+ All Categories
Home > Documents > BAB I 2 fix

BAB I 2 fix

Date post: 06-Jul-2018
Category:
Upload: redho-doank
View: 249 times
Download: 1 times
Share this document with a friend

of 27

Transcript
  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    1/27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kejang demam merupakan gangguan neurologis yang lazim pada anak dengan

    frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang dapat berupa serangan mendadak yang

    nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktifitas motorik abnormal,

    kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi outonom. eberapa kejang

    ditandai oleh gerakan abnormal tanpa kehilangan atau gangguan kesadaran.

    Kebanyakan kejang pada anak-anak disebabkan oleh gangguan somatik yang berasal

    dari luar otak seperti demam tinggi, infeksi, pingsan, trauma kepala, hipoksia, toksin,

    atau aritmia jantung.1

    Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak, !"-#" anak berusia

    di ba$ah # tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. %i &merika 'erikat

    insiden kejang demam berkisar antara !"-#" pada anak berusia kurang dari # tahun.

    %i &sia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi sekitar (0"-)0" dan

    yang tersering adalah kejang demam sederhana.

    !

    *enurut +onsensus 'tatement onebrile 'eizures, kejang demam biasanya terjadi saat peningkatan suhu tubuh (  

    re+tal2 pada umur antara 6 bulan sampai # tahun, dimana kejang berhubungan dengan

    adanya demam tetapi tanpa terbukti adanya infeksi atau gangguan intrakranial. &kan

    tetapi kejang demam pada anak-anak yang sebelumnya pernah menderita kejang

    tanpa demam tidak dimasukkan pada kejang demam. 'elain itu pada bayi umur di

     ba$ah 1 bulan juga tidak dikategorikan sebagai kejang demam.

    'e+ara umum berdasarkan manifestasi klinis kejang, kejang demam di bagi

    menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.1

    Kejang demam sederhana umumnya berlangsung singkat 31# menit2, berbentuk 

    umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal2, tidak berulang dalam $aktu !4

     jam, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam sederhana merupakan (0"

    di antara seluruh kejang demam. Kejang demam demam kompleks merupakan kejang

    1

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    2/27

    demam yang berlangsung 1# menit,kejang terjadi se+ara fokal atau persial, terjadi

    1 kali dalam !4 jam.4

    Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak 

    menimbulkan gejala sisa tetapi pada kejang yang berlangsung lama lebih dari 1#

    menit2 biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi

    untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis

    laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut

     jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan

    meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme meningkat.

    angkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan

    neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.#

    5engobatan kejang demam pada anak men+akup hal, yaitu pengobatan fase

    akut dengan membebaskan jalan napas dan memantau fungsi ital tubuh7 mengatasi

    kejang dan demam fase akut7 men+ari dan mengobati penyebab demam dengan

    melakukan pemeriksaan pungsi lumbal pada saat pertama sekali terjadi kejang

    demam sesuai indikasi27 dan pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang

    demam.4

    !

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    3/27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kejang Demam

    2.1 Definisi

    Kejang demam adalah suatu bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

    suhu tubuh suhu rektal lebih dari (2 akibat suatu proses ekstrakranial. 5ada

    umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga # tahun dan tidak terbukti adanya

    infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. &nak yang mengalami kejang tanpa

    demam, bayi yang kejang dengan demam dengan usia diba$ah 4 minggu dan anak 

     pernah kejang tanpa demam kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam

    kejang demam.6

     2.2 Ei!emi"l"gi

    Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak, !"-#" anak berusia

    di ba$ah # tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. %i &merika 'erikat

    insiden kejang demam berkisar antara !"-#" pada anak berusia kurang dari # tahun.

    %i &sia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar (0"-)0"

    dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana.!

    Kejang demam terjadi pada !-4" populasi anak berumur 6 bulan 8 # tahun.

    5aling sering pada usia 19-! bulan. 'edikit yang mengalami kejang demam pertama

    sebelum umur #-6 bulan atau setelah #-( tahun. iasanya setelah usia 6 tahun pasien

     jarang mengalami kejang demam lagi. :ebih kurang (0 " kasus kejang demam

    adalah kejang demam sederhana, dan sisanya !0 " nya kejang demam kompleks.

