sering, akhirakhir ini.
Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
Radiasi
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Efek regular meliputi bahan-bahan sitotoksik, benzene
Reaksi Idiosinkratik meliputi kloramfenikol, NSAID, anti epileptik, emas.
Virus
Virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa)
Virus Hepatitis (hepatitis non-A, non-B, non-C, non-G)
Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
Human immunodeficiency virus (sindroma immunodefisiensi yang didapat)
Penyakit-penyakit Imun
Eosinofilik fasciitis
Hipoimunoglobulinemia
Timoma dan carcinoma timus
Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi
Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
Kehamilan
Idiopathic aplastic anemia
Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)
Anemia Fanconi
Diskeratosis kongenital
Sindrom Shwachman-Diamond
Disgenesis reticular
Amegakariositik trombositopenia
Anemia aplastik familial
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
8/19
8
Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain)
Sindroma nonhematologi (Down, Dubowitz, Seckel)
Anemia aplastik herediter
Anemia aplastik herediter disebabkan oleh mutasi gen (abnormalitas transkripsi gen)
yang telah diwariskan dari orang tua untuk anak mereka. Anemia aplastik herediter lebih sering
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Anemia aplastik herediter disebut anemia Fanconi
(FA). Ada banyak gen yang berbeda yang dapat menyebabkan anemia Fanconi. Seorang anak
harus mewarisi 2 salinan gen abnormal. Seseorang dengan hanya satu salinan gen abnormal tidak
akan menderita penyakit dan disebut pembawa (carrier) (American Cancer Society, 2013).
Diskeratosis kongenital adalah sindrom kegagalan sumsum tulang diwariskan secara
klasik yang muncul dengan triad pigmentasi kulit abnormal, distrofi kuku, danleukoplakia
mukosa. Kelainan ini memiliki heterogenitas dan manifestasi klinik yang beragam. Terdapat
bentuk bentuk autosomal dominan yang terpaut kromosom X, dan autosomal resesif. Bentuk
X- linked resesif diakibatkan oleh mutasi pada gen DKC 1, sedangkan Diskeratosis congenital
autosomal dominan disebabkan oleh mutasi gen TERC (yang menyandi komponen RNA
telomerase) yang pada akhirnya mengganggu aktivitas telomerase dan pemendekan telomere,
sehingga pada akhirnya menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan penuaan dini (premature
aging) (Foerster J., 1993).
Trombositopenia megakaryositik diwariskan merupakan kelainan yang ditandai
trombositopenia berat dan tidak adanya megakaryosit pada saat lahir. Sebagian besar pasien
mengalami missense atau nonsense mutations pada gen C-MPL. Banyak diantara penderita
trombositopenia amegakaryositik diwariskan mengalami kegagalan sumsum tulang (Foerster J.,
1993).
Sindrom Shwachman-Diamond adalah kelainan autosomal resesif yang ditandai dengan
disfungsi eksokrin pankreas, disostosis metafiseal, dan kegagalan sumsum tulang. Seperti pada
anemia Fanconi (sindroma Fanconi), penderita sindrom Shwachman-Diamond juga mengalami
peningkatan resiko terjadinya myelodisplasia, atau leukemia pada usia dini. (Foerster J., 1993).
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
9/19
9
Patofisiologi
Apabila pajanan terhadap agen penyebab berlangsung lama maka akan terjadi supresi
pada sumsum tulang. Apabila pajanan ini dilanjutkan setelah tanda hipoplasia muncul, maka
depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan
ireversibel. Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang
mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan
anemia aplastik. Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi sumsum
tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk
menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan pergantian oleh lemak.
Abnormalitas mungkin terjadi pada :
1.
Defek sel induk hematopoetik (sel stem, prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit)
2. Defek lingkungan mikro sumsum tulang
Microenvironment:
Kelainan microenvironmet memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat
radiasi, pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan
microarchitecturemengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel. Faktor humoral
misalnya eritropoitin, ternyata tidak mengalami penurunan.
