REVIEW MONITORING BIODIVERSITYDI WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) INDRALAYA
PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIANSELATAN SEKTOR PENGENDALIAN PEMBANGKITAN
KERAMASAN PUSAT LISTRIK INDRALAYAMARET 2018
REVIEW MONITORING BIODIVERSITYDI WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) INDRALAYA
PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIANSELATAN SEKTOR PENGENDALIAN PEMBANGKITAN
KERAMASAN PUSAT LISTRIK INDRALAYAMARET 2018
REVIEW MONITORING BIODIVERSITYDI WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) INDRALAYA
PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIANSELATAN SEKTOR PENGENDALIAN PEMBANGKITAN
KERAMASAN PUSAT LISTRIK INDRALAYAMARET 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam pengelolaan suatu kawasan secara lestari terjadi pencapaian
keseimbangan antara fungsi, produksi, lingkungan dan sosial, ketiga fungsi tersebut
akan berjalan dengan baik apabila masing-masing fungsi dapat terlaksana secara
sinergis dan berkelanjutan, ketika salah satu dari ketiga jenis tersebut terganggu
maka keseimbangan ekosistemnya akan menjadi terganggu. Dalam konteks ini
konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pengertian konservasi sumberdaya alam hayati. Selain itu, dengan
ratifikasi konservasi keanekaragaman hayati (Biodiversity Convention) oleh Pemerintah
Indonesia melalui Undang-undang No.5 Tahun 1994, konservasi keanekaragaman
hayati telah menjadi komitmen nasional yang membutuhkan dukungan seluruh lapisan
masyarakat dan pihak perusahaan, sebagai wujud ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PT PLN (Persero) Indralaya merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan
yang terletak di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sebagai implementasi terkait
kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka perusahaan wajib melakukan perlindungan terhadap
lingkungan sebagai upaya konservasi di wilayah kerja tempat kegiatan beroperasi.
Salah satu upaya dalam melakukan perlindungan lingkungan hidup, adalah
keanekaragaman hayati / biodiversitas. Cara yang paling efektif menjaga
keanekaragaman hayati di suatu ekosistem adalah melestarikan komunitas hayati
secara utuh. PT. PLN (Persero) Indralaya juga sudah mulai melakukannya seperti
yang diamanatkan dalm Undang-undang No.32. Tahun 2009, beberapa kegiatan yang
telah dilakukan adalah seperti melakukan revegetasi pada lahan yang terdapat di
dalam wilayah kegiatan. Yang dijadikan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) oleh
perusahaan. Adanya ruang tebuka hijau tidak hanya berfungsi untuk mengurangi
dampak pencemaran udara tetapi juga dapat menyediakan habitat bagi satwaliar yang
terdapat disekitar wilayah tersebut, selain itu juga program lainnya melakukan kegiatan
konservasi jenis Ikan yang dilindungi seperti ikan belida.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
2
Berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan seperti yang tersebut diatas, dan pada
tahun 2015 pernah dilakukan studi terhadap keanekaragaman hayati (Biodiversity)
pada area sekitar wilayah kegiatan tersebut. Maka dalam tiga tahun berjalan setelah
studi biodiversity penting untuk diadakannya review kembali melalui kegiatan
monitoring tentang keanekaragaman flora-fauna di sekitar kawasan tersebut sebagai
antisipasi dampak dari berbagai kegiatan yang terus berkembang dalam areal
perusahaan dengan memonitoring kelangsungan hidup dan keberadaan flora-fauna
terutama satwa yang dilindungi apakah ada tren perubahan kenaikan atau penurunan
keaneragaman flora maupun faunanya, hal ini sangat diperlukan sekali dalam hal
perlindungan keanekaragaman hayati, karena kegiatan survey monitoring biodiversity
merupakan langkah awal melihat perubahan yang terjadi dalam suatu kawasan
terhadap biodiversity sehingga perusahaan dapat menentukan prioritas konservasi
terhadap keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan, oleh karena itu salah satu
kegiatan yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan adalah melakukan pemantauan
keberadaan flora dan fauna di sekitar kawasan yang dikelola atau kawasan
operasional kerja perusahaan.
Kondisi biodiversitas suatu daerah merupakan indikator yang bisa dipergunakan
untuk menentukan kualitas suatu lingkungan yang juga digunakan dalam program
penilaian peringkat kerja perusahaan bidang keanekaragaman hayati, kondisi
biodiversitas sendiri bisa dilihat dari keterwakilan spesies-spesies yang ada di lokasi
tersebut seperti jenis mamalia, ikan, burung, herpetofauna, dan jenis-jenis lainnya,
Dengan demikian, hasil dari kegiatan monitoring ini dapat membantu pihak PLN
Indralaya melihat tren perubahan biodiversity yang terjadi di lingkungan perusahaan
dan dapat memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah strategi konservasi
dalam upaya pelestarian serta membantu menyajikan dokumen mengenai profil
keanekaragaman hayati suatu kawasan serta bagi perusahaan memberikan kontribusi
nyata dalam hal konservasi untuk menentukan kebijakan pembangunan dan
pengembangan operasional diareal perusahaan.
1.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan review monitoring biodiversity ini mencakup survey inventarisasi flora-
fauna, di dalam dan di sekitar kawasan PT. PLN (persero) sektor Indralaya. Kabupaten
Ogan Ilir, Survei Monitoring biodiversity meliputi inventarisasi jenis-jenis fauna yang
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
3
termasuk dalam kelompok mamalia, aves, nekton, herpetofauna (reptil dan amfibi), dan
kelompok serangga diwakili kupu-kupu dan capung. serta struktur komposisi vegetasi
yang dapat ditemukan di kawasan, kemudian melihat tren perubahan yang terjadi
apakah perubahan penurunan atau kenaikan dari nilai keanekaragaman.
Keseluruhan data yang diperoleh berupa hasil identifikasi fauna dan komposisi
vegetasi tumbuhan di lokasi akan di analisis keanekaragamannya dan status
konservasi, sedangkan untuk flora struktur komposisinya.Inventarisasi melalui metode-
ekologi yang telah ditetapkan mengacu pada pedoman panduan pengumpulan data
keanekaragaman flora dan fauna (LIPI, 2004).
1.3. Tujuan Utama Kegiatan
1. Mengumpulkan data keanekaragaman hayati terkini dan melihat tren perubahan
yang terjadi dengan membandingkan data sebelumnya mengenai komposisi,
keanekaragaman, dan menentukan keberadaan spesies flora-fauna yang berada
dalam kawasan tersebut terutama jenis flora-fauna yang dilindungi yang
ditemukan di dalam kawasan.
2. Memberikan rekomendasi terkait hasil review monitoring sehubungan dengan aksi
perusahaan dalam memberikan perlindungan dan pengelolaan keanekaragaman
hayati flora dan fauna khususnya yang terdapat dalam kawasan.
1.4.Manfaat Kegiatan
Studi kajian ini diharapkan menjadi sebagai data dasar (database) terkini yang
up to date yang ilmiah bagi pihak PT. PLN (Persero) Inderalaya khususnya tentang
potensi keanekaragaman hayati sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
terkait dengan pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati di dalam dan di
sekitar kawasan PT. PLN (Persero) Inderalaya.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
4
1.5. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan UnitedNations
Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai Keanekaragaman Hayati).
3. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Daerah.
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
6. Keppres No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan kawasan lindung, yang
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang
mempunyai karakteristik dan keunikan masing-masing.
7. Permen LH No.03 Tahun 2014 tentang Program penilaian peringkat kerja
perusahaan (Proper).
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
5
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadaan Umum Wilayah
a. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Indralaya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Ogan Ilir yang
terbentuk melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Ogan Komering Ilir. Secara geografis terletak diantara 3o 02' sampai 30048' Lintang Selatan dan diantara 1040 20' samp ai 104o48' Bujur Timur, dengan luas
wilayah 52,36 Km2 atau 5,236 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata 8 meter
di atas permukaan laut.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Indralaya sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Selatan
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan Barat
b. Kondisi Tanah pada Kabupaten Ogan ilir
Jenis tanah didominasi oleh jenis tanah Alluvial dan jenis tanah Podsolik.Jenis
Tanah alluvial terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ogan yang tersebar di seluruh
wilayah kecamatan dengan warna tanah kelabu atau kecoklatan, keadaan tanahnya
liat, berpasir dan lembab apabila musim kering akan menjadi keras. Tanah alluvial
memiliki susunan humus yang kaya bahan organik yang berasal dari endapan
limpasan air sungai. Tanah podsolik terdapat di daratan yang tidak mengalami
penggenangan pada musim hujan, tingkat kesuburan lebih rendah dibandingkan
dengan jenis tanah alluvial (Bapsi, 2008).
Tabel 2.1. Rincian turunan jenis tanah yang ada di beberapa wilayah lokasi.
1. Alluvial HidromorfEndapan Liat
Meliputi Wilayah Kecamatan Pemulutan, PemulutanBarat,Pemulutan Selatan, Tanjung Batu, Tanjung Raja, SungaiPinang, Rantau Panjang, Rantau Alai, kandis, Indralaya,Indralaya Utara dan Kecamatan Indralaya Selatan
2. Assosiasi Gley Humus danOrganosol
meliputi Wilayah Kecamatan Tanjung Raja, RantauPanjang, Rantau Alai, Kandis, Indralaya, Indralaya Utaradan Kecamatan Indralaya Selatan
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
6
c. Iklim dan Curah Hujan
Kecamatan Indralaya yang merupakan bagian dari Kabupaten Ogan Ilir adalah
daerah yang mempunyai iklim Tropis Basah (Tipe B) dengan musim kemarau berkisar
antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan berkisar
antara bulan November sampai dengan bulan April. Curah hujan di suatu wilayah
(tempat) dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran/pertemuan arus
udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamat. Pada tahun 2006 (dari 3 kecamatan yang memiliki alat pendeteksi hujan),
rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 161,60 mm sampai 201,50 mm dan
rata-rata hari hujan berkisar antara 6,25 sampai 9,75 hari per tahunnya.
d. Topografi
Topografi Kecamatan Indralaya merupakan hamparan dataran rendah berawa
yang luas. Wilayah daratan mencapai 65 % dan rawa 35 %.
e. Hidrologis
Kecamatan Indralaya dialiri oleh anak-anak sungai yang sangat kecil yaitu anak
Sungai Ogan yang mengalir mulai dari Kecamatan Muara Kuang, Tanjung Raja,
Rantau Alai, Indralaya dan Pemulutan, dan bermuara di Sungai Musi di Kertapati,
Palembang yang lebih dikenal dengan muara ogan. Sungai kecil antara lain sungai
Kelekar, Sungai Komring, sungai Rambang dan sungai Randu, semua sungai kecil ini
bermuara di sungai Ogan serta sungai Keramasan yang bermuara di sungai Musi.
(Sumber: http://www.oganilirkab.go.id).
f. Flora dan Fauna
Flora dan fauna yang terdapat di daerah ini berupa tanaman dan hewan tropis.
Tanaman hutan yang ada antara lain: akasia, terentang, gelam, pelawan dan
petanang. Tanaman perkebunan yang terkenal adalah karet, tebu, jeruk, Di samping
itu terdapat buah-buahan seperti rambutan, nangka, jeruk, semangka, singkong,
pepaya, dan pisang. Tanaman pangan yang terdapat di daerah ini adalah padi,
palawija, dan sayur-sayuran. Hewan peliharaan yang ada adalah sapi, kerbau,
kambing, domba, ayam dan itik. Binatang yang terdapat di daerah ini kebanyakan
binatang liar, antara lain babi hutan, ular, kera ekor panjang, dan biawak.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
7
2.2. Tinjauan Umum Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Sumatera Selatan merupakan wilayah yang memiliki sumberdaya alam hayati
yang tinggi dan tersebar di seluruh pelosok wilayahnya. Di lain sisi, kemajuan
pembangunan nasional terus berlanjut menuju era industrialisasi, sementara itu
pemantauan mutu lingkungan memerlukan perhatian khusus sebagai dampak dari sisi
lain pembangunan nasional, meskipun Indonesia telah menganut azas pemanfaatan
secara lestari namun kerusakan lingkungan akibat pembangunan tidak dapat
dihindarkan.
