+ All Categories
Home > Documents > BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c....

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c....

Date post: 23-Mar-2020
Category:
Upload: others
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
27
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu sehingga peneliti menjadikan penelitian terdahulu sebagai rujukan, yaitu : 1. Edy Hartono dengan judul “Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Analysis”. Subjek penelitian yang digunakan adalah kelompok bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007 yang meliputi kelompok BUMN, BUSN Devisa, dan BUSN Non Devisa. Teknik sampling yang digunakan adalah menggunakan purposive sampling. Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan Uji Anova. Dari penelitian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa : a. Dari data variabel biaya dana dan biaya tenaga kerja yang merupakan komponen input, selama tahun 2004-2007 diperoeh bahwa Bank BUSN Non Devisa lebih kecil dibandingkan Bank BUSN Devisa dan Bank BUMN. b. Dari data variabel kredit yang diberikan dan surat berharga yang merupakan komponen output, selama tahun 2004-2007 diperoleh bahwa Bank BUSN Non Devisa paling besar, kemudian Bank BUSN Devisa, dan paling kecil Bank BUMN.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

 

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu sehingga

peneliti menjadikan penelitian terdahulu sebagai rujukan, yaitu :

1. Edy Hartono dengan judul “Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan

Indonesia dengan Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier

Analysis”. Subjek penelitian yang digunakan adalah kelompok bank yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007 yang meliputi kelompok

BUMN, BUSN Devisa, dan BUSN Non Devisa. Teknik sampling yang

digunakan adalah menggunakan purposive sampling. Sedangkan data yang

digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan Uji Anova.

Dari penelitian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa :

a. Dari data variabel biaya dana dan biaya tenaga kerja yang merupakan

komponen input, selama tahun 2004-2007 diperoeh bahwa Bank BUSN

Non Devisa lebih kecil dibandingkan Bank BUSN Devisa dan Bank

BUMN.

b. Dari data variabel kredit yang diberikan dan surat berharga yang

merupakan komponen output, selama tahun 2004-2007 diperoleh

bahwa Bank BUSN Non Devisa paling besar, kemudian Bank BUSN

Devisa, dan paling kecil Bank BUMN.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

13

 

c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis

nilai efisiensi perbankan di Indonesia hampir mendekati 100 persen.

Dari tahun 2004-2006 Bank BUSN Non Devisa memiliki nilai efisiensi

yang paling tinggi, kemudian Bank BUSN Devisa dan terkecil pada

Bank BUMN.

d. Berdasarkan hasil analisis frontier dengan pendekatan data panel

diperoleh bahwa rata-rata efisiensi bank sebesar 62,58 persen. Hal ini

berarti bahwa 37,42 persen komponen input masih belum menghasilkan

output yang efisien.

e. Berdasarkan uji Anova diperoleh hasil pada tahun 2004 dan tahun 2005

terdapat perbedaan tingkan efisiensi, namun pada tahun 2006 dan tahun

2007 Efisiensi Biaya tidak menunjukkan perbedaan antara Bank

BUMN, BUSN Devisa, dan BUSN Non Devisa.

f. Dari pengamatan tersebut, bank-bank besar justru menunjukkan

Efisiensi Biaya yang kurang baik, sedangkan bank-bank dengan

kapitalisasi kecil justru memberikan Efisiensi Biaya yang lebih tinggi.

Hal ini disebabkan karena input biaya yang dikeluarkan bank masih

relatif tinggi dibandingkan dengan output yang rendah. Dalam hal ini

bank go public harus meningkatkan efisiensinya.

g. Hasil perbandingan efisiensi bank berdasarkan Bank BUMN, BUSN

Devisa, dan BUSN Non Devisa yang diuji dengan uji Anova

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,005).

2. Rachmah Mayadah, dengan judul “Pengaruh LDR, IPR, NPL, PPAP, IRR,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

14

 

PDN, dan FBIR Terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional”.