3. Proses imunologi
Cell I nhibitors:
Pada beberapa penderita anemia aplastik, dapat dibuktikan adanya T-limfosit yang
menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulang pada biakan. limfosit T pasien
anemia aplastik menghasilkan interferon , TNF, IL 2 secara berlebihan. factor-faktor
inilah yang kemudian berperan dalam destruksi sel CD34 dan sel induk progenitor.
Kurang lebih 70% penderita anemia aplastik mempunyai penyebab yang tidak jelas,
dinamakan idiopatik. Defek sel induk yang didapat (acquired) diduga disebabkan oleh obat-obat:
busulfan, kloramfenikol, asetaminofen, klorpromazina, benzenebenzol, metildopa, penisilin,
streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
10/19
10
GEJALA KLINIS
Gejala-gejala timbul sebagai akibat dari :
Anemia : pucat, lemah, mudah lelah, dan berdebar-debar.
Leukopenia ataupun granulositopenia : infeksi bakteri, virus, jamur, dan kuman
patogen lain.
Trombositopenia : perdarahan seperti petekia, ekimosa, epistaksis, perdarahan gusi
dan lain-lain.
Hepatosplenomegali dan limfadenopati tidak lazim ditemukan pada anemia aplastik.
Anamnesis
Gejala yang banyak ditemukn dari anamnesis :
Pemeriksaan Fisik
Tanda yang banyak ditemukn dari pemeriksaan fisik :
Jenis pemeriksaan fisik Persentase (%)
Pucat
Pendarahan
Kulit
Gusi
Retina
100
63
34
26
20
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
11/19
11
Hidung
Saluran cerna
Vagina
Demam
Hepatomegali
Splenomegali
7
6
3
16
7
0
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. Hapusan darah tepi
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Jenis anemianya
adalah normokrom normositer. Terkadang ditemukan makrositosis,anisositosis, danpoikilositosis. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah tepi
menandakan bukan anemia aplastik. Granulosit dan trombosit ditemukan rendah.
Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari 75% kasus. Presentase retikulosit
umumnya normal atau rendah. Pada sebagian kecil kasus, persentase retikulosit
ditemukan lebih dari 2%. Akan tetapi, bila nilai ini dikoreksi terhadap beratnya
anemia (corrected reticulocyte count) maka diperoleh persentase retikulosit normal
atau rendah juga. Adanya retikulositosis setelah dikoreksi menandakan bukan anemia
aplastik. Jumlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel darah
putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit. Jumlah trombosit
berkurang secara kuantitias sedang secara kualitas normal. Perubahan kualitatif
morfologi yang signifikan dari eritrosit, leukosit atau trombosit bukan merupakan
gambaran klasik anemia aplastik yang didapat ( acquired aplasticanemia ). Pada
beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang berkurang
sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau amegakariositik trombositopenia.
Pada pasien seperti ini, lini produksi sel darah lain juga akan berkurang dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu sehingga diagnosis anemiaaplastik dapat
ditegakkan. (Widjono, 2001).
2. Laju endap darah
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
12/19
12
Hasil pemeriksaan laju endap darah pada pasien anemia aplastik selalu meningkat.
Pada penelitian yang dilakukan di laboratorium RSUPN Cipto Mangunkusumo
ditemukan 62 dari 70 kasus anemia aplastik (89%) mempunyai nilai laju endap darah
lebih dari 100 mm dalam satu jam pertama (Widjono, 2001).
3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang hiposeluler.
Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang
kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis. Limfosit,sel plasma,
makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan
sel-sel yang lain daripada menunjukkan peningkatan elemen-elemen ini. Biopsi
sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik secarakualitatif maupun
kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik ditemukan gambaran hiposelular.
Aspirasi dapat memberikan kesan hiposelular akibat kesalahan teknis (misalnya
terdilusi dengan darah perifer), atau dapat terlihat hiperseluler karena area fokal
residual hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan biopsy
dianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis. Suatu spesimen biopsi dianggap
hiposeluler jika ditemukan kurang dari 30% sel pada individu berumur kurang dari 60
tahun atau jika kurang dari 20% pada individu yang berumur lebih dari 60 tahun.