Manfaat Mempelajari Kenekargaman Hayati:
1. Dengan mengetahui adanya keanekaragamaan gen merupakan modal dasar untuk
melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi (kawin silang) untuk mendapatkan
bibit unggul yang diharapkan.
2. Dengan mengetahui adanya keanekaragaman jenis dapat menuntun kita untuk
mencari alternatif dari bahan makanan, bahan sandang, dan papan, juga dapat
menuntun kita memilih hewan-hewan unggul yang dapat dibudidayakan.
3. Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem kita dapat
mengembangkan sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem tertentu
sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati pada suatu bentang alam
adalah kegiatan konversi hutan ke sistem pertanian yang intensif dan cenderung
monokultur. Keanekaragaman hayati memiliki peran yang penting untuk menjaga
keberlangsungan suatu ekosistem, hanya saja tekanan ekonomi seringkali mengurangi
tingkat penghargaan manusia terhadap peran keanekaragaman hayati. Untuk
mengimbangi tersebut, perlu adanya suatu upaya inventarisasi data awal biologi yang
nantinya dapat berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati.
2.3. Ekosistem dan Potensi Hutan
Menurut Soerianegara & Indrawan (1978) hutan adalah masyarakat tetumbuhan
yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan
yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu
yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap (Keputusan Menteri Kehutanan RI, No.70/Kpts-
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
8
II/2001). Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-
hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi
tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu
kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut
sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara & Indrawan, 1978).
Semak adalah hutan yang telah terdegrasi karena penebangan, bekas
kebakaran atau bekas perladangan yang telah mengalami suksesi. Tumbuhan yang
dominan adalah tumbuhan rendah, herba, pohon pionir dan tumbuhan berkayu tingkat
rendah lainnya. Tajuk hutan terbuka atau tidak ditemukan pohon yang berdiameter
besar.
Belukar adalah bentuk suksesi hutan sekunder setelah penebangan atau
kerusakan lainnya menjadi komunitas vegetasi yang dominasi oleh pohon-pohon
pionir, jarang ditemukan pohon komersial berukuran besar serta penutupan tajuknya
terbuka (terfragmentasi). Sedangkan perladangan dan sawah adalah areal budidaya
tanaman pangan, sawah dan kebun masyarakat serta pemukiman penduduk. Pohon-
pohon menjadi organisme dominan di hutan tropis, bentuk kehidupan pohon
berpengaruh pada fisiognomi umum, produksi dasar dan lingkaran keseluruhan dari
komunitas. Banyak ciri-ciri pohon tropis berbeda dengan daerah lain mengingat
terdapat ciri-ciri tertentu dan kebiasaan bercabang, dedaunan, buah-buahan dan
sistem akar yang jarang dan tidak pernah dijumpai di bagian bumi lain (Longman &
Jenik, 1987). Untuk keperluan inventarisasi, pohon dibedakan menjadi stadium
seedling, sapling, pole, dan pohon dewasa. Soerianegara & Indrawan (1978)
membedakan sebagai berikut:
a. Seedling (semai) yaitu permudaan mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m.
b. Sapling (pancang, sapihan) yaitu permudaan yang tingginya 1,5 m dan lebih
sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Pole (tiang) yaitu pohon-pohon muda yang berdiameter 10 - 35 cm.
d. Pohon dewasa yaitu pohon yang berdiameter lebih dari 35 cm yang diukur 1,3
meter dari permukaan tanah.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
9
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi di suatu
tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara
mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi
dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting
dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Vegetasi yang Ada di sekitar lokasi monitoring dalam kawasan PT.PLN Indralaya
merupakan merupakan tipe vegetasi di hutan dataran rendah yang berawa hal ini
dapat terlihat banyaknya ditemukan jenis tanaman rawa seperti gelam (Melalleuca
leucadendron) dan rumput rawa yang lainnya dibelakang kawasan PT.PLN Indralaya.
Potensi hutan dicirikan keanekaragaman vegetasi karena merupakan
sumberdaya paling dominan dari komponen hutan, memiliki multifungsi, dan mudah
digunakan. Secara umum ada dua fungsi utama vegetasi hutan alam yaitu fungsi
material dan ekologis. Fungsi material menunjuk pada penyedia barang atau bahan
yang diperlukan manusia untuk berbagai keperluannya, sedangkan fungsi ekologis
menunjuk pada regulator kondisi alam yang memungkinkan sumberdaya lainnya
tumbuh dan berkembang di dalamnya. Teknologi pemanfaatan vegetasi dalam fungsi
material semakin baik sehingga meningkatkan nilai ekonomi hasil hutan dan menjadi
sumber devisa andalan bagi negara-negara yang memiliki hutan. (Yuslim, 2004). Multi
manfaat vegetasi tersebut meningkatkan kecenderungan eksploitasi hutan secara
berlebihan yang dilakukan secara legal maupun ilegal oleh negara-negara pemilik
hutan. Fenomena ini yang menyebabkan semakin menurunnya keanekaragaman
hayati dan meluasnya lahan gundul di bumi ini. Hilangnya vegetasi penutup lahan yang
semakin banyak akan mempengaruhi kondisi ekologis yaitu terganggunya proses
alamiah vital seperti siklus material (siklus hidrologi, karbondioksida, dan lain-lain) yang
dapat menyebabkan perubahan iklim mikro dan makro dan pada gilirannya
mempengaruhi kehidupan spesies lainnya termasuk manusia. Oleh karena itu
pemanfaatan vegetasi hutan alam sebagai sumber devisa dan pendapatan masyarakat
merupakan pertarungan antara ekonomi dan ekologi. Indonesia yang memiliki hutan
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
10
alam yang luas telah memilih alternatif ekonomi dalam pengelolaan hutannya sehingga
perubahan ekologis semakin terasa. Pendekatan ekologis dalam pemeliharaan
kawasan hutan di Indonesia sukar dilakukan karena hutan masih merupakan sumber
devisa andalan dan sumber pendapatan masyarakatnya. Karena itu diperlukan strategi
pengelolaan hutan yang bernilai ekonomi tinggi dan berwawasan lingkungan
(berkelanjutan).
Metode penilaian terhadap kanaekaragaman hayati (biodiversity) perlu dilakukan
untuk mengidentifikasi informasi-informasi yang nantinya diperlukan pihak-pihak yang
diuntungkan dari keanekaragaman hayati, Terkadang ketidak tersediaan data
inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di lokasi menjadi kendala utama dalam
rangka monitoring lingkungan di suatu. Kawasan. Ketiadaan data umumnya
disebabkan oleh tidak adanya database mengenai biodiversity suatu wilayah yang
telah dikembangkan menjadi suatu kawasan sehingga untuk itu perlu dilakukan survey
melalui metode-metode ekologi terhadap suatu untuk menginventarisasi potensi
sumberdaya hayati yang ada meliputi flora dan fauna serta jenis-jenis bioindikator dari
taxa tertentu yang cukup mudah ditemukan dan memiliki korelasi yang cukup kuat
terhadap tingkat perubahan lahan (kuncoro, 2006). Taxa yang direkomendasikan
antara lain: makrozoobenthos, pohon, kelelawar, diurnal primata, burung, mamalia
kecil, serangga dan kumbang yang diamati dengan metode yang berbeda per tipe
taxa-nya.
Vitalnya peran biodiversitas bagi ekosistem hutan didemonstrasikan dengan baik
oleh Klein (1989) yang menguji peran kumbang pupuk (Coleoptera : Scarabinae)
terhadap dekomposisi kotoran hewan pada habitat yang berbeda (hutan alami, hutan
terfragmentasi dan padang rumput (bekas tebangan hutan) di Sentral Amazon.
Terungkap bahwa laju penguraian kotoran hewan menurun sekitar 60 % dari hutan
alami ke padang rumput. Meskipun kelimpahan kumbang pupuk pada ketiga habitat
tersebut tidak berbeda nyata namun terjadi penurunan sekitar 80 % jumlah spesies
kumbang pupuk pada padang rumput. Hal ini menegaskan bahwa setiap spesies
kumbang pupuk memegang peran fungsional yang melengkapi atau berbeda dengan
peran spesies lainnya yang berarti semakin tinggi biodiversitas kumbang pupuk (dan
serangga) lainnya maka kestabilan ekosistem hutan semakin mantap.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
11
BAB. III. METODE STUDI
3.1. Alat dan bahanAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, kamera Prosumer dan
DLSR (Canon SX 50 HS dan Canon 1100D), GPS (Global Positioning System),
thermometer, teropong binokuler (Nikon 10x25, Busnell 10x20) monokuler infrared,
kompas, klino meter, rol meter, Camera trap, tripod, jangka sorong, parang, gunting
tanaman, alat tulis, blangko pengamatan, buku identifikasi, spidol,sarung tangan karet,
cangkul, hand counter, koran, botol film, tali, kantong plastik, berbagai peralatan
perangkap jebak diantaranya jala kabut (miss net), perangkap tikus, insecting net,
Sasag kayu herbarium,dan alat-alat lainnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah, spesimen beberapa jenis flora dan fauna untuk identifikasi,
alkohol 70%, formalin 10% yang digunakan sebagai pengawet spesimen dari lokasi
studi.
3.2.Lokasi Kegiatan Survei
Survei untuk inventarisasi keanekaragaman hayati flora-fauna telah dilakukan
pada bulan Maret 2018 di kawasan PT.PLN (Persero) Indralaya, kabupaten Ogan Ilir.
Wilayah studi yang akan dikaji disesuaikan dengan luas keseluruhan dari ± 5 Ha,
Detail kondisi lokasi dan koordinat titik-titik jalur bisa dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Detail kondisi lokasi dan koordinat titik-titik jalur di lokasi survey
Jalur / Lokasi Koordinat Tipe Vegetasi PengamatanJalur 1 / semak belukarMerupakan kawasan yangberupa semak belukarbeberapa pohon yangbersifat alami khasdataran rendah /rawa dandidominasi tanamantingkai semak danpancang.
LS : 03° 12’22.97”BT: 104°39’27.04”
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
12
Jalur 2 / RTH berupabeberapa jenis tanamanyang sengaja ditanam(kebun campuran) ataudibudidayakan sepertimahoni dan beberapajenis tanaman herba.
LS : 03° 12’22.97”BT: 104°39’27.04”
Sumber : Dokumentasi PPLH, Unsri Maret 2018
Gambar 3.1. Peta lokasi pengamatan flora dan fauna di kawasan PT.PLN Indralaya
PETAK 1PETAK 2
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
13
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data untuk penelitian inventarisasi flora dan
fauna ini dilakukan dua cara yaitu pengumpulan data sekunder dengan melakukan
metode survei yaitu melalui wawancara, dan pengumpulan data primer tentang
inventarisasi flora dan fauna melalui survei langsung di lapangan dengan melakukan
inventarisasi melalui metodeekologi yang telah ditetapkan yang mengacu pada
Pedoman panduan pengumpulan data keanekaragaman flora dan fauna, (LIPI, 2004),
dan Metode Sampling Bioekologi (Fachrul, 2007).
3.3.1. Pengumpulan Vegetasi /Flora
Pengamatan vegetasi dilakukan berdasarkan azas keterwakilan yang ditinjau
dari kondisi tutupan lahan yang ada. Pada lokasi pengamatan akan dibuat minimal 1
titik sampling. Dasar pengambilan sampel disekitar lokasi kegiatan adala h keberadaan
jenis vegetasi di sekitar kawasan tersebut dan pada lokasi tertentu juga akan dilakukan
pengamatan tanpa plot, dimana hanya dilakukan sensus jenis vegetasi yang ada.