Subjek penelitian yang digunakan adalah Bank Umum Swasta Nasional

(BUSN) pada triwulaln I tahun 2007 sampai dengan triwulan II tahun 2009.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder dengan

teknik analisis Regresi Linier Berganda. Dari penelitian tersebut dapat di-

ambil kesimpulan bahwa :

a. Variabel LDR, IPR, APB, NPL, PPAP, IRR, dan PDN secara bersama-

sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap BOPO pada Bank

UMM swasta Nasional.

b. Variabel LDR dan FBIR secara individu mempunyai pengaruh negatif

yang tidak signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta

Nasional.

c. Variabel IPR secara individu mempunyai pengaruh negatif yang

signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional.

d. Variabel APB dan PPAP secara individu mempunyai pengaruh positif

yang tidak signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta

Nasional.

e. Variabel NPL secara individu mempunyai pengaruh positif yang tidak

signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional.

f. Variabel IRR dan PDN secara individu mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional.

g. Variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap BOPO pada

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

15

 

Bank Umum Swasta Nasional adalah variabel NPL.

Dari kedua penelitian terdahulu tersebut, secara singkat dapat dijelaskan pada

tabel 2.1 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIAN SEKARANG DENGAN

PENELITIAN SEBELUMNYA

Perbandingan Edy Hartono Rachmah Mayadah

Peneliti

Variabel Terikat Efisiensi Biaya BOPO Efisiensi Biaya Variabel Bebas a) Input :

Biaya Dana Biaya Tenaga Kerja b) Output : Kredit Sekuritas

LDR, IPR, APB, NPL, PPAP, IRR, PDN, dan FBIR

c) Input : Biaya Bunga Biaya Operasional d) Output : Kredit LDR, IPR, APB, NPL, PPAP, dan IRR

Periode 2004-2007 2007-2009 2008-2011

Populasi Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Bank Umum Swasta Nasional

Bank Pembangunan Daerah di Sumatera

Teknik Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling

Jenis Data Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder

Metode Pengumpulan Data

Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi

Teknik Analisis Uji ANOVA Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda

Sumber : Edy Hartono (2009) dan Rachmah Mayadah (2011), data diolah

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Bank

Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998, tentang pokok-pokok perbankan,

definisi bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

16

 

dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Lembaga

keuangan adalah semua badan usaha yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang

keuangan, menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali

kepada masyarakat.

Definisi bank menurut undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang

perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak. Dari definisi di atas, bahwa fungsi utama bank adalah menarik dan

menghimpun dana masyarakat kemudian menyalurkannya sebagai pinjaman

kepada masyarakat.

Kasmir (2011 : 12) menyatakan bahwa sifat usaha bank pada

prinsipnya dapat digolongkan menjadi tiga kegiatan. Kegiatan-kegiatan bank

adalah sebagai berikut :

1. Penghimpun dana yaitu mengumpulkan atau mencari dana dengan cara

membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

deposito, dan lainnya.

2. Penyaluran dana yaitu menyalurkan kembali dana yang diperoleh ke

masyarakat dalam bentuk pinjaman kredit.

3. Pemberian jasa yaitu jasa pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan.

2.2.2 Konsep dan Pengukuran Efisiensi

Efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan

(input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

17

 

perusahaan dapat dikatakan efisien apabila menggunakan jumlah input yang lebih

sedikit bila dibandingkan dengan jumlah input yang digunakan perusahaan lain

untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama,

dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan,

2000 : 20).

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input

yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) input yang lebih kecil

dapat menghasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang lebih besar

dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. (Ghofur dalam Atmawardhana,

2006 : 40)

Jika ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik

dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang

jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi teknik. Pengukuran efisiensi teknik

cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi

input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya

memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian

dan alokasi sumber daya yang optimal. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006 : 41)

Tobin menyebutkan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan efisiensi dalam

lembaga keuangan, yaitu arbitrase informasi, ketepatan penilaian aset-asetnya,

lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul, dan

fungsional, yaitu berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang

dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan. Termasuk didalam efisiensi fungsional

ini adalah risk pooling, general insurance, administrasi, dan mobilisasi dana

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

18

 

masyarakat (Atmawardhana, 2006 : 41).

Efisiensi Frontier yang juga dilambangkan dalam literatur relevan sebagai X-

Efficiency (K. Styrin, 2005) yang dianggap sebagai DMU (Decision Making Unit)

dari pengukuran terbaik dalam hal pengukuran skalar dari satu sampai nol sesuai

dengan efisiensi yang diukur serendah mungkin. Konsep efisiensi dapat dievaluasi

melalui fungsi biaya, laba, dan produksi. Efisiensi biaya mencerminkan biaya

bank yang digunakan dalam kegiatan operasional dalam kaitannya dengan jumlah

output yang sama dalam keadaan yang sama pula. Efisiensi laba dihitung untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan

maksimum pada tingkat input dan output. Efisiensi laba dianggap sebagai teknik

akuntansi terbaik bagi TE (technical efficiency) daripada efisiensi biaya

(Manthoas D. Delis et al 2008; Berger et al.,1993).

Efisiensi merupakan salah satu indikator peting dalam mennganalisa performance

sebuah bank serta lebih menningkatkan efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi

dapat dilihat dari dua sisi yaitu, dari sisi biaya (cost efficiency) dan dari sisi laba

(profit efficiency). Dalam melakukan pengukuran efisiensi perbankan dapat

dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu :

1. Traditional Approach yaitu menggunakan Index number atau rasio, seperti

Return On Asset (ROA), Capital Adiquacy Ratio (CAR), dan lainnya.

2. Frontier Approach yaitu metode yang didasarkan pada perilaku optimal dari

perusahaan untuk memaksimalkan output atau meminimumkan biaya, sebagai

cara unit ekonomi untuk mencapai tujuan.

Dalam pendekatan Frontier Approach dapat dibedakan menjadi :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

19

 

1. Deterministic Approach yang sering digolongkan sebagai pendekatan

Non-Parametrik, pendekatan ini menggunakan Technical Mathematic

Programming, atau sering disebut dengan Data Envelopment analysis.

2. Stochastic Frontier yang digolongkan sebagai pendekatan parametrik,

yaitu menggunakan Ekonometric Frontier.

Dalam pengukuran efisiensi bank, terdapat dua pendekatan parametrik yang dapat

digunakan, aitu Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free

Approach (DFA). Perbedaan utama kedua teknik tersebut adalah cara

memisahkan ukuran tidak efisien dari masing-masing bank dan kesalahan acak

(Fries, 2004).

2.2.3 Stochastic Frontier analysis (SFA)

Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dikembangkan oleh Aigner, Lovell,

Schmidt (1977). Metode ini diterapkan untuk mengukur Efisiensi Biaya suatu

bank. Model ini dituliskan dalam ln (yj) = ln xjβ + vj – uj, dimana xj merupakan

vektor masukan untuk j perusahaan, sedangkan Vj menggambarkan kesalahan

acak dalam jangka inefisiensi non-negatif. Uj adalah kesalahan acak dan Vj adalah

kesalahan pengukuran dan faktor-faktor acak lain yang mempengarhui nilai dan

variabel output serta efek gabungan input ditentukan dalam fungsi produksi. Pada

model stokastik ini karena batas atas ditentukan oleh variabel stokastik exp (x +

v). Kesalahan acak, v dapat bernilai positif atau negatif. Metode stokastik ini juga

memiliki kelebihan dibandingkan dengan model lain, yaitu dilibatkannya

disturbance termyang mewakili gangguan, kesalahan pengukuran dan kejutan

eksogen yang berada di luar kontrol. Kedua, variabel lingkungan lebih mudah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

20

 

diperlakukan. Ketiga, memungkinkan untuk melakukan uji hipotesis

menggunakan statistik. Keempat, lebih mudah untuk mengidentifikasi outliers.

Dan terakhir, cost frontier dan distance function dapat digunakan untuk mengukur

efisiensi usaha yang memiliki banyak output (Coelli et al, 2003).

Berdasarkan model Berger dan Mester (1997), fungsi biaya dituliskan sebagai

berikut:

kckckkkk UVzywfC lnln),,(ln ++= .................................................(1)

Dimana C adalah biaya, wk harga input, yk vektor variabel output, zj adalah vektor

netput tetap (fixed net puts vector), vkc variable random (ineffisiensi yang dapat

meningkatkan biaya di atas minimum) dan ujc adalah random error. Pada kasus ini

vkc + ukc sebagai komponen error. Efisiensi biaya (CE) bank k adalah rasio antara

biaya minimum yang diberikan suatu bank dalam frontier (diasumsikan vkmin = 0)

dan biaya aktual bank k yang memberikan variable eksogen yang sama (w, y, z,

x).