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
13/19
13
Sediaan sumsum tulang yang minim sel darah, dibedakan dengan sediaan sumsum tulang
dari pasien yang sama setelah pengobatan
4.
Elektroforesis hemoglobin-kadar hemoglobin F meningkat.
Hemoglobin F meningkat pada anemia aplastik anak dan mungkin ditemukan pada
anemia aplastik konstitusional. Plasma darah biasanya mengandung growth factor
hematopoiesis, termasuk erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi
koloni myeloid (Widjono, 2001).
5. Faal Hemostasis
Waktu pendarahan biasanya memanjang (bleeding time) dan faal hemostasis lain
normal.
6. Kadar folat dan B12 serum normal atau meningkat. Kadar Fe serum biasanya
meningkat dan klirens Fe memanjang dengan penurunan inkorporasi Fe ke eritrosit
yang bersirkulasi.
7. Virus marker
Evaluasi diagnosis anemia aplastik meliputi pemeriksaan virus hepatitis, HIV,
parvovirus, dansitomegalovirus.
8.
Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi.
Pada pasien anemia aplastik tidak ditemukan kelainan kromosom. Pemeriksaan
sitogenetik dengan fluorescence in situ hybridization (FISH) dan imunofenotipik
dengan flow cytometry diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding, seperti
myelodisplasia hiposeluler.
9. Pemeriksaan Defisiensi Imun
Adanya defisiensi imun dalam tubuh pasien anemia aplastik dapat diketahuimelalui
penentuan titer immunoglobulin dan pemeriksaan imunitas sel T.2
10. Pemeriksaan Radiologik
Nuclear Magnetic Resonance Imaging: Jenis pemeriksaan penunjang ini merupakan
cara terbaik untuk mengetahuiluasnya perlemakan karena dapat membuat pemisahan
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
14/19
14
tegas antara daerah sumsum tulang berlemak akibat anemia aplastik dan sumsum
tulang selular normal.
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis berupa panas, pucat,perdarahan, tanpa adanya organomegali (hepatosplenomegali). Gambaran darah tepi
menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. Diagnosis pasti ditentukan dengan
pemeriksaan biopsy sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan
penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik, granulopoitik dan
trombopoitik.
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa keadaan yang menyebabkan pansitopenia :
PENATALAKSANAAN
Hindari infeksi eksogen maupun endogen, seperti :
o Pemeriksaan rektal
o Pengukuran suhu rektal
o
Tindakan dokter gigi
o Pada tindakan-tindakan di atas, resiko infeksi bakteri meningkat
Simtomatik
Anemia : transfusi sel darah merah padat (PRC)
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
15/19
15
Perdarahan profus atau trombosit < 10.000/mm3
: transfusi trombosit (tiap
unit/10 kgBB dapat meningkatkan jumlah trombosit : 50.000/mm3)
Transfusi trombosit untuk profilaksis tidak dianjurkan.
Transfusi leukosit (PMN) masih kontroversi oleh karena masa hidup
leukosit pendek.
Efek samping : panas badan, takipnea, hipoksia, sembab paru (karena
timbul anti PMN leukoaglutinin)
Imunosupresif
Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte globulin (ATG)
atau antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A (CSA). ATG atau ALG
diindikasikan pada :
1) Anemia aplastik bukan berat
2) Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok
3) Anemia aplastik berat, yang berumur lebih dari 20 tahun dan pada
saat pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan
granulosit lebihdari 200/mm.