Pengambilan / pengumpulan data vegetasi di areal dengan jumlah jenis serta
tingkat pertumbuhan yang majemuk (heterogen), diperoleh dengan menggunakan
teknik plot kuadrat sampling; dengan ukuran 20 x 20 m (untuk strata pohon), 10 x 10 m
(untuk strata tiang), 5 x 5 m (untuk strata pancang) dan 2 x 2 m (untuk strata semai,
tumbuhan bawah dan liana). Bentuk unit contoh pengamatan vegetasi seperti
disajikan pada Gambar 3.2. Adapun penempatan kuadrat tersebut ditentukan secara
sistematikrandom sampling. Pengamatan terhadap tanaman budidaya, rumput dan
semak belukar dilakukan dengan inventarisasi (sensus jenis), pengamatan langsung
dan wawancara tentang jenis yang tumbuh liar dan/atau yang dibudidayakan. Hasil
wawancara yang didapat dimaksudkan sebagai data pendukung dari hasil untuk
mengetahui nama lokal dari satwa liar, dan keberadaannya.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
14
Gambar 3.2.. Bentuk Unit ContohPengamatanVegetasi; A (petak 2x2 m2),B (petak 5x5 m2),C. (petak 10x10 m2) dan D petak (20x20 m2).
3.3.2. Pengumpulan Data Fauna
Pengumpulan data satwaliar dengan metode observasi langsung atau VES
(Visual Ecounter Survey). Observasi langsung dengan berjalan secara perlahan
kemudian berhenti di suatu tempat yang dianggap sebagai titik ideal untuk
pengamatan satwa. Berdasarkan jenis vegetasi, pengamatan satwa dilakukan pada
beberapa titik di lokasi pemantauan yang mewakili 2 tipe vegetasi yaitu: kawasan RTH
(Ruang terbuka hijau), dan kawasan semak belukar. Kawasan RTH merupakan area
kerja PT. PLN yang terletak di bagian dalam kawasan dan memiliki vegetasi berupa
tumbuhan yang telah ditanam sebelumnya oleh perusahaan sebagai penghijauan,
sedangkan kawasan semak belukar merupakan area kerja yang terletak dibagian
belakang (luar) dan memiliki vegetasi hasil suksesi alami (Tabel 3.1.Tipe vegetasi di
lokasi pengamatan). Pengamatan dilaksanakan pada pagi, siang dan malam hari.
Selain itu menggunakan metode VES juga menggunakan metode tidak langsung
seperti melihat jejak atau kotoran, menggunakan perangkap hidup seperti
menggunakan jaring kabut (missnet), perangkap tikus dan camera trap. Keseluruhan
data yang diperoleh dicatat dan ditabulasikan pada lembar/sheet data yang sudah
dipersiapkan/dibuat sebelumnya. Kemudian data yang ada pada lembar/sheet tersebut
dianalisa secara deskriptif kuantitatif.
Arah lintasanpengamatanA
C
D
B
A
B
C
D
100 m20 m
10 m
10 m
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
15
3.4. Analisis Data
3.4.1. Analisis Data Vegetasi / Flora
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif , Dominansi Relatif (DR) dan Indek Nilai
Penting (INP) dianalisa menggunakan rumus Dumbois – Muller (1974). Data yang
perlu diketahui dari ekosistem hutan untuk mendapatkan gambaran struktur dan fungsi
vegetasi adalah : Indeks Nilai Penting yang dibatasi sebagai :
INP = KR + FR + DR
Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0 dan 300 % nilai penting ini
memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis ekosistem
dalam komunitas. Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari nilai kerapatan
relatif jenis –i (Kri), Frekuensi relatif jenis-i (Fri) dan Dominansi relatif jenis-i (Dri) yang
masing-masing diperoleh dari :
Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenisTotal luas unit contoh
Kerapatan Relatif(KR) = Kerapatan suatu jenis x 100%Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukan suatu jenisJumlah total unit contoh
Frekuensi Relatif(FR) = Frekuensi suatu jenis x 100%Total frekuensi seluruh jenis
Dominansi (D) = Luas bidang dasar suatu jenisTotal luas unit contoh
Dominansi Relatif(DR) =
Dominansi suatu jenisx 100%Total dominansi seluruh jenis
Selanjutnya akan dihitung besarnya INP (Indek Nilai Penting) setiap strata per
lokasi sampling. Dimana : INP untuk tingkat pohon dan tiang = KR + FR + DR dan INP
untuk tingkat pancang, semai, tumbuhan bawah dan liana = KR + FR. Indeks
keanekaragaman jenis (H’) per lokasi sampling dihitung dengan menggunakan rumus
menurut Shannon – Wiener sebagai berikut :
H’ = - ∑ pi Ln (pi)Dengan catatan : pi = n/Nn = jumlah individu suatu jenisN = jumlah total INP seluruh jenis
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
16
Data vegetasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif, dan nilai
pentingnya sehingga dapat disimpulkan kualitas lingkungan vegetasi di lokasi kegiatan
dan sekitarnya. Demikian halnya dengan status kelangkaan/konservasinya.
3.4.2. Analisa Data FaunaData yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah adanya jenis-
jenis yang dilindungi, endemisitas atau nilai lain bagi masyarakat sekitarnya.
Parameter yang ditelaah terdiri dari:
a) Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis satwa liar di lokasi kegiatan
dansekitarnya, diperlukan pemahaman pengenalan jenis/spesies berdasarkanhasil
identifikasi. Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku identifikasi satwa liar
: mamalia, burung dan reptilia dan menghitung jumlah jenis dan individunya.
b) Status Konservasi dan Kelangkaan
Status konservasi berdasarkan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 dan
berdasarkan untuk jenis-jenis yang secara global terancam punah mengacu pada
IUCN Red List 2017 of Threatened Jenis www.iucn.org (otoritas daftar merah IUCN
untuk burung). Kategori rangking IUCN didasarkan atas kemungkinan suatu jenis
tersebut punah di alam dalam kurun waktu tertentu.
Adapun kategori tersebut dan dan singkatannya digunakan dalam teks berikut.
Jenis klasifikasi Terancam adalah:
1. Sebuah jenis yang sangat ekstrim atau kritis untuk terancam punah dalam
waktu dekat (Critically Endangered – CR, atau Kritis)
2. Jenis yang memiliki resiko sangat tinggi untuk terancam (Endangered – EN,atau Terancam)
3. Jenis yang memiliki resiko tinggi terancam punah di alam (Vulnerable – VU,atau Rentan).
Jenis yang memiliki nilai keterancaman yang lebih rendah digolongkan dalam
kategori “mendekati terancam punah” atau Near Threatened (NT). Jenis yang memiliki
data sangat minim tetapi tidak memiliki cukup informasi untuk dinilai apakah memiliki
resiko kepunahan digolongkan dalam kategori “kurang data” atau Data Deficient (DD).
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
17
Selain kriteria menurut IUCN diatas, Daftar jenis yang dilindungi oleh Pemerintah
Republik Indonesia (PI) seperti UU.No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya
alam dan ekosistem dan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
jenis tumbuhan dan satwa yang mengacu pada Noerdjito dan Maryanto (2001). Untuk
kriteria-kriteria diatas, maka daftar jenis secara global terancam punah dalam IUCN
Redlist.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
18
BAB IV. HASIL STUDI DAN EVALUASI MONITORING
4.1.Keanekaragaman Hayati Flora
Komponen biologi biota darat terdiri dari flora dan fauna terestrial, salah satu
komponen yang penting untuk dikaji dalam rona awal lingkungan hidup adalah
mengkaji keberadaan keanekaragaman jenis flora dan fauna. Disuatu wilayah studi.
Studi tentang keanekaragaman jenis flora (vegetasi) dapat menggambarkan stabilitas
dari suatu ekosistem yang mendukung kehidupan satwa liar baik sebagai habitat,
tempat berlindung dan berbiak, maupun sumber makanannya. Vegetasi merupakan
kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat tertentu. Bentuk vegetasi
merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor lingkungan seperti tanah, air, iklim dan
genetik. Setiap bentuk vegetasi umumnya terdiri dari banyak spesies tumbuhan
dengan berbagai bentuk dan struktur serta jumlah populasinya.
4.1.1. Struktur – Komposisi dan keanekaragaman flora
Penentuan lokasi titik sampling di kawasan PT.PLN Indralaya berdasarkan arah
yang masih memiliki tutupan lahan Berdasarkan lokasi pengamatan, maka dibuat jalur
transek berplot (kuadran) berbentuk zig-zag dengan panjang transek 100 m untuk
kawasan yang memiliki tutupan vegetasi yang masih rapat. Kawasan dipilih
dikarenakan masih memiliki tutupan vegetasi yang baik (dilihatdaricitrasatelitgoogle
earth). Kemudian menurut Manuriet.al. (2011) menyatakan bahwa pohon
dikelompokkan berdasarkan tingkat pertumbuhannya dan diukur pada sub plot yang
berbeda pula. (1) Semai (DBH < 2cm) diukur dalam sub plot A ukuran 2m x 2m. (2)
Pancang (2 cm < DBH < 10 cm) diukur dalam sub plot B ukuran 5m x 5 m. (3) Tiang
(10 < DBH < 20) diukur dalam sub plot C ukuran 10m x 10m. (4) Pohon (DBH > 35)
diukur dalam sub plot D ukuran 20m x 20m.
Gambar 4.1. Sketsa penempatan petak berplot
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
19
Struktur dan komposisi vegetasi sangat diperlukan dalam analisis vegetasi
seperti dapat mengetahui berapa kerapatan tumbuhan per individu, frekuensi,
dominansi, indeks nilai penting serta indeks keanekaragaman (H’) pada suatu kawasan
pengamatan. Menurut Sundarapandian dan Swamy (2000), indeks nilai penting
merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan
jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi pengamatan. Berikut
indeks nilai penting hasil perhitungan pada tiap-tiap tingkatan pertumbuhan yang
disajikan pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Indeks nilai penting (INP) Kategori Pohon
No Jenis Vegetasi Tingkat Pohon Nama Lokal INP PohonPetak 1 Petak 2
1 Acacia auriculiformis Akasia 126,15 -2 Acacia mangium Akasia mangium 114,64 42,463 Alstonia scholaris Pulai 59,21 -4 Artocarpus communis Sukun - 64,125 Cocos nucifera var.eburnea Kelapa gading 81,026 Swietenia mahagoni (L.)Jacq. Mahoni - 62,367 Leucaena leucocephala (Lam.) Petai cina - 50,04
Σ (Jumlah) 300 300
Data yang didapat menunjukkan struktur dan komposisi tumbuhan yang nilainya
bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-masing pohon.
berbeda setiap jenis pohon juga mempengaruhi perbedaan struktur dan komposisi
masing-masing jenis. Dari tabel 4.1.Indeks nilai penting dari tiap jenis pohon pada
petak plot masih sama dengan jenis pohon yang ditemukan pada studi biodiversity
pada tahun 2015. Menunjukkan bahwa tidak da perubahan komposisi jenis jika kita
bandingkan pada saat ini, dimana masih terdapat variasi yang mencolok mengenai INP
dari 7 jenis pohon yang ditemukan. Pada Petak 1 pohon akasia jelas mendominasi di
kawasan ini terlihat jenis Acacia auriculiformis (akasia daun kecil) dengan nilai penting
126,15 dan Acacia mangium (akasia daun besar) dengan nilai penting 114,64.
Kawasan ini merupakan kawasan rawa yang mengering yang dibiarkan begitu saja
tanpa adanya revegetasi sehingga jenis-jenis pohon yang adaptif bisa lebih bertahan
hidup yang sebagian kawasan masih berupa rawa-rawa yang mengering terlihat dalam
petak 1 hanya ada 1 jenis pohon selain dari akasia yaitu pohon pulai, beberapa jenis
pohon lagi berada diluar petak 1 yaitu jenis pohon gelam (Melaleuca leucadendron).
Sehingga tidak begitu banyak jenis yang ditemukan pada kawasan ini kecuali yang
bisa beradaptasi dengan kawasan rawa, salah satunya jenis pohon akasia yang
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
20
mempunyai sifat daya adaptasi yang tinggi serta dapat bertahan hidup pada lahan
semak belukar dan kebun budidaya masyarakat.