⎥⎥

⎢⎢

⎡+×

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡×

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

==

jcjjjj

kkkk

k

k

uvzywf

uzywf

C

CCE

c

c

ˆˆlnexp,,(ˆexp

ˆlnexp,,(ˆexp

ˆ

ˆmin

jc

j

vCE

ˆ

1= ...................................(2)

2.2.4 Penentuan Variabel Input dan output

Input adalah komoditi atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan

jasa. Suatu perekonomian memadukan berbagai input dalam rangka menghasilkan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

21

 

output. Sedangkan output adalah berbagai barang atau jasa yang berguna yang

dihasilkan dari proses produksi untuk dikonsumsi atau digunakan dalam proses

produksi selanjutnya (Samuelson, 2003).

Ada beberapa pendekatan dalam penentuan variabel input dan output dari bank

antar lain Intermediary Approach, User-Cost Approach, dan Value Added

Approach. (Astiyah dan Jardine A. Husman, 2006; 538).

Intermediary Approach adalah penentuan variabel input dan variabel output

dengan memperhatikan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. User-Cost

Approach adalah penentuan variabel input dan variabel output bank berdasarkan

fungsi bank sebagai penentu harga dipasar perbankan, dan Value Added Approach

adalah penentuan variabel input dan output bank berdasarkan tujuan bank untuk

menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yang maksimal.

2.2.4.1 Biaya Bunga

Biaya bunga adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari bank sentral,

bank-bank lain, dan pihak ketiga bukan bank yang besarnya ditentukan oleh pihak

bank dan diberikan kepada nasabah dalam satuan waktu tertentu. Besarnya

pinjaman dapat berkurang, maka biaya bunga bisa turun dan laba operasi dapat

memberikan laba bersih. Biaya bunga juga dapat menurun ketika tingkat bunga

menjadi lebih rendah. Sebaliknya, biaya bunga dapat naik ketika tingkat bunga

pinjaman juga meningkat.

2.2.4.2 Biaya Operasional Lain

Perusahaan akan mengeluarkan berbagai macam biaya dalam menjalankan

aktivitas usahanya, diantaranya yaitu biaya bahan baku, upah langsung maupun

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

22

 

biaya overhead. Biaya tersebut merupakan biaya produksi yang dikeluarkan

perusahaan. Sedangkan biaya lain dilura biaya produksi yang mendukung dalam

kegiatan penjualan dan administrasi termasuk dalam biaya operasional.

Sedangkan biaya yang timbul pada bank adalah biaya operasional dan

biaya operasional lainnya. Biaya operasional adalah biaya bunga yang paling

besar porsinya terhadap biaya yang dikeluarkan oleh bank secara keseluruhan.

Sedangkan biaya operasional lainnya adalah biaya yang timbul diluar biaya

bunga seperti biaya promosi dan biaya personalia.

2.2.4.3 Kredit

Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.

Adapun unsur-unsur dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai

berikut:

a. Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang

diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima

kembali di masa tertentu di masa datang.

b. Kesepakatan yaitu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani

hak dan kewajiban masing-masing.

c. Jangka waktu mencakup masa pengambilan kredit yang telah disepakati.

d. Risiko kerugian dapat diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

23

 

kreditnya padahal mampu dan risiko yang diakibatkan karena nasabah tidak

sengaja seperti terjadinya musibah bencana alam.

2.2.5. Kinerja Keuangan Bank

A. Aspek Likuiditas

Rasio Likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih atau

kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank dikatakan likuid apabila bank

tersebut mampu memenuhi kewajibannya, dapat memenuhi kewajiban

kepada deposan, dan dapat mencukupi permintaan kredit yang telah

diajukan.

Perhitungan rasio likuiditas yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek

dengan mengandalkan kredit yang diberikan. Dalam SEBI No. 7/10/DPNP

tahun 2005, rasio ini dihitung dengan rumus :

LDR = Kredit yang Diberikan X 100%.................................................(1)

Dana Pihak Ketiga

Adapun kredit yang diberikan merupakan total kredit yang diberikan

kepada pihak ketiga. Sedangkan, dana pihak ketiga terdiri dari giro,

tabungan, deposito, dan sertifikat deposito.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

24

 

Tabel 2.2 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT LDR

Peringkat

1 2 3 4 5 50% < Rasio < 75%

75% < Rasio < 85%

85% < Rasio < 100% atau Rasio < 50%

100% < Rasio ≤ 120%

Rasio > 120%

Sumber : SEBI No. 6/23/DPNP tahun 2004

2. Cash Ratio (CR)

Cash Ratio (CR) adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang

dihimpun bank yang harus segera dibayar (Lukman Dendawijaya, 2009

114). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

membayar kembali simpanan nasabah di bank pada saat ditarik dengan

menggunakan alat likuid yang dimiliki oleh bank. Dalam SEBI No.

6/23/2004/DPNP, rasio ini dihitung dengan rumus :

CR = Alat Likuid X 100 %..............................................(2)

Total Dana Pihak Ketiga

Adapun alat likuid terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, dan giro

pada bank lain. Sedangkan total dana pihak ketiga terdiri dari giro,

tabungan, deposito, dan sertifikat deposito.

3. Reserve Requirement (RR)

Reserve Requirement atau likuiditas wajib minimum adalah suatu

simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro pada Bank

Indonesia bagi semua bank dengan mengandalakan dana pihak ketiga.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

25

 

RR = Giro Bank Indonesia X 100 %.................................................(3)

Total Dana Pihak Ketiga

4. Investing Policy Ratio (IPR)

Kasmir (2009:287), mendefinisikan Investing Policy Ratio (IPR) adalah

kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada deposan dengan

cara melikuidasi surat berharga yang dimilikinya. Rasio ini dapat dihitung

dengan rumus :

IPR = Surat-surat Berharga X 100%......................................................(4)

Dana pihak Ketiga

Surat berharga merupakan semua surat berharga yang dapat dicairkan

sewaktu-waktu atau yang telah jatuh tempo yang dimiliki bank untuk

memanfaatkan dananya yang menganggur yang terdiri dari sertifikat Bank

Indonesia, surat berharga yang dimiliki, surat berharga yang dibeli dan

akan dijual kembali, obligasi pemerintah, tagihan atas surat berharga yang

dijual akan dibeli kembali.

Dari semua rasio likuiditas yang telah dijelaskan di atas, penulis

menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Investing policy Ratio

(IPR) yang dipakai sebagai variabel penelitian.

B. Aspek Kualitas aktiva

Kualitas aktiva merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam

efektivitas pengguanaan aset dengan melihat sejauh mana tingkat aktivitas

aset pada suatu bank. Sedangkan, Aktiva produktif merupakan seluruh

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

26

 

penanaman dana baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing yang

bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan fungsinya. Dana

dalam aktiva produktif digunakan dalam pembiayaan seluruh kegiatan

operasional bank termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja, dan biaya

operasinal lainnya.

1. Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD)

Dalam SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004, rumus ini dihitung dengan :

APYD = Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan X 100%...................(5)

Aktiva Produktif

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif,

baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan

penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank, yang besarnya

ditetapkan sebagai berikut:

1) 25% dari Aktiva Produktif yang digolongkan

2) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar

3) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan

4) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet.

2. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)

Aktiva Produktif Bermasalah (APB) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kualitas aktiva produktif bermasalah yang merupakan aktiva

produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet

dibandingkan dengan total aktiva produktif. Rasio ini dihitung dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

27

 

rumus (SEBI No. 7/10/DPNP tahun 2005) :

APB = Aktiva Produktif Bermasalah X 100%.....................................(6)

Total Aktiva Produktif

Tabel 2.3 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT APB

Peringkat

1 2 3 4 5 Perkembangan rasio sangat rendah

Perkembangan rasio rendah

Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5% sampai dengan 8%

Perkembangan rasio cukup tinggi

Perkembangan rasio tinggi

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

3. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah yang

dimiliki dengan mengandalkan total kredit yang diberikan. Dalam SEBI

No. 7/10/DPNP tahun 2005, rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

NPL = Kredit Bermasalah X 100%......................................................(7)

Total Kredit

Kredit bermasalah terdiri dari kredit yang memiliki kualitas kurang lancar,

diragukan, dan macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sedangkan

total kredit adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, namun tidak

termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

28

 

4. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah perbandingan

antara penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk

terhadap penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk. PPAP yang

telah dibentuk merupakan pencadangan yang dibentuk berdasarkan

penggolongan kualitas aktiva produktif yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia. Dalam SEBI No. 7/10/DPNP tahun 2005, rasio ini dihitung

dengan rumus :

PPAP = PPAP yang Telah Dibentuk X 100%......................................(8)

PPAP yang Wajib Dibentuk

Tabel 2.4 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT PPAP

Peringkat

1 2 3 4 5 PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih tinggi dari PPAP yang wajib

dibentuk.

PPAP yang dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk.

PPAP yang dibentuk relatif sama atau rasio berkisar antara 100% sampai 105%.

PPAP yang dibentuk lebih kecil dari PPAP yang wajib dibentuk.

PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan PPAP yang wajib

dibentuk.

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

Dari semua rasio kualitas aktiva yang telah dijelaskan di atas, penulis

menggunakan rasio Aktiva Produktif Bermasalah (APB), Non Performing

Loan (NPL), dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) yang

digunakan sebagai variabel penelitian.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

29

 

C. Aspek Profitabilitas

Lukman Dendawijaya (2009:118), mendefinisikan rasio profitabilitas

adalah alat untuk menganalisis atau mengukur Efisiensi Biaya usaha dan

profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

1. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan dari

kegiatan bank yang disebut dengan laba sebelum pajak dibandingkan

dengan rata-rata total aset yang dimiliki oleh bank. Dalam SEBI No.

7/10/DPNP tahun 2005, rasio ini dihitung dengan rumus :

ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%..................................................(9)

Rata-rata Total Asset

Tabel 2.5 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT ROA

Peringkat

1 2 3 4 5 Perolehan laba sangat tinggi.

Perolehan laba tinggi.

Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara 0,5% sampai dengan 1,25%.

Perolehan laba Bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif).

Bank mengalami kerugian yang besar (ROA negatif).

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

2. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

30

 

kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih atau yang biasa disebut

dengan laba setelah pajak dibandingkan dengan rata-rata equity yang

dikaitkan dengan pembayaran dividen oleh bank. Rasio ini dapat dihitung

dengan rumus (SEBI No. 7/10/DPNP tahun 2005) :

ROE = Laba Setelah Pajak X 100%....................................................(10)

Rata-rata Equity

Tabel 2.6 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT ROE

Peringkat

1 2 3 4 5 Perolehan laba sangat tinggi.

Perolehan laba tinggi.

Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE berkisar antara 5% sampai dengan 12,5%.

Perolehan laba Bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROE mengarah negatif).

Bank mengalami kerugian yang besar (ROE negatif).

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

3. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan bunga dari kegiatan

operasional bank dengan mengandalkan pengelolaan aktiva produktif yang

dimiliki bank. Rasio ini dihitung dengan rumus (SEBI No. 7/10/DPNP

tahun 2005) :

NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100%........................................(11)

Rata-rata Aktiva Produktif

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

31

 

Tabel 2.7 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT NIM

Peringkat

1 2 3 4 5 Marjin bunga bersih sangat tinggi.

Marjin bunga bersih tinggi.

Marjin bunga bersih cukup tinggi atau rasio NIM berkisar antara 1,5% sampai dengan 2%.

Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif.

Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif.

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah

perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional bank.

Rasio ini dihitung dengan rumus (SEBI No. 7/10/DPNP tahun 2005) :

BOPO = Total Beban Operasional X 100%...................................(12)

Total pendapatan operasional

Beban operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Sedangkan

Pendapatan operasional adalah pendapatan dari seluruh kegiatan

operasional bank yang dijalankan.

Tabel 2.8 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT BOPO

Peringkat

1 2 3 4 5 Efisiensi Biaya sangat baik.

Efisiensi Biaya baik.

Efisiensi Biaya cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94% sampai96%.

Efisiensi Biaya buruk.

Efisiensi Biaya sangat buruk.

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

32

 

5. Fee Based Income Ratio (FBIR)

Dalam SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004, rumus ini dapat dihitung

dengan :

FBIR = Pendapatan Operasional di luar Pendapatan Bunga X 100%....(13)

Pendapatan Operasional

Tabel 2.9 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT FBIR

Peringkat

1 2 3 4 5 Komposisi portofolio aktiva produktif sesuai dengan karakteristik usaha bank dan diversifikasi pendapatan sangat baik.

Komposisi portofolio aktiva produktif sesuai dengan karakteristik usaha bank dan diversifikasi pendapatan baik.

Komposisi portofolio aktova produktif cukup sesuai dengan karakteristik usaha bank dan diversifikasi pendapatan cukup baik.

Komposisi portofolio aktiva produktif kurang sesuai dengan karakteristik usaha bank dan diversifikasi pendapatan kurang baik.

Komposisi portofolio aktiva produktif tidak sesuai dengan karakteristik usaha bank dan diversivikasi pendapatan tidak baik.

Sumber : SEBI 6/23/2004/DPNP

D. Sensitifity to Market Risk

Rasio sensitivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui nilai

tukar mata uang yang beredar, tingkat suku bunga, serta mengukur

sensitivitas asset dan liabilities terhadap suku bunga yang dimiliki oleh

bank. Risiko pasar juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan bank

terutama pada posisi neraca atau laporan laba rugi suatu bank apabila

terjadi suatu perubahan.

1. Interest Rate Risk (IRR)

Interest Rate Risk (IRR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

33

 

kemampuan bank dalam pengalokasian dana simpanan dari nasabah dalam

bentuk giro, tabungan, deposito, dan dana pihak ketiga lainnya. Rasio ini

dapat dihitung dengan rumus :

IRR = Interest Sensitive Assets X 100%........................................(14)

Interest Sensitive Liabilities

Interest Sensitive Assets terdiri dari surat berharga Bank Indonesia, surat

berharga yang dimiliki, obligasi pemerintah, dan kredit yang diberikan.

Sedangkan Interest Sensitive Liabilities terdiri dari giro, tabungan,

deposito, deposito berjangka, sertifikat deposito, simpanan dari bank lain,

surat berharga yang diterbitkan, dan pinjaman yang diterima.

Tabel 2.10 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT IRR

Peringkat

1 2 3 4 5 Risiko sangat rendah atau Bank sangat tidak rentan terhadap pergerakan suku bunga.

Risiko rendah atau Bank tidak rentan terhadap pergerakan suku bunga.

Risiko Moderat atau Bank cukup rentan terhadap pergerakan suku bunga.

Risiko tinggi atau Bank rentan terhadap pergerakan suku bunga.

Risiko sangat tinggi atau Bank sangat Rentan terhadap pergerakan suku bunga.

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

2. Posisi Devisa Netto (PDN)

Posisi Devisa Netto (PDN) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam mempertahankan keseimbangan posisi antara

sumber dana valuta asing dan penggunaan dana valuta asing. Rasio ini

dapat dihitung dengan rumus :

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

34

 

PDN = Aktiva Valas – Pasiva Valas × 100%......................................(15)

Modal

Tabel 2.11 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT PDN

Peringkat

1 2 3 4 5 Tidak ada pelanggaran rasio PDN.

Tidak ada pelanggaran rasio PDN namun pernah melakukan pelanggaran dan pelanggaran tersebut telah diselesaikan pada masa triwulanan penilaian.

0% < pelanggaran rasio PDN < 10%

Frekuensi pelanggaran rendah.

10% < pelanggaran Rasio PDN < 25%

Frekuensi pelanggaran cukup tinggi.

Pelanggaran rasio PDN > 25%

Frekuensi pelanggaran tinggi.

Sumber : SEBI No. 6/23/ DPNP tahun 2004

Dari semua rasio sensitivity to market risk yang telah dijelaskan di atas,

penulis menggunakan Interest Rate Risk (IRR) yang dipakai sebagai

variabel penelitian.

2.2.6 Hubungan antar Variabel

A. Hubungan Antara LDR dengan Efisiensi Biaya

Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan Efisiensi Biaya memiliki hubungan

positif. Kenaikan LDR disebabkan oleh kenaikan kredit yang lebih besar

dibandingkan dengan kenaikan jumlah Dana Pihak Ketiga. Dimana

kenaikan kredit meningkatkan pendapatan lebih besar dibandingkan

dengan peningkatan biaya. Jadi, Efisiensi Biaya meningkat.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

35

 

B. Hubungan Antara IPR dengan Efisiensi Biaya

Investing Policy Ratio (IPR) dengan Efisiensi Biaya memiliki hubungan

negatif. Kenaikan IPR disebabkan oleh kenaikan surat berharga lebih besar

dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dimana peningkatan surat

berharga yang dimiliki lebih besar akan meningkatkan pendapatan lebih

besar dibandingkan dengan peningkatan biaya sehingga Efisiensi Biaya

menurun.

C. Hubungan Antara APB dengan Efsiensi Biaya

Aktiva Produktif Bermasalah (APB) dengan Efisiensi Biaya memiliki

hubungan negatif. Kenaikan APB disebabkan oleh peningkatan Aktiva

Produktif Bermasalah lebih besar dibandingkan dengan peningkatan

Aktiva Produktif, dimana peningkatan aktiva produktif akan meningkatkan

biaya cadangan penghapusan aktiva produktif semakin besar. Jadi,

kenaikan APB akan menyebabkan kenaikan biaya pencadangan sehingga

Efisiensi Biaya menurun.

D. Hubungan Antara NPL dengan Efsiensi Biaya

Non Performing Loan (NPL) dengan Efisiensi Biaya memiliki hubungan

negatif. Kenaikan NPL disebabkan oleh peningkatan kredit bermasalah

yang lebih besar dibandingkan kenaikan total kredit. Peningkatan kredit

bermasalah akan meningkatkan biaya. Jadi, kenaikan NPL akan

menyebabkan peningkatan biaya bunga lebih besar sehingga Efisiensi

Biaya menurun.

E. Hubungan Antara PPAP dengan Efisiensi Biaya

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

36

 

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) memiliki hubungan

negatif. Kenaikan PPAP berarti peningkatan pencadangan untuk menutupi

risiko tidak tertagih kredit atau piutang meningkat lebih besar daripada

peningkatan jumlah kenaikan PPAP yang wajib dibentuk, dimana

peningkatan pencadangan untuk menutupi resiko tidak tertagih kredit atau

piutang akan meningkatkan biaya. Jadi, peningkatan PPAP menyebabkan

peningkatan biaya bunga yang semakin besar, sehingga Efisiensi Biaya

menurun.

F. Hubungan Antara IRR dengan Efisiensi Biaya

Interest Rate Risk (IRR) dengan Efisiensi Biaya memiliki hubungan positif

dan negatif.

1) Pada saat suku bunga meningkat dan IRR meningkat maka kenaikan

ISA lebih besar dari kenaikan ISL yang menyebabkan kenaikan

pendapatan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan biaya, sehingga

Efisiensi Biaya meningkat dan IRR berpengaruh positif terhadap

Efisiensi Biaya.

2) Pada saat suku bunga meningkat dan IRR menurun maka kenaikan

ISA lebih kecil dari kenaikan ISL yang menyebabkan kenaikan

pendapatan akan lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan biaya,

sehingga Efisiensi Biaya menurun dan IRR berpengaruh negatif

terhadap Efisiensi Biaya.

3) Pada saat suku bunga menurun dan IRR meningkat maka kenaikan

ISA lebih besar dari kenaikan ISL yang menyebabkan penurunan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

37

 

pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya,

sehingga Efisiensi Biaya menurun dan IRR berpengaruh negatif

terhadap Efisiensi Biaya.

4) Pada saat suku bunga menurun dan IRR menurun maka kenaikan ISA

lebih kecil dari kenaikan ISL yang menyebabkan penurunan

pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan penurunan biaya,

sehingga Efisiensi Biaya menurun dan IRR berpengaruh negatif

terhadap Efisiensi Biaya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Input 1. Biaya Bunga 2. Biaya Operasional Lain

Output

Kredit

Efisiensi Biaya

BPD Di Sumatera

Rasio Likuiditas

Rasio Kualitas Aktiva

Rasio Sensitivitas

APB (-)

NPL (-)

PPAP (-)

IRR (+/-)

LDR (+)

IPR (-)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.perbanas.ac.id/5221/4/BAB II.pdf · c. Berdasarkan hasil analisis Cross Section Stochastic Frontier Analysis nilai efisiensi

38

 

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan

landasan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Rasio LDR, IPR, APB, NPL, PPAP, dan IRR secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efisiensi Biaya pada Bank

Pembangunan Daerah di Sumatera.

2. Rasio LDR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan

terhadap Efisiensi Biaya pada Bank Pembangunan Daerah di Sumatera.

3. Rasio IPR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan

terhadap Efisiensi Biaya pada Bank Pembangunan Daerah di Sumatera.

4. Rasio APB secara parsial mempunyai pengaruh negatif terhadap Efisiensi

Biaya pada Bank Pembangunan Daerah di Sumatera.

5. Rasio NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan

terhadap Efisiensi Biaya pada Bank Pembangunan Daerah di Sumatera.

6. Rasio PPAP secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan

terhadap Efisiensi Biaya pada Bank Pembangunan Daerah di Sumatera.

7. Rasio IRR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan

terhadap Efisiensi Biaya pada Bank Pembangunan Daerah di Sumatera.


Recommended