    'ekitar (" berlangsung lama 1# menit2, 16 " berulang dalam $aktu !4 jam.!

    2.# Eti"l"gi

    ;ingga kini belum diketahui penyebab pasti kejang demam. 'emua jenis

    infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat

    menyebabkan kejang demam. 5enyakit yang paling sering menimbulkan kejang

    demam adalah infeksi pernafasan akut seperti faringitis, tonsilofaringitis, otitis media

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    4/27

    akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bron+hitis, dan infeksi saluran kemih. eberapa

    faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain adalah demam setelah

    imunisasi %5< dan +ampak, efek toksin dari mikroorganisme, respon alergik atau

    keadaan imun yang abnormal akibat infeksi, serta perubahan keseimbangan +airan

    dan elektrolit.6 

    aktor risiko berulangnya kejang demam adalah ri$ayat kejang demam dalam

    keluarga, usia kurang dari 1( bulan, serta suhu tubuh saat kejang. ila seluruh faktor 

    diatas ada, kemungkinan berulang (0". ila tidak terdapat faktor tersebut hanya 10"

    - 1#" berulang. Kejang demam berulang paling sering pada tahun pertama.6

    &dapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari yakni adanya

    gangguan perkembangan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama7

    terjadinya kejang demam kompleks sebelumnya7 serta adanya ri$ayat epilepsi dalam

    keluarga.6

    2.$ Pat"genesis

    'el saraf, seperti sel hidup umumnya mempunyai potensial membran.

    5otensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. 5otensial

    intrasel lebih negatif dari ekstrasel. %alam keadaan istirahat, potensial membran

     berkisar antara 0-100 m=. 'elisih potensial ini akan tetap sama selama sel tidak 

    mendapatkan rangsangan. 5erbedaan potensial ini terjadi akibat perbedaan letak dan

     jumlah ion-ion terutama ion >a?, K ?, dan a??. %alam keadaan normal, membran sel

    neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion K ? dan sangat sulit oleh ion >a?  dan

    elektrolit lainnya ke+uali ion l-  sehingga berakibat konsentrasi ion K ?  dalam sel

    syaraf tinggi dan >a? rendah, sedangkan di luar sel syaraf sebaliknya. ila sel saraf 

    mengalami stimulasi misalnya suhu tubuh yang tinggi, stimulasi listrik akan berubah

    sehingga mengakibatkan menurunnya potensial membran. 5enurunan potensial

    membran akan menyebabkan permeabilitas membran terhadap ion >a?  meningkat,

    sehingga ion >a?  akan lebih banyak masuk ke dalam sel. 'elama serangan ini,

     perubahan potensial membran masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion >a?

    dan K ?. 'ehingga selisih potensial kembali ke keadaan istirahat.9

    4

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    5/27

    5ada seorang anak berumur tahun sirkulasi otak men+apai 6#" dari seluruh

    tubuh, dibandingkan dengan orang de$asa yang hanya 1#". 5ada keadaan demam

    kenaikan suhu 1° akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10"-1#" dan

    kebutuhan oksigen akan meningkat !0". ila terjadi kenaikan suhu akan terjadi

     perubahan keseimbangan membran sel, akan terjadi difusi dari ion Kalium dan

     >atrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. :epas muatan sedemikian besarnya

    sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan

     bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. 'elain itu pada anak diba$ah usia #

    tahun proses mielinisasi dari serabut sel syaraf masih belum sempurna, plastisitas

    otak juga masih berlangsung, sehingga saat terjadi demam bisa mengganggu aliran

    listrik pada sel syaraf hal tersebut dapat pula men+etuskan kejang, sehingga dapat

    menurunkan ambang batas kejang pada anak. a?2

    :epas muatan listrik berlebihan neurotransmittermenyebabkan kejang

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    6/27

    'kema 1. 5atogenesis kejang#

    Aadi dapat disimpulkan demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme

    sebagai berikut B#

    1. %emam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum

    matang/imatur.

    !. eurologi D%&D !006, klasifikasi kejang

    demam pada anak dibedakan menjadi dua, yaitu6

    6

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    7/27

    1. Kejang %emam 'ederhana Simple Febrile Seizure 2

    Kejang demam sederhana akan berlangsung singkat, dimana berdurasi kurang dari 1#

    menit, tidak disertai dengan gerakan fokal dan umumnya akan berhenti dengan

    sendirinya. Kejang demam sederhana tidak berulang dalam !4 jam dan kejang yang

    terjadi bersifat umum, tonik dan atau klonik.6

    !. Kejang %emam Kompleks ompleE ebrile 'eizure 2

    Kejang demam kompleks akan berlangsung lebih dari 1# menit dengan gerakan fokal

    di satu sisi, atau kejang umum yang didahului oleh kejang parsial. %apat terjadi lebih

    dari satu kali dalam !4 jam berulang 2.6 

    2.& 'anifestasi Klinis

    Cmumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik 

    atau tonik klonik bilateral. 'eringkali kejang berhenti sendiri. 'etelah kejang berhenti

    anak langsung sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam diikuti

    hemiparesis sementara ;emiparesis

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    8/27

    a2 Ddentifikasi/pastikan adanya kejang, jenis kejang, lama kejang,

    suhu sebelum/pada saat kejang, frekuensi, penyebab demam di luar 

    ''5.

     b2

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    9/27

    5emeriksaan foto kepala, < '+an dan / *D tidak dianjurkan

     pada anak tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya

    menunjukkan gambaran normal. < '+an atau *D boleh dilakukan

     pada kasus dengan kelainan neurologis atau kasus dengan kejang fokal

    untuk men+ari lesi organik di otak. < s+an biasanya tidak perlu

    dalam ealuasi pada anak dengan kejang demam sederhana yang

     pertama kali. < s+an dilakukan pada pasien dengan kejang demam

    kompleks.#

    . 5emeriksaan airan 'erebro 'pinal ''2

    'etelah mengontrol demam dan menghentikan kejang, seorang

    dokter harus memutuskan apakah akan melakukan pungsi lumbal.

    Dndikasi pungsi lumbal pada kejang demam adalah untuk menegakkan

    atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. akta bah$a seseorang

    mempunyai ri$ayat kejang demam sebelumnya tidak menyingkirkan

    meningitis sebagai penyebab kejang yang terjadi. 'emakin muda usia

    anak semakin penting dilakukan, karena pemeriksaan fisik kurang

    reliabel dalam mendiagnosis meningitis. 5ungsi lumbal seharusnya

    dilakukan jika usia anak diba$ah ! tahun, penyembuhan lambat, atau

     jika hal lain sebagai penyebab demam tidak ditemukan.1 5elaksanaan

     pungsi lumbal masih kontroersi pada pasien dengan kejang demam

    sederhana. %an perlu dilakukan jika di+urigai terjadi meningitis

    $alaupun kejang bukan satu-satunya tanda meningitis. eberapa

    literatur melaporkan kurang dari #" insiden meningitis pada anak-

    anak menimbulkan kejang dan demam.  !  ila pasti bah$a kejang

    tersebut bukan disebabkan meningitis, pungsi lumbal tidak perlu

    dilakukan. Kemampuan menegakkan atau menyingkirkan diagnosis

    meningitis berariasi tergantung pengalaman dokter.1

    ekomendasi yang dapat digunakan yakni6 B

    )

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    10/27

    a2 ayi kurang dari 1! bulan harus dilakukan pungsi lumbal karena

    gejala meningitis sering tidak jelas.6

     b2 ayi antara 1!-1( bulan dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal

    ke+uali pasti bukan meningitis.6

    +2 ayi lebih dari 1( bulan selektif atau tidak rutin karena umumnya

    gejala meningitis sudah terlihat dengan jelas. ila pasti bukan

    meningitis pungsi lumbal tidak dianjurkan.6 

    4. 5emeriksaan Glektroensefalografi GGH2

    5emeriksaan GGH tidak dapat memprediksi berulangnya

    kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada

     pasien kejang demam, oleh sebab itu tidak direkomendasikan, ke+uali

     pada kejang demam yang tidak khas misalnya pada kejang demam

    kompleks pada anak usia 6 tahun atau kejang demam plus '?2.6

    2.+ Diagn"sis Ban!ing

    1. *eningitis bakterialis

    5eradangan selaput otak pada anak yang disebabkan oleh bakteri

     pathogen. 5enyakit ini seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas

    atau pen+ernaan seperti demam, batuk, pilek, diare dan muntah. %emam,

    nyeri kepala, kaku kuduk dengan atau tanpa penurunan kesadaran

    merupakan hal yang sangat sugestif meningitis. anyak gejala meningitis

     berkaitan dengan usia. &nak berusia kurang dari tiga tahun jarang

    mengeluh nyeri kepala.(

    !. Gnsefalitis

    Dnfeksi jaringan otak oleh berbagai ma+am mikroorganisme, misalnya

     bakteri, ptozoa, +a+ing, spiro+haeta, atau irus. 5enyebab yang tersering

    dan terpenting adalah irus. 5ada banyak pasien sering terjadi keterlibatan

    leptomeningeal meningoensefalitis2, sedangkan ensefalomielitis

    menunjukkan keterlibatan medulla spinalis. *anifestasi klinis berariasi

    10

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    11/27

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    12/27

    mg/kg se+ara intraena perlahan-lahan 1 mg/kg/menit atau kurang dari

    #0 mg/menit. ila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-( mg/kg/hari,

    dimulai 1! jam setelah dosis a$al. 'etelah pemberian enitoin, harus

    dilakukan pembilasan dengan >al fisiologis karena enitoin bersifat basa

    dan menyebabkan iritasi ena, selain itu efek samping fenitoin dapat

    menyebabkan pasien aritmia dan hipotensi. ila dengan enitoin kejang

     belum berhenti maka pasien harus dira$at di ruang ra$at intensif.6

    'etelah kejang berhenti pemberian diazepam oral dosis 0, mg/kg setiap

    ( jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 0"-

    60" kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,# mg/kg setiap ( jam

     pada suhu (,#o %osis tersebut +ukup tinggi dan menyebabkan ataksia,

    iritabel dan sedasi yang +ukup berat pada !#-)" kasus.6

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    13/27

    . 5engobatan profilaksis6

    5engobatan profilaksis ada ! , yaitu profilaksis intermittent saat demam2 dan

     profilaksis terus menerus +ontinuous2 .

    a. 5rofilaksis Dntermitten pada $aktu kejang demam

    • &ntipiretik 

    -5arasetamol 10-1# mg/kgbb/kali, diberikan 4-# kali/hari

    -Dbuprofen #-10 mg/kgbb/kali, diberikan -4 kali/hari

    • bat antikonulsan

    -%iazepam oral B 0,# mg/kg setiap hari

    -%iazepam rektal B 0,# mg/kg atau # mg untuk J10 kg7 10 mg

    untuk 10 kg diberikan setiap hari

    5rofilaksis intermittent diberikan apabila tidak terdapat faktor-faktor resiko dari

    kejang demam.

     b. 5emberian profilaksis terus-menerus +ontinuous2 hanya diberikan bila terdapat

    faktor resiko sebagai berikut B berikut salah satu2B6

    1. Kejang lama 1# menit

    !. &danya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

    misalnya hemiparesis, paresis

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    14/27

    • Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bah$a anak

    mempunyai fokus organik.

    5engobatan 5rofilaksis dapat berupa B

    &sam alproat 1#-40 mg/kg/hari dalam !- dosis

    enobarbital -4 mg/kg per hari dalam 1-! dosis

    atatan B

    -&sam alproat dan fenobarbital dapat men+egah rekurensi sampai )0"

    kasus. 6

    -5emakaian fenobarbital sering menyebabkan gangguan perilaku ,

    gangguan belajar, dan penurunan D pada 40-#0" kasus.6

    -bat pilihan saat ini yakni asam alproat. 5ada sebagian ke+il kasus,

    terutama yang berumur kurang dari ! tahun, asam alproate dapat

    menyebabkan gangguan fungsi hati.6

    - erdasarkan bukti ilmiah bah$a kejang demam tidak berbahaya dan

     penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan

     profilaksis hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka

     pendek.6

    - 5emberian obat profilaksis ini dapat diberikan selama satu tahun bebas

    kejang dan berhenti bertahap selama 1 sampai ! bulan.6

    14

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    15/27

    1#

    Kejang

    %iazepam re+tal 0,# mg/kg*aE ! kali dengan jarak # menit

    Di r*ma/ sakit

    5en+arian akses ena:abB darah tepi, gula darah , elektrolit

    Kejang ?2%iazepam i 0,-0,# mg/kg

    Ke+epatan 0,#-1 mg/menit, maE !0 mg

    Kejang ?2

    enitoin bolus i 10-!0mg/kgKe+epatan 0,#-1 mg/kg/menit, maE 1000 mg

    Kejang ?2

    5henobarbital !0mg/kg/irate #-10menit7 maE 1 g2

    Kejang -2enitoin i #-9mg /kg/hariKejang -2

    5henobarbital -4mg/kg/hari

    Kejang ?2*idazolam 0,! mg/ kg bolus

    dilanjutkan infus 0,1-0,4 mg/kg/jam

    Kejang ?2, 5ropofol -#mg/kg/infusion

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    16/27

    2.10 K"mlikasi

    1. Kejang demam berulang

    %ari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang demam berkisar 

    antara !#"-#0". aktor terpenting untuk memperkirakan berulangnya kejang

    demam adalah umur anak pada saat kejang terjadi pertama kali. &nak yang

    mendapatkan kejang pertama kali pada umur 1 tahun atau kurang mempunyai

    kemungkinan sebesar 6#" mendapatkan kejang demam kembali. ;al ini

     berbeda dengan apabila onset kejang antara umur 1 sampai ! L tahun

    kemungkinan berulangnya kejang sebesar #" dan menjadi !0" apabila onset

    kejangnya setelah ! L tahun. &ngka berulangnya kejang demam juga meningkat

     pada anak yang memiliki perkembangan yang abnormal sebelum kejang

     pertama dan pada anak yang memiliki ri$ayat keluarga yang pernah mengalami

    kejang tanpa demam. 9

    aktor risiko terjadinya kejang demam berulang9

    a. i$ayat kejang demam dalam keluarga.

     b. Csia kurang dari 1( bulan.

    +.

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    17/27

    demam memiliki kemungkinan sebesar !#" menjadi epilepsi sampai umur !#

    tahun. (

    aktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah B

    a.Kelainan saraf 

     b. Kejang demam kompleks

    +.i$ayat epilepsi dalam keluarga

    *asing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian

    epilepsi sampai 4-6". &danya ketiga faktor-faktor risiko tersebut meningkatkan

    kemungkinan epilepsi menjadi 10-1#".( 

    .

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    18/27

    Aika tidak ditangani, " pasien mengalami setidaknya satu kali kekambuhan.

    *enurut Cnited 'tates >ational ollaboratie 5erinatal 5roje+t yang meneliti 1.906

    anak dari baru lahir sampai umur 9 tahun yang mengalami satu atau lebih kejang

    demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi epilepsi adalah B

    1. ri$ayat kejang tanpa demam

    !. adanya abnormalitas neurologis

    . kejang demam kompleks.

    %ari pasien yang mempunyai satu faktor risiko, ! " berkembang menjadi

    epilepsi dan pada pasien yang memiliki ! atau lebih faktor risiko, 10" berkembang

    menjadi epilepsi.10,11

    B. Br"nkitis Ak*t

    2.1 Definisi

    ronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta

    +abang 8 +abangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum

    yang dapat berlangsung sampai minggu. oninfeksi B polusi udara, rokok, dan lain-lain.

    5enyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi irus yakni sebanyak )0"

    sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar J 10" 14

    1(

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    19/27

    2.# Pat"genesis

    sistem mu+o+illiary defen+e paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih

    mudah terserang 'eperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah

    irus, namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat

    diketahui, oleh karena kultur irus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan.

    &dapun beberapa irus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut

    adalah irus 8 irus yang banyak terdapat di saluran pernapasan ba$ah yakni

    influenza , influenza &, parainfluenza dan respiratory syncytial virus  '=2.

    Dnfluenza sendiri merupakan irus yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar 

    se+ara +epat dalam suatu populasi. Hejala yang paling sering akibat infeksi irus

    influenza diantaranya adalah lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat. &pabila

     penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi di suatu daerah, maka

    gejala batuk serta demam dalam 4( jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang

    terinfeksi irus influenza. '= biasanya menyerang orang 8 orang tua yang terutama

    mendiami panti jompo, pada anak ke+il yang mendiami rumah yang sempit bersama

    keluarganya dan pada tempat penitipan anak. Hejala batuk biasanya lebih berat pada

     pasien dengan bronkitis akut akibat infeksi '=.1#

    =irus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas seperti

    rhinoirus, adenoirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut. Hejala yang

    dominan timbul akibat infeksi irus ini adalah hidung tersumbat, keluar sekret en+er 

    dari telinga rhinorrhea2 dan faringitis.1#

    akteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara lain,

    ordatella pertusis, bordatella parapertusis, hlamydia pneumoniae dan *y+oplasma

     pneumoniae. Dnfeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi di lingkungan kampus

    dan di lingkungan militer. >amun sampai saat ini, peranan infeksi bakteri dalam

    terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi masih belum pasti, karena biasanya

    ditemukan pula infeksi irus atau terjadi infeksi +ampuran.1#

    1)

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    20/27

    5ada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis bah$a

     bakteri 8 bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis dan

     Haemophilus influenzae  mempunyai peranan dalam timbulnya gejala batuk dan

     produksi sputum. >amun begitu, kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan

    suatu kasus yang berbeda dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteri tersebut dapat

    mendiami saluran pernapasan atas dan keberadaan mereka dalam sputum dapat

     berupa suatu koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi akut. 1#

    5enyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai

     penyebab dan biasanya bermula akibat +edera pada mukosa bronkus. 5ada keadaan

    normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mu+o+illiary defen+e, yaitu

    sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. 5ada pasien

    dengan bronkhitis akut, infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran

    mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan

    hiperplasia ukuran membesar dan jumlah bertambah2 sehingga produksi mukus akan

    meningkat. Dnfeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal sering

    kali sampai dua kali ketebalan normal2, dan mengeluarkan mukus kental. &danya

    mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus

    dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara ke+il dan

    mempersempit saluran udara besar. *ukus yang kental dan pembesaran bronkhus

    akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Aalan napas selanjutnya

    mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.. 5asien

    mengalami kekurangan 0!, iaringan dan ratio entilasi perfusi abnormal timbul, di

    mana terjadi penurunan 5! Kerusakan entilasi juga dapat meningkatkan nilai

    5,sehingga pasien terlihat sianosis.1#

    2.$ 'anifestasi Klinis

    Hejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung !-

    minggu. atuk bisa atau tanpa disertai dahak. %ahak dapat ber$arna jernih, putih,

    kuning kehijauan, atau hijau. 'elain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut

    !0

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    21/27

    ini %emam, 'esak napas, unyi napas mengi atau 8 ngik, asa tidak nyaman di dada

    atau nyeri dada216

    2.% Diagn"sis

    %iagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila7 pada anamnesa pasien

    mempunyai gejala batuk yang timbul tiba 8 tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa

    adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold , asma akut, eksaserbasi akut

     bronkitis kronik dan penyakit paru obstruktif kronik 55K2. 5ada pemeriksaan fisik 

     pada stadium a$al biasanya tidak khas. %apat ditemukan adanya demam, gejala

    rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. 'ejalan dengan

     perkembangan serta progresiitas batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki,

    wheezing , ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. ila lendir banyak 

    dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. 16

    Pemeriksaan Pen*njang

    a. oto thoraE

    oto thoraE biasanya menunjukkan gambaran normal atau tampak +orakan

     bronkial meningkat.

    Hambar 1. ontgen pada ronkitis16

     b. Cji faal paru

    !1

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    22/27

    5ada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan uji

    fungsi paru.

    +. :aboratorium

    5ada bronkhitis didapatkan jumlah leukosit meningkat.

    %alam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan

     pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang di+urigai

    menderita bronkitis akut, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai

     berikutB

    • %enyut jantung 100 kali per menit

    • rekuensi napas !4 kali per menit

    • 'uhu (F

    • 5ada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat fo+al konsolidasi dan peningkatan

    suara napas.

    ila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia dapat

    disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thoraE . 16

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    23/27

    menerima antibiotik dan sekitar sebagian dari mereka menerima terapi antibiotik 

    dengan spektrum luas.19 

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    24/27

     >amun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akut

    dengan gejala obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing , penggunaan

     bronkodilator justru mempunyai nilai kegunaan.Gfek samping dari penggunaan O-

    agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar.19 5enggunaan antikolinergik 

    oral untuk meringankan gejala batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti

    dan oleh karena itu tidak dianjurkan. 16

    #. Antit*sif 

    5enggunaan +odein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk 

    dan perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti se+ara

    sistematis. %ikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut

    terbukti efektif untuk mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik,

    maka penggunaan pada bronkitis akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan. 'uatu

     penelitian mengenai penggunaan kedua obat tersebut untuk mengurangi gejala batuk 

     pada common cold  dan penyakit saluran napas akibat irus, menunjukkan hasil yang

     beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam praktek 

    keseharian1)

     >amun, beberapa studi menunjukkan bah$a kedua obat ini juga efektif dalam

    menurunkan frekuensi batuk per harinya. %alam suatu penelitian, sebanyak 910 orang

    de$asa dengan infeksi saluran pernapasan atas dan gejala batuk, se+ara a+ak 

    diberikan dosis tunggal 0 mg %ekstromethorpan hydrobromide atau pla+ebo dan

    gejala batuk kemudian di analisa se+ara objektif menggunakan rekaman batuk se+ara

     berkelanjutan. ;asilnya menunjukkan bah$a batuk berkurang dalam periode 4 jam

     pengamatan.1)

    %ikarenakan pada penelitian ini disebutkan bah$a gejala batuk lebih banyak 

     berasal dari bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapi empiris untuk 

     batuk pada bronkitis akut dapat digunakan. 1)

    !4

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    25/27

    Tael 1. ingkasan penelitian mengenai efek penggunaan antibiotik untuk gejala

     batuk pada pasien dengan bronkitis akut.

    Agen m*k"kinetik 

    5enggunaan ekspektoran dan mukolitik belum memilki bukti klinis yang

    menguntungkan dalam pengobatan batuk pada bronkitis akut di beberapa penelitian,

    meskipun terbukti bah$a efek samping obat minimal.  16

    $. Lain lain

    !#

    Drug Information Handbook. 20th ed. Hudson, OH: Lexi-Comp, 2011

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    26/27

    &nalgesik P antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. 5ada penderita,

    diperlukan istirahat dan asupan makanan yang +ukup, kelembaban udara yang +ukup

    serta masukan +airan ditingkatkan.

    Tael 2. *a+am-ma+am obat16

    3at In/aler -4g Lar*tan 3ral 5ial D*rasi

    Ne*li6er injeksi -jam

    -mg7ml -mg

    A!renergik -829ag"nis

    enoterol 100-!00 *%D2 1 0,#" sirup2 4-6

    'albutamol 100, !00 *%DP%5D # #mg pil2,

    0,!4" sirup2

    0,1 7 0,# 4-6

  • 8/16/2019 BAB I 2 fix

    27/27

    5rednisone #-60 mg5il2

    *ethy-5rednisone 4, ( , 16 mg 5il2

    2.( Pr"gn"sis

    5erjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat

    atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari. Komplikasi yang terjadi berasal dari

     penyakit yang mendasari. 5ada umumnya prognosis pasien bonam.


Recommended