Pada plot Petak 2 memiliki 5 jenis pohon dengan nilai INP tertinggi pada jenis
Cocos nucifera var.eburnea (kelapa gading) yaitu 81,02. Tipe vegetasi dikawasan ini
berada di bagian dalam kawasan PLN Indralaya yang termasuk kebun campuran dan
tanaman budidaya yang sengaja ditanam sehingga dilihat dari komposisi pohon yang
ditemukan beberapa jenis pohon seperti Artocarpus communis (sukun), Cocos nucifera
var. Eburnea (kelapa gading) dan Swietenia mahagoni (mahoni) merupakan jenis yang
sengaja ditanam dan dimanfaatkan sebagai tanaman budidaya dan peneduh atau
pelindung.
Tabel 4.2. Indeks nilai penting (INP) Kategori Tiang dan Pancang.
No Jenis Vegetasi Nama Lokal INP Tiang INP PancangPetak1 Petak 2 Petak1 Petak 2
1 Acacia mangium Akasia mangium 205,51 34,05 21,55 -2 Hibiscus tiliaceus L. Waru 64,19 - - -3 Mangifera sp. Mangga - 24,61 - -4 Swietenia mahagoni Mahoni - 218,49 - 47,655 Trema orientalis Anggrung - 22,86 -6 Clibadium sp. Putihan - - 26,28 -7 Leucaena leucocephala Petai cina - 15,48 -8 Fabaceae (Sp 1) - - - 194,17 -9 Microcos paniculata Drewak - - 25,29 -
10 Cassia sp. Casia - - 17,23 -11 Melaleuca luecadendron Gelam 25,30 - - -12 Samanea saman Trembesi - - - 179,7013 Psidium guajava Jambu biji - - - 72,65
Σ (Jumlah) 300 300 300 300
Pada kategori tingkatan tiang dan pancang juga hampir sama dengan studi
biodiversity tahun 2015 dimana pada petak 1 didominasi oleh jenis akasia daun lebar
(Acacia mangium) yang merupakan jenis pionir di daerah hutan semak belukar serta
kebun campuran sedangkan pada petak 2 didominasi oleh jenis tanaman yang sengaja
ditanam yaitu mahoni (Sweitenia mahagoni). Sedangkan pada tingkatan pancang pada
petak 1 didominasi oleh jenis tanaman yang berasal dari famili Fabaceae dengan nilai
penting 194,17. Pada petak 2 didominasi oleh jenis tanaman budidaya seperti trembesi
(Samanea saman) dan mahoni (Swetenia mahagoni) dengan nilai penting 106,33 dan
100.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
21
Tabel 4.3. Indeks nilai penting (INP) Kategori Semai (Tumbuhan Bawah)
No Jenis Vegetasi Nama Lokal INP SemaiPetak 1 Petak 2
1. Acacia mangium Akasia mangium 6,08 -2. Alocasiam acrorrhizavaiegata Talas 3,50 -3. Asplenium pellucidum Pakuan 6,83 -4. Aystasia intrusa Rumput gandarusa 7,84 -5. Chromolaena odorata Rumput merdeka 22,71 -6. Cleome viscose (L.) Mamang - 16,987. Cyclosorus gongylodes Paku kadal 10,89 -8. Cyperus difformis (L.) Jebungan - 17,749. Cyperus flavidus Rerumput 4,98 -
10. Cyperus iria (L.) Menderong - 22,2811. Cyperus polystanchyos Teki-tekian - 4,2212. Cyperus sphacelatus Rerumput 3,97 -13. Digitaria adscendens Ceker ayam - 15,2514. Dracaena fragrans Sri gading 12,18 -15. Echinochloa crusgalli (L.) Rumput bebek 3,78 -16. Eleusiene indica Rumput belulang 12,55 4,4317. Fimbristylis schoenoides Teki-tekian - 21,9618. Imperata cylindrica (L.) Ilalang 51,26 23,2619. Leucaenaglauca Petai cina 4,25 7,3520. Melastoma affine Seduduk 11,07 -21. Mikania micrantha Mikania 5,26 -22. Mimosa invisa Baret 4,80 4,2223. Mimosa pudica Putri malu 3,97 15,2524. Nephrolepis falcata Paku sepat 4,06 -25. Paspalum conjugatum Jukut pahit - 17,6326. Passiflora edulis Markisa 4,80 -27. Passiflora foetida (L.) Rambusa 4,24 -28. Pennisetum polystachion Rumput kenop - 4,4329. Stachytarpheta indica Jerong lelaki - 10,2730. Stachytarpheta jamaicensis Pecut kuda - 4,2231. Tetracera indica Seripit 4,06 -32. Typhonium trilobatum(L.) Keladi tikus 3,41 -33. Uraria lagopodioides (L.) Ekor kucing 3,23 -34. Vernonia cinerea (L.) Sawi langit - 10,49
Σ (Jumlah) 200 200
Pada kategori tingkat semai komposisi jenis yang ditemukan cukup beragam
dibandingkan dengan tingkatan lainnya, total ditemukan sekitar 34 jenis tumbuhan
pada tingkat semai dan yang paling dominan dijumpai adalah dari jenis Ilalang
(Imperata cylindrica), hal ini cukup wajar dengan kondisi kawasan yang sebagian
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
22
merupakan kawasan hutan rawa yang mengering sehingga jenis ilalang cepat adaptif
dengan kondisi kawasan tersebut.
Apabila dilihat dari struktur pertumbuhan yang normal pada hutan alam, indeks
keanekaragaman jenis tingkatsemai > tingkat pancang > tingkat tiang > tingkat pohon,
sehingga regenerasi jenis tumbuhan dapat berjalan dengan baik. Bila pertumbuhannya
tidak mengikuti polatersebut atau terjadi gangguan pada salah satu tingkat, maka
hutan tersebut bisa dikatakan sedang mengalami suksesi (Resosoedarmo, et
all.,1992). Jenis-jenis yang mendominasi atau yang berperan dalam komunitas di
tutupan lahan di lokasi pengamatan (nilai INP ≥ 10%), pada tabel diatas (pohon, tiang,
dan pancang) menyebabkan tingkat keanekaragaman tumbuhan menurun. Dari tabel
dan gambar diatas dapat dilihat nilai penting tipe vegetasi alami yang dijumpai pada
lokasi transek di wilayah studi sebenarnya juga ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan
pada tingkat pohon dan tiang yang merupakan jenis pionir di daerah hutan semak
belukar Sedangkan pada kelompok tingkat pancang yang berukuran DBH ≤10 cm nilai
pentingnya didominasi oleh jenis Mahang (Macaranga spp). Tinjau belukar (Ixonanthes
petiolaris) dan jenis mahoni (Swetenia mahagoni) Jenis tinjau belukar yang juga
merupakan tumbuhan pionir pada ekosistem semak belukar yang biasanya muncul
ketika setelah terjadi kebakaran hutan atau pembukaan lahan untuk kebun campuran.
Tabel 4.4. Indeks Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Lokasi Pengamatan
No Indeks kenakeragaman (H') Petak 1 Petak 21 Kategori Pohon 1,05 1,592 Kategori Tiang 0,52 0,883 Kategori Pancang 1,21 0,654 Kategori Semai 2,74 2,61
Indeks keanekaragaman (diversity index) merupakan ukuran matematis bagi
keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas. Indeks keanekaragaman
memberikan informasi yang lebih baik tentang komposisi komunitas dibandingkan
dengan kekayaan spesies yang dihitung secara sederhana (seperti jumlah spesies
yang ada) serta telah memperhitungkan kelimpahan relatif dari spesies-spesies yang
berbeda. Indeks keanekaragaman memadukan kekayaan dan kemerataan spesies
kedalam satu nilai. Keanekaragaman jenis pada tingkat pohon di sekitar lokasi
termasuk kategori diversitas tingkat sedang yaitu H’ = 1,05 sampai 1,59. menunjukkan
tingkat pohon di dalam kawasan masih sedikit beragam walaupun tidak terlalu tinggi.
Sedangkan Indeks keanekaragaman pada tingkat tiang termasuk rendah H’<1
yang berkisar 0,52-0,88 menunjukkan tingkat tiang di dalam kawasan tidak terlalu
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
23
beragam. Pada tingkat pancang indeks keanekaragamannya termasuk rendah sampai
sedang berkisar 0,65 pada plot petak 2 sampai dengan 1,21 pada plot petak 1),
sedangkan pada tingkat semai indeks keanekaragamannya sedang H’ > 1, yaitu
berkisar 2,61 – 2,74. Hal ini menandakan pada tingkat semai dilokasi pengamatan di
kawasan PT.PLN Indralaya didominasi oleh tumbuhan bawah yang kondisi
komunitasnya masih cukup stabil terbukti ditemukan setidaknya 34 jenis di dua lokasi
plot petak pengamatan. Pada tingkat semai / herba nilai pentingnya masih di dominasi
oleh jenis alang-alang (Imperata cylindrica), rumput merdeka (Chromolaena odorata)
dan kelompok rerumputan seperti rumput belulang juga (Cyperus Iria) mendominasi.
Secara keseluruhan pada lokasi studi untuk tumbuhan bawahnya di dominasi oleh
jenis rerumputan dan ilalang, disebabkan karena jenis tersebut merupakan habitat
yang cocok di lingkungan sekitar lokasi semak belukar dan bisa beradaptasi dengan
baik terhadap faktor lingkungan yang ekstrim. apalagi tipe vegetasinya ditinjau tingkat
kerapatan jenis pohonnya tidak terlalu tinggi seperti di hutan alami maupun hutan
sekunder sehingga intensitas cahaya matahari mampu langsung menembus ke lantai
hutan sehingga tumbuhan bawah yang bertipe pionir bisa tumbuh dan berkembang
dengan cepat.
Bagaimanapun, keberadaan berbagai jenis tumbuhan di wilayah studi ini sangat
penting. Ditinjau dari aspek ekologis, keberadaan vegetasi ini tidak hanya sebagai
habitat dan sumber makanan bagi satwa liar tetapi juga dapat berperan sebagai
pelindung dari cahaya matahari dan penghasil oksigen. Berbagai jenis tumbuhan baik
yang ditanam di sekitar lokasi kegiatan, maupun vegetasi yang tumbuh di pekarangan
dan vegetasi yang relatif tumbuh alami di lokasi di dalam kawasan tersebut, masih
mampu memberikan habitat dan sumber makanan bagi beberapa satwa liar seperti
berbagai jenis burung, primata, mamalia, reptil, serta serangga. Untuk itu perlu adanya
pengelolaan oleh pihak perusahaan agar kawasan dapat berfungsi sebagai habitat
dan pelindung satwa dapat terjaga dengan baik.
4.1.2. Vegetasi Pekarangan / Budidaya Di luar Petak
Selain menggunakan metode petak berplot (kuadran), pengamatan lainnya
dengan menggunakan metode observasi atau mengamati langsung kondisi di sekitar
jalan menuju masing-masing lokasi plot petak contoh maupun di sekitar petak di
lingkungan pemukiman sekitarnya. Pengamatan ini berguna untuk data tambahan
flora yang tidak termasuk ke dalam petak pengamatan. Data-data tumbuhan diluar
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
24
petak pengamatan disajikan pada Tabel 4.5. kebanyakan adalah jenis tanaman yang
berfungsi sebagai pelindung atau peneduh dan sebagian lagi adalah pohon yang
sengaja ditanam adalah pohon yang mempunyai buah seperti pohon ceri, mangga.
Jenis-jenis tanaman yang banyak di tanam sebagai tanaman budidaya
(perkebunan) dan juga sebagai tanaman pekarangan diantaranya adalah mangga,
pepaya, nangka, pinang, rambutan dan singkong. Jenis-jenis vegetasi budidaya atau
pekarangan di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 4.5.Tabel 4.5. Jenis-Jenis Tanaman Pekarangan/Budidaya di sekitar Kawasan
dan PemukimanNo. Nama latin Nama Lokal Keterangan
Estimasi perkiraan1 Cocos nucifera Kelapa +++2 Mangifera indica Mangga +++3 Manihot Uttilisma Ubi kayu +++4 Manikara kauki Sawo kecik +5 Artocarpus comunnis Sukun ++6 Nephellium lappaceum Rambutan ++7 Prunus avium Ceri +8 Persea americana Alpukat +9 Swetenia mahagoni Mahoni +
10 Psidium guajava Jambu biji +11 Carica papaya Pepaya ++12 Mimusops elengi Tanjung +++13 Zingiber officinale Jahe ++14 Musa spp. Pisang-pisangan +++15 Phyllanthus acidus Ciremai +16 Bambusa spp. Bambu +17 Anona muricata Srikaya*) +18 Areca cathecu Pinang ++19 Artocarpus integra Nangka ++20 Artocarpus elastica Terap*) +21 Hibiscus rosasinensis Bunga sepatu*) +22 Leucaena glauca Petai cina ++23 Morinda aurantifolia Mengkudu*) +24 Palmae spp. Palem hias*) +25 Parkia speciosa Petai besar*) ++26 Piper nigrum Sirih +27 Pithecellobium lobatum Jengkol*) +28 Delonix regia Flamboyan +29 Hisbiscus tilliaceus Waru ++30 Malilkara zapota sawo +31 Ficus elastica Karet +++32 Citrus sp. Jeruk *) +33 Samanea saman Trembesi ++34 Szygium spp. Jambu-jambuan ++35. Bambusa multiplex Bambu cina ++
Estimasi Perjumpaan : + = sedikit, ++ = sedang dan +++ = tinggi.*) = Berdasarkan InformasiSumber: Data Primer Tim Biologi Maret 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
25
Jenis-jenis tanaman budidaya yang ditemukan di dalam pekarangan penduduk
sekitar wilayah studi menunjukkan keanekaragaman yang cuku pberagam setidaknya
disekitar pemukiman teramati sedikitnya 35 jenis tanaman. Secara umum, jenis-jenis
tanaman pekarangan/budidaya tersebut ditanam mempunyai fungsi sebagai pelindung
dan tanaman hias/estetika, tanaman pagar dan peneduh, selain itu juga sering
ditemukan tanaman hias serta ada juga beberapa tumbuhan yang dijadikan obat
tradisional. Adanya beragam jenis tanaman di sekitar perkarangan rumah penduduk
menunjukkan kepedulian mereka terhadap pentingnya nilai estetika lingkungan serta
pentingnya tanaman obat untuk kesehatan mereka. Selain itu juga terdapat beberapa
jenis tanaman yang berfungsi sebagai sumber makanan terutama buah-buahan.
Selain menggunakan metode transek, pengamatan lainnya juga dengan
menggunakan metode observasi atau mengamati langsung kondisi disekitaran jalan
menuju masing-masing transek maupun di luar transek. Pengamatan ini berguna untuk
data tambahan flora yang tidak termasuk ke dalam transek. Data-data tumbuhan diluar
transek disajikan dalam bentuk tingkatan famili pada tabel dibawah berikut ini.
Tabel 4.6. Data jenis tumbuhan berdasarkan tingkat famili diluar transekNo. Nama Famili No Nama Famili
1 Acanthaceae 24 Euphorbiaceae2 Amaranthaceae 25 Gleicheniaceae3 Anacardiaceae 26 Lamiaceae4 Annonaceae 27 Lauraceae5 Apocynaceae 28 Leeaceae6 Araceae 29 Liliaceae7 Aspleniaceae 30 Magnoliaceae8 Asteraceae 31 Melastomataceae9 Bombacaceae 32 Meliaceae
10 Boraginaceae 33 Moraceae11 Cannaceae 34 Myristicaceae12 Caricaceae 35 Myrtaceae13 Fabaceae 36 Nephrolepidaceae14 Clusiaceae 37 Oxalidaceae15 Commelinaceae 38 Pandanaceae16 Cyperaceae 39 Passifloraceae17 Clusiaceae 40 Phyllanthaceae18 Dilleniaceae 41 Piperaceae19 Poaceae 42 Sapotaceae20 Rosaceae 43 Solanaceae21 Rubiaceae 44 Theaceae22 Rutaceae 45 Rosaceae23 Sapindaceae 46 Zingiberaceae
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
26
Dari Tabel 4.6. diatas dapat dilihat bahwa ditemukan paling tidak 46 famili yang
tersebar di dalam kawasan dan diluar sekitar kawasan. Famili yang paling banyak
ditemui yaitu dari famili pada tingkat tumbuhan bawah seperti Cyperaceae,
Euphobiaceae, Magnoliaceae dan Melastomaceae serta famili Poaceae. Beberapa dari
famili Melastomataceae dan famili lainnya memang sering dijumpai didaerah tropis
baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Sedangkan famili yang paling sedikit
ditemui yaitu dari famili Acanthaceae, Amaranthaceae, Anacardiaceae, Annonaceae,
Apocynaceae dan beberapa famili lainnya.
4.1.3. Daftar Jenis flora Bernilai Guna dan Konservasi Tinggi
Tidak ditemukan jenis-jenis pohon yang dilindungi di dalam maupun diluar sekitar
kawasan berdasarkan Lampiran SK Menteri Pertanian No.54/Kpts/Um/2/1972 tentang
pohon pohon di dalam kawasan hutan yang dilindungi. hal ini disebabkan karena
kawasan bukan merupakan kawasan hutan atau kawasan lindung tetapi berada
dilingkungan perkotaan sehingga tidak ditemui jenis-jenis pohon yang dilindungi,
namun beberapa jenis tanaman atau pohon yang dilindungi bisa untuk dikembangkan
dan dikonservasi beberapa jenis pohon yang dilindungi atau tanaman yang dilindungi
yang disarankan adalah jenis pohon yang bisa beradaptasi di kawasan hutan dataran
rendah ataupun rawa hal ini juga terkait dengan jenis tanah di wilayah Indralaya yang
didominasi oleh beberapa jenis tanah diantaranya jenis tanah rawa, tanah alluvial
hidromorf endapan liat berasosisasi dengan gley humus dan jenis tanah podsolik yang
kesuburannya sedikit lebih rendah maka juga perlu untuk memperkaya kawasan
dengan tanaman yang bersifat adaptif dan penyerap CO2 seperti Trembesi (Samanea
saman) dan Mahoni (Swetenia mahagoni), serta juga perlu memperkaya kawasan
dengan jenis tanaman-tanaman lokal yang khas seperti duku (Nephelium lappaceum),
Jeruk kuek (Citrus sp.) dan kemang (Mangifera kemanga) jenis tanaman lokal lainnya.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
27
4.2. Evaluasi Monitoring Keanakeragaman Flora
Data yang didapat menunjukkan struktur dan komposisi tumbuhan yang
nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-
masing tingkatan jenis. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi
tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh lokasi pengamatan,
fenologi tumbuhan, dispersal dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru
dipengaruhi oleh fertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap jenis sehingga terdapat
perbedaan struktur dan komposisi masing-masing jenis.
Nilai indeks keanekaragaman (H’) dari tiap jenis pada tingkatan pohon,tiang,
pancang dan semai yang terdapat pada Tabel diatas jika dibandingkan dengan studi
baseline biodiversity padaperiode April 2015, menunjukkan terjadi perubahan
mengenai nilai H’. Berikut perbandingan nilai indeks keanekaragaman pada petak
contoh 1 dan petak contoh 2 pada setiap tingkatan berdasarkan periode
pemantauannya.
Gambar4.2.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat pohon
0
0,5
1
1,5
2
H'
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
27
4.2. Evaluasi Monitoring Keanakeragaman Flora
Data yang didapat menunjukkan struktur dan komposisi tumbuhan yang
nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-
masing tingkatan jenis. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi
tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh lokasi pengamatan,
fenologi tumbuhan, dispersal dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru
dipengaruhi oleh fertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap jenis sehingga terdapat
perbedaan struktur dan komposisi masing-masing jenis.
Nilai indeks keanekaragaman (H’) dari tiap jenis pada tingkatan pohon,tiang,
pancang dan semai yang terdapat pada Tabel diatas jika dibandingkan dengan studi
baseline biodiversity padaperiode April 2015, menunjukkan terjadi perubahan
mengenai nilai H’. Berikut perbandingan nilai indeks keanekaragaman pada petak
contoh 1 dan petak contoh 2 pada setiap tingkatan berdasarkan periode
pemantauannya.
Gambar4.2.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat pohon
Pemantauan 2015 Pemantauan 2018
1,04 1,05
1,57 1,59
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon
Petak 1 Petak 2
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
27
4.2. Evaluasi Monitoring Keanakeragaman Flora
Data yang didapat menunjukkan struktur dan komposisi tumbuhan yang
nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-
masing tingkatan jenis. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi
tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh lokasi pengamatan,
fenologi tumbuhan, dispersal dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru
dipengaruhi oleh fertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap jenis sehingga terdapat
perbedaan struktur dan komposisi masing-masing jenis.
Nilai indeks keanekaragaman (H’) dari tiap jenis pada tingkatan pohon,tiang,
pancang dan semai yang terdapat pada Tabel diatas jika dibandingkan dengan studi
baseline biodiversity padaperiode April 2015, menunjukkan terjadi perubahan
mengenai nilai H’. Berikut perbandingan nilai indeks keanekaragaman pada petak
contoh 1 dan petak contoh 2 pada setiap tingkatan berdasarkan periode
pemantauannya.
Gambar4.2.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat pohon
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
28
Gambar 4.3. Grafik Tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat Tiang
Gambar4.4.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat Pancang
Gambar 4.5.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat semai
00,20,40,60,8
1
H'
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang
0
0,5
1
1,5
H'
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pancang
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
H'
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Semai
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
28
Gambar 4.3. Grafik Tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat Tiang
Gambar4.4.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat Pancang
Gambar 4.5.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat semai
Petak 1 Petak 2
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang
Pemantauan 2015 Pemantauan 2018
Petak 1 Petak 2
1,19
0,62
1,21
0,65
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pancang
Pemantauan 2015 Pemantauan 2018
Petak 1 Petak 2
2,8
2,57
2,74
2,61
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Semai
Pemantauan 2015 Pemantauan 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
28
Gambar 4.3. Grafik Tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat Tiang
Gambar4.4.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat Pancang
Gambar 4.5.Grafik tren perubahan Indeks keanekaragaman flora tingkat semai
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pancang
Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Semai
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
29
Nilai indeks keanekaragaman pada petak contoh 1 dan 2 untuk masing-masing
tingkatan tidak jauh berbeda pada periode pemantauan sebelumnya. Sama halnya
dengan nilai INP, perubahan terjadi dikarena aktivitas normal dari tanaman. Untuk
indeks keanekaragaman tingkat pohon terdapat perbedaan yang sedikit lebih besar
daripada tingkat yang lainnya. Perbedaan ini dikarenakan di dalam petak contoh
terdapat jenis tumbuhan akasia yang mengalami pertumbuhan relatif cepat di banding
pohon lain yang terdapat pada petak contoh yang sama. Penambahan diameter
batang dan jumlah individunya yang lebih banyak mempengaruhi nilai dominansi (luas
basal area) sehingga mempengaruhi nilai indeks keanekaragamannya juga untuk jenis
Akasia.
Pada Gambar 4.3.dan Gambar 4.4. untuk tingkatan tiang dan pancang
menunjukan sedikit sekali perbedaan jika kita bandingkan datanya pada periode studi
baseline data keanekaragaman hayati, akan tetapi jenis trembesi (Albizia saman) pada
tingkat pancang mengalami penambahan diameter batang yang cukup besar. Hal ini
karena trembesi juga merupakan salah satu tanaman yang mengalami pertumbuhan
yang cepat sama seperti akasia. Berdasarkan beberapa penelitian, trembesi juga
merupakan jenis tumbuhan penyerap karbon tinggi sehingga sangat cocok ditanam di
area PT. PLN. Indralaya.
Pada petak 1 yang terletak di area belakang PT. PLN. Indralaya untuk tingkatan
semai, jenis Imperata cylindrica mengalami pertambahan jumlah individu dikarenakan
area terbuka dan tidak ternaungi (bebas dari tajuk pohon) serta tanah yang basah
akibat musim hujan menyebabkan jenis yang adaptif lebih cepat tumbuh dan
berkembang.
Perubahan nilai H’ pada masing-masing tingkatan berdasarkan periode
pemantauannya yang terjadi bukan diakibatkan adanya aktivitas dari PT. PLN seperti
pembukaan lahan atau kegiatan lainnya. Perubahan yang terjadi karena tumbuhan
mengalami fertilitas, fekunditas, natalitas maupun mortalitas. Perubahan yang terjadi
tidak signifikan, hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan dari tanaman seperti
bertambahnya diameter batang, tinggi tanaman dan hilang atau bertambahnya jumlah
individu di dalam petak pengamatan.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
30
4.3. Keanekaragaman fauna dan Evaluasi Tingkat KeanekaragamanPengamatan satwaliar periode Maret 2018 ini merupakan studi lanjutan dari studi
baseline data yang dilakukan pada tahun 2016 sebelumnya. Pengamatan satwaliar di
wilayah PLN Indralaya meliputi kelas Aves, Herpetofauna, Mammalia dan beberapa
taksa tambahan lainnya. Satwaliar yang terdata pada pemantauan ini akan
ditabulasikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999, kemudian
dikelompokan status konservasinya berdasarkan Redlist IUCN. Adapun hasil
pemantauan satwaliar periode 2018 adalah seperti yang tersaji pada tabel berikut;
4.3.1. Kelas AvesBerdasarkan hasil studi yang telah dilakukan didapatkan kurang lebih 22 jenis
burung yang terdapat di lokasi pengamatan. Daftar jenis burung yang teridentifikasi
pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.7. Berikut ini:
Tabel 4.7. Jenis burung di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Indonesia Nama IlmiahStatus
Perlindungan LokasiSatwaPP IUCN
1 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster TD LC RTH & SB2 Merbah Cerucuk Pycnonotus goiavier TD LC RTH & SB3 Perkutut Jawa Geopelia striata TD LC RTH & SB4 Tekukur Biasa Spilopelia chinensis TD LC RTH & SB5 Burung Madu Kelapa Anthreptes malacensis DL LC RTH6 Burung Gereja Passer montanus TD LC RTH7 Bondol Peking Lonchura punctulata TD LC SB8 Layang – Layang api Hirundo rustica TD LC RTH & SB9 Cinenen Kelabu Orthotomus ruficeps TD LC SB10 Kareo Padi Amaurornis phoenicurus TD LC SB11 Cekakak Sungai Todiramphus chloris DL LC SB12 Caladi Tilik Dendrocopos moluccensis TD LC SB13 Cabai Jawa Dicaeum trochileum TD LC RTH14 Sikatan Bubik Muscicapa dauurica TD LC SB15 Burung Madu Sriganti Nectarinia jugularis DL LC RTH16 Bentet Kelabu Lanius schach TD LC RTH & SB17 Kekep Babi Artamus leucorynchus TD LC RTH & SB18 Cekakak Belukar Halcyon smyrnensis DL LC SB19 Cabai Merah Dicaeum cruentatum TD LC RTH20 Bubut Alang-Alang Centropus bengalensis TD LC SB21 Perenjak Jawa Prinia familiaris TD LC RTH & SB22 Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala TD LC SB
22 Jenis Burung
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
31
Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan danSatwa
IUCN = International Union For Conservation Of Nature ; LC= least concern, VU=VulnerablRTH = Ruang terbuka hijau PT. PLN IndralayaSB = Semak Belukar (belakang PT.PLN Indralaya)TD = Tidak DilindungiDL = Dilindungi
Pada periode studi monitoring maret 2018, jenis burung (Aves) yang didapatkan
sebanyak 22 jenis. Sebagian besar jenis burung yang terdata merupakan jenis yang
juga ditemui pada pemantauan sebelumnya, hanya jenis burung bubut alang-alang
(Centropus bengalensis), dan takur ungkut-ungkut (Megalaima haemacephala) yang
merupakan jenis yang baru terdata pada pemantauan periode ini.
Secara umum jenis burung yang teridentifikasi kebanyakan merupakan burung
yang biasa dijumpai di pekarangan rumah atau areal perkebunan, seperti; Cucak
Kutilang, burung gereja, Bondol Peking, dan layang-layang. Namun beberapa juga
ditemukan burung yang merupakan jens dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 7 tahun 1999. Pada periode pemantauan ini, setidaknya ditemukan 4 jenis burung
yang dilindungi, burung tersebut yaitu; Burung Madu-kelapa, Cekakak Sungai, Burung
Madu-sriganti, dan Cekakak Belukar.
Indeks keanekaragaan 2,35 pada vegetasi RTH berbanding 2,38 pada vegetasi
semak belukar. Indeks keanekaragaman tersebut mengalami perubahan dari
pemantauan sebelumnya, namun perubahan keanekaragaman tidak terjadi secara
signifikan karena secara keanekaragaman masih termasuk dalam kategori
keanekaragaman tingkat sedang. Keanekaragaman jenis burung pada pemantauan
2018 dan pemantauan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut ;
Gambar 4.6. Tren Indeks keanekaragaman burung di RTH dan semak belukar
2,33
-0,5
0,5
1,5
2,5
3,5
Keanekaragaman Burung2016 dan 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
31
Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan danSatwa
IUCN = International Union For Conservation Of Nature ; LC= least concern, VU=VulnerablRTH = Ruang terbuka hijau PT. PLN IndralayaSB = Semak Belukar (belakang PT.PLN Indralaya)TD = Tidak DilindungiDL = Dilindungi
Pada periode studi monitoring maret 2018, jenis burung (Aves) yang didapatkan
sebanyak 22 jenis. Sebagian besar jenis burung yang terdata merupakan jenis yang
juga ditemui pada pemantauan sebelumnya, hanya jenis burung bubut alang-alang
(Centropus bengalensis), dan takur ungkut-ungkut (Megalaima haemacephala) yang
merupakan jenis yang baru terdata pada pemantauan periode ini.
Secara umum jenis burung yang teridentifikasi kebanyakan merupakan burung
yang biasa dijumpai di pekarangan rumah atau areal perkebunan, seperti; Cucak
Kutilang, burung gereja, Bondol Peking, dan layang-layang. Namun beberapa juga
ditemukan burung yang merupakan jens dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 7 tahun 1999. Pada periode pemantauan ini, setidaknya ditemukan 4 jenis burung
yang dilindungi, burung tersebut yaitu; Burung Madu-kelapa, Cekakak Sungai, Burung
Madu-sriganti, dan Cekakak Belukar.
Indeks keanekaragaan 2,35 pada vegetasi RTH berbanding 2,38 pada vegetasi
semak belukar. Indeks keanekaragaman tersebut mengalami perubahan dari
pemantauan sebelumnya, namun perubahan keanekaragaman tidak terjadi secara
signifikan karena secara keanekaragaman masih termasuk dalam kategori
keanekaragaman tingkat sedang. Keanekaragaman jenis burung pada pemantauan
2018 dan pemantauan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut ;
Gambar 4.6. Tren Indeks keanekaragaman burung di RTH dan semak belukar
2,33 2,542,35 2,38
RTH SB
Keanekaragaman Burung2016 dan 2018
Pemantauan 2016 Pemantauan 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
31
Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan danSatwa
IUCN = International Union For Conservation Of Nature ; LC= least concern, VU=VulnerablRTH = Ruang terbuka hijau PT. PLN IndralayaSB = Semak Belukar (belakang PT.PLN Indralaya)TD = Tidak DilindungiDL = Dilindungi
Pada periode studi monitoring maret 2018, jenis burung (Aves) yang didapatkan
sebanyak 22 jenis. Sebagian besar jenis burung yang terdata merupakan jenis yang
juga ditemui pada pemantauan sebelumnya, hanya jenis burung bubut alang-alang
(Centropus bengalensis), dan takur ungkut-ungkut (Megalaima haemacephala) yang
merupakan jenis yang baru terdata pada pemantauan periode ini.
Secara umum jenis burung yang teridentifikasi kebanyakan merupakan burung
yang biasa dijumpai di pekarangan rumah atau areal perkebunan, seperti; Cucak
Kutilang, burung gereja, Bondol Peking, dan layang-layang. Namun beberapa juga
ditemukan burung yang merupakan jens dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 7 tahun 1999. Pada periode pemantauan ini, setidaknya ditemukan 4 jenis burung
yang dilindungi, burung tersebut yaitu; Burung Madu-kelapa, Cekakak Sungai, Burung
Madu-sriganti, dan Cekakak Belukar.
Indeks keanekaragaan 2,35 pada vegetasi RTH berbanding 2,38 pada vegetasi
semak belukar. Indeks keanekaragaman tersebut mengalami perubahan dari
pemantauan sebelumnya, namun perubahan keanekaragaman tidak terjadi secara
signifikan karena secara keanekaragaman masih termasuk dalam kategori
keanekaragaman tingkat sedang. Keanekaragaman jenis burung pada pemantauan
2018 dan pemantauan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut ;
Gambar 4.6. Tren Indeks keanekaragaman burung di RTH dan semak belukar
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
32
Dari gambar 4.6. terlihat ada perubahan kenaikan nilai indeks keanekaragaman jenis
burung (aves) walaupun tidak signifikan, pada RTH terjadi kenaikan keanekaragaman
dari 2,33 menjadi 2,54 sedangkan di semak belukar belakang PT.PLN Indralaya dari
2,35 menjadi 2,38.
4.3.2 Kelas HerpetofaunaBerdasarkan hasil pemantauan periode maret 2018, terdapat 8 jenis Herpetofauna
yang terdapat di lokasi studi, terdiri dari 4 jenis amfibi dan 4 jenis reptil. Daftar jenis
Herpetofauna yang teridentifikasi pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.8
Berikut ini:
Tabel 4.8. Jenis Herpetofauna di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Nama IlmiahStatus
perlindunganLokasiSatwa
PP IUCN1 Kodok buduk Bufo melanostictus TD LC RTH & SB2 Katak sawah Fejervarya cancrivora TD LC RTH & SB3 Katak tegalan Fejervarya limnocharis TD LC RTH & SB4 Kongkang gading Hylarana erythraea TD LC RTH & SB5 Cicak kayu Hemidactylus frenatus TD LC RTH & SB6 Kadal kebun Eutrophis multifasciata TD LC RTH & SB7 Kadal Rumput Takydromus sexlineatus TD LC SB8 Biawak air asia Varanus salvator TD LC SB
8 Jenis herpetofaunaKeterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
IUCN = International Union For Conservation Of Nature ( LC = Least concern)TD = Tidak DilindungiRTH = Ruang terbuka hijau PT. PLNSB = Semak Belukar
Sebagian besar jenis herpetofauna yang ditemukan pada pemantauan 2018,
merupakan jenis yang telah terdata pada pemantauan sebelumnya. Hanya jenis kadal
rumput (Takydromus sexlineatus) yang merupakan jenis yang baru terdata pada
pemantauan ini. Jenis tersebut merupakan jenis yang umum di jumpai, dimana jenis-
jenis ini hidup tempat terbuka, berada dekat dengan hunian manusia, dan cenderung
bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Keberadaan herpetofauna di
kawasan ini menandakan bahwa kawasan ini dapat dijadikan sebagai habitat
herpetofauna.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
33
Gambar 4.7. Tren Indeks keanekaragaman herpetofauna di RTH dan semak belukar
Secara umum herpetofauna pada studi ini ditemukan pada vegetasi RTH dan juga
semak belukar. Adapun herpetofauna biasanya ditemukan pada lokasi yang dekat
dengan air, baik di RTH maupun di semak belukar. Pada lokasi RTH adanya aliran
drainase dan kolam ikan menjadi tempat bagi herpetofauna seperti jenis kodok untuk
berkembang biak dengan meletakan telur-telurnya. Pada lokasi semak belukar, adanya
rawa yang tergenang air dimanfaatkan herpetofauna menjadi habitat.
Jenis herpetofauna yang teridentifikasi merupakan jenis yang tidak dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999. Berdasarkan status
perlindungan IUCN, semua jenis yang ada merupakan jenis yang beresiko rendah
(Least Concern). Indeks keanekaragaman jenis herpetofauna di vegetasi RTH (1,76)
dan semak belukar (2) keduanya termasuk dalam kategori sedang.
Dari gambar 4.7. terlihat adanya sedikit tren penurunan dari nilai indeks
keanekaragaman walaupun tidak signifikan baik itu di RTH maupun di semak belukar
terlihat pada studi baseline 2016 Nilai Indeks keanekaragaman pada RTH dari 2,01
menjasi 1,76 pada periode pemantauan 2018 sedangkan di semak belukar 2,05
menjadi 2 namun secara keseluruhan semuanya masih masuk dalam kategori sedang.
2,01
00,5
11,5
22,5
33,5
Keanekaragaman Hepertofauna2016 dan 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
33
Gambar 4.7. Tren Indeks keanekaragaman herpetofauna di RTH dan semak belukar
Secara umum herpetofauna pada studi ini ditemukan pada vegetasi RTH dan juga
semak belukar. Adapun herpetofauna biasanya ditemukan pada lokasi yang dekat
dengan air, baik di RTH maupun di semak belukar. Pada lokasi RTH adanya aliran
drainase dan kolam ikan menjadi tempat bagi herpetofauna seperti jenis kodok untuk
berkembang biak dengan meletakan telur-telurnya. Pada lokasi semak belukar, adanya
rawa yang tergenang air dimanfaatkan herpetofauna menjadi habitat.
Jenis herpetofauna yang teridentifikasi merupakan jenis yang tidak dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999. Berdasarkan status
perlindungan IUCN, semua jenis yang ada merupakan jenis yang beresiko rendah
(Least Concern). Indeks keanekaragaman jenis herpetofauna di vegetasi RTH (1,76)
dan semak belukar (2) keduanya termasuk dalam kategori sedang.
Dari gambar 4.7. terlihat adanya sedikit tren penurunan dari nilai indeks
keanekaragaman walaupun tidak signifikan baik itu di RTH maupun di semak belukar
terlihat pada studi baseline 2016 Nilai Indeks keanekaragaman pada RTH dari 2,01
menjasi 1,76 pada periode pemantauan 2018 sedangkan di semak belukar 2,05
menjadi 2 namun secara keseluruhan semuanya masih masuk dalam kategori sedang.
2,051,76
2
RTH SB
Keanekaragaman Hepertofauna2016 dan 2018
Pemantauan 2016 Pemantauan 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
33
Gambar 4.7. Tren Indeks keanekaragaman herpetofauna di RTH dan semak belukar
Secara umum herpetofauna pada studi ini ditemukan pada vegetasi RTH dan juga
semak belukar. Adapun herpetofauna biasanya ditemukan pada lokasi yang dekat
dengan air, baik di RTH maupun di semak belukar. Pada lokasi RTH adanya aliran
drainase dan kolam ikan menjadi tempat bagi herpetofauna seperti jenis kodok untuk
berkembang biak dengan meletakan telur-telurnya. Pada lokasi semak belukar, adanya
rawa yang tergenang air dimanfaatkan herpetofauna menjadi habitat.
Jenis herpetofauna yang teridentifikasi merupakan jenis yang tidak dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999. Berdasarkan status
perlindungan IUCN, semua jenis yang ada merupakan jenis yang beresiko rendah
(Least Concern). Indeks keanekaragaman jenis herpetofauna di vegetasi RTH (1,76)
dan semak belukar (2) keduanya termasuk dalam kategori sedang.
Dari gambar 4.7. terlihat adanya sedikit tren penurunan dari nilai indeks
keanekaragaman walaupun tidak signifikan baik itu di RTH maupun di semak belukar
terlihat pada studi baseline 2016 Nilai Indeks keanekaragaman pada RTH dari 2,01
menjasi 1,76 pada periode pemantauan 2018 sedangkan di semak belukar 2,05
menjadi 2 namun secara keseluruhan semuanya masih masuk dalam kategori sedang.
2
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
34
4.3.3. Kelas MamaliaBerdasarkan hasil pemantauan periode 2018, terdapat 6 jenis mamalia yang
terdapat di lokasi studi. Daftar jenis mamalia yang teridentifikasi pada lokasi
pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.9. Berikut ini:
Tabel 4.9 Jenis Mamalia di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Nama IlmiahStatus Perlindungan Lokasi
SatwaPP IUCN1 Tikus pohon Rattus tiomanicus TD LC SB2 Codot besar Cynopterus titthaecheilus TD LC RTH & SB3 Codot Cynopterus horsfieldii TD LC RTH & SB4 Bajing Callosciurus notatus TD LC SB5 Kera Ekor Panjang Macaca Fascicularis TD LC RTH & SB6 Babi Sus Scrofa TD LC SB
7 Jenis mamaliaKeterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
IUCN = International Union For Conservation Of Nature(LC= least concern, EN=Endangered)TD = Tidak DilindungiDL = DiindungiRTH = Ruang terbuka hijau PT. PLNSB = Semak Belukar
* = Hasil Wawancara
Kelompok mamalia yang terdapat di wilayah studi meliputi mamalia kecil dan besar.
Adapun sebagian besar mamalia tersebut bersarang di semak belukar, namun adanya
vegetasi RTH sering dijadikan tempat bermain, mencari makan dan melakukan
aktivitas lainnya. Jenis kera ekor panjang (Macaca Fascicularis), biasanya datang ke
RTH pada waktu sore hari, Sedangkan jenis codot yang aktif dimalam hari teramati
setelah terperangkap oleh jaring di sekitar area RTH.
Jenis-jenis dari kelompok mamalia yang dapat dijumpai secara langsung pada
umumnya adalah hewan terseterial dan arboreal. Hewan arboreal seperti lutung dan
bajing memanfaatkan pohon yang terdapat di RTH maupun semak belukar sebagai
tempat beraktivitas. Menurut Payne et al. (2000) & Kiswosuwarno et al. (2008), primata
dapat bertahan hidup dalam kondisi habitat alami maupun telah terdegredasi, terutama
jenis bajing kelapa dan lutung yang sewaktu saat dapat menjadi hama bagi
perkebunan.
Dari hasil pengamatan untuk hewan arboreal yang paling banyak dijumpai adalah
bajing kelapa (Callosciurus notatus) dan hewan terestrial yang paling banyak
dilaporkan dari famili Muriidae seperti tikus pohon (Rattus tiomanicus). Berdasarkan
PP No 7 tahun 1999, tidak ditemukan jenis mamalia yang dilindungi pada lokasi
pengamatan. Selain itu mengacu pada IUCN redlist, semua jenis mamalia yang
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
35
ditemui merupakan jenis hewan dengan tingkat konservasi beresiko rendah (Least
concern) .
Gambar 4.7. Tren Indeks keanekaragaman mamalia di RTH dan semak belukar
Adapun indeks keanekaragaman mamalia yang terdapat di RTH dan semak belukar
1,07 – 1,43. Indeks keanekaragaman tersebut mengalami perubahan dari pemantauan
sebelumnya sedikit mengalami penurunan pada lokasi semak belukar dari 1,58
menjadi 1,43, sedangkan di RTH sedikit mengalami kenaikan nilai Keanekaragaman
dari 1,05 menjadi 1,07. namun secara umum perubahan tidak terjadi secara signifikan
karena kategori indeks keanekaragaman baik di RTH maupun di semak belukar
termasuk kategori sedang (rendah <1; sedang 1-3, tinggi >3).
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
35
ditemui merupakan jenis hewan dengan tingkat konservasi beresiko rendah (Least
concern) .
Gambar 4.7. Tren Indeks keanekaragaman mamalia di RTH dan semak belukar
Adapun indeks keanekaragaman mamalia yang terdapat di RTH dan semak belukar
1,07 – 1,43. Indeks keanekaragaman tersebut mengalami perubahan dari pemantauan
sebelumnya sedikit mengalami penurunan pada lokasi semak belukar dari 1,58
menjadi 1,43, sedangkan di RTH sedikit mengalami kenaikan nilai Keanekaragaman
dari 1,05 menjadi 1,07. namun secara umum perubahan tidak terjadi secara signifikan
karena kategori indeks keanekaragaman baik di RTH maupun di semak belukar
termasuk kategori sedang (rendah <1; sedang 1-3, tinggi >3).
RTH SB
Keanekaragaman Mamalia2016 dan 2018
Pemantauan 2016 Pemantauan 2018
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
35
ditemui merupakan jenis hewan dengan tingkat konservasi beresiko rendah (Least
concern) .
Gambar 4.7. Tren Indeks keanekaragaman mamalia di RTH dan semak belukar
Adapun indeks keanekaragaman mamalia yang terdapat di RTH dan semak belukar
1,07 – 1,43. Indeks keanekaragaman tersebut mengalami perubahan dari pemantauan
sebelumnya sedikit mengalami penurunan pada lokasi semak belukar dari 1,58
menjadi 1,43, sedangkan di RTH sedikit mengalami kenaikan nilai Keanekaragaman
dari 1,05 menjadi 1,07. namun secara umum perubahan tidak terjadi secara signifikan
karena kategori indeks keanekaragaman baik di RTH maupun di semak belukar
termasuk kategori sedang (rendah <1; sedang 1-3, tinggi >3).
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
36
4.4.4. Informasi keanekaragaman SeranggaJenis CapungCapung (Odonata) berperan bagi keberlangsungan ekosistem, salah satunya menjadi
predator bagi beberapa hama. Capung juga dapat dijadikan sebagai bioindikator
kualitas perairan. Beberapa Famili nimfa capung dikelompokan kedalam kategori
serangga air yang sensitif terhadap pencemaran. Capung termasuk serangga air yang
sangat sensitif terhadap perubahan kandungan zat di dalam air. Sehingga perubahan
jumlah nimfa capung dapat dijadikan sebagai indikator baik buruknya perairan.
Tabel 4.9. Jenis capung di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Indonesia Nama IlmiahStatus
perlindunganPP IUCN
1 Capung kuning Crocothemis servilia TD LC
2 Capung tengger biru Diplacodes trivialis TD LC
3 Capung tengger jala tunggal Neurothemis ramburii TD LC
4 Capung sambar hijau Orthetrum sabina TD LC
5 Capung sambar perut putih Pothamarcha congener TD -
6 - Ceriagrion cerinorubellum TD LC
7 - Rhyothemis phyllis TD LC
8 jenis capungKeterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa (TD= Tidak Dilindungi)IUCN = International Union For Conservation of Nature ( LC = Least concern)RTH = Ruang terbuka hijau PT. PLNSB = Semak Belukar
Jenis Kupu-KupuCapung (Odonata) berperan bagi keberlangsungan ekosistem, salah satunya
menjadi predator bagi beberapa hama. Capung juga dapat dijadikan sebagai
bioindikator kualitas perairan. Beberapa Famili nimfa capung dikelompokan kedalam
kategori serangga air yang sensitif terhadap pencemaran. Capung termasuk serangga
air yang sangat sensitif terhadap perubahan kandungan zat di dalam air. Sehingga
perubahan jumlah nimfa capung dapat dijadikan sebagai indikator baik buruknya
perairan.
Untuk informasi tambahan selama pemantauan maret 2018 ditemukan 7 jenis
capung dan 19 jenis kupu-kupu didalam kawasan PT.PLN Indralaya, jenis-jenis
tersebut sebagian besar sama dengan studi baseline data pada tahun 2015.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
37
Tabel 4.10. Jenis capung di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Jenis kupu-kupu Status perlindunganPP IUCN
1 Amathusia phidippus TD LC2 Athyma nefte TD LC3 Appias libhytea TD LC4 Cupha erymantis TD LC5 Eurema sari TD LC6 Eurema hecabe TD LC7 Graphium agamemnon TD LC8 Graphium doson TD LC9 Graphium sarpedon TD LC
10 Hypolimnas bolina TD LC11 Junonia almana TD LC12 Junonia orithya TD LC13 Leptosia nina TD LC14 Mycalesis mineus TD LC15 Neptis hylas TD LC16 Papilio demoleus TD LC17 Papilio memnon TD LC18 Papilio polytes TD LC19 Zizina otis TD LC
19 Jenis kupu-kupu
4.5. Daftar Jenis Fauna Bernilai Konservasi Tinggi
Terdapat 7 jenis yang bernilai konservasi tinggi. Adapun rinciannya adalah 6
jenis dilindungi oleh Undang-undang Republik Indonesia dan 2 jenis masuk dalam
Appendix II CITES.
Tabel 4.12. Jenis fauna bernilai konservasi tinggi yang tercatat dalam kawasan
No Nama Ilmiah Nama Indonesia
IUCN
GoI
CITES
Rp/Ex
Mamalia1. Trachypithecus cristata*) Lutung kelabu NT PI II
Burung2 Tyto alba Serak Jawa II3 Halcyon chloris Cekakak sungai PI4 Nectarinia jungularis Burung madu sriganti PI5 Halycon symrnsis Cekakak belukar PI6 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa PI
Nekton7. Chitala lopis Ikan belida PI
Keterangan PI : Status perlindungan Indonesia, Apendiks I adalah daftar seluruh spesies tumbuhan dansatwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Apendiks II adalah daftarspesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjuttanpa adanya pengaturan. Status IUCN: EN (Endangered), NT (Near Threatened).*). Berdasarkaninformasi.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
38
Ada 6 jenis fauna yang dilindungi Undang-undang Republik Indonesia selama
survei berlangsung (lihat tabel 3) yaitu seperti pada kelompok Aves dari Alcedinidae
seperti jenis cekakak sungai (Halcyon chloris), Cekakak belukar (Halycon symrnsis),
serta dari kelompok burung madu terkait fungsinya sebagai penyerbuk dan pemencar
biji sehingga jenis ini merupakan salah satu kelompok aves yang dilindungi adapun
jenisnya adalah burung madu kelapa (Anthreptes malacensis) dan burung madu
sriganti (Nectarinia jungularis). Dari kelompok mamalia ada jenis yang dilindungi yaitu
lutung kelabu (Trachypithecus cristata) berdasarkan status IUCN kedua jenis ini status
konservasinya Near Thereatened.
Hutan merupakan sumber daya hayati yang dapat diperbaharui. meskipun
demikian tidak berarti bahwa hutan dibiarkan begitu saja tanpa pengelolaan yang baik.
Sebaliknya, hutan harus dikelola dengan baik dengan memperhatikan aspek-aspek
yang ada untuk menuju pada suatu pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi dengan berbagai tipe habitat pada suatu
lokasi akan mendukung keanekaragaman jenis satwa liar, hal ini disebabkan karena
masing-masing satwa liar memiliki relung ekologi (niche) dan kesesuaian pakan alami
yang berbeda pada suatu habitat. Masih adanya jenis fauna yang dilindungi disekitar
kawsan PT.PLN Indrlaya menandakan bahwa Kawasan vegetasi hijaunya masih
mampu menjadi habitat yang baik bagi jenis fauna yang dilindungi tersebut baik untuk
sumber pakan maupun tempat perlindungan sementara.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
39
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan Hasil Studi
Selama survey di kawasan Wilayah kerja di PT.PLN Indralaya maka didapatkan
beberapa kesimpulan yang terkait dengan studi kegiatan ini yaitu :
1. Untuk evaluasi keanekaragaman hayati flora, terjadi perubahan nilai H’ yang
fluktuatif pada masing-masing tingkatan berdasarkan periode pemantauannya ada
yang sedikit mengalmai kenaikan seperti pada tingkat pohon dan pancang, secara
keseluruhan perubahan keanekaragaman yang terjadi tidak signifikan, yang terjadi
bukan diakibatkan adanya aktivitas dari PT. PLN seperti pembukaan lahan atau
kegiatan lainnya. Perubahan yang terjadi secara alami karena tumbuhan
mengalami fertilitas, fekunditas, natalitas maupun mortalitas.
2. Untuk Keanekaragaman hayati fauna khususnya satwa liar terjadi peningkatan
jumlah jenis dibandingkan pada studi baseline data 2015 sebanyak 43 jenis, dan
2018 tercatat total 47 jenis. Tingkat keanekaragaman masing-masing kelas
berfluktuatif jika dibandingkan dengan studi baseline data 2015 ada yang
mengalmai kenaikan maupun penurunan namun tidak signifikan dan secara
keseluruhan masih tergolong ke dalam keanekaragaman tingkat sedang
3. Status keanekaragaman hayati flora dan fauna yang bernilai konservasi tinggi.
Pada flora tidak ditemukan adanya jenis yang dilindungi sedangkan untuk fauna
ditemukan adanya 6 jenis dilindungi oleh Undang-undang Republik Indonesia dan
2 jenis masuk dalam Appendix II CITES.
4. Masih adanya jenis fauna yang dilindungi disekitar kawsan PT.PLN Indrlaya
menandakan bahwa Kawasan vegetasi hijaunya masih mampu menjadi habitat
yang baik bagi jenis fauna yang dilindungi tersebut baik untuk sumber pakan
maupun tempat perlindungan sementara yang perlu dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
40
5.2. Rekomendasi Hasil Studi
Berdasarkan atas hasil studi di kawasan wilayah kerja PT.PLN Indralaya maka
dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Karena masih banyak lahan kosong terutama lahan dibagian belakang
kawasan PT.PLN Indralaya mempunyai potensi dibidang keanekaragaman
hayati yang bisa dimanfatkan menjadi lahan kawasan konservasi taman kehati
untuk pohon-pohon khas sumatera selatan dan juga penangkaran kupu-kupu
khas dataran rendah mengingat jenis kupu dan sumber pakan banyak
ditemukan di sekitar kawasan PT.PLN Indralaya yang dalam pengembangan
bisa bekerjasama dengan Jurusan Biologi FMIPA Unsri.
2. Disarankan penataan kembali melalui revegetasi yang terencana dengan
menambahkan jenis pohon penghijauan untuk pelindung dan penyerap karbon
seperti trembesi dan pohon yang berbuah tampui, ceri dan jambu-jambuan
sebagai sumber pakan untuk fauna khususnya burung yang dilindungi serta
memperkaya kawasan hijau dengan jenis tanaman-tanaman lokal yang khas
seperti duku (Nephelium lappaceum), Jeruk kuek (Citrus sp.) dan kemang
(Mangifera kemanga).
3. Terkait dengan kegiatan konservasi penangkaran jenis ikan yang dilindungi
salah satunya jenis ikan Belida (Chitala lopis) Disarankan juga kepada pihak
PT.PLN Indralaya, untuk bekerjasama dengan tenaga ahli untuk
mengembangkan pembiakan ikan belida yang lebih spesifik dan
memanfaatkan lahan sekitar perairan rawa untuk membuat kolam sesuai
habitat aslinya.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
41
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan satwa liar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Jilid I,IPB, Bogor
BAPSI. 2008. Masterplan Kawasan Kampus Unsri Indralaya. Penerbit Unsri Press
Birdlife International. 2001. Threatened birds of Asia: The Birdlife International RedData Book. Cambridge, UK: Birdlife International.
BirdLife International. 2014. Species factsheet. Downloaded fromhttp://www.birdlife.org visited 7 Oktober 2014
Cox, M.J., van Dijk, P.P. Nabhitabhata, J. & Tirakhupt, K. 2010. A photographic guideto snakes and other reptiles of Peninsular Malaysia, Singapore and Thailand. NewHolland Publisher, UK.
Das, I. 2012. A naturalist’s guide to the snakes of South-East Asia. John BeaufoyPublishing, UK.
Das, I. 2010. A field guide to the reptiles of South-East Asia. New Holland Publisher,UK.
Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Cetakan Pertama. Bumi Aksara.Jakarta.
Francis, C.M. 2008. A field guide to the mammals of South-East Asia. New HollandPublisher, UK.
Holmes, D. & Nash, S. 1999. Burung-burung di Sumatera dan Kalimantan. PuslitbangBiologi LIPI-Birdlife International Indonesia Programme.
Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi-LIPI.
Iqbal, M. 2011. Ikan-ikan di hutan rawa gambut Merang-Kepayang dan sekitarnya.Merang REDD Pilot Project, Palembang.
Iqbal, M. & Setijono, D. 2011. Burung-burung di hutan rawa gambut Merang-Kepayangdan sekitarnya. Merang REDD Pilot Project, Palembang.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Krebs CJ. 1989. Ecology Methodology : The Exprimental Analysis of Distribution andAbudance. New York: Harper and Row Publishers.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
42
Kuncoro SA, van Noordwijk M, Martini E, Saipothong P, Areskoug V, Ekadinata A, danO’Connor T. 2006. Rapid Agrobiodiversity Appraisal (RABA) in The Contex ofEnvironmental Service Rewards. Bogor, Indonesia.
Kotellat M and A.J Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwaterfishes of western Indonesia and Sulawesi. Singapore: Periplus Editions Limited.271 p.
Mackinnon, J., K. Phillips & Balen, B. V. 1998. Burung-burung di Sumatera,Kalimantan, Jawa dan Bali. Birdlife International Indonesia. Programme PuslitbangBiologi LIPI, Bogor.
Mckay, J.L. 2006. Reptil dan Amphibi di Bali. Krieger Publishing Company, Bali.
Noerdjito M. & Maryanto I. 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Museum Zoologicum Bogoriense, LIPI, The NatureConservancy and USAID, Cibinong, Indonesia.
Noerdjito W A dan Maryanto I. 2002. Metode survey dan Pemantauan populasi satwa.Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 30+v hal.
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Tjahjono Samingan, Penerjemah; Yogyakarta :Edisi Ke-3. Universitas Gadjah Mada. Terjemahan dari : Fundamental ofEcology
Payne, J, Francis, C. M., Phillips, K. Dan Kartikasari, S N. 2000. Panduan LapanganMamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak, dan Brunei Darusalam. WCS-International programme.
Prijono, SN, Peggie, D, Mulyadi. 2004. Pedoman Panduan Pengumpulan DataKeanekaragaman Fauna. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Cibinong, Bogor.
Soerianegara, Ishemat dan Indrawan, Andry. 1980. Ekologi Hutan Indonesia.Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Sundarapandian, S.M. and P.S. Swamy. 2000. Forest ecosystem structure andcomposition along an altitudinal gradient in the Western Ghats, South India.Journal of Tropical ForestScience 12(1):104-123.
Talvi, T., 2002. Insects as a Tool in Environmental Monitoring in The Vidumae NaturReserve, Ectonia. USA.
www.cites.org. Dikunjungi 4 April 2018.www.iucn.org. Dikunjungi 4 April 2018.www.oganilirkab.go.id.Dikunjungi 20 maret 2018.
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
43
Lampiran 1. Beberapa foto fauna di kawasan PT. PLN. Indralaya.
Gbr.1. Monyet ekor panjang dan kelelawar pemakan buah codot krawar
Gbr.2. Jenis Burung yang dominan burung gereja dan burung kutilang
Gbr.3. Jenis burung Bondol peking dan burung madu kelapa
Gbr.4. Tikus rumah dan kadal kebun
Review Monitoring Biodiversity di Wilayah KerjaPT. PLN (Persero) Pusat Listrik Indralaya
44
Lampiran 2. Beberapa foto flora di kawasan PT. PLN. Indralaya.
Gbr.5. pohon Leucaena leucocephala dan Acacia mangium
Gbr.6. Pohon Hevea brasiliensis dan mangifera indica
Gb.7. Glodokan tiang dan trembesi
Gbr. 8. Tumbuhan bawah Paspalum conjugatum dan Pennisetum polystachion