Mekanisme kerja ATG atau ALG belum diketahui dengan pasti dan mungkin melalui
koreksi terhadap destruksi T-cell immunomediatedpada sel asal dan stimulasi langsung
atau tidak langsung terhadap hemopoiesis. Karena merupakan produk biologis, pada
terapi ATG dapat terjadi reaksialergi ringan sampai berat sehingga selalu diberikan
bersama-sama dengankortikosteroid. Siklosporin juga diberikan dan proses bekerjanya
dengan menghambat aktivasi dan proliferasi prekursor limfosit sitotoksik. Pemberian
dosis tinggi siklofosfamid sering disarankan untuk imunosupresif yang mencegah relaps.
Namun, hal ini belum dikonfirmasi. Sampai kini, studi-studi dengan siklofosfamid
memberikan lama respon lebih dari 1 tahun. Sebaliknya, 75% respon terhadap ATG
dalam 3 bulan pertama dan relaps dapat terjadi dalam 1 tahun setelah terapi ATG.
(Widjono, 2001).
Dosis test ATG :
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
16/19
16
ATG 1:1000 diencerkan dengan saline 0,1 cc disuntikan intradermal pada lengan dengan
saline kontrol 0,1 cc disuntikkan intradermal pada lengan sebelahnya.Bila tidak ada
reaksi anafilaksis, ATG dapat diberikan.
Premedikasi untuk ATG (diberikan 30 menit sebelum ATG) :
Asetaminofen 650 mg peroral Difenhidrahim 50 mg per oral atau intravena perbolus.
Hidrokortison 50 mg intravena perbolus.
Terapi ATG :
ATG 40 g/kg dalam 1000 cc NS selama 8-12 jam perhari untuk 4 hari .
Obat-obat yang diberikan serentak dengan ATG :
a. Prednison 100 mg/mm2 peroral 4 kali sehari dimulai bersamaan dengan ATG
dandilanjutkan selama 10-14 hari; kemudian bila tidak terjadi serum sickness,tapering
dosis setiap 2 minggu.
b. Siklosporin 5mg/kg/hari peroral diberikan 2 kali sehari sampai respon
maksimalkemudian di turunkan 1 mg/kg atau lebih lambat. Pasien usia 50 tahun
ataulebih mendapatkan dosis siklosporin 4mg/kg. Dosis juga harus diturunkan bila
terdapat kerusakan fungsi ginjal atau peningkatan enzim hati.
Kortikosteroid
Prednison 2 mg/kgBB/24 jam, untuk mengurangi fragilitas pembuluh kapiler,
diberikan selama 4-6 minggu.
Steroid anabolik
Nandrolon dekanoat : 1-2 mg/kg/minggu IM(diberikan selama 8 -12
minggu)
Oksimetolon : 3-5 mg/kg/hari per oral
Testosteron enantat : 4-7 mg/kg/minggu IM
Testosteron propionat : -2 mg/kg/hari sublingual
o
Efek samping :
Virilisme, hirsutisme, akne hebat, perubahan suara (revesibel sebagian bila
obat dihentikan).
Pemberian jangka panjang dapat menimbulkan adenoma karsinoma hati,
kolestasis.
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
17/19
17
Hepatotoksik pada pemberian sublingual
Terapi penyelamatan (Salvage theraphies)
Terapi ini antara lain meliputi siklus imunosupresi berulang, pemberian faktor-faktor
pertumbuhan hematopoietik dan pemberian steroid anabolik. Pasien yang refrakterdengan pengobatan ATG pertama dapat berespon terhadap siklus imunosupresi ATG
ulangan. Pada sebuah penelitian, pasien yang refrakter ATG kuda tercapai dengan siklus
kedua ATG kelinci.
Pemberian faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik seperti Granulocyte-Colony
Stimulating Factor (G-CSF) bermanfaat untuk meningkatkan neutrofil akan tetapi
neutropenia berat akibat anemia aplastik biasanya refrakter. Peningkatan neutrofil oleh
stimulating faktor ini juga tidak bertahan lama. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik
tidak boleh dipakai sebagai satu-satunya modalitas terapi anemia aplastik. Kombinasi G-
CSF dengan terapi imunosupresif telah digunakan untuk terapi penyelamatan pada kasus-
kasus yang refrakter dan pemberiannya yang lama telah dikaitkan dengan pemulihan
hitung darah pada beberapa pasien. Steroid anabolik seperti androgen dapat merangsang
produksi eritropoietin dan sel-sel induk sumsum tulang. Androgen terbukti bermanfaat
untuk anemia aplastk ringan dan pada anemia aplastik berat biasanya tidak bermanfaat.
