+ All Categories
Home > Documents > Modul Elektronika

Modul Elektronika

Date post: 25-Nov-2015
Category:
Upload: anggita-bayu
View: 105 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
69
Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 1 MODUL I DIODA A. PENDAHULUAN Dioda adalah divais semikonduktor berupa silikon atau germanium yang memiliki dua buah elektroda dan berlaku sebagai konduktor satu arah. Dioda sendiri mempunyai beberapa jenis yaitu diode tabung, diode sambungan p-n, diode kontak titik, dan lainnya. Pada dioda sambungan p-n, tipe dasar sambungannya terdiri atas bahan tipe-p dan tipe-n yang dipisahkan oleh sebuah junction. B. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan praktikum adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik i-v dari dioda. 2. Memahami aplikasi dioda dalam rangkaian listrik. 3. Menganalisisfungsi kerja dari aplikasi dioda dalam rangkaian listrik. C. ALAT DAN KOMPONEN Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut: 1. 1 Set Osiloskop dan Probe. 2. 2 Set Multimeter. 3. 1 Unit Function Generator. 4. 1 Unit DC Power Supply. 5. 1 Unit Project Board. 6. Kabel Jumper. 7. 1 Unit Tang Potong. 8. Komponen: - Dioda 1N 4002, 1N 4148. - Resistor 1KΩ, 4K7Ω. - Kapasitor 10 μF, 47μF, 100μF. - IC 7805. - Trafo 250 mA, CT ± 12 Volt AC.
Transcript
  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 1

    MODUL I

    DIODA

    A. PENDAHULUAN

    Dioda adalah divais semikonduktor berupa silikon atau germanium yang memiliki dua

    buah elektroda dan berlaku sebagai konduktor satu arah. Dioda sendiri mempunyai beberapa

    jenis yaitu diode tabung, diode sambungan p-n, diode kontak titik, dan lainnya. Pada dioda

    sambungan p-n, tipe dasar sambungannya terdiri atas bahan tipe-p dan tipe-n yang dipisahkan

    oleh sebuah junction.

    B. TUJUAN PRAKTIKUM

    Tujuan praktikum adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui karakteristik i-v dari dioda.

    2. Memahami aplikasi dioda dalam rangkaian listrik.

    3. Menganalisisfungsi kerja dari aplikasi dioda dalam rangkaian listrik.

    C. ALAT DAN KOMPONEN

    Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

    1. 1 Set Osiloskop dan Probe.

    2. 2 Set Multimeter.

    3. 1 Unit Function Generator.

    4. 1 Unit DC Power Supply.

    5. 1 Unit Project Board.

    6. Kabel Jumper.

    7. 1 Unit Tang Potong.

    8. Komponen:

    - Dioda 1N 4002, 1N 4148.

    - Resistor 1K, 4K7.

    - Kapasitor 10 F, 47F, 100F.

    - IC 7805.

    - Trafo 250 mA, CT 12 Volt AC.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 2

    D. TEORI DASAR

    Struktur dasar dioda terdiri dari bahan semikonduktor tipe-p yang disambungkan

    dengan bahan tipe-n. Pada ujung bahan tipe p dijadikan terminal anoda (A), sedangkan ujung

    lainnya dijadikan terminal katoda (K), sehingga dua terminal inilah yang menyiratkan nama

    dioda. Pada gambar 1.1 diperlihatkan simbol dan struktur dari dioda.

    Gambar 1.1.Simbol dan Struktur Dioda

    A) SAMBUNGAN P-N

    Bahan tipe-p terbentuk dari muatan intrinsik golongan 3A, sedangkan bahan tipe-n

    terbentuk dari muatan intrinsik golongan 5A. Pada gambar 1.2, muatan yang diberi lingkaran

    menyatakan ion, dan muatan ini tetap ditempat, tidak bergerak walaupun diberi muatan

    listrik. Muatan intrinsik yaitu muatan yang berasal dari ikatan kovalen pada atom silikon

    yang menjadi bebas oleh karena eksitasi termal. Pembawa muatan yang lain adalah muatan

    bebas, yaitu hole yang dihasilkan oleh atom akseptor pada bahan tipe-p, dan elektron bebas

    yang dihasilkan oleh atom donor pada bahan tipe-n. Pembawa muatan bebas ini adalah

    pembawa muatan ekstrisik.

    Gambar 1.2.Sambungan P-N

    Hal yang perlu diperhatikan pada persambungan p-n adalah sebagai berikut:

    1. Saat persambungan p-n terbentuk, elektron bebas pada tipe-n akan berdifusi melalui

    junction, masuk ke dalam tipe-p, dan terjadi rekombinasi dengan hole yang ada di

    dalam tipe-p.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 3

    2. Sebaliknya, hole pada tipe-p akan berdifusi masuk kedalam tipe-n dan berekombinasi

    dengan elektron yang ada pada tipe-n.

    3. Rekombinasi elektron bebas dengan hole disekitar junction saling meniadakan sehingga

    tepat pada daerah junction, terjadi daerah tanpa muatan bebas yang disebut daerah

    pengosongan (deplesi).

    4. Karena muatan positif dan negatif terpisah, maka didalam daerah deplesi terjadi medan

    listrik yang melawan proses difusi selanjutnya. Dengan adanya medan listrik ini maka

    terjadi beda potensial listrik, potensial barier, antara tipe-p dan tipe-n. sehingga secara

    tidak langsung difusi elektron bebas akan terhenti.

    5. Pada suhu ruang, diodasilikon mempunyai potensial barier 0,7 volt dan dioda

    germanium 0.3 volt.

    B) PRATEGANGAN (BIAS) PADA DIODA

    Terdapat karakteristik i-v pada dioda yang terdiri dari prategangan maju (forward bias)

    dan prategangan balik (reverse bias).

    1. Prategangan Maju (Forward Bias)

    Prategangan maju pada dioda sambungan p-n didapatkan dengan cara menghubungkan

    tipe-p dengan kutub positif baterai dan tipe-n dengan kutub negatif baterai. Oleh karena itu,

    elektron bebas dari sisi tipe-n ditolak kearah persambungan demikian pula padatipe-p.

    Dengan demikian, pada sisi tipe-n akan penuh dengan elektron dan sisi tipe-p penuh dengan

    hole. Elektron-elektron bebas yang menyebrangi persambungan akan kembali dengan hole

    yang tiba di persambungan. Hasilnya arus yang kontinu akan berlangsung didalam kristal dan

    kawat-kawat yang dihubungkan ke kristal tersebut. Prategangan maju menyebabkan daerah

    deplesi semakin mengecil.

    Gambar 1.3.Prategangan Maju pada Sambungan P-N

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 4

    2. Prategangan Balik (Reverse Bias)

    Prategangan balik didapatkan dengan cara menghubungkan tipe-p dengan kutub negatif

    baterai dan tipe-n dengan kutub positif baterai. Hole pada tipe-p dan elektron bebas pada tipe-

    n akan menjauhi persambungan sehingga memperlebar lapisan pengosongan sampai potensial

    menyamai potensial terpasang. Dalam keadaan ini pembawa mayoritas akan berhenti

    mengalir dan dalam beberapa nano-detik arus listrik akan menurun sampai sekitar nol.

    Gambar 1.4.Prategangan Mundur pada Sambungan P-N

    C) KURVA KARAKTERISTIK DIODA

    Pada gambar 1.5, menunjukan dua macam kurva, yaitu dioda germanium (Ge) dan

    dioda silikon (Si). Bagian kiri bawah dari grafik pada gambar tersebut merupakan kurva

    karakteristik dioda saat mendapatkan prategangan mundur. Bagian kanan atas dari grafik

    pada gambar tersebut merupakan kurva karakteristik dioda saat mendapatkan prategangan

    maju.

    Gambar 1.5.Kurva Karakteristik dari Dioda

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 5

    1. Dioda diberi Prategangan Maju

    Arus ID akan naik dengan cepat setelah VA-K mencapai tegangan cut-in (Vg). Tegangan

    cut-in ini kira-kira sekitar 0,2 volt untuk dioda Ge dan 0,6 volt untuk dioda Si. Dengan

    pemberian tegangan baterai sebesar ini, maka potensial penghalang (potensialbarrier) pada

    persambungan akan teratasi, sehingga arus dioda mulai mengalir dengan cepat. Besarnya arus

    jenuh mundur (reverse saturation current) IS untuk dioda Ge adalah dalam orde mikro amper

    (1 mA), sedangkan untuk dioda Si, IS nya dalam orde nano amper (10 nA).

    2. Dioda diberi Prategangan Mundur

    Apabila VA-K yang berpolaritas negatif tersebut dinaikan terus, maka suatu saat akan

    mencapai tegangan patah (breakdown) dimana arus ID akan naik dengan tiba-tiba. Pada saat

    mencapai tegangan breakdown ini, pembawa minoritas dipercepat hingga mencapai

    kecepatan yang cukup tinggi untuk mengeluarkan elektron valensi dari atom. Kemudian

    elektron ini juga dipercepat untuk membebaskan yang lainnya sehingga arusnya semakin

    besar. Pada diodaprategangana, pencapaian tegangan breakdown ini selalu dihindari karena

    dioda bisa rusak.

    Hubungan arus dioda (ID) dengan tegangan dioda (VD) dapat dinyatakan dalam

    persamaan 1.1.

    / .1d T

    V n V

    D SI I e (1.1)

    Keterangan:

    ID = Arus dioda (A)

    IS = Arus jenuh mundur (A)

    e = Bilangan natural (2,71828)

    Vd = Beda tegangan pada dioda (V)

    n = konstanta, 1 untuk Ge dan 2 untuk Si

    VT = Tegangan ekivalen temperatur (V)

    Harga IS suatu dioda dipengaruhi oleh temperatur, tingkat doping, dan geometri dari

    dioda. Konstanta n tergantung pada sifat konstruksi dan parameter fisik dioda. Harga

    VTkurang lebih 26 mV pada temperatur ruang.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 6

    D) APLIKASI DIODA

    Beberapa aplikasi dioda dalam rangkain listrik dapat dipelajari pada sub-bab berikut

    ini.

    a) Dioda Sebagai Saklar

    Dioda merupakan saklar tertutup saat diberi prategangan maju dan merupakan saklar

    terbuka saat diberi prategangan mundur. Oleh karenanya, dioda bisa berfungsi seperti sebuah

    saklar.

    b) Dioda Sebagai Penyearah

    Dioda semikonduktor banyak digunakan sebagai penyearah.

    Penyearah Setengah Gelombang

    Gambar 1.6.Penyearah Setengah Gelombang

    Prinsip kerja dari penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat sinyal input

    berupa siklus positif maka dioda mendapat prategangan maju sehingga arus (I) mengalir ke

    beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatif maka dioda mendapat

    prategangan mundur sehingga arus tidak mengalir.

    Penyearah Gelombang Penuh dengan Center Tap

    Pada gambar 1.7, merupakan rangkaian penyearah gelombang penuh dengan

    menggunakan center tap. Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang penuh

    ini merupakan gabungan 2 buah penyearah setengan gelombang yang kerjanya bergantian

    setiap setengah siklus. Sehingga arus maupun tegangan rata-ratanya adalah 2 x penyearah

    setengah gelombang, PIV = 2 Vm

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 7

    Gambar 1.7.Penyearah Gelombang Penuh

    Prinsip kerjanya yaitu pada terminal sekunder dari trafo CT mengeluarkan 2 buah

    tegangan output yang sama tapi berbeda fasa, karena fasanya berlawanan dengan titik CT

    sebagai titik tengahnya. Kedua output ini masing-masing dihubungkan ke D1 dan D2,

    sehingga saat D1 mendapat sinyal positif maka D2 mendapat sinyal negatif, dan sebaliknya.

    Dengan demikian D1 dan D2 hidupnya saling bergantian. Namun karena arus i1 dan i2

    melewati tahanan beban (RL) dengan arah yang sama, maka iL menjadi satu arah.

    Penyearah Gelombang Penuh dengan Bridge

    Gambar 1.8.Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh dengan Bridge

    Prinsip kerjanya:

    o Pada saat rangkaian bridge mendapatkan bagian positif dari siklus sinyal AC, makaD1

    dan D3 ON karena mendapat prategangan maju, sedangkan D2 dan D4 OFF karena

    mendapat prategangan mundur. Sehingga arus i1 mengalir melalui D1, RL, dan D3.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 8

    o Pada saat rangkaian jembatan mendapatkan bagian negatif dari siklus sinyal AC,

    makaD2 dan D4 ON karena mendapat prategangan maju, sedangkan D1 dan D3 OFF

    karena mendapat prategangan mundur. Sehingga arus i2 mengalir melalui D2, RL, dan

    D4.

    c) Dioda Sebagai Catu Daya

    Penyearah gelombang penuh dengan bridge sudah mendapat sinyal dc dari input sinyal

    ac. Akan tetapi, sinyal yang dihasilkan belum terlalu baik. Oleh karenanya, ada beberapa

    bagian yang dapat ditambahkan untuk menghasilkan sinyal dc yang lebih baik.

    Low Pass Filter (Tapis Lolos Rendah)

    Gambar 1.9. Bentuk Sinyal Output setelah Melewati Low Pass Filter

    Low Pass Filter (LPF)merupakan suatu rangkaian yang akan melewatkan suatu sinyal

    tertentu sampai ke suatu frekuensi cut-off dan akan menahan sinyal yang frekuensinya diatas

    frekuensi cut-off dari rangkaian tersebut. Rangkaian penyearah dengan LPF digunakan agar

    tegangan DC yang dihasilkan lebih rata. Dengan adanya pemasangan sebuah kapasitor,

    tegangan output tidak akan segera turun walaupun tegangan input sudah turun. Hal ini

    disebabkan karena kapasitor memerlukan waktu untuk mengosongkan muatannya. Tegangan

    yang terjadi dikenal dengan tegangan riak (ripple voltage). Kualitas rangkaian penyearah

    dengan LPF dinyatakan oleh nisbah riak puncak ke puncak (peak-to-peak ripple ratio / pprr).

    ;rpp p

    DC rata rata

    DC rata rata

    V Vpprr V

    V

    (1.2)

    Untuk setengah gelombang : 1

    rpp pV VfRC

    Untuk gelombang penuh : 1

    rpp pV VfRC

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 9

    dengan Vp adalah tegangan puncak dari tegangan output.

    Dioda Zener

    Gambar 1.10. Simbol dari Dioda Zener

    Dioda zener dibuat sedemikian rupa sehingga daerah deplesinya lebih besar daripada

    diodabiasa. Akibatnya, medan listrik yang dihasilkan juga lebih besar. Dioda zener memiliki

    karakteristik yang sama seperti diodabiasa pada kondisi prategangan maju. Pada dasarnya,

    tidak ada perbedaan secara struktur dari dioda biasa. Dioda zenerdiberi jumlah doping yang

    lebih banyak pada sambungan P dan N, sehingga tegangan breakdownbisa semakin cepat

    tercapai.Analisis rangkaian dengan menggunakan dioda zener sama seperti diodabiasa.

    Perbedaan hanya terletak pada permodelan kondisi ON dan OFF dioda zener dibandingkan

    diodabiasa.

    Gambar 1.11.Kurva Karakteristik dari Dioda Zener

    Pada saat dioda zener mendapat prategangan maju dan tegangannya lebih kecil dari

    tegangan threshold, maka kondisi dioda zener OFF. Sedangkan pada saat tegangannya lebih

    besar daripada tegangan threshold, maka kondisi dioda zener ON dimana tegangan dioda

    zener sama dengan tegangan threshold.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 10

    Pada saat dioda zener mendapat prategangan mundur dan tegangannya lebih kecil dari

    tegangan zener, maka kondisi dioda zener OFF. Sedangkan pada saat tegangannya lebih besar

    daripada tegangan zener, maka kondisi dioda zener ON dimana tegangan dioda zener sama

    dengan tegangan zener.

    Tegangan yang menyebabkan munculnya arus mundur yang sangat besar disebut

    tegangan dadal (breakdown voltage). Dimana pada saat terjadi tegangan tersebut, daerah

    deplesinya lebar dan arus yang bertambah cepat akibat dua hal berikut ini:

    a. Zener Breakdown

    Dengan adanya tegangan mundur yang relatif tinggi, medan listriknya dapat menarik

    keluar elektron dari ikatan kovalen sehingga terjadi pembentukan pasangan elektron

    dan hole sebagai pengangkut muatan yang memungkinkan terjadinya arus mundur.

    b. AvalancheBreakdown.

    Elektron dan hole yang dibangkitkan dipercepat oleh medan listrik yang tinggi, karena

    kecepatan yang tinggi menabrak ikatan kovalen sehingga menambah pembangkitan

    beruntun pasangan elektron-hole sehingga mempercepat pertambahan arus mundur.

    Salah satu aplikasi dari dioda zener adalah sebagai regulator tegangan. Seperti pada

    gambar 1.12, tegangan sumber adalah 12V, tetapi tegangan yang terukur pada Rload adalah

    9V sama dengan nilai tegangan pada dioda zener.

    Gambar 1.12.Contoh Rangkaian Regulator Tegangan dengan Menggunakan Dioda Zener

    IC 78xx / IC 79xx

    IC 78xx merupakan regulator tegangan positif dc sedangkan IC79xx merupakan

    regulator tegangan negatif dc. Tanda xx menyatakan nilai dari tegangan output yang

    dihasilkan. Misalkan IC 7812 menyatakan regulator tegangan +12 VDC, sementara 7912

    menyatakan regulator tegangan -12 VDC.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 11

    (a) (b)

    Gambar 1.13. (a) Penggunaan IC 7812 pada Rangkaian; dan

    (b) Kaki-Kaki yang terdapat pada IC 7812

    d) Dioda Sebagai Clipper

    Rangkaian clipper (pemotong) digunakan untuk memotong atau menghilangkan

    sebagian sinyal input yang berada dibawah atau diatas level tertentu. Rangkaian ini adalah

    rangkaian yang digunakan untuk membatasi tegangan agar tidak melebihi dari suatu nilai

    tegangan tertentu.

    Secara umum rangkaian clipper dapat digolongkan menjadi 2, yaitu seri dan paralel.

    Rangkaian clipper seri berarti dioda-nya dipasang secara seri dengan beban, sedangkan

    clipper paralel berarti dioda-nya dipasang paralel dengan beban.Sedangkan untuk masing-

    masing jenisnya dibagi menjadi clippernegatif, memotong bagian negatif, dan clipper positif,

    memotong bagian positif.

    Petunjuk untuk menganalisis rangkaian clippersecara seri adalah sebagai berikut:

    a. Perhatikan arah dioda

    Bila arah dioda kekanan, maka bagian positif dari sinyal input akan dilewatkan,

    dan bagian negatif akan dipotong, berarti clippernegatif.

    Bila arah dioda kekiri, maka bagian negatif dari sinyal input akan dilewatkan, dan

    bagian positif akan dipotong, berarti clipper positif.

    b. Perhatikan polaritas baterai, bila ada.

    c. Gambarlah sinyal output dengan sumbu nol pada level baterai, yang sudah ditentukan

    pada langkah 2 diatas.

    d. Batas pemotongan sinyal adalah pada sumbu nol semula, sesuai dengan sinyal input.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 12

    Gambar 1.14.Clipper Positif secara Seri

    Gambar 1.15.Clipper Negatif secara Seri

    Petunjuk untuk menganalisis rangkaian clipper secara paralel adalah sebagai berikut:

    a. Perhatikan arah dioda:

    Bila arah dioda kebawah, maka bagian positif dari sinyal input akan dipotong,

    berarti clipper positif.

    Bila arah dioda keatas, maka bagian negatif dari sinyal input akan dipotong,

    berarti clippernegatif.

    b. Perhatikan polaritas baterai, bila ada.

    c. Gambarlah sinyal output dengan sumbu nol sesuai dengan input.

    d. Batas pemotongan sinyal adalah pada level baterai.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 13

    Gambar 1.16.Clipper Positif secara Paralel

    Gambar 1.17.Clipper Negatif secara Paralel

    e) Dioda Sebagai Clamper

    Rangkaian clamper adalah rangkaian yang digunakan untuk memberikan offset

    tegangan DC. Dengan demikian, tegangan yang dihasilkan adalah tegangan inputdan

    tegangan DC. Rangkaian ini disebut juga rangkaian penggeser yang digunakan untuk

    menggeser suatu sinyal ke level DC yang lain.

    Rangkaian ini paling tidak harus mempunyai sebuah kapasitor, dioda, dan resistor,

    disamping itu bisa pula ditambahkan sebuah baterai. Harga R dan C harus dipilih sedemikian

    rupa sehingga konstanta waktu RC cukup besar agar tidak terjadi pengosongan muatan yang

    cukup berarti saat dioda tidak menghantar. Sebuah rangkaian clamper sederhana, tanpa

    baterai, terdiri atas R, D, dan C terlihat pada gambar 1.18.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 14

    Gambar 1.18.Rangkaian Clamper

    Keterangan:

    (a) Gelombang kotak yang menjadi sinyal input rangkaian clamper.

    (b) Pada saat 0 T/2, sinyal input adalah positif sebesar +V, sehingga dioda ON. Kapasitor

    mengisi muatan dengan cepat melalui tahanan dioda yang rendah, seperti hubung

    singkat karena dioda ideal.

    (c) Sinyal output merupakan penjumlahan tegangan input V dan tegangan pada kapasitor

    V sehingga sebesar -2V.

    Terlihat pada gambar 1.18, bahwa sinyal output merupakan bentuk gelombang kotak,

    seperti gelombang input, yang level DC-nya sudah bergeser kearah negatif sebesar V.

    Besarnya penggeseran ini bisa divariasi dengan menambahkan sebuah baterai secara seri

    dengan dioda. Dan juga arah penggeseran bisa dibuat kearah positif dengan cara dioda

    dibalik.

    Gambar 1.19.Rangkaian ClamperNegatif dan Positif

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 15

    f) Dioda Sebagai Rangkaian Logika

    Aplikasi lain dari dioda adalah dapat digunakan sebagai rangkaian logika AND dan

    OR. Pada gambar 1.20 terdapat rangkaian gerbang logika AND dan OR.

    Gambar 1.20.Rangkaian AND dan Rangkaian OR dengan Menggunakan Dioda

    g) Light Emitting Diode (LED)

    LED merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. Struktur LED

    sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan

    P-N juga melepaskan energy berupa energy panas dan energy cahaya.

    Gambar 1.21. Simbol LED

    h) Photodiode

    Photodioda adalah dioda yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, jika photodioda

    terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada umumnya, tetapi jika tidak

    mendapat cahaya maka photodioda akan berperan seperti resistor dengan nilai tahanan yang

    besar sehingga arus listrik tidak dapat mengalir.

    Gambar 1.22. Contoh Aplikasi LED dan Photodiode dalam Optocoupler

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 16

    E. PROSEDUR PRAKTIKUM

    Lakukan dan amati setiap percobaan yang akan dilakukan. Ikuti instruksi khusus dari

    Asisten Praktikum dengan baik dan seksama.

    1. KARAKTERISTIK DIODA

    a. Rangkaian A

    Gambar 1.23. Rangkaian A

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.23.

    2. Hubungkan titik 1 dan titik 2 dengan amperemeter DC dengan orde mA.

    3. Hubungkan titik 3 dan titik 4 dengan voltmeter DC.

    4. Naikkan tegangan sumber DC (Vs) dari 0 5 volt dengan kenaikan 0,5 volt. Khusus

    tegangan dari 1 2 volt, kenaikan tegangan 0,1 volt.

    5. Catat nilai arus (Id) dan tegangan pada dioda (Vd) kemudian masukkan ke dalam tabel

    1.1.

    6. Gambarkan grafik Id terhadap Vd pada Gambar 1.1.

    b. Rangkaian B

    Gambar 1.24. Rangkaian B

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.24.

    2. Hubungkan titik 1 dan titik 2 dengan amperemeter DC dengan orde mA.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 17

    3. Hubungkan titik 3 dan titik 4 dengan voltmeter DC

    4. Naikkan tegangan sumber DC (Vs) dari 0 5 volt dengan kenaikan 0,5 volt.

    5. Catat nilai arus (Id) dan tegangan pada dioda (Vd) kemudian masukkan ke dalam tabel

    1.2.

    6. Gambarkan grafik Id terhadap Vd pada Gambar 1.2.

    2. DIODA SEBAGAI PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG

    a. Rangkaian A

    Gambar 1.25. Rangkaian Dioda sebagai Penyearah Setengah Gelombang

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.25. Sumber tegangan AC dari Signal

    Generator.

    2. Berikan tegangan 4 Vpp, dengan frekuensi 1 KHz.

    3. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe negatif pada titik 3. Hubungkan channel 2 dengan output, probe

    positif pada titik 2 dan probe negatif pada titik 3.

    4. Gambarkan bentuk sinyal input dan output pada gambar 2.1.

    b. Rangkaian B

    Gambar 1.26. Rangkaian Dioda sebagai Penyearah Setengah Gelombang

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.25. Sumber tegangan AC dari Signal

    Generator.

    2. Berikan tegangan 4 Vpp, dengan frekuensi 1 KHz.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 18

    3. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe negatif pada titik 3. Hubungkan channel 2 dengan output, probe

    positif pada titik 2 dan probe negatif pada titik 3.

    4. Gambarkan bentuk sinyal input dan output pada gambar 2.2.

    3. DIODA SEBAGAI PENYEARAH GELOMBANG PENUH DENGAN

    CENTERTAP

    Gambar 1.27. Rangkaian Dioda sebagai Penyearah Gelombang Penuh dengan Center Tap

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.27.

    2. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe negatif pada titik 3. Hubungkan channel 2 dengan output, probe

    positif pada titik 2 dan probe negatif pada titik 3.

    3. Gambarkan bentuk sinyal input dan output pada gambar 3.

    4. DIODA SEBAGAI PENYEARAH GELOMBANG PENUH DENGAN BRIDGE

    Gambar 1.28. Rangkaian Dioda sebagai Penyearah Gelombang Penuh dengan Bridge

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.28.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 19

    2. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe negatif pada titik 3. Hubungkan channel 2 dengan output, probe

    positif pada titik 2 dan probe negatif pada titik 3.

    3. Gambarkan bentuk sinyal input dan output pada gambar 4.

    5. DIODA SEBAGAI CATU DAYA

    Gunakan dan lanjutkan skema rangkaian pada gambar 1.28 untuk percobaan berikut ini.

    a. LPF

    Gambar 1.29. Rangkaian Catu Daya dengan LPF

    Langkah kerja:

    1. Tambahkan rangkaian LPF dengan menggunakan resistor 1 K dan kapasitor 470 F,

    seperti pada gambar 1.29.

    2. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe negatif pada titik 3. Hubungkan channel 2 dengan output,

    probepositif pada titik 2 dan probenegatif pada titik 3.

    3. Gambarkan bentuk sinyal input dan output, serta hitung tegangan ripple-nya.

    b. Regulator dengan Dioda Zener

    Gambar 1.30. Rangkaian Catu Daya dengan Dioda Zener

    Langkah kerja:

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 20

    1. Tambahkan dioda zener pada gambar rangkaian 1.29 seperti rangkaian pada gambar

    1.30.

    2. Catat nilai arus dan tegangan pada beban RL.

    3. Ubahlah nilai RL dari yang paling besar menuju nol.

    c. Regulator dengan IC 78**

    Gambar 1.31 Rangkaian Catu Daya dengan Regulator IC 78**

    Langkah kerja:

    1. Tambahkan regulator IC 78** pada gambar rangkaian 1.29 seperti rangkaian pada

    gambar 1.31.

    2. Catat nilai arus dan tegangan pada beban RL.

    3. Ubahlah nilai RL sesuai dengan kebutuhan.

    6. DIODA SEBAGAI CLIPPER

    Gambar 1.32. Rangkaian Dioda sebagai Clipper

    Langkah kerja:

    1. Atur Signal Generator agar tegangannya 10 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.

    2. Beri sumber tegangan DC 4 V dan 2 V pada masing-masing dioda dengan arah yang

    berlawanan, seperti pada gambar diatas.

    3. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe pada titik 3.Hubungkan channel 2 dengan output, probepositif pada

    titik 2 dan probenegatif pada titik 3.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 21

    4. Gambarkan sinyal input dan output.

    7. DIODA SEBAGAI CLAMPER

    Gambar 1.33. Rangkaian Dioda sebagai Clamper

    Langkah kerja:

    1. Atur Signal Generator dengan sinyal masukkan berupa sinyal kotak yang

    tegangannya 10 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.

    2. Pada osiloskop, hubungkan channel 1 dengan input sumber AC, probe positif pada

    titik 1 dan probe pada titik 3.Hubungkan channel 2 dengan output, probepositif pada

    titik 2 dan probenegatif pada titik 3.

    3. Gambarkan sinyal input dan output.

    8. DIODA SEBAGAI RANGKAIAN LOGIKA

    Gambar 1.34. Rangkaian Dioda sebagai Rangkaian Logika

    Langkah kerja:

    1. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar 1.34.

    2. Berikan input pada V1 dan V2 dengan kombinasi 0 V dan 5 V.

    3. Ukurlah arus dan tegangan pada resistor.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 22

    MODUL 2

    BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR (BJT)

    A. PENDAHULUAN

    Pada prinsipnya suatu transistor terdiri dari dua buah dioda yang disatukan. Agar

    transistor dapat bekerja pada kaki-kakinya harus diberikan tegangan. Sambungan kedua dioda

    tersebut membentuk transistor PNP dan NPN. Transistor yang dibahas ini adalah Bipolar

    Junction Transistor (BJT) karena struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan

    elektron di kutub negatif mengisi kekurangan elektron ( hole) dikutub positif. Sifat transistor

    adalah bahawa antara Collector dan Emitor akan ada arus (transistor akan menghantar) bila

    ada arus Basis. Pada transistor PNP tegangan Basis dan Collector negatif terhadap Emitor

    sedangkan pada transistor NPN tegangan Basis dan Collector positif terhadap Emitor.

    B. TUJUAN PRAKTIKUM

    Tujuan praktikum adalah sebagai berikut:

    1. Memahami dan menggambarkan kurva karakteristik transistor.

    2. Mengidentifikasi daerah kerja transistor berdasarkan pada kurva karakteristik transistor

    3. Mengaplikasikan transistor sebagai penguat dan saklar berdasarkan pada daerah kerja transistor

    dan datasheet-nya

    4. Pengenalan aplikasi TTL (Transistor-Transistor Logic)

    C. ALAT DAN KOMPONEN

    Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

    1. 1 Set Osiloskop dan Probe.

    2. 2 Set Multimeter.

    3. 1 Unit Function Generator.

    4. 1 Unit DC Power Supply.

    5. 1 Unit Project Board.

    6. Kabel Jumper.

    7. 1 Unit Tang Potong.

    8. Komponen:

    Transistor BJT BC 140

    Resistor 100 k, 470 k, 47 k, 10 k, 1 k, 27k , 10 , 50 dan 4k7

    Kapasitor ELCO 4.7 F,100F dan 470 F

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 23

    Resistor variable 100k

    Led

    D. TEORI DASAR

    Transistor yang dibahas ini adalah Bipolar Junction Transistor (BJT) karena struktur

    dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di kutub negatif mengisi

    kekurangan elektron ( hole) dikutub positif. Sifat transistor adalah bahawa antara Collector

    dan Emitor akan ada arus (transistor akan menghantar) bila ada arus Basis. Pada transistor

    PNP tegangan Basis dan Collector negatif terhadap Emitor sedangkan pada transistor NPN

    tegangan Basis dan Collector positif terhadap Emitor.

    A) TIPE TRANSISTOR

    Transistor NPN

    Tipe NPN terdiri dari selapis semikonduktor tipe-p di antara dua lapisan tipe-n. Arus

    kecil yang memasuki basis pada tunggal emitor dikuatkan di keluaran kolektor. Dengan kata

    lain, transistor NPN hidup ketika tegangan basis lebih tinggi daripada emitor.

    Transistor PNP

    Tipe PNP terdiri dari selapis semikonduktor tipe-n di antara dua lapis semikonduktor

    tipe-p. Arus kecil yang meninggalkan basis pada moda tunggal emitor dikuatkan pada

    keluaran kolektor. Dengan kata lain, transistor PNP hidup ketika basis lebih rendah daripada

    emitor.

    Gambar 2.1. Transistor PNP dan NPN

    B) OPERASI TRANSISTOR

    Pengoperasian transistor disesuaikan dengan tipe dari transistor tersebut, yakni PNP

    atau NPN. Transistor memiliki tiga daerah operasi yang sering dimanfaatkan yakni, daerah

    aktif, saturasi, dan cut off.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 24

    Transistor Tipe PNP

    Mode EBJ CBJ

    Cut Off Reverse Reverse

    Aktif Forward Reverse

    Saturasi Forward Forward

    Transistor Tipe NPN

    Mode EBJ CBJ

    Cut Off Reverse Reverse

    Aktif Forward Reverse

    Saturasi Forward Forward

    C) ANALISA PRATEGANGAN

    Ada beberapa macam prategangan/bias yang biasanya digunakan dalam berbagai

    macam transistor baik itu NPN maupun PNP. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat

    beberapa bias yang sering digunakan.

    Fixed Bias

    Pada konfigurasi ini, catuan transistor dihubungkan hanya ke satu sumber teganganyang

    biasanya dinotasikan dengan Vcc. Di bawah ini akan dijelaskan secara umum mengenai

    konfigurasi fixed bias.

    Gambar 2.2. Rangkaian Fixed Bias

    Emiter Stabilized Bias

    Pada dasarnya konfigurasi pra tegangan ini hampir mirip dengan fixed bias, namun di

    sini ditambahi lagi resistor pada kaki emitor.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 25

    Gambar 2.3. Rangkaian Emitter Stabilized Bias

    Voltage Divider Bias

    Pada konfigurasi ini, catuan tegangan untuk basis didapatkan melalui pembagian

    tegangan antara dua buah resistor yang terhubung dengan kaki basis.

    Gambar 2.4. Rangkaian Voltage Divider Bias

    D) KONFIGURASI PENGUAT TRANSISTOR

    Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja sebagai

    penguat, transistor harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi aktif dihasilkan dengan

    memberikan bias pada transistor. Bias dapat dilakukan dengan memberikan arus yang

    konstan pada basis atau pada kolektor. Jika pada kondisi aktif transistor diberikan sinyal

    (input) yang kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output) yang lebih besar. Ada 3

    macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor yaitu : CommonEmitter (CE),

    CommonBase (CB), dan CommonCollector (CC). Konfigurasi umum transistor bipolar

    penguat ditunjukkan oleh gambar berikut ini.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 26

    Penguat Common Emitter

    Gambar 2.5. Rangkaian Penguat Common Emitter

    Penguat Common Base

    Gambar 2.6. Rangkaian Penguat Common Base

    Penguat Common Collector

    Gambar 2.7. Rangkaian Penguat Common Collector

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 27

    E) APLIKASI TRANSISTOR

    Sebelum melangkah ke aplikasi dari transistor,ada baiknya menelaah terlebih dahulu

    kurva karakteristik transistor berikut ini.

    Gambar 2.8. Kurva Karakteristik Transistor

    Fungsi transistor sebagai penguat telah sedikit dibahas sebelumnya. Yang sekarang akan

    dibahas adalah transistor sebagai saklar dan inverter dengan memanfaatkan daerah saturasi

    dan cut-off dari transistor tersebut.

    Transistor Sebagai Inverter

    Pada rangkaian ini, transistor masih bekerja pada kondisi saturasi maupun cut-off.

    Layaknya gerbang logika NOT(inverter), transistor dapat mengubah input High(bit 1)

    menjadi Low(bit 0) ataupun sebaliknya. Ketika ada arus input pada kaki basis(dalam hal

    ini isyarat 1) maka transistor akan ON dan arus mengalir dari kolektor ke emitor,

    sehingga output F akan bernilai 0. Sebaliknya jika tidak ada arus input pada kaki Basis

    maka transistor akan OFF. Tidak akan ada arus mengalir menuju emitor,sehingga arus

    akan dialirkan ke output. Output bernilai 1.

    Gambar 2.9. Transistor Sebagai Inverter

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 28

    Menentukan nilai RB dan RC :

    - Asumsi hFE = 100, Ic sat = 10 mA dan VBE = 0,7 V (sebaiknya melihat

    datasheet transistor yang digunakan)

    - Maka akan didapatkan

    RC =

    atau RC = 500

    - Untuk mencari nilai RB, maka akan ditentukan dulu nilai Ib

    Ib =

    atau Ib = 0.1 mA

    - Terakhir akan didapatkan

    RB =

    atau RB = 43 k

    Transistor Sebagai Saklar

    Pada prinsipnya, switching menggunakan transistor sama halnya dengan switching

    menggunakan saklar ataupun relay. Di sini fungsi transistor digunakan untuk

    menyambung ataupun memutuskan arus pada suatu rangkaian listrik. Agar transistor

    dapat berfungsi sebagai saklar, maka harus di set dulu komponen-komponen yang

    digunakan serta tegangan pencatu yang digunakan agar transistor berada pada daerah

    saturasi (saklar on) dan juga cut off (saklar off). Berikut ini sedikit ilustrasinya.

    Gambar 2.9. Transistor Sebagai Saklar

    Dari gambar diatas dan dari keterangan sebelumnya, saat transistor berada pada kondisi

    saturasi (saklar ON), maka kaki collector dan emmitor akan terhubung sehingga VCE = 0,

    namun sebaliknya jika berada pada kondisi cut off (saklar OFF), maka akan didapat VCE

    = VCC.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 29

    E. PROSEDUR PRAKTIKUM

    1. KURVA KARAKTERISTIK TRANSISTOR

    Gambar 2.10. Karakterisasi Transistor

    Langkah kerja:

    1. Susunlah komponen-komponen yang digunakan pada project board sesuai dengan

    rangkaian skematik di atas (RB=100k, RC = 470 k)

    2. Karena hanya ada satu buah multimeter, maka untuk mengukur arus maupun

    tegangan dilakukan secara bergantian

    3. Perhatikan rangkian sebelah kiri dan susun seperti pada gambar di atas dengan

    menyambung secara seri multimeter yang digunakan dengan RB serta VBB,

    sedangkan rangkaian di sebelah kanan dibiarkan saja terbuka dengan tidak

    membentuk satu loop tertutup.

    4. Set VBB agar arus yang terukur di multimeter (IB) tersebut sama dengan 0.02 mA.

    Jika sudah pindahkan multimeter ke rangkaian sebelah kanan dan biarkan untuk

    sementara waktu rangkaian di sebelah kiri dalam keadaan open circuit

    5. Sekarang perhatikan rangkaian sebelah kanan, pasang multimeter secara seri untuk

    mengukur arus (IC) yang melewati rangkaian sebelah kanan

    6. Sambunglah rangkaian sebelah kiri yang terputus tersebut dengan jumper kabel dan

    kemudian amati nilai IC yang terukur dengan mengubah nilai VCC dari 0 V 10 V

    7. Jika telah mendapatkan nilai IC, sekarang amati nilai VCE dengan memasang secara

    parallel multimeter tersebut,dengan terlebih dahulu menyambungkan kembali

    rangkaian sebelah kanan dengan jumper

    8. Ulangi lagi langkah di atas untuk nilai Ib yang berbeda (0.04 0.01mA)

    9. Catat hasilnya dalam jurnal

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 30

    10. Gambarkan hasil yang didapat ke dalam grafik kurva karakteristik transistor

    menggunakan kertas yang tersedia

    11. Tentukan juga Ic saturasi dan VCE saturasi dari masing-masing kurva

    2. PENGUAT COMMON BASE

    Gambar 2.11. Penguat Common Base

    Langkah Kerja :

    1. Susunlah komponen-komponen yang digunakan pada project board sesuai dengan

    rangkaian skematik di atas.

    2. Berikan sinyal input dan ukur harganya (Vi). Dengan amplitude kurang dari 50mV

    (sinyal kecil) dan frekuensi 1kHz.

    3. Sambungkan Probe Ch1 Osiloskop pada input dan Ch2 pada output.

    4. Amati sinyal output dan hitung berapa penguatannya.

    5. Ukur tahanan masukan (Rin) dan tahanan luaran (Rout) menggunakan

    potensiometer.

    6. Potensiometer dipasang seri antara generator sinyal dan kapasitor C1 (4.7uF) untuk

    mendapatkan nilai Rin. Ubah-ubah nilai potensiometer sehingga didapat nilai sinyal

    input Vi = Vi. Dengan nilai Vi adalah tegangan yang terukur setelah C1

    7. Lepaskan potensiometer, lalu ukur potensiometer tersebut menggunakan multimeter.

    Nilai yang terukur tersebut adalah nilai Rin.

    8. Pengukuran Rout dilakukan dengan memasang potensiometer pada output.

    9. Pasang potensiometer sebagai beban.

    10. Berikan input, kemudian ukur output sebelum dipasang potensiometer. Nilai ini

    adalah Vo

    11. Ukur Vo (tegangan pada potensiometer yang telah terpasang pada output) dan ubah

    nilai potensiometer sampai didapat Vo2 = 1/2Vo1 (input tidak diubah).

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 31

    12. Lakukan seperti nomor 7. Nilai yang terukur tersebut adalah nilai Rout.

    3. PENGUAT COMMON EMITTER

    Gambar 2.12. Penguat Common Emitter

    Langkah Kerja :

    1. Susunlah komponen-komponen yang digunakan pada project board sesuai dengan

    rangkaian skematik di atas.

    2. Berikan sinyal input dan ukur harganya (Vi). Dengan amplitude kurang dari 50mV

    (sinyal kecil) dan frekuensi 1kHz.

    3. Sambungkan Probe Ch1 Osiloskop pada input dan Ch2 pada output.

    4. Amati sinyal output dan hitung berapa penguatannya.

    5. Ukur tahanan masukan (Rin) dan tahanan luaran (Rout) menggunakan potensiometer.

    Cara pengukuran Rin dan Rout sama seperti praktikum 3.

    4. PENGUAT COMMON COLLECTOR

    Gambar 2.13. Penguat Common Collector

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 32

    Langkah Kerja :

    1. Susunlah komponen-komponen yang digunakan pada project board sesuai dengan

    rangkaian skematik di atas.

    2. Berikan sinyal input dan ukur harganya (Vi). Dengan amplitude kurang dari 50mV

    (sinyal kecil) dan frekuensi 1kHz.

    3. Sambungkan Probe Ch1 Osiloskop pada input dan Ch2 pada output.

    4. Amati sinyal output dan hitung berapa penguatannya.

    5. Ukur tahanan masukan (Rin) dan tahanan luaran (Rout) menggunakan potensiometer.

    Cara pengukuran Rin dan Rout sama seperti praktikum 3 dan 4.

    5. TRANSISTOR SEBAGAI INVERTER

    Gambar 2.14. Transistor Sebagai Inverter

    Langkah Kerja :

    1. Susunlah komponen-komponen yang digunakan pada project board sesuai dengan

    rangkaian skematik di atas.

    2. Atur nilai VCC = 5 V.

    3. Sambungkan sinyal generator pada Rb dengan amplitude 2 Vpp dan frekuensi 1 kHz.

    4. Sambungkan probe Ch1 osiloskop pada sinyal masukan dan Ch2 pada sinyal keluaran

    di kaki colletor BJT.

    5. Amati bentuk sinyal dan Gambarkan.

    6. Tuliskan hasil pengamatan pada jurnal.

    7. Lakukan variasi bentuk sinyal (Segitiga, Kotak, Persegi)

    8. Amati bentuk sinyal dan Gambarkan.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 33

    6. TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

    Gambar 2.15. Transistor Sebagai Saklar

    Langkah Kerja :

    1. Susunlah komponen-komponen yang digunakan pada project board sesuai dengan

    rangkaian skematik di atas.

    2. Atur nilai VCC = 5 V.

    3. Set potensiometer sehingga nilai VBE = 0. Ukur resistansinya.

    4. Putar Potensiometer hingga led indicator menyala. Cabut potensioter dan ukur

    resistansinya saat led menyala.

    5. Kemudian ukur nilai tegangan di kolektor. Tulis Hasil Pengamatan pada jurnal.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 34

    MODUL III

    MOSFET

    A. PENDAHULUAN

    Dalam bab ini akan dibahas transistor efek medan (Field Effect Transistor FET). Ada

    dua macam FET, yaitu FET sambungan (junction FET = JFET) dan Transistor Efek Medan

    Logam-Oksida-Semikonduktor (metal-oxide-semiconductor field effect transistor-MOSFET).

    Prinsip dasar perangkat ini pertama kali diusulkan oleh Julius Edgar Lilienfeld pada tahun

    1925 . MOSFET mencakup kanal dari bahan semikonduktor tipe-N dan tipe-P, dan disebut

    NMOSFET atau PMOSFET (juga biasa nMOS, pMOS).

    B. TUJUAN PRAKTIKUM

    Tujuan praktikum adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui dan mempelajari karakteristik transistor MOSFET.

    2. Memahami konfigurasi MOSFET sebagai penguat untuk konfigurasi Common Source

    dan Common Drain.

    3. Mengaplikasikan MOSFET sebagai saklar.

    C. ALAT DAN KOMPONEN

    Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

    1. 1 Set Osiloskop dan Probe

    2. 1 Set Multimeter

    3. 1 Set Function Generator

    4. 1 Set DC Power Supply

    5. Kabel Jumper

    6. Tang Potong

    7. Project Board

    8. Komponen

    Transistor MOSFET Enhancement Mode (IRF530)

    Resistor (100K dan 2K2)

    Kapasitor 100F

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 35

    D. TEORI DASAR

    Field Effect Transistor (FET) adalah piranti tiga terminal seperti BJT. Istilah field effect

    (efek medan listrik) sendiri berasal dari prinsip kerja transistor ini yang berkenaan dengan

    lapisan deplesi (depletion layer). Lapisan ini terbentuk antara semikonduktor tipe-N dan tipe-

    P, karena bergabungnya elektron dan hole disekitar daerah perbatasan. Sama seperti medan

    listrik, lapisan deplesi ini bisa membesar atau mengecil tergantung dari tegangan antara Gate

    dan Source. Namun, perbedaan utama dari kedua transistor ini adalah BJT merupakan piranti

    yang dikontrol oleh arus sedangan FET merupakan piranti yang cara kerjanya berdasarakan

    pengendalian arus listrik oleh tegangan. Perbedaan lainnya terdapat pada prinsip kerja kedua

    jenis transistor tersebut. FET disebut juga transistor unipolar, yaitu transistor yang prinsip

    kerjanya berdasarkan salah satu pembawa muatan, elektron atau hole. Sedangkan pada BJT

    (Bipolar Junction Transistor) prinsip kerjanya berdasarkan dua muatan yang berbeda, yaitu

    pembawa muatan positif (hole) dan pembawa muatan negatif (elektron). Untuk dapat lebih

    memahami, perhatikan gambar berikut :

    Gambar 3.1 : (a) Current Controller (b) Voltage Controller

    Pada gambar 3.1 (a) (BJT), nilai IC (arus Collector) bergantung pada nilai dari IB (arus Basis),

    sedangkan pada gambar (b) (FET), ID (arus Drain) nilainya bergantung pada tegangan VGS.

    Pada gambar 3.1 juga terlihat bahwa kaki D (Drain) pada FET dapat dianalogikan dengan

    kaki Collector pada BJT. Selain itu, kaki G (Gate) pada FET dapat dianalogikan dengan kaki

    Base pada BJT dan kaki S (Source) dapat dianalogikan dengan kaki Emiter.Transistor FET

    bekerja berdasarkan efek medan elektrik yang dihasilkan oleh tegangan yang diberikan pada

    kedua ujung terminalnya. Pada transistor ini, arus yang muncul pada kaki Drain dihasilkan

    oleh tegangan antara Gate dan Source. Jadi, dapat dikatakan bahwa FET adalah transistor

    yang berfungsi sebagai konverter tegangan ke arus.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 36

    Karakteristik transistor efek medan dibandingkan transistor bipolar :

    1. Operasinya tergantung pada aliran pembawa mayoritas saja.

    2. Ukurannya kecil (yang terdapat di dalam IC).

    3. Impedansi input tinggi (ratusan MW).

    4. Stabil terhadap temperatur.

    Ada dua jenis transistor FET, yaitu JFET (Junction FET) dan MOSFET (Metal-oxide

    Semikonduktor FET). Kedua jenis transistor tersebut sebenarnya memiliki karakteristik

    umum yang serupa, namun tetap ada perbedaan yang mendasar pada struktur dan

    karakteristiknya. Transistor yang akan digunakan pada praktikum kali ini adalah transistor

    MOSFET.

    A) JFET

    Junction FET terdiri atas dua jenis, yaitu JFET kanal-N dan JFET kanal-P. Kanal-N

    dibuat dari bahan semikonduktor tipe-N dan kanal-P dibuat dari semikonduktor tipe-P. Ujung

    ata dinamakan Drain dan ujung bawah dinamakan Source. Pada kedua sisi kiri dan kanan

    terdapat implant semikonduktor yang berbeda tipe. Terminal kedua sisi implant ini terhubung

    satu dengan lainnya secara internal dan dinamakan Gate. Gambar di bawah ini

    menggambarkan struktur JFET kanal-N dan JFET kanal-P.

    Gambar 3.2 : Struktur JFET (A) Kanal-N (B) Kanal-P

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, istilah field effect transistor berasal dari

    prinsip kerja transistor yang berkaitan dengan lapisan deplesi. Pada gambar di atas, lapisan

    deplesi ditunjukan dengan warna kuning di sisi kiri dan kanan. Pada skema rangkaian

    elektronika, JFET disimbolkan seperti pada gambar dibawah ini:

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 37

    (a) (b)

    Gambar 3.3 : Simbol Komponen (a) JFET-N (b) JFET-P

    JFET kanal-n

    Salah satu JFET adalah JFET kanal-N. Prinsip kerja JFET dapat ditinjau dari transistor

    JFET kanal-N. Drain dan Source transistor ini dibuat dengan semikonduktor tipe-N dan Gate

    dengan tipe-P. Gambar dibawah ini menunjukan bagaimana transistor ini diberi tegangan

    bias. Tegangan bias antara Gate dan Source adalah tegangan reverse bias atau bias negatif.

    Tegangan bias negatif berarti tegangan Gate lebih negatif terhadap Source. Pada transistor

    ini, kedua Gate terhubung satu dengan lainnya.

    Gambar 3.4 : Lapisan Deplesi Jika Gate-Source Diberi Bias Negatif

    Elektron yang mengalir dari Source menuju Drain harus melewati lapisan deplesi. Disini

    lapisan deplesi berfungsi seperti keran air. Banyaknya elektron yang mengalir dari Source

    menuju Drain tergantung dari ketebalan lapisan deplesi. Lapisan deplesi bisa menyempit,

    melebar atau terbuka tergantung dari tegangan Gate terhadap Source.

    Jika Gate semakin negatif terhadap Source, maka lapisan deplesi akan semakin

    menebal. Lapisan deplesi bisa saja menutup seluruh kanal transistor bahkan dapat menyentuh

    Drain dan Source. Pada kondisi ini, arus Drain yang muncul akan sangat kecil,atau bahkan

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 38

    tidak ada arus yang muncul sama sekali. Jadi jika tegangan Gate semakin negatif terhadap

    Source maka semakin kecil arus yang bisa melewati kanal Drain dan Source.

    Jika Gate lebih positif dari Source, maka daerah deplesi akan semakin menyempit,

    sehingga arus Drain akan selalu muncul tanpa dapat dikontrol oleh tegangan GS.

    Gambar 3.5 : Lapisan Deplesi Pada Saat Tegangan Gate-Source = 0 Volt

    Jika pada sisi G-S tidak diberi bias (VGS = 0), ternyata lapisan deplesi mengecil hingga

    muncul celah sempit. Arus elektron akan mengalir melalui celah sempit ini dan terjadilah

    konduksi Drain dan Source. Arus yang terjadi pada keadaan ini merupakan arus maksimun

    yang dapat mengalir berapapun tegangan Drain terhadap Source. Hal ini karena celah lapisan

    deplesi sudah maksimum tidak bisa lebih lebar lagi. Tegangan Gate tidak bisa dinaikkan

    menjadi positif, karena apabila nilainya positif maka Gate-Source tidak lain hanya sebagai

    dioda. Karena tegangan bias yang negatif, maka arus Gate yang disebut IG akan sangat kecil

    sekali. Dengan nilai arus yang sangat kecil, resistansi input (input impedance) Gate akan

    sangat besar. Impedansi input transisitor FET umumnya bisa mencapai satuan MOhm. Dari

    prinsip kerja FET, dapat disimpulkan seperti pada gambar kurva karakteristik dibawah ini :

    Gambar 3.6 : Kurva Karakteristik JFET N-Channel

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 39

    Dari gambar diatas, terlihat bahwa nilai ID = 0 mA saat nilai VGS = VP, dengan nilai VP pada

    JFET kanal-N adalah negatif dan nilai VP pada JFET kanal-P adalah positif.

    JFET kanal-P

    Transistor JFET kanal-P memiliki prinsip yang sama dengan JFET kanal-N, hanya saja

    sisi Drain dan Source dibuat dengan semikonduktor tipe-P, dan Gate dari semikonduktor tipe-

    N. Dengan demikian polaritas tegangan dan arah arus berlawanan jika dibandingkan dengan

    transistor JFET kanal-N.

    B) MOSFET

    Sebenarnya MOSFET (Metal-oxide semiconduktor FET) memiliki kemiripan dengan

    JFET, yaitu memiliki kaki Drain, Source, dan Gate. Namun perbedaannya Gate terisolasi oleh

    bahan oksida. Gate tersebut terbuat dari bahan metal seperti Aluminium. Oleh karena itulah

    transistor ini dinamakan metal-oxide. Karena Gate yang terisolasi, transistor ini disebut juga

    IGFET yaitu Insulated-Gate FET.

    Ada dua jenis MOSFET, yaitu depletion-mode dan enhancement-mode. Jenis

    MOSFET yang kedua adalah komponen utama dari gerbang logika dalam bentuk IC

    (Integrated Circuit), C (Mikro Controller) dan P (Mikro Processor) yang merupakan

    komponen utama dari komputer modern saat ini. Kedua jenis MOSFET tersebut juga

    memiliki dua jenis, yaitu jenis MOSFET tipe-N dan jenis MOSFET tipe P. Transistor

    MOSFET dalam berbagai referensi disingkat dengan nama MOS. Dua jenis tipe-N atau P

    dibedakan dengan nama NMOS dan PMOS. Simbol untuk menggambarkan MOS tipe

    depletion-mode dibedakan dengan tipe enchancement-mode. Perbedaan simbol tersebut dapat

    terlihat pada gambar dibawah ini :

    Simbol transistor (a) NMOS (b) PMOS tipe depletion mode

    Simbol transistor (a) NMOS (b) PMOS tipe enhancement mode

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 40

    MOSFET Depletion Mode

    Pada gambar dibawah ini, terlihat struktur dari transistor depletion-mode. Pada sebuah

    kanal semikonduktor tipe-N terdapat semikonduktor tipe-P dengan menyisakan sedikit celah.

    Hal tersebut bertujuan agar elektron mengalir dari Source menuju Drain melalui celah sempit

    tersebut. Gate terbuat dari metal (seperti Aluminium) dan terisolasi oleh bahan oksida tipis

    SiO2 (kaca).

    Gambar 3.7 : Struktur MOSFET Depletion-Mode

    Semikonduktor tipe-P pada transistor ini disebut substrat-P dan biasanya dihubung

    singkat dengan Source. Seperti pada transistor JFET, lapisan deplesi akan muncul saat VGS =

    0. Dengan menghubung singkat substrat-P dengan Source diharapkan ketebalan lapisan

    deplesi yang terbentuk antara substrat dengan kanal adalah maksimum. Sehingga ketebalan

    lapisan deplesi selanjutnya hanya akan ditentukan oleh tegangan Gate terhadap Source. Pada

    gambar, lapisan deplesi yang dimaksud ditunjukkan pada daerah yang berwarna kuning.

    Saat tegangan Gate terhadap Source semakin negatif, arus Drain yang bias mengalir

    akan semakin kecil, bahkan bias jadi tidak ada arus yang mengalir sama sekali. Hal ini

    disebabkan karena lapisan deplesi telah menutup kanal. Saat tegangan Gate dinaikkan sama

    dengan tegangan Source, arus akan mengalir. Karena lapisan deplesi mulai membuka.

    Karena Gate yang terisolasi, tegangan kerja VGS boleh positif. Jika VGS semakin

    positif, arus elektron yang mengalir dapat semakin besar. Hal inilah yang merupakan

    perbedaan antara JFET dengan MOSFET depletion-mode, transistor MOSFET depletion-

    mode bisa bekerja sampai tegangan Gate positif.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 41

    Kurva Drain MOSFET Depletion Mode

    Analisa kurva Drain dilakukan dengan mencoba beberapa tegangan Gate VGS konstan,

    lalu dibuat grafik hubungan antara arus Drain ID terhadap tegangan VDS.

    Gambar 3.8 : Kurva Drain Transistor MOSFET Depletion-Mode

    Dari kurva ini terlihat jelas bahwa transistor MOSFET depletion-mode dapat bekerja

    (ON) mulai dari tegangan VGS negatif sampai positif. Terdapat dua daerah kerja, yang

    pertama adalah daerah aktif/ohmic. Jika tegangan VGS tetap dan VDS terus dinaikkan,

    transistor selanjutnya akan berada pada daerah saturasi. Jika keadaan ini tercapai, arus IDS

    adalah konstan. Tentu saja ada tegangan VGS(maks), yang diperbolehkan. Karena jika lebih dari

    tegangan ini akan dapat merusak isolasi Gate yang tipis atau akan merusak transistor itu

    sendiri.

    MOSFET Enhancement Mode

    Jenis transistor MOSFET yang kedua adalah MOSFET enhancement-mode. Transistor

    ini dapat dikatakan merupakan evolusi dari MOSFET depletion-mode. Gate terbuat dari metal

    Aluminium dan terisolasi oleh lapisan SiO2 sama seperti transistor MOSFET depletion-mode.

    Perbedaan struktur yang mendasar adalah substrat pada transisitor MOSFET enhancement-

    mode dibuat sampai menyentuh Gate. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 42

    Gambar 3.9 : Struktur Mosfet Enhancement-Mode

    Gambar di atas menunjukkan struktur transistor MOSFET enhancement-mode kanal-N.

    Jika tegangan Gate VGS dibuat negatif, arus elektron tidak dapat mengalir. Juga ketika VGS =

    0 ternyata arus belum juga bisa mengalir, karena tidak ada lapisan deplesi maupun celah

    yang bisa dialiri elektron. Satu-satunya jalan adalah dengan memberi tegangan VGS positif.

    Karena substrat terhubung dengan Source, maka jika tegangan Gate positif berarti tegangan

    Gate terhadap substrat juga positif.

    Tegangan positif ini akan menyebabkan elektron tertarik kearah substrat-P. Elektron-

    elektron akan bergabung dengan hole yang ada pada substrat-P. Karena potensial Gate lebih

    positif, maka elektron terlebih dahulu tertarik dan menumpuk di sisi substrat yang berbatasan

    dengan Gate. Elektron akan terus menumpuk dan tidak dapat mengalir menuju Gate karena

    terisolasi oleh bahan insulator SiO2 (kaca).

    Jika tegangan Gate cukup positif, maka tumpukan elektron akan menyebabkan

    terbentuknya semacam lapisan-N yang negatif dan seketika itulah arus Drain dan Source

    dapat mengalir. Lapisan yang terbentuk ini disebut dengan istilah inversion layer. Kira-kira

    terjemahannya adalah lapisan dengan tipe yang berkebalikan. Disini karena substratnya tipe-

    P, maka lapisan inversion yang terbentuk adalah bermuatan negatif atau tipe-N.

    Tentu ada tegangan minimum dimana lapisan inversion N mulai terbentuk. Tegangan

    minimum ini disebut tegangan threshold VGS(th). Hal inilah yang merupakan perbedaan

    utama prinsip kerja transistor MOSFET enhancement-mode dibandingkan dengan JFET. Jika

    pada tegangan VGS = 0, transistor JFET sudah bekerja atau ON, maka transistor MOSFET

    enhancement-mode masih OFF. Dikatakan bahwa JFET adalah komponen normally ON dan

    MOSFET adalah komponen normally OFF.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 43

    Kurva Drain MOSFET Enhancement-Mode

    VGS semua bernilai positif. Garis kurva paling bawah adalah garis kurva dimana

    transistor mulai ON. Tegangan VGS pada kurva ini disebut tegangan threshold VGS(th).

    Gambar 3.10 : Kurva Drain E-Mosfet

    Karena transistor MOSFET umumnya digunakan sebagai saklar (switch), parameter

    yang penting pada transistor E-MOSFET adalah resistansi Drain-Source. Biasanya yang

    tercantum pada datasheet adalah resistansi pada saat transistor ON. Resistansi ini dinamakan

    RDS(on). Untuk aplikasi power switching, semakin kecil resistansi RDS(on) maka semakin baik

    transistor tersebut. Karena akan memperkecil rugi-rugi disipasi daya dalam bentuk panas.

    Juga penting diketahui parameter arus Drain maksimum ID(maks) dan disipasi daya maksimum

    PD(maks).MOSFET dapat berfungsi sebagai saklar, dengan ketentuan saklar akan ON ketika

    VGS Vth dan VDD Vth. Vth merupakan V threshold dimana MOSFET mulai bekerja.

    C) ANALISA PRATEGANGAN MOSFET ENHANCEMENT

    Saat melakukan prategangan DC, semua sumber tegangan AC short circuit, sumber arus AC

    open circuit, dan kapasitor open circuit. Setelah itu dapat kita buat rangkaian pengganti

    MOSFET tersebut.

    Rumus dasar transistor MOSFET antara lain : IG = 0 A, ID = IS

    ID

    k =

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 44

    Macam-macam Rangkaian MOSFET

    1. Feedback Bias

    IG = 0

    VRG = IG x RG = 0

    - VDD + ID.RD + VDS = 0

    VDS = VDD ID.RD

    VDS = VGS

    2. Voltage Divider Bias

    Vth =

    Rth = R1 // R2

    - VDD + ID.RD + VDS + ISRS= 0

    VDS = VDD ID(RD + RS)

    Vth + VGS + ISRS= 0

    VGS = Vth - ISRS

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 45

    D) PENGUAT FET

    Untuk menggunakan transistor MOSFET sebagai penguat, maka transistor harus berada

    dalam daerah saturasinya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan arus ID dan tegangan

    VDS tertentu. Cara yang biasa digunakan dalam mendesain penguat adalah dengan

    menggambarkan garis beban pada kurva ID vs VDS. Setelah itu ditentukan Q pointnya yang

    akan menentukan ID dan VGS yang harus dihasilkan pada rangkaian.

    Setelah Q point dicapai, maka transistor telah dapat digunakan sebagai penguat, dalam

    hal ini, sinyal yang diperkuat adalah sinyal kecil (sekitar 4050 mVpp dengan frekuensi 110

    kHz). Terdapat 3 konfigurasi penguat pada transistor MOSFET, yaitu

    1. Common Source

    2. Common Gate

    3. Common Drain

    Ketiganya memiliki karakteristik yang berbedabeda dari faktor penguatan, resistansi input,

    dan resistansi output. Tabel berikut ini merangkum karakteristik dari ketiga konfigurasi

    tersebut.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 46

    E. PROSEDUR PRAKTIKUM

    1. PRATEGANGAN PADA MOSFET

    Langkah Kerja :

    1. Buatlah rangkaian seperti diatas ini pada project board dengan RG = 100K dan RD =

    2K2.

    2. Berikan catuan VGS pada rangkaian tersebut sebesar 0 Volt.

    3. Berikan catuan VDD pada rangkaian tersebut mulai dari 0 Volt hingga 10 Volt dan

    kemudian catat nilai VGS dan ID-nya.

    4. Ulangi lagi poin C untuk VGS sebesar 1 Volt, 2 Volt, 2,5 Volt, 3 Volt, 3,5 Volt, 4

    Volt, 4,5 Volt, dan 5 Volt.

    5. Catat hasilnya pada tabel.

    6. Buatlah kurva hubungan antara VDS dan ID.

    2. PENGUAT COMMON SOURCE

    Faktor Penguat

    1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar diatas.

    2. Aturlah VDD sebesar 15 Volt.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 47

    3. Atur function generator dengan keluaran berupa sinyal sinusoidal dengan amplitudo

    sebesar 200mVpp dan frekuensi 50 KHz.

    4. Gunakan osiloskop untuk melihat sinyal pada Gate dan Drain transistor.

    5. Tentukan penguatannya (AV = Vo /Vi).

    6. Naikkan amplitudo generator sinyal dan perhatikan sinyal output ketika sinyal mulai

    terdistorsi. Catatlah tegangan input ini.

    7. Bandingkan nilai penguatan yang diperoleh dari percobaan ini dengan nilai dari hasil

    perhitungan dengan menggunakan tabel karakteristik penguat MOSFET.

    Resistansi Input

    1. Hubungkan rangkaian diatas dengan sebuah resistor variabel pada inputannya seperti

    pada gambar dibawah ini.

    2. Hubungkan osiloskop pada Gate transistor.

    3. Aturlah resistor variabel tersebut sampai amplitudo sinyal input menjadi dari sinyal

    input tanpa resistor variabel.

    4. Catatlah nilai Rvar yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Jadi, Rin = Rvar.

    5. Bandingkan nilai resistansi input yang diperoleh dari percobaan ini dengan nilai dari

    hasil perhitungan dengan menggunakan table karakteristik penguat FET.

    Resistansi Output

    1. Hubungkan rangkaian diatas dengan sebuah resistor variabel pada outputnya seperti

    pada gambar dibawah ini.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 48

    2. Hubungkan osiloskop pada kapasitor Drain transistor.

    3. Aturlah resistor variabel tersebut sampai amplitudo sinyal output menjadi dari

    sinyal output tanpa resistor variabel.

    4. Catatlah nilai Rvar yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Jadi, Rout = Rvar.

    5. Bandingkan nilai resistansi output yang diperoleh dari percobaan ini dengan nilai dari

    hasil perhitungan dengan menggunakan table karakteristik penguat FET.

    3. COMMON DRAIN

    Lakukan percobaan Faktor Penguatan, Resistansi Input, dan Resistansi Output seperti pada

    Common Source, namun dengan konfigurasi rangkaian dibawah ini(RS = 2K2).

    4. MOSFET SEBAGAI SAKLAR

    1. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini.

    2. Atur nilai catuan untuk VGS sebesar 5 Volt.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 49

    3. Atur nilai VDD sebesar 10 Volt.

    4. Rangkailah VDD dengan kaki Source dan RD.

    5. Sambungkan catuan VGS dengan RG, apakah yang terjadi dengan LED tersebut.

    6. Putuskanlah catuan VGS dengan RG, apakah yang terjadi dengan LED tersebut.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 50

    MODUL III

    OPERATIONAL AMPLIFIER

    A. PENDAHULUAN

    Penguat porasional atau Op-Amp (dari kata operational amplifier) adalah penguat

    diferensial dengan dua masukan dan sati keluaran yang mempunyai penguatan tegangan yag

    amat tinggi, yaitu sampai orde . Dengan penguat yang sangat tinggi ini, penguat

    oprasional dengan rangkaian balikan lebih banyak digunakan daripada dalam lingkar terbuka.

    B. TUJUAN PRAKTIKUM

    1. Memahami karakteristik dasar penguat Op-Amp

    2. Memahami mode operasi dasar Op-amp

    3. Mengetahui berbagai macam aplikasi Op-Amp

    C. ALAT DAN KOMPONEN

    1. Osiloskop

    2. Fucntion generator

    3. Sumber teganan DC ( 2 buah )

    4. Multimeter

    5. Kaber jumper

    6. Komponen

    IC Op-amp ( IC 741 )

    Resistor

    Kapasitor

    D. DASAR TEORI

    Op-Amp pada hakekatnya merupakan sejenis IC. Penguat operasional ( Op-Amp )

    adalah suatu rangkaian terintegrasi yang berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat

    diferensial. Op-Amp pada dasarnya adalah penguat bertingkat 4 kaki, tetap kaki (-)nya selalu

    terhubung ke ground, sehingga lebih sering dilihat hanya mempunyai 3 kaki.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 51

    Penguat operasional memiliki dua masukan dan satu keluaran serta memiliki penguat

    DC yang tinggi. Salah satu masukkan disebut pembalik (inverting) diberi tanda (-), dan satu

    lagi adalah masukkan bukan pembalik(non-inverting) diberi tanda (+). Untuk dapat bekerja

    dengan baik, penguat operasional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan

    yang berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap tanah (ground).

    Rangkaian ekivalensi Op-Amp ideal :

    Gambar Karakteristik Op-Amp

    Konfigurasi pin Op-Amp 741 :

    A) KARAKTERISTIK PENGUAT OPERASIONAL IDEAL

    1. Penguatan tegangan loop terbuka (open-loop voltage gain) sangat tinggi

    Penguatan tengangan loop terbuka adalah penguatan diferensial Op-Amp pada kondisi

    tidak terdapat umpan balik (feedback) yang diterapkan

    = Vo / Vid = -

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 52

    =

    = -

    keluaran Tanda negatif menandakan bahwa tegangan keluaran Vo berbeda fasa dengan

    tegangan masukkan Vid. Dalam penerapannya, tegangan keluaran Vo tidak lebih dari

    tegangan catu yang diberikan Op-Amp. Karena itu Op-Amp baik digunakan untuk penguat

    sinyal yang amplitudonya sangat kecil.

    2. Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) sangat rendah; = 0

    Tegangan ofset keluaran adalah harga tegangan keluaran Op-Amp terhadap ground

    pada kondisi = 0. Op-Amp yang dapat memenuhi harga = 0 V disebut Op-Amp

    dengan CMR (Common Mode Rejection ) ideal. Dalam kondisi praktis, akibat adanya

    ketidakseimbangan dan ketidakidentikkan dalam penguat diferensial, maka biasanya

    berharga sedikit di atas 0 V. Apalagi bila tidak digunakan umpa baik, maka harga kan

    menjadi cukup besar untuk menimbulkan saturasi pada keluaran. Untuk mengatasi hal ini,

    maka perlu diterapkan tegangan koreksi pada Op-Amp agar saat = 0, juga = 0.

    3. Hambatan masukkan ( input resistance ) sangat besar; =

    Hambatan masukkan ( ) dari Op-Amp adalah besar hambatan di antara kedua

    masukkan Op-Amp. Dalam kondisi praktis, harga hambatan masukkan Op-Amp adalah 5 k

    20k ohm, tergantung tipenya. Harga ini biasanya diukur pada kondisi tanpa umpan balik.

    Apabila umpan balik negatif diterapkan pada Op-Amp, maka Ri akan meningkat. Semakin

    besar , semakin baik penguat tersebut dalam menguatkan sinyal yang amplitudonya

    sangat kecil. Dengan yang besar, maka sumber sinyal masukkan tidak terbebani terlalu

    besar.

    Gambar Hambatan Masukan

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 53

    4. Hambatan keluaran ( output resistance ) sangat kecil; = 0

    Hambatan keluaran dari Op-Amp adalah besarnya hambatan dalam yang timbul pada

    saat Op-Amp bekerja sebagai pembangkit sinyal. Apabila hal ini tercapai, maka seluruh

    tegangan keluaran akan timbul pada beban keluaran ( ). Dalam kondisi praktis, harga

    adalah antara beberapa ohm hingga ratusan ohm pada kondisi tanpa umpan balik. Dengan

    diterapkannya umpan balik, maka harga akan menurun hingga mendekati kondisi ideal.

    Gambar Hambatan Keluaran

    5. Lebar pita ( band width ) sangat besar; BW =

    Lebar pita dari Op-Amp adalah frekuensi tertentu dimana tegagan keluaran tidak jatuh

    lebih dari 0,707 dari harga tegangan maksimum pada saat amplitudo tegangan masukkan

    konstan.

    6. Waktu tanggapan ( respon time ) = 0 detik

    Waktu tanggapan dari Op-Amp adalah waktu yang diperlukan oleh keluaran untuk

    berubah setelah masukkan berubah. Keluaran harus berubah langsung pada saat masukkan

    berubah. Dalm prakteknya, waktu tanggapan memang cepat tetapi tidak langsung berubah

    sesuai masukkan, umumnya adalah beberapa mikro detik, disebut juga slew rate. Tetapi pada

    penerapan biasa, hal ini dapat diabaikan.

    7. Karakteristik tidak berubah terhadap suhu

    Suatu bahan semikonduktor akan berubah karakteristiknya bila terjadi perubahan suhu

    yang cukup besar. Dalam prakteknya, karakterinstik sebuah Op-Amp pada umumnya sedikit

    berubah, walaupun pada penerapan biasa, perubahan tersebut dapat diabaikan.

    Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak mungkin dapat dicapai

    dalam kondisi praktis. Sebuah Op-Amp yang baik harus memiliki karakteristik yang

    mendekati kondisi ideal.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 54

    B) MODE OPERASI OP-AMP

    1. Inverting amplifier

    Gambar Konfigurasi Inverting

    Penguat pembalik merupakan rangkaian penguat operasional yang paling besar,

    menggunakan umpan balik negatif untuk mendapatkan tegangan loop tertutup. Input berupa

    ground virtual sebab merupakan hubungan singkat bagi tegangan tetapi hbungan buka bagi

    arus.

    ( (

    )

    )

    (

    )

    2) Non-inverting Amplifier

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 55

    Gambar Konfigurasi Non-invrting

    (

    )

    (

    ) ( (

    ))

    Jika sinyal diinputkan terminal non-inverting input dan ground, sementara terminal

    inverting input di ground kan, maka sinyal output sefasa dengan sinyal input.

    C) APLIKASI OP-AMP

    1) Adder

    Adder sering digunakan untuk menjumlah atau mencampur beberapa isyarat suara tanpa

    saling mengganggu. Alat semacam ini dikenal sebagai pencampur audio, yang digunakan

    untuk mencampur isyarat musik dari berbagai instrument dan suara penyanyi melalui

    mikrofon. Penguat jumlah juga digunakan untuk menjumlah beberapa isyarat secara

    matematik dan digunakan pada komputer analog.

    (

    )

    (

    )

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 56

    Gambar Konfigurasi Adder

    2) Diferensiator

    Kalau komponen C pada rangkaian penguat inverting ditempatkan didepan, maka akan

    diperoleh rangkaian diferensiator seperti pada gambar. Dengan analisa yang sama seperti

    rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan penguatnya:

    Rumus ini secara matematis menunjukan bahwa tegangan keluaran Vout pada

    rangkaian ini adalah diferensias dari tegangan input Vin. Contoh praktis dari hubungan

    matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka outputnya akan

    menghasilkan sinyal kotak.

    Bentuk rangkaian diferensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga jika

    berangkat dari rumus penguat inverting:

    G= -

    Dan pada rangkaian differensiator diketahui:

    Maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator:

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 57

    Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass filter),

    dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun demikian, sistem seerti

    ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi tinggi. Untuk praktisnya, rangkaian

    ini dibuat dengan penguat DC sebesar 1 (unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah

    resistor yang nilainya sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguat 1 (unity gain)

    pada nilai frekuensi cut-off tertentu.

    3) Integrator

    Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian untuk membuat rangkaian-

    rangkaian dengan respons frekuansi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu

    contohnya adalaha rangkaian integrator seperti yang ditunjukan pada gambar. Rangkaian

    dasar sebuah inegrator adalah rangkaian Op-Amp inverting, hanya saja rangkaian feedback-

    nya bukan resistor melainkan menggunakan kapasitor C.

    Prinsip nya sama dengan menganalisa rangkaian Op-Amp inverting. Dengan

    menggunakan 2 aturan Op-Amp (golden rule) maka pada titik inverting akan didapatkan

    hubungan matematis:

    =

    = - , dimana v_ = 0 (aturan 1)

    =-

    = - ; v_ = 0

    = ; (aturan 2)

    Maka jika disubtisusik,akan diperoleh persamaan:

    = -

    , atau dengan kata lain:

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 58

    Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan ini

    merupakan fungsi integral dari teganga input. Aplikasi yang paling populer menggunakan

    rangkaian integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa

    sinyal kotak.

    Penguatan integrator dapat ditulis dengan:

    Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkaian integrator ini merupakan dasar

    dari low pas filter dari rumus tersebut secara matematis, penguatan akan semakin kecil

    (meredam) jika frekuensi sinyal input makin besar.

    E. LANGKAH PRAKTIKUM

    KARAKTERISTIK OP-AMP IDEAL

    A) Penguatan loop terbuka sangat tinggi

    1. Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-1

    2. Berikan tegangan input (Vin) seperti pada tabel-1. (Input yang

    digunakan DC)

    3. Ukur tegangan (Vout) dan catat hasilnya pada tabel tersebut

    B) Impedansi input sangat besar

    1. Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-2

    2. Berikan tegangan input (Vin) seperti pada tabel-2

    3. Ukur arus input (Iin) dan catat hasilnya pada tabel tersebut

    C) Impedansi output sangat kecil

    1. Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-3

    2. Berikan tegangan input (Vin) untuk rangkaian tanpa beban (Rx)

    3. Ukur tegangan output (Vout) tanpa beban

    4. Ubah-ubahlah nilai potensio sehingga sama dengan nilai Rx

    5.Ubah nilai potensio sampai Vm bernilai dari Vout

    MODE OPERASI OP-MP

    D) Inverting Closed loop gain

    1. Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-4

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 59

    2. Berikan tegangan input (Vin) dan lakukan perubahan nilai R1 seperti

    pada tabel-4 dan amatilah amplitudo sinyal output (input yang

    digunakan AC)

    3. Ukur tegangan output (Vout) dan catat hasilnya pada tabel tersebut

    4. Amati sinyal outputnya, kemudian bandingkan dengan sinyal input

    E) Non-inverting closed loop gain

    1. Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-5

    2. Berikan tegangan input (Vin) dan lakukan perubahan nilai R1 seperti

    pada tabel-5 dan amatilah amplitudo sinyal output

    3. Ukur tegangan output (Vout) dan cata hasilnya pada tabel tersebut

    4. Amati sinyal outputnya, kemudian badingkan dengan sinyal input

    F) Diferensiator

    1. Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-8

    2. Berikan tegangan input (Vin) dengan frekuensi (fin) sesuai kombinasi

    pada tabel-6

    3. Amati perubahan amplitudo, bentuk dan pergeseran fasa sinyal output

    jika sinyal input sinusiodal dan sinyal input persegi

    4.Gambar bentuk sinyal pada grafik yang telah disediakan

    G) Integrator

    1.Buatlah rangkaian pengukuran seperti gambar-9

    2. Berikan tegangan input (Vin) dengan frekuensi (fin) sesuai kombinasi

    pada tabel-7

    3. Amati perubahan amplitudo, bentuk dan pergeseran fasa sinyal output

    jika sinyal input sinusiodal dan sinyal input persegi

    4.Gambar bentuk sinyal pada grafik yang telah disediakan

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 60

    MODUL V

    PENGUAT INSTRUMENTASI

    I. PENDAHULUAN

    Penguat instrumentasi adalah suatu penguat loop tertutup (closed loop) dengan masukan

    diferensial, dan penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi nisbah penolakan modus

    bersama (Common Mode Rejection Ratio - CMRR). Fungsi utama penguat instrumentasi

    adalah untuk memperkuat tegangan yang tepat berasal dari suatu sensor atau tranducer secara

    akurat.

    II. TUJUAN PRAKTIKUM

    - Mengetahui tentang rangkaian penguat instrumentasi

    - Memahami bagian bagian rangkaian penguat instrumentasi

    - Menganalisa penurunan rumus rangkaian instrumentasi

    III. ALAT DAN KOMPONEN

    1. 1 set osiloskop dan probe

    2. Multimeter

    3. 2 Set function generator

    4. Kabel jumper secukupnya

    5. 2 Set power suplly Variabel DC (+ -)

    6. Potensiometer (10K) 4 buah

    7. IC Op-Amp (LM741)

    IV. TEORI DASAR

    Penguat instrumentasi adalah suatu penguat loop tertutup (closed loop) dengan masukan

    diferensial, dan penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi nisbah penolakan modus

    bersama (Common Mode Rejection Ratio - CMRR). Fungsi utama penguat instrumentasi

    adalah untuk memperkuat tegangan yang tepat berasal dari suatu sensor atau tranducer secara

    akurat.Rangkaian ekuivalen penguat instrumentasi adalah sebagai berikut.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 61

    Gambar VI.1: rangkaian ekuivalen suatu penguat instrumentasi

    Keterangan :

    Besaran Ricm adalah hambatan atau impedansi masukan difeensial. e0,0 adalah tegangan

    keluaran tanpa beban (terbuka) dan R0 adalah hambatan atau impedansi keluaran. Karena

    penguat instrumentasi adalah penguat loop terbuka. Maka tak perlu dipasang rangkaian

    umpanbalik untuk menggunakannya seperti halnya penguat operasional (op-amp).Penguat

    instrumentasi yang bermutu tinggi dibuat dalam bentuk hybrid yaitu campuran IC dan

    komponen diskrit.Satu contoh penguat instrumentasi adalah penguat Burr-Brown

    3620.Spesifikasi penguat ini adalah sebagai berikut:

    Drift rendah : 25 v/oc

    Bising rendah : 1 Vpp

    CMRR tinggi : 100 dB

    Impedansi masukan tinggi : 300 M (diferensial) dan 1G CM (common mode)

    Kisaran penguatan : 1 hingga 10.000

    Penguat instrumentasi dapat dibuat dengan menggunakan op-amp. Mutu penguat ini

    bergantung pada mutu op-amp yang digunakan yang menyangkut offset masukan, impedansi

    masukan, drift pada tegangan keluaran, CMRR, PSRR dan sebagainya. Disamping itu CMRR

    dan ketepatan penguatan op-amp amat bergantung kepada presisi dari komponen pasif yang

    digunakan.Marilah kita bahas 2 rangkaian penguat instrumentasi menggunakan op-amp.

    Rangkaian yang lazim digunakan orang untuk membuat penguat instrumentasi dengan op-

    amp adalah sepertigambar IV.2.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 62

    Gambar VI.2 suatu penguat instrumentasi

    Kita dapat bagi rangkaian di atas menjadi dua bagian yaitu bagian 1 terdiri dari OA1 dan

    OA2, dan bagian 2 terdiri dari OA3. Marilah kita bahas bagian II lebih bagian kitalu kiskan

    lagi pada gambar berikut.

    Gambar VI.3 rangkaian penguat diferensial menggunakan op-amp

    Oleh karena hambatan masukan diferensial dari op-amp amat tinggi maka dapat dianggap I1

    = 14 = 0 sehingga:

    Ia = Ia danIb = Ib

    Dengan menggunakan hukum Kirchoff kita peroleh :

    ea Vo = (R2 + R6) Ia

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 63

    eb 0 = (R5 + R7) Ib

    selanjutnya kita gunakan suatu sifat op-amp yang lain yaitu bahwa masukan inverting dan

    non inverting ada dalam keadaan hubung singkat virtual oleh sebab ini:

    Vo = -IaR6+ I6 R7

    Dari ketiga persamaan ini kita peroleh :

    Vo= -IaR6 + I6 R7Vo =

    eb (ea - Vo)

    Vo = (1+

    )(

    eb

    ea)

    Agar tegangan Vo sebanding dengan selisih tegangan isyarat masukan maka harus dibuat agar

    :

    =

    atau

    =

    Sebaiknya digunakan R5=R2 dan R7=R6 maka:

    Vo = (1+

    )(

    eb-ea)

    Vo=-

    (ea-eb)

    Jadi, Av,dif =

    = -

    Penguatan common mode dapat kita peroleh bila kita gunakan

    eb = ea = eCM ..(1)

    Gambar VI.4 Rangkaian penguat diferensial dengan menggunakan common mode.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 64

    Persamaan menjadi

    Vo = (1+

    )(

    )eCM (2)

    Seperti telah digunakan di atas jika digunakan R7=R6 dan R5=R2 kita peroleh penguat

    diferensial akan tetapi dalam prakteknya tidak mungkin membuat dua hambatan tepatsama.

    Resistor yang dijual ditoko mempunyai toleransi minimum 1%.

    Misalkan

    =

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 65

    Akan tetapi VA Vb = ea eb = IR3

    Sehingga I =

    Sehingga V = (1 +

    )(ea eb)

    Persamaan eb = ea = eCM maka VPQ = 0 sehingga Av,CM= 0, yang berarti bahwa pada

    rangkaian gambar IV.2 penurunan CMRR disebabkan oleh bagian II saja. Ini berarti bahwa

    dipandang dari segi CMRR hanya R2, R6, R5dan R7 yang harus mempunyai nilai yang presisi.

    Penguatan dari seluruh rangkaian gambar IV.2 dapat diperoleh dengan menggabungkan

    persamaan 1 dan 2 yaiu :

    Av,dif= (1 +

    )(

    )

    Suatu contoh rangkaian instrumentasi ditunjukan pada gambar IV.6 yang digunakan adalah

    tipe CA 3140 yaitu CMOS-input op-amp dengan Zin(CM)=1012, CMRR=90dB, unity gain

    bandwith 7,5 MHz dan PSRR = 90dB. IC CA 3240 adalah dua CA 3140 yaitu dalam satu IC

    ada dua op-amp seperi CA 3140.

    Gambar VI.6 penguat diferensial presisi

    Spesifikasi penguat diatas adalah respon frekuensi (-3 dB) dc hingga 1 Mhz; slew rate = 1,5

    V/us, CMRR = 86 dB.Penguatan = 35-60 dB.

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 66

    Suatu rangkaian penguat instrumentasi lain ditunjukkan padagambar VI.7

    Gambar IV.7 suatu rangkaian penguat instrumentasi

    Rangkaian diatas digunakan penguat instrumentasi buatan Burr Brown yaitu BB 3627, suatu

    penguat insrumentasi dengan drift amat rendah. Keuntungan dibandingkan dengan rangkaian

    pertama adalah hanya diperlukan dua op-amp dan empat buat resistor. R5 tak perlu dipasang

    bila diinginkan penguatan tegangan sama besar. (1+

    )

    Kita gunakan dua sifat op-amp yaitu bahwa masukan invering dan non inverting ada dalam

    keadaan hubung singkat virtual, dan bahwa hambatan diferensial antara kedua masukan ini

    amat besar.Sehingga arus yang masuk dapat diabaikan. Dari gambar IV.7 kita peroleh

    Io = I1+I2

    Io =(Eo- Ea)/ R4

    I1= (Ea - Eb)(1+

    ) / R3

    I2 =(Ea Eb)/ R5

    Dari hubungan hubungan di atas kita dapatkan :

    Eo= Ea (1+

    +

    ) Eb (

    +

    +

    )

    Bila dibuat agar R2R4 = R1R3 yaitu dengan memilih R2 = R3dan R4 = R5 maka

    Eo= (1+

    +

    ) (Ea-Eb)

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 67

    Io = I1+I2

    I2 =(Ea Eb)/ R5

    I3 =

    I2

    Ec Ea = R2(

    -

    )

    Ec = Ea +

    +

    -

    = Ea (1 +

    +

    ) -

    I1 =

    =

    (Eb (1 +

    ) Ea (1+

    +

    ))

    Io = I1+I2

    =

    (Eb (1 +

    ) Ea (1+

    +

    )) +

    Vo Eb = R4Io

    =

    [Eb (1 +

    ) Ea (1+

    +

    )] +

    (Eb - Ea)

    = Eb +

    Eb (1 +

    ) Ea

    (1+

    +

    ) +

    (Eb - Ea)

    = Eb (1+

    +

    +

    ) Ea (1+

    +

    +

    +

    )

    (1+

    +

    +

    +

    +

    +

    ) = 1

    R4 = R1 R2 = R3

    = (Eb - Ea)(1+

    +

    -

    )

    = (Eb - Ea)(1+

    +

    -2

    )

    = (Eb - Ea)(100 + 2

    )

    Atau Av,dif = (1+

    +

    ) bila R2 R4 tidak tepat sama dengan R1R3, sehingga dapat

    dituliskan

    = 1 +

    Dengan

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 68

    CMMR =

    Tampak bahwa R5 tidak mempengaruhi AV,CM sehingga dapat digunakan untuk mengatur

    penguatan tanpa mengubah CMRR.

    V. PROSEDUR PRAKTIKUM

    A. Rangkaian penguat differensial menggunakan op-amp

    1. Rangkaliah sebuah rangkaian sesuai dengan gambar VI.3

    2. Berikan ea = 200 mVpp, eb =200 mVpp dan frekuensi 10Khz. Ubah nilai

    potensiometer pada R2, R5, R6, dan R7 sesuai dengan di jurnal

    3. Berikan VCC = 10 V, VDD = -10 V

    4. Isi data-data yang diperlukan di jurnal

    5. Gambarkan bentuk sinyal input dan sinyal output pada jurnal

    6. Tentukan nilai penguatannya

    B. Rangkaian penguat differensial menggunakan common mode

    1. Rangkaliah sebuah rangkaian sesuai dengan gambar VI.4

    2. Berikan eCM = 200mVpp, dan frekuensi 10Khz

    3. Berikan VCC = 10 V, VDD = -10 V

    4. Ubah nilai potensiometer pada R2, R5, R6, dan R7 sesuai dengan di jurnal

    5. Isi data-data yang diperlukan di jurnal

    6. Gambarkan bentuk sinyal input dan sinyal output pada jurnal

    7. Tentukan nilai penguatannya CMMR-nya

    C. Rangkaian Penguat Instrumentasi

    1. Rangkailah sebuah rangkaian sesuai dengan gambar VI.5

    2. Berikan eb= 200mVpp , eb= 200mVpp, dan frekuensi 10Khz

  • Laboratorium Sistem Elektronika | Modul Praktikum Elektronika 69

    3. Tentukan nilai R2, R5, R6, dan R7 sesuai dengan di jurnal

    4. Isi data-data yang diperlukan di jurnal

    5. Gambarkan bentuk sinyal input dan sinyal output pada jurnal

    6. Tentukan nilai penguatan instrumentasinya


Recommended