Androgen digunakan sebagai terapi penyelamatan untuk pasien yang refrakter terapi
imunosupresif.
Transplantasi sumsum tulang :
Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan utama bagi anak-anak dan dewasa muda dengan anemia aplastik berat. Hindari
transfusi darah yang berasal dari donor keluarga sendiri pada calon transplantasi sumsum tulang. Hal ini diperlukan untuk mencegah
reaksi penolakan cangkokan ( graft rejection) karena antibodi yang terbentuk akibat tansfusi. Kriteria respon terapi menurut kelompok
European Marrow Transplantation (EBMT) adalah sebagai berikut:
a.
Remisi komplit j ika bebas transfusi, granulosit sekurang-kurangnya 2000/mm3 dantrombosit sekurang-kurangnya 100.000/mm3.
b.
Remisi sebagian jika tidak tergantung pada transfusi, granulosit dibawah 2000/mm3 dan trombosit dibawah 100.000/mm3.
c.Refrakter jika tidak ada perbaikan.
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
18/19
18
KOMPLIKASI
Anemia dan akibat-akibatnya (karena pembentukannya berkurang)
Infeksi
Perdarahan
PROGNOSIS
Riwayat alamiah penderita anemia aplastik dapat berupa:
1. Berakhir dengan remisi sempurna. Hal ini jarang terjadi kecuali jika dikarenakan faktor
iatrogenik akibat kemoterapi atau radiasi. Remisi sempurna biasanya terjadi segera.
2. Meninggal dalam 1 tahun. Hal ini terjadi pada sebagian besar kasus.
3.
Dapat bertahan hidup selama 20 tahun atau lebih. Kondisi penderita anemia aplastik
dapat membaik dan bertahan hidup lama, namun masih ditemukan pada kebanyakan
kasus mengalami remisi tidak sempurna.
Anemia aplastik 80% meninggal (karena perdarahan atas infeksi). Separuhnya meninggal
dalam waktu 3-4 bulan setelah diagnosis. Anemia aplastik ringan 50% sembuh sempurna
atau parsial. Kematian terjadi dalam waktu yang lama.
5/21/2018 Anemia Aplastik 2
19/19
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi
dan penurunan selularitas sumsum tulang . anemia aplastik dapat terjadi karena faktor bawaan
(herediter) atau didapat (aquired).
Gejala gejala klinik yang tampak pada seorang pasien anemia aplastik merupakan
tanda-tanda anemia seperi pucat, lemas, berdebar-debar. tanda trombositopenia seperti
manifestas perdarahan dan tanda-tanda neutropenia demam, nyeri kepala, infeksi.
Penegakan diagnosis anemia aplastik dibuat berdasarkan gejala klinis berupa panas, pucat,
perdarahan, tanpa adanya organomegali (hepato splenomegali), adanya gambaran darah tepi
yang menunjukkan pansitopenia dan limfositosis relatif. Diagnosis pasti ditentukan dengan
pemeriksaan biopsi sumsum tulang yaitu gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan
penyokong dan jaringan lemak; aplasia sistem eritropoitik,granulopoitik dan trombopoitik.
Pemberian terapi secara suportif pada pasien anemia aplastik berupa pengobatan infeksi,
pemberian transfusi darah, tindakan imunosupresit dan terakhir ransplantasi sumsum tulang
dengan HLA yang cocok. Prognosis pasien anemia aplastik berat adalah dubia ad malam,
sedangkan anemia aplastik ringan- sedang prognosisnya lebih baik.
Saran
Mengingat masi banyaknya kekurangan dalam penulisan referat ini maka penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca.